Anda di halaman 1dari 33

Medical and Surgical

Characteristic of
Fusobacterium
Necrophorum Mastoiditis in
Children
Oleh :
Annisa Jihan Sabila (30101607604)

Pembimbing :
dr. Adi Nolodewo, Sp. THT-KL
IDENTITAS
JURNAL
JUDUL

PENULIS

TAHUN
TERBIT
ABSTRAK
LATAR
BELAKANG
Gram negatif

Fusibacterium Tidak membentuk


necrophorum spora

Anaerob obligat Rongga mulut


SINDROM
LEMIERRE
Flora normal Salura cerna

Tromboflebitis Saluran genital


vena jugularis wanita

Bakteremia sinusitis

Emboli septik faringitis

Infeksi kepala-
parotitis
leher

Infeksi gigi dan


Komplikasi
tersering dari
otitis media akut

Dpat dikaitkan
dengan
MASTOIDITIS
komplikasi intra
AKUT
dan ekstrakranial
yang serius

Kejadian Fusobacterum Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi karakteristik klinis,


necrophorum mastoiditis laboratorium dan bedah FnM dan membandingkannya dengan
(FnM) meningkat dalam 2 akut mastoiditis (AM) yang disebabkan oleh bakteri lain dan
decade terakhir mengevaluasi perawatan konservatif dan bedah
METODE
DAN BAHAN
PASIEN
• Semua anak di bawah 18 tahun di pusat medis pediatrik tersier yang terdiagnosis FnM
antara 1 januari 2008 – 31 Desember 2017 dan karakteristik pasien dibandingkan
dengan diagnosis AM yang disebabkan oleh bakteri lain antara 1 Januari 2014 – 31
Desember 2017.
• Anak dengan kultur negative dikeluadkan untuk menyingkirkan bias.
• Diagnosis AM ditegakkan pada anak anak dengan OMA yang berhubungan dengan
nyeri tekan, eritema, dan pembengkakan retroauricular
• Anak denga OE dan keterlibatan retroaurikula, atau mastoiditis sekunder akibat OMK
atau kolesteatoma dikeluarkan
• Data yang dikumpulkan : usia, etnis, gender, riwayat kesehatan, infeksi telinga
sebelumnya, presentasi klinis saat masuk, pengobatan antibiotic sebelum masuk, jumlah
leukosit dan neutrophil absolut, CRP, hasil kultur, analisis urutan gen RNA ribosom 16S
oleh PCR, pencitraan, protokol pengobatan temuan bedah dan hasil post operasi.
• CT scan pada anak dengan septic parah, abses sub periosteal tak respon dengan
aspirasi jarum, tak ada respon klinis/lab yang diamati setelah 48 jam follow up
• kultur mikrobiologis pada sampel cairan telinga tengah diperoleh dengan
timpanosentesis, pengumpulan sekret spontan atau selama prosedur pembedahan.
• Kasus dugaan anaerobic dan aerobic diperoleh
• PCR 16S rRNA yang luad dan sekuensing dilakuan untuk mengidentifikasi pathogen
penyebab dalam kultur steril dan intervensi bedah.
• Analisis statistic dengan SAS 9.2. varibel kontinu disajikan sebagai mean dan standar
deviasi. Variabel terdistribusi normal dibandingkan dengan T test dan data kategoris
dianalisis dengan Chi square atau fisher. Regresi logistic dilakukan untuk merancang
model prognostic. Signifikan bila nilai P < 0,05.
PERTIMBANGAN ETIS
• Disetujui oleh institutional review board
HASIL
43 anak FnM

dibandingkan
88 anak
mastoiditis
pathogen lain

50 dengan kultur
138 anak dirawat
negative
karena non- FnM
dikeluarkan
• Pengobatan antibiotic OMA sebelum ranap serupa pada kedua kelompok
• Pada kelompok FnM kultur dilakukan pada semua anak, 20 atau 46% memiliki
kultur positif (6 dari pelepasan spontan, 14 dari parasintesis)
• PCR diambil dari 36 anak sebgian besar selam aoperasi, semuanya positif Fn
• Hanya 15/36 (41,7%) anak dengan identifikasi Fn di PCR juga memiliki Fn
dalam kultur
• Infeksi polimikroba ditemukan pada 12% anak, terutama dengan H. influenza
• Pada kelompok FnM bakteri steptokokus group A paling banyak terisolasi
umum (32%) diikuti oleh streptokokus pneumonia (20%), pseudomonas
(18%), dan influenza hemofilik nontypable (14%). Pseudomonas adalah
bakteri yang paling umum diisolasi dari pelepasan spontan (37%)
• Kelompok FnM diobati dengan kombinasi dua obat IV :
Ceftriaxone + metronidazole atau
Ceftriaxone + clidamycin
• Kelompok non FnM diobati dengan monoterapi :
Cefuroxime atau
Ceftriaxone
• Pengobatan IV secara signifikan lebih lama pada kelompok FnM (22 vs 7 hari,
p = 0,0001)
● Mastoidektomi kortikal dengan penyisipan tabung
ventikasi dilakukan pada 93% anak anak dengan FnM
● Ketika thrombosis vena sinus (SVT) dan atau abses
epidural dicurigai dari imaging, nanah dikeringkan selama
mastoidektomi, granulasi dikeluarkan dari rongga mastoid
dan unroofing pelat tulang yang menutupi sinus sigmoid
dan ruang epidural dilakukan untuk mengalirkannya
● Tidak adanay trombormboli yang jauh pada semua kasus
menghalangi kebutuhan drainase sinus sigmoid dan
eksplorasi leher untuk ligase vena jugularis interna
● Semua anak dengan SVT diobati dengan antikoagulan
kurang lebih 3 bulan
● Semua anak pulih dan menunjukkan pemeriksaan fisik
yang normal saat follow up
● Dalam kelompok non FnM, hanya 15% anak dilakukan CT scan, 85%
dari mereka menjalani operasi, yang terbanyak mastidektomi (82%)
atau insisi dengan drainase subperiosteal abses dan introduction of VT
tanpa mastoidektomi (18%).
● Dua anak tambahan melakukan operasi drainase dan introduction of
VT tanpa imaging
● Streptokokus group A diisolasi pada 46% anak yang dioperasi pada
kelompok ini
● 35 anak (88%) dari kelompok FnM menunjukkan demam persisten
post operasi dengan rata-rata 4,7 hari, dibandingkan dengan hanya 1
pasien yang dioperasi pada kelompok FnM (p = 0,0001)
● Pada 16/35 (46%) anak dengan demam persisten dari kelompok FnM.
Imaging kedua dilakukan untuk memastikan komplikasi baru atau
persisten
● 4 dari anak anak mengungkapkan temyan patologis baru seperti SVT
(n = 1) dan abses periosteal berulang (n = 3)
● 4 anak ini dan 2 linnya dengan demam persisten dan keluarnya nanah
dari luka operasi menjalani operasi revisi (14%)
● Pada kelompok non FnM tidak diperlukan operasi tambahan
● Tidak ada perbedaan signifikan dalam pemulihandari FnM antara anak
yang diobati denganceftriaxone + clindamycin atau ceftriaxone +
metronidazole
Anak dengan salah satu dari variable-variable ini memiliki peningkatan
risiko untuk infeksi FnM
DISKUSI
FnM memiliki presentasi klinis yang lebih parah, tingginya tanda
inflamasi, tingginya komplikasi ekstra dan intracranial dan
membutuhkan intervensi operasi dan re-operasi yang lebih tinggi.

Fusobacterium Pembentukan abses dan


infection pada anak infeksi intracranial

Dapat disebabkan karena


impairment barrier mukosa
karena infeksi virus atau
bakteri sebelumnya sehingga
Fn mudah menginvasi
Karena diagnosis yang
lebih baik saat ini

Peningkatan kejadian
FnM Terkait dengan
vaksinasi pneumococci,
H influenza B dan
streptococcus konjugat
pneumonia

Pasien dengan Fn otitis atau mastoiditis sebelumnya diobati


dengan antibiotic oral (amoksisilin/asam klavulanat atau
sefalosporin generasi 3)
• Fusobacterium necrophorum merupakan bakteri anaerob, paparan
udara ruangan dan kurangnya kontak langsung kultur specimen
mastoid dapat menurunkan sensitivitas kultur.
• Dalam kelompok FnM anak dengan kultur negative didiagnosis Fn
hanya dengan PCR, sehingga membutuhkan analisis PCR 16 s
rRNA
• Streptococcus group A adalah bakteri yang paling umum diisolasi
pada kelompok non –FnM diikuti streprococcus pneumonia dan
pseudomonas
• Penanda inflamasi lebih tinggi pada anak dengan FM (CRP tinggi)
• Fn umumnya rentan terhadap antibiotic yang efektif untu anaerob
(penisilin), spektrum yang lebih luas dan terapi kombinasi
dibutuhkan.
• Oenggunaan metronidazole atau klindamisin untuk infeksi yang
serius dianjurkan.
• Pengobatan lebih lama dilakukan pada kelompok FnM
• CT scan dilakukan pada anak dengan gambaran septik parah, abses
subperiosteal tanpa repon terhadap aspirasi jarum atau ketika tidak
ada respon klinis atau laboratrium yang diamati dalam 48 jam masa
tindak lanjut
• Pada kelompok FnM, CT dilakukan pada hamper semua pasien
selama 48 jam pertama rawat inap
• Pada kelompon non-FnM CT scan dilakukan hanya pada 15%

• Infeksi Fusobacterium sp diketahui terkait dengan komplikasi


trombotik karena agregasi trombosit yang disebabkan oleh sekresi
hemagglutinin yang membentuk lingkungan anaerobic
• Trombosis vena sinus merupakan komplikasi mastoiditis melalui
penyebaran langsung atau hematogenic atau karena efek trombogenik
• Anak dengan SVT dirawat post op dengan LMWH selama 3 – 6 bulan,
lalu di MRI untuk menilai derajat rekanalisasi sinus trombotik
• Pemulihan pasca operasi memanjang pada anak dengan FnM
• Manifestasi neurologis sering terjadi pada anak dengan infeksi
Fusobacterium
• Dua anak mengalami syok septik dan meningitis dan dirawat di ICU
dengan pemberian antibiotic spektrum luas dan antikoaglan
• Semua anak pulih sepenuhnya
• Keterbatasan pada penelitian ini adalah merupakan studi retrospektif
KESIMPULA
N
Fusobacteriym harus dicurigai
pada anak dengan mastoiditis akut
dengan gejala septik, demam
tunggi, dan meningkatnya tanda
peradangan.

Pada anak ini, kultur anaerobic dan PCR


harus diambil secara rutin. Regimen dua
antibibiotik harus secara empiris dimulai
dengan pencitraan dini dan intervensi
bedah dini, yang mungkin juga termasuk
pengobatan komplikasi intrakranial
Proses pemulihan pasca operasi
relative lambat, namun
prognosisnya baik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai