Anda di halaman 1dari 21

ANALISA LABA RUGI

LAPORAN KEUANGAN
Definisi Laporan Laba Rugi
Apa pengertian Laporan Laba Rugi?
Definisi Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang
menyajikan ringkasan dari pendapatan dan biaya untuk
suatu periode waktu tertentu. Misalnya satu bulan, satu
tahun, antara pendapatan dan beban yang terkait.
Laporan laba rugi juga menyajikan selisih antara
pendapatan terhadap beban yang terjadi. Jika
pendapatan lebih besar daripada beban, selisihnya
disebut LABA. Sebaliknya, jika beban melebihi
pendapatan selisihnya disebut RUGI.
Fungsi Laporan Laba Rugi
 Fungsi Laporan Laba Rugi adalah menunjukkan performance atau
kinerja keuangan perusahaan. Seluruh pendapatan dan biaya disajikan
dalam laporan ini. Selisih antara keduanya merupakan laba atau rugi
perusahaan.
 Laporan laba rugi adalah ibarat dashboard pada kendaraan, maka
cukup dengan melihat dashboard kita akan mengetahui kondisi
kendaraan. Demikian juga dengan perusahaan, cukup membaca dan
menganalisa Laporan Laba Rugi, kita akan tahu kondisi perusahaan,
antara lain:
 Berapa keuntungan/kerugian bersih yang diperoleh perusahaan
dalam periode tertentu?

Jadi dengan melakukan analisis terhadap laporan laba rugi,


manajemen perusahaan dapat memutuskan strategi yang tepat
untuk dilakukan pada periode berikutnya.
MACAM MACAM LABA RUGI DALAM
LAPORAN KEUANGAN
Dalam dunia bisnis, kita akan dikenalkan pada tiga macam
usaha berbeda yang tentunya sedikit memengaruhi bentuk
akuntansi dari pencatatan keuangannya. Tiga jenis usaha
yang mempengaruhi pencatatan akuntansinya tersebut
adalah:
1. perusahaan dagang,
2. perusahaan manufaktur, dan
3. perusahaan jasa.

apa yang membuat bentuk akuntansi dan pencatatan


keuangan dari ketiga jenis bisnis tersebut berbeda?
mari disimak perbedaan perusahaan dagang, manufaktur dan jasa berikut

jawabannya:
perbedaan struktur bisnis dan sistem yang berlaku di masing-masing jenis perusahaan yang
mengakibatkan jenis akuntansinya berbeda
AKUNTANSI MANUFAKTUR
Pengertian perusahaan manufaktur menurut para ahli adalah
perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

Dan dalam proses pengolahannya, bahan baku tersebut


dikombinasikan dengan bahan pembantu lainnya dan
didukung oleh variable cost (biaya variabel) dan fixed cost
(biaya tetap)
KODE AKUN UNTUK AKUNTANSI
MANUFAKTUR
Kode Akun perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
perusahaan jasa dan dagang. Tapi ada akun-akun yang HANYA digunakan dalam
perusahaan manufaktur, antara lain:

Persediaan bahan baku


Persediaan bahan pembantu
Persediaan barang dalam proses
Persediaan barang jadi
Biaya bahan baku; biaya angkut pembelian bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung; insentif, upah langsung
Biaya overhead pabrik (bop); sewa pabrik, listrik, penyusutan
Harga pokok produksi/penjualan

*karena pembahasan hari ini adalah Laporan laba rugi, maka untuk pembahasan akuntansi
manufaktur secara menyeluruh akan dibahas disesi berikutnya
CONTOH LABA RUGI

Apakah ada yang janggal?


1. Tidak ada HPP
2. Tidak ada BOP
3. Tidak didefinisi
Variable cost dan Fix
costnya
CONTOH LABA RUGI SESUAI AKUNTANSI MANUFAKTUR
JURNAL
LABA RUGI DALAM HAL PENDAPATAN DAN BIAYA
DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERPAJAKAN
Perusahaan yang beroperasi di Indonesia, termasuk perusahaan
asing yang membuka cabang di Indonesia, wajib membayar
pajak dan melaporkan laporan keuangannya.
Besarnya pembayaran pajak perusahaan sendiri didapat dari laba
bersih dikali tarif PPh yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
Namun yang menjadi permasalahan, terdapat perbedaan
peraturan pelaporan keuangan dari sisi standar akuntansi dan
sisi perpajakan di Indonesia.
Dalam konteks perpajakan, laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang berlaku disebut laporan komersial. Sedangkan, laporan
keuangan sesuai dengan Ketentuan Umum Perpajakan (KUP)
yang berlaku disebut laporan fiskal.
Laba Rugi Fiskal
Secara esensial, laba rugi fiskal berfungsi untuk
mengoreksi laba dari laporan komersial menjadi laba
fiskal. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan
pengakuan antara pendapatan dan biaya menurut
PSAK dan menurut KUP tadi. Perbedaan perhitungan
atas pendapatan dan biaya tersebut kemudian bisa
direkonsiliasi dengan apa yang disebut koreksi fiskal.
Koreksi fiskal dibedakan menjadi dua, yaitu koreksi
positif dan koreksi negatif.
Koreksi Negatif
tujuan dari koreksi negatif adalah mengurangi laba komersial. Hal
ini disebabkan oleh pendapatan komersial yang lebih tinggi
daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersial yang lebih
kecil daripada biaya-biaya fiskal. Penyebab dari adanya koreksi
negatif sendiri adalah:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam peredaran usaha.
2. Selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial di bawah
penyusutan/amortisasi fiskal.
3. Penyesuaian fiskal negatif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang
telah disebutkan di atas.
Koreksi Positif
Sebaliknya, tujuan dari koreksi positif adalah menambah laba komersial. Jadi,
koreksi positif akan menambahkan pendapatan atau mengeluarkan biaya yang
sekiranya harus diakui secara fiskal. Secara rinci, penyebab dari koreksi positif
sebagai berikut:
1. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
2. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
3. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
4. Biaya sumbangan kecuali Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional
5. Biaya Pajak Penghasilan
6. Sanksi administrasi.
7. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di atas penyusutan/amortisasi
fiskal.
8. Penyesuaian fiskal positif lain yang diatur dalam UU No.36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan (DEDUCTIBLE EXPENSE/NON DEDUCTIBLE
EXPENSE)
Sebelum membahas tentang DEDUCTIBLE EXPENSE/NON
DEDUCTIBLE EXPENSE, kita harus pahami dulu biaya apa
saja yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
pertama, biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari 1 (satu) tahun (biaya gaji, biaya administrasi dan bunga,
biaya yang berhubungan dengan operasional)
Kedua, biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun. (biaya penyusutan atau amortisasi, biaya sewa)

 Biaya/Pengeluaran yang dilakukan perusahaan dapat


dibedakan antara pengeluaran yang boleh dibebankan sebagai
biaya disebut DEDUCTIBLE EXPENSE dan pengeluaran
yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya disebut NON
DEDUCTIBLE EXPENSE.

        
DEDUCTIBLE EXPENSE/ Biaya Deduktibel
adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
biaya pembelian bahan;
biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, bonus, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
sewa, dan royalti;
biaya perjalanan dinas;
biaya pengolahan pabrik;
premi asuransi;
biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
biaya administrasi; dan
pajak kecuali Pajak Penghasilan;
NON DEDUCTIBLE EXPENSE/ Biaya Non Deduktibel
adalah biaya/pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto meliputi:
1. pembagian laba dalam bentuk prive/deviden
2. imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai
3. sumbangan, kecuali Sumbangan Penanggulangan
Bencana Nasional
4. Pajak Penghasilan
5. pengeluaran yang sifatnya pemakaian secara pribadi yang
tidak berhubungan dengan perusahaan
6. sanksi administrasi berupa denda keterlambatan
membayar
Laba rugi fiskal
Dari hasil perhitungan laba rugi fiskal tsb, kita liat adanya kenaikan laba secara
fiskal menjadi Rp. 788.745.117 .dari laba komersial Rp. 753.731.938 karena
terjadi koreksi fiskal Rp. 35.013.178. Dampaknya, secara otomatis pajak
penghasilan yang harus dibayar perusahaan juga ikut naik
kesimpulan
Buat HPP sesuai dengan prinsip akuntansi manfaktur
agar laporan laba rugi yang ditampilkan setiap bulan
sesuai dengan kondisi yang terjadi di perusahaan.

Akunting harap mengidentifikasikan biaya biaya yang


sekira nya terdapat unsur koreksi fiskal positif.
Sebisa mungkin hindari biaya biaya tersebut agar laba
komersial tidak terlalu jauh selisihnya dengan laba
fiskal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai