Gmail Images …
…
…
WELCOME TO
Indahnya Membangun Mahligai Rumah Tangga
LOADING
Type here Type here Type here Type here Type here
Pengertian Pernikahan
Secara bahasa, arti “nikah” berarti “mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nikah” diartikan sebagai “perjanjian antara laki-laki dan perempuan
untuk bersuami istri (secara resmi) atau “pernikahan”. Sedangkan, menurut syari’ah, “nikah” berarti
akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang
menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam Undang-Undang Pernikahan RI(UUPRI) Nomor 1 tahun 1974, definisi atau pengertian
perkawinan atau pernikahan ialah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Menurut Wikipedia, pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh 2 orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma
hukum, dan norma sosial.
Pengertian Pernikahan menurut para ahli
• Menurut Prof. Subekti, perkawinan adalah ikatan pertalian yang sah antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
• Menurut Prof. DR.R. Wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah hidup bersama antara seorang laki-
laki dan perempuan yang memenuhi syarat-syarat termasuk dalam peraturan hukum pernikahan.
• Menurut Nilam W, pernikahan adalah komitmen jangka panjang dan bersifat sakral.
• Menurut K. Wantjik Saleh, pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri.
• Menurut Heriyanti (2002), pernikahan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan atas
dasar kemauan kedua belah pihak sehingga menjadi ciri khas yang mengikat satu sama lainnya.
Tujuan Pernikahan
1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi, Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Muhammad SAW., beliau bersabda: “wanita dinikahi karena empat
hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Nikahilah wanita karena
agamanya, kalau tidak kamu akan celaka” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hukum Pernikahan
Para ulama menyebutkan bahwa nikah diperintahkan karena dapat mewujudkan maslahat, memelihara
diri, kehormatan, mendapatkan pahala dan lain-lain. Sedangkan para ahli fikih sependapat bahwa
hukum pernikahan tidak sama penerapannya kepada semua mukallaf, melainkan disesuaikan dengan
kondisi masing-masing, baik dilihat dari kesiapan ekonomi,fisik, mental maupun akhlak. Karena itu
hukum nikah bisa jadi wajib, sunnah, mubah, haram, dan makruh. Penjelasannya sebagai berikut.
1. Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, dan ekonomi maupun akhlak untuk
pernikahan, mempunyai keinginan untuk menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan
akan jatuh pada perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah. Karena menjauhi zina
baginya adalah wajib dan cara menjauhi zina adalah menikah.
2. Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak
dikhawatirkan dirinya akan jatuh pada maksiat, sekiranya tidak menikah. Dalam kondisi seperti ini
seseorang boleh melakukan pernikahan dan boleh tidak melakukan pernikahan. Tapi melakukan
pernikahan adalah lebih baik daripada mengkhususkan diri untuk beribadah sebagai bentu sikap
taat kepada Allah SWT.
3. Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki
syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi,
sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus Rasyidah (berakal). Juga mubah bagi
yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi hajatnya atau bersenang-
senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau melindungi diri dari yang haram.
4. Haram, yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-
kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang berkatain dengan hubungan seksual maupun berkaitan
dengan yang lainnya.
5. Makruh, bagi orang yang mampu menikah tapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang
dinikahinya, atau menzalimi hak-hak istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi
hak-hak manusia , atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
Type here Type here Type here Type here Type here
Para ahli fiqih berpendapat dalam menentukan rukun dan syarat pernikahan dalam islam. Jumhur
ulama sebagai juga mazhab syafi’i mengemukakan bahwa rukun dan syarat nikah ada di bawah ini.
a. Calon suami, syarat-syaratnya sebagai berikut.
1. Bukan mahram si wanita, calon suami bukan termasuk yang haram dinikahi karena adanya
hubungan nasab atau sepersusuan.
2. Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridaan dari masing-masing pihak. Dasarnya adalah
hadis dari Abu Hurairah r.a yaitu: “dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sehingga ia diminta
izinnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
3. Mu’ayyan (beridentitas jelas), harus ada kepastian siapa identitas mempelai laki-laki dengan
menyebut nama atau sifatnya yang khusus
b. Calon istri, syaratnya adalah sebagai berikut.
1. Bukan mahram laki-laki
2. Terbebas dari halangan nikah, misalnya masih dalam masa iddah atau berstatus sebagai istri
orang
c. Wali, yaitu bapak kandung mempelai wanita, penerima wasiat, atau kerabat dekat, dan seterusnya
sesuai dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau orang bijak dari keluarga wanita, atau pemimpin
setempat, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada nikah, kecuali dengan wali.” Umar bin Khattab r.a
berkata, “Wanita tidak boleh dinikahi, kecuali atas izin walinya, atau orang bijak dari keluarganya atau
seorang pemimpin”. Syarat wali sebagai berikut.
1. Orang yang dikehendaki, bukan orang yang dibenci;
2. Laki-laki, bukan perempuan atau banci;
3. Mahram si wanita;
4. Baligh, bukan anak-anak;
5. Berakal, tidak gila
6. Adil, tidak fasiq;
7. Tidak terhalang wali lain;
8. Tidak buta,
9. Tidak berbeda agama;
10. Merdeka, bukan budak.
d. Dua orang saksi
Firman Allah SWT: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kalian”. (QS. At-
Talaq/65:2). Syarayt saksi adalah sebagai berikut.
1. Berjumlah 2 orang, bukan budak, bukan wanita, dan bukan orang fasik.
2. Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kualifikasi terhadap saksi.
3. Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa
e. Sigah (ijab kabul), yaitu perkataan dari mempelai laki-laki atau wakilnya ketika akad nikah. Syarat
shighat sebagai berikut
4. Tidak bergantung pada syarat lain
5. Tidak terikat dengan waktu tertentu.
6. Boleh dengan bahasa asing
7. Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak bolem dalam bentuk kinayah (sindiran),
karena kinayah membutuhkan niat sedangkan niat itu sesuatu yang abstrak
8. Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/ tazwijaha: dan boleh didahulukan dengan ijab.
Type here Type here Type here Type here Type here
Thalaq
Thalaq atau talak adalah memutuskan hubungan suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut
syariat agama. Menurut bahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak adalah lepasnya
ikatan pernikahan dengan lafal talak. Menurut kompilasi hukum islam (KHI), talak adalah ikrar suami di
hadapan sidang pengadilan agama yang menjadi salah satu penyebab putusnya ikatan pernikahan.
خ ُر ْج َن اِلَّٓا ا َ ْن يَّْأ ِتيْ َن
ْ َخ ِر ُج ْو ُه َّن ِم ْنۢ بُيُ ْو ِت ِه َّن َول َا ي ْ ُاۤء ف ََطلِ ّ ُق ْو ُه َّن لِ ِع َّد ِت ِه َّن َوا َ ْح ُصوا ال ِْع َّد َةۚ َواتَّقُوا الل ّ ٰ َه َربَّك ُْۚم ل َا ت
َ يٰٓاَي ُّ َها الن َّ ِب ُّي اِ َذا َطلَّقْتُ ُم ال ِن ّ َس
ث بَ ْع َد ٰذلِ َك ا َ ْم ًرا ُ ح ِدْ ُاح َشةٍ ُّمبَ ِيّنَةٍ ۗ َو ِتل َْك ُح ُد ْو ُد الل ّ ٰ ِه َۗو َم ْن يَّتَ َع َّد ُح ُد ْو َد الل ّ ٰ ِه َف َق ْد َظل ََم ن َ ْف َس ٗه ۗ ل َا َت ْد ِر ْي ل ََع َّل الل ّ ٰ َه ي
ِ ِب َف
Artinya: . Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka
pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar), dan hitunglah waktu idah itu, serta
bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah
(diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas. Itulah hukum-hukum
Allah, dan barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka sungguh, dia telah berbuat zalim
terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu
ketentuan yang baru. (QS. At-Thalaq 65:1)
Hukum thalaq
Hukumnya adalah makruh karena talak merupakan perbuatan halal namun sangat dibenci oleh Allah
SWT. Rasulullah SAW bersabda:
“Perbuatan halal, tetapi paling dibenci oleh Allah SWT adalah talak” (HR. Abu Daud)
Para ulama sepakat membolehkan talak. Hukum talak menjadi wajib apabila terjadi perselisaihan
antara suami istri, sedangkan dua hakim yang mengurus pekara keduanya sudah memandang perlu
supaya keduanya cerai. Talak berhukum sunnah jika suami tidak sanggup lagi membayar dan
mencukupi kewajibannya (nafkahnya) atau perempuan tidak menjaga kehormatan dirinya. Lalu ada
keadaan yang menyebabkan thalaq, yaitu menjatuhkan thalaq pada istri dalam keadaan haid.
Rukun Thalaq
1. Yang menjatuhkan thalaq adalah suami. Syaratnya baligh, berakal, dan kehendak sendiri.
2. Yang dijatuhi thalaq adalah istrinya.
3. Ada dua macam cara menjatuhkan thalaq, yaitu dengan cara sharih (tegas) maupun dengan cara
kinayah (sindiran).
Cara Sharih, misalnya “saya talak engkau”. ucapan thalaq tidak memerlukan niat. Jadi kalau suami
menthalaq istrinya dengan cara sharih, jatuhlah thalaqnya walaupun tidak berniat.
Cara kinayah, misalnya “pulanglah pada orang tuamu”. Ucapan thalaq memerlukan niat. Jadi
kalau suami mentalak istrinya dengan cara kinayah, padahal sebenarnya tidak berniat mentalak,
thalaqnya tidak jatuh.
Lafal dan bilangan thalaq. Lafal thalaq dapat diucapkan/dituliskan dengan kata-kata yang jelas atau
dengan kata-kata sindiran. Adapun bilangan thalaq maksimal 3 kali, thalaq satu dan thalaq dua masih
boleh rujuk (kembali) sebelum masa iddahnya dan apabila masa iddahnya telah habis harus dilakukan
akad nikah lagi.
Pada thalaq 3 suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh nikah lagi sebelum istrinya itu menikah dengan
laki-laki lain dan sudah digauli serta telah di thalaq oleh suami keduanya itu.
Macam-macam thalaq
Thalaq dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut.
1. Thalaq Raj’i, yaitu thalaq ketika suami boleh rujuk tanpa harus akad nikah lagi. Thalaq raj’i ini
dijatuhkan pada suami kepada istrinya untuk pertama kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh
rujuk kepada istri yang di thalaqnya selama masih dalam masa iddah.
2. Thalaq Bain, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa iddahnya.
Thalaq bain dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Thalaq bain sughra, yaitu thalaq yang dijatuhkan pada istri yang belum dicampuri dan thalaq
khuluk (karena permintaan istri). Suami istri boleh rujuk kembali dengan akad pernikahan, baik
dalam masa iddah atau telah habis masa iddah.
b. Thalaq bain kubra, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami sebanyak 3 kali dalam waktu yang berbeda.
Dalam thalaq ini suami tidak boleh rujuk kembali dengan mantan istri kecuali mantan istri telah
menikah dengan laki-laki lain, dicampuri oleh suami baru, telah dicerai oleh suami yang baru dan
telah selesai masa iddahnya setelah dicerai suami yang baru.
Alasan jatuhnya thalaq menurut hukum islam:
1. ila’ , yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tak mencampuri urusan istrinya. Ila’ merupakan adat
arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah 4 bulan. Jika sebelum 4 bulan sudah kembali maka suami
harus membayar denda sumpah. Bila sampai empat bulan/lebih hakim berhak memutuskan
untuk memilih membayar sumpah tau menthalaqnya.
2. Lian, yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina. Sumpah itu diucapkan
empat kali dan yang kelima dinyatakan dengan kata-kata: “Laknat Allah SWT. atas diriku jika
tuduhanku itu dusta”. Istri juga dapat menolak dengan sumpah empat kali dan yang kelima
dengan kata-kata: “Murka Allah SWT. atas diriku bila tuduhan itu benar”.
3. Dzihar, yaitu ucapan suami pada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya dengan ibunya seperti:
“Engkau seperti punggung ibuku”. Ucapan ini mengandung pengertian ketidaktertarikan suami
kepada istri.
4. khulu’ , yaitu thalaq yang diucapkan suami dengan cara istri membayar kepada suami. Thalaq
tebus biasanya atas kemauan istri. Penyebabnya antara lain: istri benci pada suami, suami tak
memberi nafkah atau suami tak membahagiakan istri.
5. fasakh, yaitu rusaknya ikatan pernikahan karena sebab-sebab tertentu seperti:
a. Rusaknya akad nikah, misalnya diketahui bahwa istri adalah mahram suami, salah satu seorang
suami/istri keluar dari islam, semula suami/istri musyrik kemudian salah satunya masuk islam.
b. Rusaknya tujuan pernikahan, misalnya terdapat unsur penipuan seperti laki-laki baik ternyata
jahat, suami/istri mengidap penyakit yang dapat mengganggu hubungan rumah tangga, suami
dinyatakan hilang, suami dihukum 5 tahun/lebih.
Type here Type here Type here Type here Type here
Berlangsunya akad nikah, maka membri konsekuensi adanya hak kewajiban suami dan istri, yang
mecakup 3 hal yaitu:
Hikmah Pernikahan
1. Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dalam ikatan suci yang
halal dan diridai oleh Allah SWT.
2. Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan.
3. Terpeliharanya kehormatan suami istri dari perbuatan zina.
4. Terjalinnya kerja sama antara suami dan istri dalam mendidik anak dan menjaga kehidupannya.
5. Terjalin silaturahmi antara keluarga besar pihak suami atau istri.
Type here Type here Type here Type here Type here
Daftar Pustaka
1. https://www.popmama.com/life/relationship/rendy-muthaqin/ayat-alquran-tentang-pernikahan-ya
ng-perlu-dipahami
2. https://www.suara.com/news/2020/12/17/175155/syarat-dan-rukun-nikah-dalam-islam
3. Buku paket agama islam kurikulum 2013 edisi revisi 2018
4. https://m.liputan6.com/hot/read/4567471/macam-macam-talak-pengertian-hukum-dan-rukunnya
5. https://m.merdeka.com/quran/at-talaq/ayat-1