Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 1

1. ALIFIANI AZKIYAH 6. RAFI PUTRA PRATAMA


2. AMELIA HERDIA PUTRI 7. RAFY RAFSANJANI
3. FATHIA RAHMANISA
4. MARETHA RACHMA BHINTARI

5. NAURA FADIYA HANAN


KASUS PELANGGARAN HAM YANG MELANGGAR SILA KE-1
PANCASILA

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrat
melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat ( bersifat ) mutlak ( pengertian
dari John Locke ). Sedangkan Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara
Republik Indonesia juga sebagai ideologi bangsa.
Sila 1 pada pancasila berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa", di dalam sila ini kita
sebagai manusia meyakini bahwa kita adalah makhluk ciptaan tuhan. Dalam sila ke 1 ini
negara menjamin kebebasan memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai agama nya
masing - masing. Negara juga berkewajiban untuk menjamin hak dan kebebasan orang lain
dalam urusan agama, selain itu mengenai ketentuan perundang - undangan harus selalu
mengacu pada nilai ketuhanan dan bersifat universal. 
Bedasarkan Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang disebut dengan pelanggaran
HAM/hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang yang di dalamnya
termasuk aparat negara, maupuin bukan, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan ataupun mencabut
hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin atas UU dan tidak
mendapatkan ataupun dikhawatirkan tidak akan memperoleh suatu penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan pada mekanisme hukum yang telah berlaku.
PENGEBOMAN 3 GEREJA DI SURABAYA

Pengeboman tersebut mengakibatnya sedikitnya 11 orang


tewas dan 41 korban luka-luka di tiga gereja di surabaya, Jawa
Timur. Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Frans
Barung Mangera, mengatakan serangan itu terjadi dalam waktu
hampir bersamaan, antara pukul 06.00 hingga 08.00 WIB,
Minggu (13/5).
KRONOLOGI

Serangan bom pertama terjadi di Gereja Santa


Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya,
Kecamatan Gubeng.
Dalam rekaman CCTV yang beredar, terlihat
2 orang sedang berboncengan menaiki sepeda
motor menuju gereja. Satu pelaku yang dibonceng
terlihat membawa ransel yang diduga berisi bom.
Sejumlah saksi menyebut serangan terjadi
saat pergantian jemaat misa. Ledakan keras
terdengar hingga radius 100 meter.
Serangan bom kedua terjadi di Gereja Kristen
Indonesia Jalan Raya Diponegoro, Surabaya.
Sejumlah saksi sempat melihat wanita bercadar
membawa dua anak balita memasuki halaman gereja.
Ibu dan dua anaknya yang berupaya masuk ke ruang
kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang sekuriti di
pintu masuk GKI Jalan Diponegoro Surabaya,
sebelum kemudian ketiganya meledakkan diri di
halaman gereja.
Serangan bom ketiga terjadi di
Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Saksi mata menuturkan ledakan
terjadi dari tempat parkir kendaraan.
Diduga serangan bom mobil. Api
langsung membumbung tinggi di
lokasi kejadian.
PENYELESAIAN KASUS

Setelah diselidiki, ternyata pelaku bom bunuh diri ini ialah satu keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan keempat anak mereka. Diduga, mereka melakukan tindakan ini karena
telah terpapar oleh paham radikalisme. Kasus pengeboman massal ini diselesaikan secara
hukum, namun karena para pelaku telah tewas, maka langkah yang diambil oleh pemerintah
ialah merancang dan menetapkan UU anti terorisme dan gerakan deradikalisasi. Pemerintah
juga semakin gencar membasmi para terduga teroris maupun para teroris yang tersebar di
sejumlah tempat di Indonesia. Diharapkan, kejadian serupa tidak akan terulang lagi di
waktu yang akan datang.
Aksi tersebut adalah tragedi kemanusiaan dan merupakan serangan langsung terhadap
hak asasi manusia. Dalam tragedi tersebut setidaknya terdapat pelanggaran terhadap empat
hak asasi manusia. Keempat hak tersebut adalah hak untuk hidup (right to life) yang
merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun, hak bebas dari rasa takut
(freedom from fear), hak atas rasa aman dan hak atas kebebasan beragama dan
berkeyakinan.

Anda mungkin juga menyukai