Anda di halaman 1dari 23

RIBA DAN BUNGA

dalam Kegiatan Ekonomi

Oleh Mohammad Arif Yunus


Sabda Rasululullah SAW, "Akan datang
kepada umat ini suatu masa nanti ketika
orang-orang menghalalkan riba dengan
alasan: aspek perdagangan" (HR Ibnu
Bathah, dari Al 'Auzai
Apa yang membedakan
antara
riba dan perdagangan?
2. Jual-beli Rp. X

1. Pinjam uang
Nasabah Bank Suplier
3. Bayar angsuran + bunga

1. Pesan barang
2. Jual-beli Rp. X
3. Jual-beli
Rp. X + marjin
Nasabah Bank Suplier
4. Bayar (tunai/cicilan)
Rp. X + marjin
Bunga Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada a Penentuan besarnya rasio/ nisbah
waktu akad dengan asumsi .bagi hasil dibuat pada waktu akad
harus selalu untung dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
b Besarnya persentase b Besarnya rasio bagi hasil
.berdasarkan pada jumlah .berdasarkan pada jumlah
uang (modal) yang keuntungan yang diperoleh
dipinjamkan.
c. Pembayaran bunga tetap se- c Bagi hasil tergantung pada
perti yang dijanjikan tanpa .keuntungan proyek yang
pertimbangan apakah proyek dijalankan. Bila usaha merugi,
yang dijalankan oleh pihak kerugian akan ditanggung bersama
nasabah untung atau rugi. oleh kedua belah pihak.
d Jumlah pembayaran bunga d Jumlah pembagian laba meningkat
.tidak meningkat sekalipun .sesuai dengan peningkatan jumlah
jumlah keuntungan berlipat pendapatan.
atau keadaan ekonomi se-  
dang "booming".
e. Eksistensi bunga diragukan e Tidak ada yang meragukan
(kalau tidak dikecam) oleh .keabsahan bagi hasil
semua agama termasuk
Islam.
Investasi versus Bunga

 Investasi adalah kegiatan usaha yang


mengandung risiko karena berhadapan
dengan unsur ketidakpastian. Dengan
demikian, perolehan kembaliannya (return)
tidak pasti dan tidak tetap.
 Membungakan uang adalah kegiatan usaha
yang kurang mengandung risiko karena
perolehan kembaliannya berupa bunga yang
relatif pasti dan tetap.
Hutang Uang versus Hutang Barang

 Hutang yang terjadi karena pinjam-meminjam uang


tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan
yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya
notaris, dan studi kelayakan. Tambahan lainnya yang
sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan
deflasi, tidak diperbolehkan.
 Hutang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan
barang harus jelas dalam satu kesatuan yang utuh
atau disebut harga jual. Harga jual itu sendiri terdiri
dari harga pokok barang plus keuntungan yang
disepakati. Sekali harga jual telah disepakati, maka
selamanya tidak boleh berubah naik, karena akan
masuk dalam kategori riba fadl. Dalam transaksi
perbankan syariah yang muncul adalah kewajiban
dalam bentuk hutang pengadaan barang, bukan
hutang uang.
Makna Riba

 Makna bahasa
Bertambah atau bertambah tinggi

 Makna ‘urf
Tambahan yang diberlakukan
sebagai imbalan penundaan
pembayaran hutang
 Badr Ad Din Al Ayni pengarang Umdatul
Qari Syarah Shahih Al Bukhari:
“Prinsip utama dalam riba adalah
penambahan. Menurut syariah riba berarti
penambahan atas harta pokok tanpa adanya
transaksi bisnis riel.”

 Imam Sarakhsi dari mazhab Hanafi:


“Riba adalah tambahan yang disyaratkan
dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh
(atau padanan yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut.”

 Raghib Al Asfahani
“Riba adalah penambahan atas harta pokok”
 Imam An Nawawi dari mazhab Syafi’i:
Salah satu bentuk riba yang dilarang Al Qur’an dan
As Sunnah adalah penambahan atas harta pokok
karena unsur waktu. Dalam dunia perbankan hal
tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai lama
waktu pinjaman.

 Qatadah:
“Riba jahiliyah adalah seseorang yang menjual
barangnya secara tempo hingga waktu tertentu.
Apabila telah datang saat pembayaran dan si
pembeli tidak mampu membayar, maka ia
memberikan bayaran tambahan atas
penangguhan.”
 Zaid bin Aslam:
“Yang dimaksud dengan riba jahiliyyah yang berimplikasi
pelipat-gandaan sejalan dengan waktu adalah seseorang
yang memiliki piutang atas mitranya. Pada saat jatuh tempo
ia berkata: ‘bayar sekarang atau tambah.’”

 Mujahid:
“Mereka menjual dagangannya dengan tempo. Apabila telah
jatuh tempo dan (tidak mampu bayar) si pembeli memberikan
‘tambahan’ atas tambahan waktu.”

 Ja’far Ash Shadiq dari kalangan Syiah:


Ja’far Ash Shadiq berkata ketika ditanya mengapa Allah 
mengharamkan riba – “Supaya orang tidak berhenti berbuat
kebajikan. Karena ketika diperkenankan untuk mengambil
bunga atas pinjaman, maka seseorang tidak berbuat ma’ruf
lagi atas transaksi pinjam-meminjam dan sejenisnya. Padahal
qard bertujuan untuk menjalin hubungan yang erat dan
kebajikan antarmanusia.”
 Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab
Hanbali
“Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang
riba beliau menjawab: Sesungguhnya riba itu
adalah seseorang memiliki hutang maka
dikatakan kepadanya apakah akan melunasi
atau membayar lebih. Jikalau tidak mampu
melunasi, ia harus menambah dana (dalam
bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu
yang diberikan.”
Makna Riba
 Makna Syar’i

Tambahan yang terjadi pada barter (tukar


menukar) beberapa jenis barang tertentu
yang sudah dibatasi oleh syara’, baik dengan
sebab berlebih ketika terjadi tukar-menukar
dua barang sejenis di majlis aqad (riba fadhl)
atau dengan sebab terlambat menyerahkan
barang oleh satu pihak (riba nasi’ah).
Jenis Riba
 Riba Nasi’ah
Tambahan kelebihan yang disebutkan
sebagai imbalan penundaan pembayaran

 Riba Fadhl
Tambahan yang disebutkan bukan karena
adanya penundaan pembayaran dan tidak
ada imbalan lainnya
HUKUM RIBA
 QS Al Baqarah 275 – 279  QS Ali Imran : 130
 Orang makan riba  Larangan memakan riba
dianggap gila seperti yang berlipat ganda
kemasukan syetan
 Anggapan jual beli sama  QS An Nisa : 160 – 161
dengan riba  Celaan bagi Yahudi karena
 Dihalalkan jual beli melanggar larangan
memakan riba
diharamkan riba
 Riba adalah memakan
 Ancaman pemakan riba harta orang dengan cara
 Seruan meninggalkan bathil
sisa riba
 QS Ar Rum : 39
 Riba tidak menambah
sedangkan zakat akan
menambah
HUKUM RIBA - Hadits

 Riba adalah salah satu di antara 7


dosa besar
 Ada 73 pintu dosa bagi pemakan riba
 Dosa terkecil riba seperti dosa anak
yang menzinai ibu kandungnya
Barang Ribawi pada riba fadhl

 Emas dan perak (uang)


 Gandum
 Jewawut
 Kurma
 Garam
Ketentuan pertukaran Barang Ribawi

 Jual-beli antara barang-barang ribawi sejenis


hendaklah dalam jumlah dan kadar yang sama.
Barang tersebut pun harus diserahkan saat transaksi
jual-beli. Misalnya rupiah dengan rupiah hendaklah Rp
5.000,00 dengan Rp 5.000,00 dan diserah-kan ketika
tukar-menukar.
 Jual beli antara barang-barang ribawi yang berlainan
jenis diperbolehkan dengan jumlah dan kadar yang
berbeda dengan syarat barang diserahkan pada saat
akad jual-beli. Misalnya Rp 5.000,00 dengan 1 dollar
Amerika.
Ketentuan pertukaran Barang Ribawi

 Jual-beli barang ribawi dengan yang bukan


ribawi tidak disyaratkan untuk sama dalam
jumlah maupun untuk diserah-kan pada
saat akad. Misalnya mata uang (emas,
perak, atau kertas) dengan pakaian.
 Jual beli antara barang-barang yang bukan
ribawi diperbolehkan tanpa persamaan dan
diserahkan pada waktu akad, misalnya
pakaian dengan barang elektronik.
Pertukaran
 Emas
TIDAK
SEJENIS  Perak
SEJENIS
 Gandum
- Sama - Sesuka
 Kurma
- Tunai - Tunai
 Sya’ir
 Garam
9 alasan yang memperbolehkan riba ?

1. Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal hukumnya


2. Hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang, adapun suku
bunga yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan
3. Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost) atas
hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
pengolahan dana tersebut
4. Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan
bunganya dilarang adapun yang produktif tidak demikian
5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-
barang lainnya oleh karena itu dapat disewakan dan diambil upah
atasnya
6. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang meng-
akibatkan menyusutnya nilai uang
7. Bunga diberikan atas dasar abstinence
8. Sejumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih tinggi
dari jumlah yang sama pada suatu masa nanti. Oleh karena itu
bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan nilai ini
9. Bank, demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
sebagai lembaga hukum tidak termasuk teritorial hukum taklif
Dampak Bunga

Dampak Ekonomi
 Di antara dampak ekonomi riba adalah dampak
inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai
biaya uang. Hal tersebut disebabkan karena
salah satu elemen dari penentuan harga adalah
suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin
tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada
suatu barang.
 Dampak lainnya adalah bahwa hutang, dengan
rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan
tingginya biaya bunga, akan menjadikan
peminjam tidak pernah keluar dari
ketergantungan, terlebih lagi bila bunga atas
hutang tersebut dibungakan.
Dampak Bunga
Sosial Kemasyarakatan
 Riba merupakan pendapatan yang didapat secara
tidak adil. Para pengambil riba menggunakan uangnya
untuk memerintah-kan orang lain agar berusaha dan
mengembalikan misalnya, dua puluh lima persen lebih
tinggi dari jumlah yang dipinjam-kannya. Persoalannya,
siapa yang bisa menjamin bahwa usaha yang
dijalankan oleh orang itu nantinya mendapatkan
keuntungan lebih dari dua puluh lima persen? Semua
orang, apalagi yang beragama, tahu bahwa siapapun
tidak bisa memastikan apa yang terjadi besok atau
lusa. Dan siapapun tahu bahwa berusaha memiliki dua
kemungkinan, berhasil atau gagal. Dengan
menetapkan riba, berarti orang sudah memastikan
bahwa usaha yang yang dikelola pasti untung.

Anda mungkin juga menyukai