Anda di halaman 1dari 574

13 MARET 2019

BIROKRASI PEMERINTAHAN
DOSEN : PURWANTO, S.ST, MSi
LITERATUR:
1. Miftah Toha (2016), Birokrasi & Politik di Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo
Persada.
2. Miftah Toha (2014), Birokrasi Politik, Jakarta, Prenada Media Group.
3. Diyah Mutiarin dan Arif Zainudin (2014), Manajemen, Birokrasi, dan Kebijakan
(penelusuran Konsep dan Teori),Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
4. Tim Penyusun PKMK-LAN (2012), Modul Diklat Khusus Reformasi Birokrasi,
Jakarta, PKMK-LAN.
5. Ahmad Sumargono (2009), Reformasi Birokrasi (Menuju Pemerintahan yang
Bersih), Jakarta, PKSPP.
6. MAP-UGM dan JIAN-UGM (2009), Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan, dan
Pelayanan Publik, Yogyakarta, Gava Media.
7. Sedarmayanti (2009), Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan, Bandung, Refika Aditama.
1. PENGERTIAN, HAKIKAT, DAN
KONSEP BIROKRASI
A. PENGERTIAN BIROKRASI:
1. Pengertian:
• Apa yang dimaksud dengan birokrasi (bureaucracy)? Secara umum, pengertian
birokrasi adalah rantai komando berbentuk piramida dalam suatu organisasi di
mana posisi di tingkat bawah lebih banyak daripada tingkat atas.
• Ada juga yang menjelaskan arti birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang
memiliki tata prosedur, pembagian kerja, adanya hirarki, dan adanya hubungan
yang bersifat impersonal. 
• Organisasi yang menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan
aturan yang ketat sehingga dalam proses operasionalnya cenderung kurang
fleksibel dan kurang efisien.
2. Arti Birokrasi Menurut Para Ahli:
a. Max Weber
Menurut Max Weber, pengertian birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang
penerapannya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini
dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh
berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh
banyak orang.
b. Menurut Fritz Morstein Marx (1984)
Pengertian birokrasi adalah suatu tipe organisasi yang digunakan oleh pemerintah
modern untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan
dalam sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah.
c. Peter A. Blau dan Charles H. Page (1956)
Arti birokrasi adalah suatu tipe organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-
tugas administratif yang besar, yaitu dengan cara mengkoordinir secara sistematik
pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang.
d. Riant Nugroho Dwijowijoto (2004)
Pengertian birokrasi adalah suatu lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan
untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-hal yang baik
maupun buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen administrasi rasional yang
netral pada skala yang besar.
e. Farel Heady (1989)
Pengertian birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang memiliki karakteristik
tertentu; hierarki, diferensiasi, dan kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi berkaitan
dengan struktur jabatan yang mengakibatkan perbedaan tugas dan wewenang
antar anggota organisasi.
3. Ciri-Ciri Birokrasi:
Sistem birokrasi memiliki ciri tersendiri sehingga mudah dikenali.
Menurut Max Weber, adapun ciri-ciri birokrasi adalah sebagai berikut:
a. Jabatan administrasi tersusun secara hirarkis (Administratice offices are
organized hierarchically).
b. Setiap jabatan diisi oleh orang yang memiliki kompetensi tertentu (Each office
has its own area of competence).
c. Pegawai negeri ditentukan berdasarkan kualifikasi teknik yang ditunjukan
dengan ijazah atau ujian (Civil servants are appointed, not electe, on the basis of
technical qualifications as determined by diplomas or examination).
d. Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau
kedudukannya (Civil servants receive fixed salaries according to rank).
e. Pekerjaan merupakan karier yang terbatas, atau setidaknya, pekerjaannya
sebagai pegawai negeri (The job is a career and the sole, or at least primary,
employment of the civil servant).
f. Para pejabat tidak memiliki kantor sendiri (The official does not own his or her
office).
g. Para pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan (the official
is subject to control and discipline).
h. Promosi didasarkan pada pertimbangan kemampuan yang melebihi rata-
rata (Promotion is based on superiors judgement).
4. Fungsi Birokrasi:
Menurut Michael G. Roskin, et al, setidaknya ada empat fungsi birokrasi di dalam
suatu pemerintahan. Mengacu pada pengertian birokrasi, adapun beberapa fungsi
birokrasi adalah sebagai berikut:
a. Administrasi
• Fungsi administrasi bertujuan untuk mengimplementasikan undang-undang yang
telah disusun dan ditetapkan oleh legislatif serta penafsiran atas undang-undang
tersebut oleh eksekutif.
• Artinya, fungsi administrasi adalah menjalankan kebijakan umum suatu negara
yang telah dirancang dan ditetapkan untuk mencapai tujuan negara secara
keseluruhan.
b. Pelayanan
• Pada dasarnya birokrasi bertujuan untuk melayani masyarakat atau kelompok-
kelompok tertentu.
• Salah satu contohnya adalah birokrasi di korporasi negara seperti PT. KAI yang
bertujuan untuk menjalankan fungsi pelayanan publik.
c. Regulasi
Fungsi regulasi suatu pemerintahan umumnya dirancang dan ditetapkan untuk
mengamankan kesejahteraan masyarakat umum. Pada pelaksanaannya, badan
birokrasi akan dihadapkan pada dua pilihan; kepentingan individu versus
kepentingan masyarakat umum.
d. Pengumpul Informasi
• Badan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan negara tentu memiliki informasi dan
data mengenai efisiensi/efektivitas pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah di
masyarakat.
• Misalnya terdapat pungli saat pembuatan SIM dan STNK, maka pemerintah akan
merancang prosedur baru dalam pembuatan SIM dan STNK untuk menghindari
pungli.
5. Peran Birokrasi:
Dalam pelaksanaannya, peran birokrasi sangat diperlukan dalam menjalankan
aturan dan pelayanan di masyarakat. Adapun beberapa peran birokrasi adalah
sebagai berikut:
a. Menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan pemerintah,
b. Melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka mencapai visi dan misi
pemerintah dan negara,
c. Memberikan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan
yang profesional dan merata.
d. Melaksanakan manajemen pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasa, koordinasi, evaluasi, sinkronisasi, dan lainnya,
e. Berperan sebagai penghubung antara pemerintah/negara dengan masyarakat
umum.
B. HAKIKAT BIROKRASI:
1. Pengertian:
Birokrasi adalah entitas penting suatu negara. Apa yang dimaksud dengan
birokrasi? Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Bureau/Biro (meja) dan
Cratein (pemerintahan), yang jika disintesakan berarti Pemerintahan Meja.
• Tentu agak 'lucu' pengertian seperti ini, tetapi memang demikianlah hakikat
birokrasi, oleh sebab lembaga inilah tampak kaku yang dikuasai oleh orang-orang
di belakang meja. Mengapa demikian ?
• Di dalam pendekatan institusional (kelembagaan), khususnya di dalam skema,
tercantum 'lalu-lintas' administrasi negara dari eksekutif 'turun' ke Kebijakan
Administrasi, lalu ke Administrasi dan yang terakhir ke pemilih
• Artinya, setiap kebijakan negara yang diselenggarakan pihak eksekutif
diterjemahkan ke dalam bentuk kebijakan administrasi negara, di mana
pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan oleh lembaga birokrasi.
• Badan-badan seperti Kementerian, Kanwil, Kantor Kelurahan, Kantor Samsat, di
mana kantor-kantor tersebut semua merupakan badan-badan birokrasi negara
yang mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat langsung berhubungan
dengan masyarakat. 
Menurut Michael G. Roskin, et al., menyebut pengertian birokrasi, adalah sebagai
berikut:
• Bagi mereka birokrasi adalah "setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri
atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk
melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para
pengambil keputusan (decision makers).
• Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang
terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya
pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
2. Karakteristik Birokrasi
Karakteristik birokrasi yang umum diacu adalah yang diajukan oleh Max Weber.
Menurut Weber, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:
a. Organisasi yang disusun secara hirarkis,
b. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus,
c. Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang diangkat, bukan
dipilih, di mana pengangkatan tersebut didasarkan kepada kualifikasi
kemampuan, jenjang pendidikan, atau pengujian (examination).
d. Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi,
e. Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir,
f. Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka,
g. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin, dan
h. Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior's judgments).
C. KONSEP BIROKRASI:
1. Konsep:
• Konsep-konsep birokrasi secara awam lekat dengan stempel “tak efektif”,
“lambat”, “kaku”, bahkan “menyebalkan.” Stempel-stempel seperti ini pada satu
sisi menemui sejumlah kebenarannya pada fakta lapangan. Namun, sebagian lain
merupakan stereotipe yang sesungguhnya masih dapat diperdebatkan
keabsahannya.
• Konsep birokrasi yang dikaji pada materi ini mengikut pada dua teoretisi yang
cukup berpengaruh di bidang ini. Pertama adalah konsep birokrasi yang
disodorkan Max Weber. Kedua adalah konsep birokrasi yang disodorkan oleh
Martin Albrow. 
2. Konsep Birokrasi Menurut Max Weber:
• Max Weber sendiri tidak pernah secara definitif menyebutkan makna Birokrasi.
Weber menyebut begitu saja konsep ini lalu menganalisis ciri-ciri apa yang
seharusnya melekat pada birokrasi. Gejala birokrasi yang dikaji Weber
sesungguhnya birokrasi-patrimonial. Birokrasi-Patrimonial ini berlangsung di
waktu hidup Weber, yaitu birokrasi yang dikembangkan pada Dinasti
Hohenzollern di Prussia.
• Birokrasi tersebut dianggap oleh Weber sebagai tidak rasional. Banyak
pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan Dinasti.
Akibatnya banyak pekerjaan negara yang “salah-urus” atau tidak mencapai hasil
secara maksimal. Atas dasar “ketidakrasional” itu, Weber kemudian
mengembangkan apa yang seharusnya (ideal typhus) melekat di sebuah birokrasi.
Weber terkenal dengan konsepsinya mengenai Tipe Ideal (ideal typhus) bagi
sebuah otoritas legal dapat diselenggarakan, yaitu:
a. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan; 
b. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang berbeda sesuai dengan
fungsi-fungsinya, yang masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas dan
sanksi-sanksi; 
c. Jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yang disertai dengan rincian hak-hak
kontrol dan pengaduan (complaint); 
d. Aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis
maupun secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, manusia yang terlatih
menjadi diperlukan; 
e. Anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota sebagai
individu pribadi; 
f. Pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya; 
g. Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini cenderung
menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi modern; dan 
h. Sistem-sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat
pada bentuk aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi
birokratik. 
Bagi Weber, jika ke-8 sifat di atas dilekatkan ke sebuah birokrasi, maka birokrasi
tersebut dapat dikatakan bercorak legal-rasional.
Weber melanjutkan ke sisi pekerja (staf) di organisasi yang legal-rasional. Bagi
Weber, kedudukan staf di sebuah organisasi legal-rasional adalah sebagai berikut:
a. para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya menjalankan
tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka,
b. terdapat hirarki jabatan yang jelas,
c. fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas,
d. para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak,
e. para pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya didasarkan pada
suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian, 
f. para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengkapi hak-hak pensiun. Gaji bersifat
berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu menempati
posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu, pejabat juga dapat diberhentikan, 
g. pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat, 
h. suatu struktur karir dn promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan keahlian
(merit) serta menurut pertimbangan keunggulan (superior),
i. pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan
sumber-sumber yang tersedia di pos terbut, dan
j. pejabat tunduk pada sisstem disiplin dan kontrol yang seragam. 
• Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin
(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem
birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.”
• Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal
oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa pun
juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-
akibatnya
• Khususnya, Weber memperhatikan fenomena kontrol superordinat atas
subordinat. Kontrol ini, jika tidak dilakukan pembatasan, berakibat pada
akumulasi kekuatan absolut di tangan superordinat. Akibatnya, organisasi tidak
lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai keinginan pemimpin belaka. Bagi
Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap kekuasaan yang ada di dalam
birokrasi, yang meliputi point-point berikut:
Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai keinginan
pemimpin belaka.
Menurut Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap kekuasaan yang ada di dalam
birokrasi, yang meliputi point-point berikut:
a. Kolegialitas
• Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam pengambilan suatu
keputusan.
• Weber mengakui bahwa dalam birokrasi, satu atasan mengambil satu keputusan sendiri.
Namun, prinsip kolegialitas dapat saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan. 
b. Pemisahan Kekuasaan

• Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang sama
antara dua badan atau lebih.
• Misalnya, untuk menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara
badan DPR dan Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber, tidaklah stabil
tetapi dapat membatasi akumulasi kekuasaan. 
c. Administrasi Amatir
• Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah tidak mampu membayar orang-
orang untuk mengerjakan tugas birokrasi, dapat saja direkrut warganegara yang dapat
melaksanakan tugas tersebut.
• Misalnya, tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan” menghitung surat
suara bagi tiap TPS, ibu-ibu rumah tangga diberi kesempatan menghitung dan diberi
honor.
Tentu saja, pejabat KPU ada yang mendampingi selama pelaksanaan tugas
tersebut. 
d. Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang bertanggung jawab kepada
suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia, meski merupakan prerogatif
Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu harus di-fit and proper-test oleh
DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung jawab
kepada rakyat secara keseluruhan. 
e. Representasi
Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang diangkat mewakili para
pemilihnya.
• Dalam kinerja birokrasi, partai-partai politik dapat diandalkan dalam mengawasi
kinerja pejabat dan staf birokrasi.
• ini akibat pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari partai politik mewakili
rakyat pemilih mereka. 
3. Konsep Birokrasi Martin Albrow
• Martin Albrow adalah sosiolog dari Inggris. Ia banyak menulis seputar pandangan para
ahli seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, ia sendiri mengajukan beberapa
konsepsinya seputar birokrasi.
• Albrow membagi 7 cara pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini
dipergunakan sebagai pisau analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yang banyak
dipraktekkan di era modern.
Ketujuh Konsepsi Birokrasi Albrow adalah:
a. Birokrasi sebagai organisasi rasional
• Birokrasi sebagai organisasi rasional sebagian besar mengikut pada pemahaman Weber.
Namun, rasional di sini patut dipahami bukan sebagai segalanya terukur secara pasti
dan jelas.
• Birokrasi dapat dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi
dalam administrasi.
• Secara teknis, birokrasi juga mengacu pada mode pengorganisasian dengan
tujuan utamanya menjaga stabilitas dan efisiensi dalam organisasi-organisasi
yang besar dan kompleks.
• Birokrasi juga mengacu pada susunan kegiatan yang rasional yang diarahkan
untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi. 
• Perbedaan dengan Weber adalah, jika Weber memaklumkan birokrasi sebagai
“organisasi rasional”,
• Albrow memaksudkan birokrasi sebagai “organisasi yang di dalamnya manusia
menerapkan kriteria rasionalitas terhadap tindakan mereka.”
b. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
• Birokrasi merupakan antitesis (perlawanan) dari dari vitalitas administratif dan
kreativitas manajerial.
• Birokrasi juga dinyatakan sebagai susunan manifestasi kelembagaan yang
cenderung ke arah infleksibilitas dan depersonalisasi.
• Birokrasi juga mengacu pada ketidaksempurnaan dalam struktur dan fungsi
dalam organisasi-organisasi besar.
c. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat
• Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator yang
profesional. Atau, birokrasi merupakan pemerintahan oleh para pejabat.
• Dalam pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan
melakukan sesuatu.
• Seringkali dikatakan birokrasi adalah kekuasaan para elit pejabat. 
d. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)
• Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi pemerintahan
sipil ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah.
• Birokrasi merupakan sistem administrasi, yaitu struktur yang mengalokasikan
barang dan jasa dalam suatu pemerintahan.
• Lewat birokrasi, kebijakan-kebijakan negara diimplementasikan. 
5. Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat
• Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan).
• Di struktur itu, staf-staf administrasi yang menjalankan otoritas keseharian
menjadi bagian penting.
• Staf-staf itu terdiri dari orang-orang yang diangkat. Mereka inilah yang disebut
birokrasai-birokrasi.
• Fungsi dari orang-orang itu disebut sebagai administrasi.
f. Birokrasi sebagai suatu organisasi
• Birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar, formal, dan modern.
• Suatu organisasi dapat disebut birokrasi atau bukan mengikut pada ciri-ciri yang
sudah disebut.
g. Birokrasi sebagai masyarakat modern
• Birokrasi sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di mana
masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh birokrasi.
• Tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar ataupun birokrasi
negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang ada di dua tipe
birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut dikatakan
modern.
2. TEORI DAN RUANG LINGKUP
BIROKRASI PEMERINTAHAN
A. TEORI BIROKRASI PEMERINTAHAN:
1. Teori Birokrasi (Teori Klasik Organisasi 1)
• Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal.
Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam
organisasi.
• Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948),
selama bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna meningkatkan
efektivitas administrasi organisasi.
• Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber
(1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik
struktural.
• Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan
dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber
menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk
merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.
• Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi
pekerja untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas
yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus
tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.
• Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota
organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu,
membantu mengarahkan hubungan intra personal di antara anggota organisasi
guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
• Keempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik
yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
kepada mereka. Para manajer harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja
secara logis, dan individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk
melakukan tugasnya demi organisasi/perusahaan.
• Kelima, mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab
memungkinkan aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang
berbeda.  Mampu tukar ini menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif
untuk dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu yang melaksanakan
tugasnya-tugasnya.
• Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di
antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas
organisasi. Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada
tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi,
ini menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas organisasi di dalam
perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi individu.
• Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota
organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja
harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan perusahaan dari
kinerja yang mereka lakukan.
• Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas perusahaan.
Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan
panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.
2. Birokrasi  menurut Max Weber:
• Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin
(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat).
• Sistem birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga
memasukkan birokrasi sebagai sistem legal-rasional.
• Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa
pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-
akibatnya.
a. Kelebihan Sistem Birokrasi Max Weber: 
•  Adanya aturan, norma, dan prosedur untuk mengatur organisasi dalam model
teori birokrasi Max Weber, ditekankan mengenai pentingnya peraturan.
• Weber percaya bahwa peraturan seharusnya diterapkan secara rasional dan
harusnya ada peraturan untuk segala hal dalam organisasi. Tentunya, peraturan-
peraturan itu tertulis.
• Organisasi akan mempunyai pedoman dalam menjalankan tugas-tugasnya. 
b. Kekurangan Sistem Birokrasi Max Weber:
• Hierarki otoritas yang formal malahan cenderung kaku,
• Karena sistem hierarki organisasi/perusahaan, maka bawahan akan segan
menyapa atasannya kalau tidak benar-benar perlu.
• Hal ini menciptakan suasana formal yang malah cenderung kaku dalam
organisasi.
B. BIROKRASI SEBAGAI TIPE ORGANISASI:
1. Pengertian Birokrasi Menurut Para Ahli:
Birokrasi sebagai tipe organisasi dikemukakan oleh para ahli/pakar, sebagai berikut:
a. Menurut Max Weber
• Pengertian Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya
berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai.
• Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan secara
rasional oleh berbagai macam peraturan.
• Birokrasi ini dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan
yang harus dilakukan oleh orang banyak.
b. Menurut Fritz Morstein Marx
Pengertian Birokrasi adalah suatu tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah
modern untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan
dalam sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah.
c. Menurut Peter A. Blau dan Charles H. Page
• Birokrasi adalah suatu tipe dari organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai
tugas-tugas administratif yang besar, yaitu dengan cara mengkoordinir secara
sistematik pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang.
• Definisi birokrasi menurut Blau dan Page menunjukkan bahwa birokrasi tidak
hanya dikenal dalam organisasi pemerintah, akan tetapi juga pada semua
organisasi besar, seperti organisasi militer dan organisasi-organisasi niaga.
Dengan demikian, birokrasi dapat dilihat pada setiap bentuk organisasi modern
yang dihasilkan oleh proses rasionalisasi.
d. Menurut Ferrel Heady 
• Mengatakan bahwa organisasi birokratik disusun sebagai satu hierarki otorita
yang terperinci, untuk mengatasi pembagian kerja. Ferrel Heady meyakini bahwa
birokrasi adalah satu bentuk organisasi.
• Organisasi, tidak peduli apakah ia birokrasi atau tidak, ditentukan oleh ada atau
tidaknya karakteristik strukturalnya.
• Memahami bahwa birokrasi merupakan karakter struktur dari setiap organisasi,
namun tidak berarti bahwa semua birokrasi identik dengan struktur.
e. Menurut Dennis Wrong
• Pengertian birokrasi oleh Max Weber dipandang sebagai suatu manifestasi
sosiologi dari proses rasionalisasi.
• Dennis Wrong mencatat bahwa birokrasi organisasi yang diangkat sepenuhnya
untuk mencapai satu tujuan tertentu dari berbagai macam tujuan, ia diorganisasi
secara hierarki dengan jalinan komando yang tegas dari atas ke bawah, ia
menciptakan pembagian pekerjaan jelas yang menugasi setiap orang dengan
tugas yang spesifik, peraturan dan ketentuan umum yang menuntun semua sikap
dan usaha untuk mencapai tujuan.
• Karyawannya dipilih terutama berdasarkan kompetensi dan keterlatihannya,
sehingga kerja dalam birokrasi cenderung merupakan pekerjaan sepanjang hidup.
• Pemikiran birokrasi dari Max Weber dijadikan sebagai patokan yang melahirkan
berbagai pandangan mengenai birokrasi.
• Dalam pemikiran Max Weber, setiap aktivitas yang menuntut koordinasi yang
ketat terhadap kegiatan-kegiatan dari sejumlah besar orang dan melibatkan
keahlian-keahlian khusus, maka satu-satunya peluang yaitu dengan mengangkat
atau menggunakan organisasi birokratik.
• Alasan penting untuk mengembangkan organisai birokratik yaitu senantiasa
didasarkan hanya pada keunggulan teknis dibandingkan dengan bentuk organisasi
lainnya.
2. Kemudian birokrat sendiri menurut Downs, bukanlah diartikan setiap orang
yang menjadi anggota biro, akan tetapi diartikan sebagai orang yang bekerja
dan ditandai dengan karakteristik organisasi di atas, yaitu birokrat adalah:
• orang yang bekerja pada organisasi berskala besar,
• orang yang bekerja full time,
• kebijakan kepegawaian organisasi (penggajian, promosi, pensiun) merupakan
bagian penting  dari anggota orgaanisasi dan didasarkan pada kinerja mereka,
serta
• hasil kerja dalam organisasi yang mereka kerjakan yang dinilai.
Beberapa hal penting tentang birokrat:
• Birokrat dapat bekerja pada organisasi walaupun bukan berbentuk biro,
• Pengertian ini memperbolehkan kita menyebut birokrat pada organisasi swasta,
yang secara intrinsik (susunan) berbeda dengan biro,
• Tidak semua pegawai dalam suatu biro dapat menjadi birokrat,
• Secara individual birokrat lebih kurang memiliki ciri efisien, jujur, bekerja keras,
teliti dan nilai-nilai yang pada umumnya berbeda dengan nonbirokrat.
3. Ciri Organisasi Menurut Max Weber:
Dalam teorinya, Weber mengemukakan 10 ciri organisasi, yaitu:
a. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara
jabatan-jabatan. Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah
jabatan-jabatan,
b. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas, tugas-tugas
tersebut disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi  (job
description),
c. Kewenangan: melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan (saat resmi
menduduki sebuah jabatan),
d. Garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hirarkis.
e. Sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan secara
formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi,
f. Prosedur bersifat formal dan impersonal. Perlu adanya catatan tertulis demi
kontinuitas, keseragaman (uniformitas), dan untuk maksud-maksud transaksi,
g. Adanya prosedur untuk menjalankan disiplin anggota,
h. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan
organisasi,
i. Pegawai yang dipilih utk bekerja berdasarkan kualifikasi teknis, dan
j. Kenaikan jabatan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
C. BIROKRASI ALAT DAN SISTEM UNTUK MENCAPAI TUJUAN:
1. Pengertian:
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka untuk bisa menuju atau menciptakan
birokrasi sebagai agen pembangunan yang lebih kompetetif, adaptif, dan responsif
dalam memberikan pelayanan publik dan melaksanakan pembangunan, maka
dinas pemerintahan harus melakukan perubahan dan pembaruan yang mengarah
pada karakteristik berikut.
• Struktur dan proses birokrasi harus jelas, tegas, dan fleksibel.
• Para birokrat harus mengetahui apa yang menjadi tujuan birokrasi.
• Para birokrat harus mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
• Para birokrat harus mempunyai kemampuan dan kejelian dalam mengenali,
mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan kepentingan yang dihadapi oleh
masyarakat tempat birokrasi itu berada.
• Para birokrat harus mempunyai kemampuan dalam memobilisasi dan
mendayagunakan sumber daya local untuk memecahkan masalah dan memenuhi
apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
• Para birokrat harus membuka kesempatan yang seluas-luasnya pada warga
masyarakat untuk berkonsultasi.
• Para birokrat harus berani mengambil keputusan sesuai dengan kompetensi
mereka.
• Para birokrat harus senantiasa mendorong dan mengajak warga masyarakat
untuk aktif berpratisipasi dan ikut serta dalam melaksanakan pembangunan
secara terpadu.
2. Pelayanan Pemerintahan:
Menurut Fitzsimmons (1982), mengatakan bahwa:
• Customer satisfaction with service quality can be defined perception of received
with expectation of service desired (maksudnya rasa puas orang yang
memerlukan pelayanan bisa diartikan  dengan memperbandingkan bagaimana
pandangan antara pelayanan yang diterima dengan harapan pelayanan yang
diharapkan).
• Dalam pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang
diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka
harapkan.
• Ketika masyarakat menghendaki pembuatan kartu tanda penduduk, izin
mengemudi, izin mendirikan bangunan, dan lain-lain dikerjakan dalam waktu
yang singkat, dengan biaya relatif murah serta mutu yang baik. 
• Apabila yang mereka terima adalah pembuatannya dikerjakan berlarut-larut,
biaya yang dikeluarkan cukup tinggi dan tidak transparan, serta kemudian mutu
surat izin tersebut buruk, tidak bisa dibaca, salah tanggal dan nama, atau keliru
lokasi maka masyarakat tidak puas.
Jadi, yang namanya pelayanan terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
• Biayanya relatif harus lebih rendah,
• Waktu untuk mengerjakan relatif cepat, dan
• Mutu yang diberikan relatif lebih bagus.
D. BIROKRASI MUTLAK DIPERLUKAN:
1. Birokrasi rasional
• Tidak dapat dipungkiri bahwa, munculnya dorongan untuk membentuk sistem
pemerintahan yang desentralistik tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk
penyederhanaan sistem birokrasi.
• Dimana, sistem sentralisme pemerintahan selama ini (orde lama hingga orde baru)
diyakini memakan waktu yang relatif lama.
• Oleh karena itu, sejalan dengan hembusan reformasi yang
menuntut reform diberbagai bidang juga terkait dengan birokrasi.
Konsep tentang struktur birokrasi yang rasional menurut Weber sebagaimana yang
disebut Etzioni (1985;77), yaitu:
• Suatu susunan fungsi pejabat yang tetap dan terikat oleh peraturan.
• Weber menjelaskan organisasi rasional merupakan antithesis dari pada hubungan
khusus, temporal, dan yang tidak stabil, dengan demikian titik beratnya
diartikannya kepada kontinuitas.
• Peraturan akan menghasilkan suatu penyelesaian baru bagi setiap persoalan dan
kasus, peraturan akan mempermudah standarisasi dan banyak kasus
diperlakukan secara sama.
Bidang kompetensi khusus, ini menyangkut:
a. Suatu bidang kewajiban untuk menjalankan berbagai fungsi yang merupakan
pembagian kerja yang sistematis,
b. Persyaratan bagi para pemegang jabatan dengan wewenang yang diperlukan
untuk melaksanakan fungsi tersebut, dan
c. Bahwa sarana pelaksana sudah ditentukan secara jelas dan penggunanya
tunduk pada kondisi tertentu.
2. Birokrasi Patrimonial
• Terminologi patrimonial adalah konsep  antropologi yang secara nominatif
berasal kata dari patir dan secara genetif berasal dari kata patris yang berarti
Bapak.
• Konsep yang dikembangkan dari kata tersebut kemudian diterjemahkan secara
lebih luas yakni menjadi warisan dari bapak atau nenek moyang.
• Kata sifat dari konsep  tersebut adalah patrimonial yang berarti sistem pewarisan
menurut garis bapak.
• Menurut The Consolidated Webster Encyclopedia Dictionary dalam Moedjanto
(1998:101), menguraikan bahwa dalam perkembangan lebih lanjut, konsep
tersebut mengandung pengertian yakni sistem pewarisan nenek moyang  yang
mementingkan laki-laki atau perempuan dengan perbandingan yang dua lawan
satu.
3. Budaya Birokrasi
• Uraian di atas telah mencoba menjelaskan dua perspektif birokrasi yakni birokrasi
rasional-modern yang dikembangkan oleh Max Weber sebagai kontra  terhadap
birokrasi patrimonial.
• Bila birokrasi rasional yang dikembangkan oleh Weber adalah tipe ideal, bebas
dari impersonal, objektif, dan keutamaan terhadap prestasi (pendidikan dan
latihan) dan banyak diterapkan di negara-negara maju.
• Selanjutnya, birokrasi patrmonial adalah keutamaan terhadap ikatan-ikatan
primordial (primordial ties) seperti agama, suku, klan, teritori, subjektif, kurang
mengindahkan prestasi dan banyak ditemukan di negara-negara dunia
berkembang seperti bangsa Indonesia.
3. PERAN BIROKRASI DALAM
PEMERINTAHAN
A. KETERKAITAN ADMINISTRASI NEGARA, BIROKRASI, DAN
KEBIJAKAN PUBLIK:
1. Pengertian:
• Di dalam pendekatan institusional (kelembagaan), khususnya di dalam
skema, tercantum 'lalu-lintas' administrasi negara dari eksekutif 'turun' ke
Kebijakan Administrasi, lalu ke administrasi dan yang terakhir ke pemilih.
• Artinya, setiap kebijakan negara yang yang diselenggarakan pihak eksekutif
diterjemahkan ke dalam bentuk kebijakan administrasi negara, di mana
pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan oleh lembaga birokrasi. 
• Dikenal badan-badan seperti kementerian, kanwil, Kantor Kelurahan, Kantor
Samsat, di mana kantor-kantor tersebut semua merupakan badan-badan
birokrasi negara yang mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat
langsung berhubungan dengan masyarakat.
• Menurut Michael G. Roskin, et. al., menyebut pengertian birokrasi adalah setiap
organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang diangkat, di
mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement) kebijakan-
kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil keputusan (decision makers). 
• Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang
terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya
pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
• Birokrasi juga dioperasikan oleh serangkaian aturan serta prosedur yang bersifat
tetap.
• Terdapat rantai komando berupa hirarki kewenangan di mana tanggung jawab
setiap bagian-bagiannya mengalir dari atas ke bawah.
2. Tipe Birokrasi Negara:
Terdapat 3 Tipe Birokrasi, yaitu:
a. Birokrasi Tertutup
Reformasi harus mengarah ke keterbukaan. Di sini reformasi yang cocok adalah
pogramatik, karena birokrasi-birokrasi mempunyai nilai-nilai tradisional yang kuat
sehingga ia harus dapat menyesuaikan/menciptakan program sesuai kebutuhan
masyarakat bukan bagaimana mencapai program itu.
b. Birokrasi Campuran
Cocok melakukan reformasi teknis dan programatik, karena di sini prosedur sudah ada
dan nilai-nila tradisional mulai memudar. Jadi diperlukan bagaimana metodenya dan
programnya.
c. Birokrasi Terbuka
• Cocok untuk reformasi prosedural karena aturan-aturan sudah mulai tidak jelas.
• Karena tidak ada spesifikasi yang jelas dalam perekrutan pegawai.
• Kegagalan yang terjadi di Negara berkembang karena salah mengkaitkan antara tipe
birokrasi dan tipe reformasi.
• Apa yang diterapkan tergantung pada kultur setempat di sini tergantung pada rezim
yang sedang diterapkan.
Terdapat 2 pandangan tentang Birokrasi Pemerintah:
a. Mutlak diperlukan sebagai penyelamat warga, peran utama dalam
pembangunan suatu negara dan
b. Menunjukkan gejala yang tidak menyenangkan (ex: pelayanan yang berbelit-
belit).
Untuk melihat tipe-tipe birokrasi negara, dapat kiranya kita manfaatkan pemisahan
tipe birokrasi menurut ideal typhus Amerika Serikat.
Ideal typhus tersebut lalu dikomparasikan dengan apa yang ada di Indonesia.
Di Amerika Serikat, terdapat 4 jenis birokrasi yaitu:
a. The Cabinet Departments (departemen-departemen di dalam kabinet),
b. Federal Agencies (agen-agen federal),
c. Federal Corporation (perusahaan-perusahaan federal milik federal), dan
d. Independent Regulatory Agencies (agen-agen pengaturan independen).
B. KETERKAITAN SUMBER DAYA BIROKRASI DALAM DEMOKRASI:
1. Pengertian:
• Hubungan birokrasi dan demokrasi sesungguhnya rapat.
• Istilah birokrasi dan demokrasi kerap dipertentangkan satu sama lain.
• Pertentangan ini berlaku baik pada tataran akademis maupun awam.
• Di satu sisi, birokrasi publik menempati posisi penting dalam administrasi publik
yang efektif.
• Namun, birokrasi dianggap bersifat legalistik dan mengabaikan tuntutan serta
keinginan warga negara secara individual.
• Birokrasi cenderung diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat hirarkis bahkan
bentuk pemerintahan yang otoritarian.
• Ini tetap terjadi meski birokrasi tercipta justru untuk mengimplementasikan
kebijakan yang telah dibuat, dan seringkali secara demokratis.
• Lembaga pemerintahan yang demokratis diasumsikan amat responsif pada
keinginan publik.
• Pemerintahan demokratis berupaya memetakan pilihan publik ke dalam
kebijakan positif bagi warga negaranya.
• Menurut Richard Rose dan lainnya telah mengkaji hubungan antara voting dan
pilihan kebijakan dalam negara demokrasi perwakilan yang ternyata tidak begitu
jelas seperti yang digembar-gemborkan.
• Bahkan, publik dapat saja memilih tujuan-tujuan yang inkonsisten. Atau publik
punya harapan yang kurang realistik yang memaksa pemimpin (baik di kalangan
legislatif ataupun birokrasi) membuat keputusan hanya untuk diri mereka sendiri.
2. Hubungan Antara Birokrasi dan Demokrasi:
• Hubungan antara birokrasi dan demokrasi sekaligus paradoksal (seolah-olah
bertentangan) juga saling melengkapi.
• Paradoksal akibat kenyataan bahwa negara demokrasi yang efektif justru
memerlukan birokrasi yang berfungsi baik.
• Stereotip (prasangka) kaku yang ditempelkan secara negatif pada birokrasi justru
diperlukan agar negara demokratis berfungsi baik.
• Konsep birokrasi dan demokrasi mungkin terkesan bertentangan, namun
sesunggunya keduanya diperlukan demi terciptanya pemerintahan yang efektif
dan responsif. Keduanya menyediakan manfaat bagi masyarakat.
• Responsifnya pemerintahan demokratis harus diimbangi dengan kepastian dan
kenetralan yang ada di lembaga birokrasi.
• Begitu juga, proses-proses demokratis diperlukan demi mengabsahkan proses
pemerintahan dan menghasilkan perundang-undangan yang benar-benar
diinginkan warga negara.
• Sifat komplementer (saling melengkapi satu sama lain) birokrasi dan demokrasi
ini esensial bagi good governance.
• Model organisasi yang strukturnya monolitik dan perilaku birokrat biasanya
cenderung tidak inovatif, sebab dalam melakukan tugasnya hanya sekedar
mengikuti aturan dan demi aturan itu sendiri.
• Model ini yang disebut rule driven atau rule following organization (Painter, 1994,
Kingsley, 1996).
• Model ini tidak cocok untuk beroperasi dalam pusaran dunia yang semakin
kompetitif, karena tidak akan bertahan menghadapi persaingan dan situasi sosial,
ekonomi, dan politik yang berubah dengan cepat.
• Perlu adanya reformasi birokrasi publik, yaitu setidaknya ada lima hal yang
sekaligus menjadi tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi oleh administrasi
negara atau birokrasi publik dalam memberikan pelayanan sebaik-baiknya.
Birokrasi publik dalam memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat,
menurut Irfan Islamy (1998: 3), yaitu:
a. Derasnya tuntutan agar pemerintah menumbuhkan adanya Good Governance,
yaitu sistem penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab,
dan profesional,
b. Semakin tajamnya kritik masyarakat atas semakin rendahnya kualitas pelayanan
publik,
c. Semua aparatur pemerintahan dituntut untuk mempunyai sense of critis,
sehingga mereka benar-benar faham membutuhkan aparat pelayanan yang
bekerja lebih keras dan lebih produktif dengan minimnya sumber daya,
d. Aparat pemerintah dituntut untuk bekerja lebih profesional dengan
terpenuhinya akuntabilitas publik (public accountability), yaitu dengan
menekan sekecil mungkin pemborosan penggunaan sumber-sumber dan
memperkuat peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Masyarakat sebagai pihak yang harus dipenuhi dan dilindungi kepentingannya
dan pemeirntahan harus sungguh-sungguh memperhatikan aspirasinya.
C. REFORMASI PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI:
1. Pengertian:
a. Menurut Widjojo Nitisastro, mengartikan modernisasi adalah suatu
transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern
dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan
politis.
b. Menurut Soerjono Soekanto, mengartikan modernisasi adalah suatu bentuk
dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan
yang biasanya dinamakan social planning.
c. Menurut Wilbert Moore juga mendefinisikan modernisasi sebagai transformasi total
masyarakat tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi
sosial yang menyerupai kemajuan dunia barat yang ekonominya makmur dan situasi
politiknya stabil.
2. Sejarah Modernisasi dan Pembangunan di Indonesia:
a. Fase Orde Lama:
• Teori modernisasi di Indonesia baru bisa di rasakan setelah proklamasi kemerdekaan
pada 17 Agustus 1945.
• Pada waktu itu presiden Soekarno menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan justru
menjadi awal mula kehidupan Indonesia yang sesungguhnya.
• Salah satu hal paling mendasar yang perlu diperjuangkan pasca kemerdekaan adalah
kesejahteraan ekonomi rakyat. 
b. Fase Orde Baru:
• Pada masa-masa awal pemerintahan orde baru, kebijaksanaan luar negeri
ekonomi Indonesia diarahkan untuk meraih dukungan para kreditornya,
khususnya negara-negara Barat dan Jepang.
• Hal ini dikarenakan pada waktu itu hutang Indonesia telah menumpuk banyak,
dan simpati negara-negara internasional sangat minim oleh karena strategi
"Berdikari" Indonesia.
• Pada Februari 1967, Indonesia resmi kembali menjadi anggota IMF, dan dengan
masuknya Indonesia kembali ke IMF sesungguhnya menjadi awal yang baik untuk
Indonesia memulihkan citranya di mata dunia internasional.
c. Fase Orde Reformasi:
• Pada 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden Indonesia setelah lebih kurang 32 tahun memerintah Indonesia.
Orientasi pembangunan Indonesia pasca reformasi nampak dari program-
program pembangunan pemerintah yang berdasar pada asas demokrasi.
• Sedangkan orientasi pembangunan Indonesia pasca reformasi yang ke luar
nampak dari meningkatnya intensitas kerjasama Indonesia dengan negara-negara
lain dan semakin gencarnya Indonesia tergabung dalam kerjasama internasional.
• Setelah selama lebih kurang 32 tahun pada masa pemerintahan Soeharto
Indonesia lebih cenderung bersistem otoriter, setelah reformasi pembangunan
Indonesia berdasar pada asas demokrasi di mana kesejahteraan rakyat menjadi
fokus dan perhatian pemerintah.
D. BIROKRASI DAN ADMINISTRASI:
1. Pengertian:
• Dalam tulisan Birokrasi dalam Masyarakat Modern (1987), mengemukakan kaitan
antara administrasi negara dengan birokrasi bahwa setiap administrasi negara
mengandung suatu organisasi dan sistem kerja yang lazim dinamakan birokrasi,
yaitu suatu organisasi yang dibentuk untuk menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi yang luasdengan mengoordinasikan secara sistematis pekerjaan-
pekerjaan dari sekelompok orang.
• Dalam studi empirik menunjukkan bahwa birokrasi pemerintahan sering kali
diidentikkan dengan aparatur pemerintah yang mempunyai tiga dimensi pokok,
yaitu organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen.
• Data empirik juga menunjukkan adanya dimensi-dimensi birokrasi dalam
pemerintahan, dimensi-dimensi itu diberi predikat kelembagaan, kepegawaian, dan
ketatalaksanaan, yang dikenal sebagai unsur-unsur Administrasi Negara (Kristiadi
dalam Thoha, 1999).
• Konsep lain mengungkapkan adanya kajian birokrasi dan administrasi negara, yaitu
pendapat The Liang Gie (1987), bahwa administrasi negara adalah segenap proses
penyelenggaraan yang diselenggarakan oleh aparatur pemerintah untuk mencapai
tujuan kenegaraan.
Terdapat rangkaian perbuatan kelompok manusia, tetapi berlangsung dalam suatu
lingkungan suasana keanekaragaman yang mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemberian pelayanan terhadap kepentingan
semua orang,
b. Kegiatan dilakukan oleh aparatur yang menjadi penguasa dalam masyarakat
(instansi pemerintah),
c. Tujuan yang akan dicapai ditetapkan oleh para anggota masyarakat atau wakil-
wakilnya,
d. Kegiatan itu bersifat sangat urgen, sehingga sebaiknya dimonopoli oleh
pemerintah, dan
e. Kegiatan itu terkait oleh peraturan-peraturan hukum.
2. Birokrasi Indonesia:
Birokrasi pemerintahan di Indonesia dapat dikaji dari tiga dimensi, yaitu:
a. Birokrasi sebagai pejabat-pejabat pemerintahyang berkecimpung di berbagai
sektor pemerintah dan pembangunan,
b. Birokrasi sebagai pelaku penyelenggaraan pemerintahan, dan
c. Birokrasi sebagai organisasi yang disebut pemerintah pusat yang meliputi
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian, kantor-kantor menteri
negara, kesekretaiatan lembaga tinggi/tertinggi negara (Kristiadi, 1996:128).
Berdasarkan tugas pokok dan misi yang mendasari, suatu organisasi birokrasi
sekkurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Abdullah, 1991: 223),
yaitu:
a. Birokrasi Pemerintah Umum, yaitu unit birokrasi yang menjalankan tugas-tugas
pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan dari
tingkat pusat sampai tingkat daerah,
b. Birokrasi Pembangunan, yaitu organisasi pemerintah yang menjalankan satu
bidang sektor khusus guna mencapai tujuan pembangunan, seperti pertanian,
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain, dan
c. Birokrasi Pelayanan, yaitu unit birokrasi pemerintahan yang pada hakikatnya
merupakan barian atau berhubungan dengan masyarakat, fungsi utamanya
adalah pelayanan langsung kepada masyarakat.
4. KETERKAITAN ADMINISTRASI
NEGARA, BIROKRASI, DAN
KEBIJAKAN PUBLIK
A. BEBERAPA ARTI MENGENAI ADMINISTRASI:
1. Pengertian Administrasi:
• Administrasi adalah sebuah bentuk usaha dan aktivitas yang berhubungan
dengan pengaturan kebijakan agar dapat mencapai target/ tujuan organisasi. Jadi,
boleh dibilang bahwa administrasi punya peranan yang sangat krusial dalam
semua aktivitas sebuah organisasi.
• Pengertian administrasi secara sempit dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas
yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan sederhana, ketik-
mengetik, dan kegiatan lain yang sifatnya teknis ketatausahaan.
• Sedangkan pengertian administrasi secara luas adalah semua proses kerjasama
antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mencapai target dengan
memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil
guna.
Dari definisi administrasi tersebut kita dapat mengetahui 3 hal penting berikut ini:
a. Administrasi adalah sebuah seni sekaligus proses. Sebagai seni, administrasi
membutuhkan kiat khusus yang sifatnya kondisional dan situasional karena
selalu terkait dengan situasi, kondisi, waktu, dan tempat.
b. Dalam administrasi terdapat unsur-unsur tertentu, di antaranya, terdapat dua
atau lebih orang di dalamnya, terjadi kerjasama antar-orang tersebut yang
sifatnya formal dan hirarkis, memiliki tujuan, terdapat tugas, serta
ketersediaan sarana dan prasarana.
c. Administrasi muncul secara bersamaan dengan munculnya peradaban manusia
di mana administrasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.
2. Pengertian Administrasi Menurut Para Ahli:
Beberapa ahli di bidang administrasi menjelaskan tentang definisi administrasi, di
antaranya adalah:
a. George R. Terry
Menurut George R. Terry, pengertian administrasi adalah kegiatan perencanaan,
pengendalian, dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran, serta penggerakan
mereka yang melaksanakannya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Arthur Grager
Menurut Arthur Grager, pengertian administrasi adalah fungsi tata penyeleng-
garaan terhadap komunikasi dan pelayanan warkat suatu organisasi.
c. Sondang P. Siagian
Menurut Sondang P. Siagian, arti administrasi adalah segala bentuk dari proses
kerjasama antara dua individu atau lebih atas dasar rasionalitas terpilih untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
d. Ulbert
• Menurut Ulbert, dalam artian luas arti administrasi adalah penyusunan dan
pencatatan data/informasi secara sistematis, baik internal maupun eksternal
sebagai upaya untuk menyediakan keterangan serta memudahkan untuk
mendapatkannya kembali, baik itu sebagian ataupun seluruhnya.
• Sedangkan defenisi administrasi dalam arti sempit dikenal dengan istilah tata
usaha.
e. Willam Lefffingwell dan Edwin Robinson
Menurut Willam Lefffingwell dan Edwin Robinson, pengertian administrasi adalah
suatu bagian dari ilmu manajemen yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
perkantoran secara efisien, kapan dan di mana pekerjaan tersebut harus dilakukan
B. ADMINISTRASI NEGARA DAN PEMERINTAHAN:
1. Pengertian Administrasi Negara:
• Secara umum adalah suatu pengaturan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah/
aparatur negara agar tujuan negara dapat tercapai secara efektif dan efisien.
• Administrasi Negara adalah suatu sistem yang dibuat sedemikian rupa untuk
mengatur proses pengelolaan organisasi masyarakat sehingga dapat berjalan
dengan baik. Dalam bahasan ilmu sosial yang ada pada administrasi negara,
terdapat tiga elemen penting yaitu lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif.
• Iilmu administrasi negara juga membahas mengenai kebijakan publik, administrasi
pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur penyelenggara negara.
2. Pengertian Administrasi Negara Menurut Para Ahli:
a. Pfiffner dan Preshtus
Menurut Pfiffner dan Preshtus, pengertian administrasi negara adalah suatu proses
yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.
b. Dimocks
Menurut Dimocks, pengertian administrasi negara adalah kegiatan negara dalam
melaksanakan kekuasaan atau wewenang politiknya.
c. Edward H. Litchfield
Menurut Edward H. Litchfield, pengertian administrasi negara adalah suatu studi
mengenai bagaimana bermacam-macam badan pemerintah diorganisir, diperlengkapi
dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan, dan dipimpin.
d. Prof Dr. Prajudi Atmosudirjo
Menurut Prof Dr. Prajudi Atmosudirjo, definisi administrasi negara adalah bantuan
penyelenggaraan dari pemerintah, dengan kata lain pemerintah (pejabat) tidak dapat
menunaikan tugas-tugas kewajibannya tanpa administrai negara.
e. Dwight Waldo
Menurut Dwight Waldo, pengertian Administrasi negara adalah manajemen dan
organisasi dari manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah.
f. George J. Gordon
Menurut George J. Gordon, administrasi negara dapat dirumuskan sebagai seluruh
proses, baik yang dilakukan organisasi maupun perseorangan yang berkaitan dengan
penerapan atau pelaksanaan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh badan legislatif,
eksekutif, serta peradilan.
3. Tujuan Administrasi Negara:
• Bagi suatu negara yang berdemokrasi, tujuan administrasi negara adalah untuk
mencapai tujuan negara sesuai dengan keinginan rakyatnya.
• Beberapa keinginan yang ditetapkan oleh rakyat di antaranya; keamanan,
kesejahteraan, ketertiban, keadilan, sehingga kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik.
• Dengan begitu, para pelaksana administrasi negara adalah untuk memberikan
pelayanan yang baik kepada kepentingan rakyat.
Agar tujuan administrasi tersebut dapat tercapai, maka di dalamnya harus terdapat
beberapa hal berikut ini:
a. Social Participation, adalah tindakan nyata dari masyarakat dengan ikut serta di
dalam administrasi negara,
b. Social Responsibility, adalah pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh
pelaksana administrasi negara kepada masyarakat,
c. Social Support, adalah dukungan yang diberikan oleh rakyat terhadap
pelaksanaan administrasi negara, dan
d. Social Control, adalah kontrol atau pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap kegiatan administrasi negara.
3. Pengertian pemerintah:
• Pemerintah adalah sekelompok orang atau organisasi yang diberikan kekuasaan
untuk memerintah serta memiliki kewenangan dalam membuat dan menerapkan
hukum/undang-undang di wilayah tertentu.
• Dalam hal ini pemerintah adalah suatu lembaga atau badan publik yang memiliki
tugas untuk mewujudkan tujuan negara di mana lembaga tersebut diberikan
kewenangan untuk melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta
pembangunan masyarakat dari berbagai lembaga dimana mereke ditempatkan.
• Dalam arti luas, definisi pemerintah adalah semua aparatur negara (Eksekutif,
Legislatif, dan Yudikatif) yang bertugas untuk menjalankan sistem pemerintahan.
Sedangkan pengertian pemerintah dalam arti sempit adalah hanya badan eksekutif
saja.
4. Pengertian Pemerintahan:
• Secara umum, pengertian pemerintahan adalah proses atau cara pemerintah
dalam menjalankan wewenangnya di berbagai bidang (ekonomi, politik,
administrasi, dan lain-lain) dalam rangka mengelola berbagai urusan negara
untuk kesejahteraan masyarakat.
• Pengertian pemerintahan dalam arti sempit adalah semua kegiatan, fungsi, tugas
dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan
negara. 
• Sedangkan pengertian pemerintahan dalam arti luas adalah semua kegiatan yang
bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara,
rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.
Adapun fungsi pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Pelayanan
• Secara umum pelayanan yang dilakukan pemerintah meliputi pelayanan publik
dan pelayanan sipil yang mengedepankan kesetaraan.
• Beberapa pelayanan yang dilakukan pemerintah pusat mencakup masalah
hubungan luar negeri, peradilan, keuangan, agama, pertahanan dan keamanan.
b. Fungsi Pengaturan
Dalam hal ini pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
memiliki fungsi untuk membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur
hubungan manusia di dalam masyarakat agar kehidupan berjalan lebih harmonis
dan dinamis.
c. Fungsi Pembangunan
• Pemerintah juga berfungsi sebagai pemacu pembangunan, baik di pusat maupun
di daerah-daerah.
• Pembangunan yang dimaksud di sini adalah pembangunan infrastruktur dan juga
pembangunan mental spiritual warga negara.
d. Fungsi Pemberdayaan
• Fungsi pemberdayaan bertujuan untuk mendukung otonomi daerah sehingga
masing-masing daerah dapat mengelola sumber daya secara maksimal.
• Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah daerah harus meningkatkan
peran serta masyarakat dan swasta dalam kegiatan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan.
5. Tujuan Pemerintahan:
Tujuan fundamental suatu pemerintahan adalah untuk menjaga keteraturan dan
keamanan umum sehingga setiap anggota masyarakat dapat merasakan
kebahagiaan.
Adapun beberapa tujuan pemerintahan adalah sebagai berikut:
a. Melindungi hak asasi manusia, kebebasan, kesetaraan, perdamaian, dan
keadilan bagi seluruh rakyatnya,
b. Menjunjung tinggi dan menjalankan konstitusi sehingga setiap warga negara
diperlakukan dengan adil,
c. Menjaga perdamaian dan keamanan di dalam masyarakat dengan menerapkan
hukum secara adil.
d. Melindungi kedaulatan bangsa dari berbagai unsur yang mengancam, baik dari
dalam maupun dari luar,
e. Membuat dan menjaga sistem moneter sehingga memungkinkan perdagangan
domestik dan internasional berjalan dengan baik,
f. Menarik pajak dan menetapkan APBN secara bijak sehingga pengeluaran
negara tepat sasaran,
g. Membuka dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya sehingga
kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik, dan
h. Menjaga hubungan diplomatik dengan negara lain dengan cara membangun
kerjasama di berbagai bidang.
C. PERAN ADMINISTRASI NEGARA:
1. Peranan pertama Administrasi Negara adalah sebagai stabilisator masyarakat,
karena keinginan dan kebutuhan manusia tidak mungkin sama, peranan
tersebut adalah:
a. Peranan tersebut sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa dalam
melayani masyarakat berdasarkan kebijakan yang ditetapkan sebagai hukum,
b. Administrasi Negara harus mampu menyerap dan menyesuaikannya dengan
aspirasi masyarakat dalam menjalankan peranan sebagai stabilisator itu,
c. Administrasi Negara harus berusaha menyeimbangkan aspirasi yang berbeda-
beda, di samping mungkin pula bertentangan antara yang satu dengan yang
lain.
2. Peranan kedua dari Administrasi Negara adalah mengatur, mengarahkan, dan
mempercepat perubahan sosial, sesuai dengan yang diinginkan oleh rakyat
atau bangsa masing-masing.
Perubahan sosial yang direncanakan disebut dengan pembangunan, untuk
mewujudkan suatu kondisi tertentu bagi rakyat/bangsa di masa depan, yaitu:
a. Berperan sebagai pelaksana dan sekaligus mengkoordinasikannya, agar
seluruh kegiatannya termasuk yang dilaksanakan oleh masyarakat terarah pada
tujuannya berupa perubahan sosial yang diinginkan tersebut.
b. Administrasi Negara berperan juga dalam melaksanakan kontrol dan evaluasi
terhadap pelaksanaan setiap dan seluruh kegiatan, agar tidak menyimpang dari
perencanaan.
c. Bersamaan dengan kegiatan pembangunan yang membawa perubahan-
perubahan itu, sering timbul berbagai ekses yang tidak diinginkan.
d. Sehubungan dengan itu dalam melakukan pembangunan yang membawa
perubahan nilai-nilai, maka Administrasi Negara harus berperan memelihara
dan memantapkan kehidupan bersama, yang tidak kehilangan pegangan
sebagai bangsa yang bersatu
3. Peranan ketiga dari Administrasi Negara adalah mengantar dan mendorong
rakyat memasuki kehidupan sebagai masyarakat maju dan modern.
Di atas telah dikemukakan bahwa Administrasi Negara berperan mewujudkan
perubahan sosial, antara lain melalui pelaksanaan pembangunan.
• Usaha itu tidak mungkin mengelak dari perkembangan dan kemajuan ilmu dan
teknologi yang pesat dari negara maju dan modern.
• Manusia semakin yakin bahwa dengan ilmu dan teknologi akan dapat
mewujudkan masyarakat maju dan modern yang sejahtera
D. BIROKRASI SEBAGAI INTI PEMERINTAHAN:
1. Pengertian:
• Menurut Blau dan Meyer (bapak ahli sosiologi) mendefinisikan birokrasi adalah satu
sistem kontrol dalam sebuah organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan
rasional dan sistematis yang bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan
aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka menyelesaikan tugas administrasi.
• Birokrasi pemerintah merupakan sistem pemerintah yang dilaksanakan oleh
petugas pemerintah karena telah berlandaskan hierarki dan jenjang jabatan.
• Birokrasi juga dapat diartikan sebagai susunan cara kerja yang sangat lambat, dan
menurut pada tata aturan yang banyak likunya (berbelit-belit).
2. Fungsi dan Peran Birokrasi Pemerintah, yakni:
a. Melaksanakan pelayanan publik,
b. Pelaksana pembangunan yang profesional,
c. Pelaksana pembangunan yang profesional,
d. Perencana, pelaksanaan, dan pengawas kebijakan (manajemen pemerintah),
dan
e. Alat pemerintah untuk melayani kepentingan (abdi) masyarakat dan negara
yang netral dan bukan bukan merupakan bagian dari kekuatan atau mesin
politik (netral).
3. Adapun Tujuan Birokrasi, yaitu:
a. Sejalan dengan tujuan pemerintahan,
b. Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah
dan negara,
c. Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan
profesional, dan
d. Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi dll.
F. ARTI KEBIJAKAN PUBLIK:
Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu ternyata banyak
sekali, tergantung dari sudut mana mengartikannya.
Pengertian Kebijakan Publik Menurut Para Ahli:
a. Menurut Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative
allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilai-nilai
secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat.
b. Menurut Laswell dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai a
projected program of goal, value, and practice atau sesuatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah.
c. Menurut Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno (2002),
mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-
kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan.
• Kebijakan publik itu harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain
misalnya kebijakan swasta.
• Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah.
d. Menurut Robert Eyestone sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintah
dengan lingkungannya”. Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut
masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa yang dimaksud dengan kebijakan
publik dapat mencakup banyak hal.
e. Menurut Nugroho, ada dua karakteristik dari kebijakan publik, yaitu:
• kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami, karena
maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional,
• kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya jelas
yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.
f. Menurut Woll menyebutkan bahwa kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas
pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung
maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
f. Menurut Thomas R. Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai “is whatever government choose to do or not to do”
(apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).
Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan
“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat
publik semata.
Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan
kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang sama dengan pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu.
G. SIKLUS KEBIJAKAN PUBLIK:
1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
• Penyusunan Agenda (Agenda Setting) adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. 
• Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, pembuat kebijakan perlu
menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-masalah mana saja
yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas.
• Masalah-masalah yang terkait dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak
mungkin untuk diseleksi. 
• Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan.
2. Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)
• Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan.
• Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah
yang terbaik.
• Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan
kebijakan yang ada.
• Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda
kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing
untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)
• Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan.
• Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat,
warga negara akan mengikuti arahan pemerintah, namun warga negara harus
percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.
• Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi (peristiwa mengalirnya) - cadangan
dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu
anggota mentolerir pemerintahan disonansi.
• Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana
melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.
4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
• Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian
dilaksanakan.
• Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan berbagai kendala.
• Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja berbeda di
lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan.
• Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta merta
berhasil dalam implementasi.
• Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam implementasi kebijakan, maka
kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus dapat diatasi sedini mungkin.
5. Penilaian/Evaluasi kebijakan (Policy Evaluation)
• Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak.
• Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya,
evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
• Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-
masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan
masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
H. ALUR PIKIR ADMINISTRASI NEGARA, BIROKRASI, DAN KEBIJAKAN
PUBLIK:
1. Pengertian:
a. Alur Pikir (berfikir) adalah suatu wujud visualisasi atau gambaran dari cara
berpikir seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah yang biasanya dirangkai
dari sebab-akibat yang dibuat sesimpel mungkin agar orang lain dapat
mengerti.
• Alur berpikir harus dapat menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut, apa
yang melandasinya, mengapa hal ini dibutuhkan, dan lain-lain sehingga kita tahu
apa yang kita kerjakan dan esensinya.
• Alur berpikir ini akan meringkas semuanya dan pastinya setelah alur berpikir ini
disosialisasikan ke orang lain ini akan membantu orang lain dalam merasakan
jalan pikiran seseorang terhadap organisasi atau acara yang seseorang bawa dan
membuat semuanya akan lebih mudah untuk dilakukan. 
Beberapa keuntungan lain apabila membuat alur berpikir adalah:
• Meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis dan sistematis,
• Sarana berlatih untuk selalu menyiapkan data yang konkret sebelum memulai
analisis,
• Mempermudah membuat dan mencari materi metode yang harus dijalankan,
• Mempermudah untuk mengevaluasi suatu kesalahan dari suatu sistem, dan
masih banyak lagi hal positif yang bisa kalian dapat.
b. Pengertian Administrasi Negara
• Secara umum adalah suatu pengaturan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah/ aparatur negara agar tujuan negara dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
• Administrasi Negara adalah suatu sistem yang dibuat sedemikian rupa untuk
mengatur proses pengelolaan organisasi masyarakat sehingga dapat berjalan
dengan baik. Dalam bahasan ilmu sosial yang ada pada administrasi negara,
terdapat tiga elemen penting yaitu lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif.
c. Pengertian Birokrsi
• Secara umum, pengertian birokrasi adalah rantai komando berbentuk piramida
dalam suatu organisasi dimana posisi di tingkat bawah lebih banyak daripada
tingkat atas.
• Ada juga yang menjelaskan arti birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang
memiliki tata prosedur, pembagian kerja, adanya hirarki, dan adanya hubungan
yang bersifat impersonal. 
• Organisasi yang menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan
aturan yang ketat sehingga dalam proses operasionalnya cenderung kurang
fleksibel dan kurang efisien.
d. Pengertian Kebijakan Publik
• Kebijakan Publik adalah suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang
harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warga negaranya, setiap pelanggaran
akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan dan sanksi
dijatuhjkan di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas
menjatuhkan sanksi.
• Menurut James E. Anderson, Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku
atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
• Menurut James E. Anderson menyatakan bahwa yang dimaksud kebijakan adalah
kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.
Kebijakan ini menurut James E. Anderson, berimplikasi:
• Kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan suatu tindakan
yang berorientasi padaa tujuan,
• Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat
pemerintah,
• Kebijakan merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah,
• Kebijakan bisa bersifat positif (merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah
untuk melakukan sesuatu) atau negatif (merupakan keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu), dan
• Kebijakan dalam arti positif, didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
I. KETERKAITAN SUMBER DAYA BIROKRASI DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK:
• Kebijakan publik dalam sistem demokrasi dimaknai sebagai segala aturan dan
tindakan dasar yang menyangkut pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
publik.
• Sebagaimana menyangkut sasaran bersama warga negara, maka kebijakan
semacam itu selalu berbasis pada kebutuhan dan kemanfaatan bagi warga
negara itu seluas-luasnya.
• Birokrasi yang dikonstruksikan sebagai pemegang otoritas, sesungguhnya hanya
bertindak sebagai pelaksana (eksekutif) dan pelayan masyarakat.
• Karena terbatasi pada otoritas sebagai pelaksana itulah, maka kebijakan publik
senantiasa harus berproses dalam alur politik yang memperhatikan kelembagaan
perwakilan formal dan organisasi-organisasi kewargaan.
• Ukuran keberhasilan suatu kebijakan, tidak didasarkan pada seberapa besar
keuntungan yang didapatkan oleh sang pemegang otoritas (pelaksana). Tetapi,
pada seberapa besar tingkat penerimaan dan kemanfaatan, serta kepuasan
kebijakan itu bagi warga negara.
• Dalam kalimat lain, institusi birokrasi hanyalah pelaksana dengan persetujuan
lembaga-lembaga perwakilan politik.
• Birokrasi yang menjalankan kebijakan publik secara transparan serta memberikan
layanan informasi dengan baik, jelas akan mendapatkan kepercayaan (trust) yang
besar dari warga masyarakat.
• Makin menguatnya kepercayaan masyarakat pada penyelenggaraan
pemerintahan, di sanalah sesungguhnya menjadi ukuran legitimasi (pengakuan)
yang bisa terbangun secara kokoh (secara formal maupun moral)
• Jika legitimasi masyarakat kuat, besar kemungkinan tingkat berpartisipasi warga
untuk mendukung jalannya pemerintahan dan program-program pembangunan
semakin membesar .
• Transparansi dan informasi kebijakan publik terkait dalam mata rantai good
governance dan demokrasi di tingkat daerah. Namun, bagaimana hal ini bisa
diwujudkan dari perspektif kebutuhan dan partisipasi masyarakat?
Pada tingkat government, tata kelembagaan untuk mendorong transparansi dan
informasi kebijakan publik masih menghadai masalah dan sekaligus kebutuhan
mendasar, di antaranya adalah:
a. Regulasi yang menjadi payung hukum dasar pijak pelaksanaan, sebagai rule of
the game,
b. Perangkat sarana dan prasarana yang memadahi untuk mendukung inisiastif
responsif birokrasi atas kebutuhan masyarakat, dan
c. Aparatur penyelenggara birokrasi yang memiliki kapasitas memadai untuk
menjalankan kebijakan publik dari tiga sisi, yaitu komitmen, pengetahuan, dan
konsep, dan ketrampilan.
Adapun pada tingkat masyarakat, masih terdapat beberapa persoalan yang di
antaranya:
a. Lemahnya kesadaran mengenai pentingnya dan kebutuhan informasi untuk
menjawab masalah-masalah mereka, dan biasanya muncul kesadaran saat ada
kasus-kasus semata,
b. Masih terbatasnya inisiatif-inisiatif lokal berbasis komunitas untuk mengakses
informasi dan kebijakan, dan
c. Kultur pragmatis masyarakat yang menjadi bagian warisan masa lalu, sekaligus
bentuk reaksi atas ketidakjelasan sistem (tidak transparan) yang ada dalam
birokrasi.
5. BIROKRASI PEMERINTAHAN
A. ASAL KATA BIROKRASI:
• Secara bahasa, istilah birokrasi berasal dari Bahasa Prancis “bureau” yang berarti
kantor atau juga meja tulis; dan dari bahasa Yunani “cratein” yang berarti mengatur.
• Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika
kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-
kegiatan umum, birokrasi disebut dengan “civil service”.
• Selain itu juga, sering disebut dengan public sector, public service, atau public
administration.
• Birokrasi adalah tipe organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratif dengan cara mengkoordinasi secara sistematis, teratur pekerjaan dari
banyak anggota organisasi.
1. Pengertian:
Dinyatakan oleh Almond dan Powel (1966: 95), bahwa birokrasi pemerintahan
adalah sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisasi pada pembuat peran
formal (rule makers).
Menurut La Polombara (1967: 49), memberikan arti birokrat (yang paling penting
bagi kita) adalah mereka yang pada umumnya menduduki peran manajerial yang
mempunyai kapasitas memerintah baik badan-badan sentral maupun yang di
lapangan.
Pada umumnya digambarkan dalam bahasa administrasi negara sebagai
manajemen “menengah” atau “atas”.
• Menurut Max Weber, birokrasi modern memiliki karakter yang kompleks, dengan
orientasi kualitas yang tinggi. Karaktreristik birokrasi menurut rumusan Max
Weber secara garis besar adalah:
a. Mobilisasi yang sistematik dari energi manusia dan sumber daya material untuk
mewujudkan tujuan-tujuan kebijakan atau rencana-rencana yang secara
eksplisit telah didefinisikan,
b. Pemanfaatan tenaga karier yang telatih, yang menduduki jabatan-jabatan
bukan atas dasar keturunan dan batas-batas yuridiksinya telah ditetapkan
secara spesifik, dan
c. Spesialisasi keahlian dan pembagian kerja yang bertanggung jawab kepada
suatu otoritas atau konstitusi (Parenti, 1988).
2. Birokrasi dan Administrasi:
• Kaitan administrasi negara dengan birokrasi bahwa setiap adminstrasi negara
mengandung suatu organisasi dan sistem kerja yang lazim dinamakan birokrasi,
yaitu suatu jenis organisasi yang dibentuk untuk menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi yang luas dengan mengoordinasikan secara sistematis pekerjaan-
pekerjaan dari sekelompok orang.
• Dalam studi empirik (berdasarkan pengalaman) menunjukkan bahwa birokrasi
pemerintahan seringkali diidentikkan dengan aparatur pemerintah yang
mempunyai tiga dimensi pokok, yaitu organisasi, sumber daya manusia, dan
manajemen.
• Selain itu data empirik juga menunjukkan adanya dimensi-dimensi birokrasi
dalam pemerintahan. Dimensi-dimensi birokrasi itu diberi predikat kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan, yang dikenal sebagai unsur-unsur
administrasi negara (Kristiadi dalam Thoha, 1999).
• Konsep lain yang mengungkapkan adanya kajian birokrasi dan administrasi negara
adalah pendapat The Liang Gie (1987), bahwa administrasi negara adalah
segenap proses penyelenggaraan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah
untuk mencapai tujuan kenegaraan.
Di sini terdapat rangkaian perbuatan kelompok manusia, tetapi berlangsung dalam
suatu lingkungan suasana keanekaragaman yang mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemberian pelayanan terhadap
kepentingan semua orang,
b. Kegiatan itu dilakukan oleh aparatur yang menjadi penguasa dalam masyarakat
(instansi pemerintah),
c. Tujuan yang hendak dicapai ditetapkan oleh para anggota masyarakat dan
wakil-wakilnya,
d. Kegiatan itu bersifat sangat urgen, sehingga sebaiknya dimonopoli oleh
pemerintah, dan
e. Kegiatan itu terkait oleh peraturan-peraturan hukum.
B. BIROKRASI TERDAPAT DI MANA-MANA:
Birokrasi pemerintahan di Indonesia dapat ditelaah dari tiga dimensi, yaitu:
1. Sebagai pejabat-pejabat pemerintah yang berkecimpung dalam berbagai sektor
pemerintah dan pembangunan,
2. Sebagai manusia pelaku penyelenggara pemerintahan, dan
3. Sebagai organisasi yang disebut pemerintah tingkat pusat yang meliputi
kementerian dan lembaga nonkementerian, kantor-kantor menteri negara,
kesekretariatan lembaga tinggi/tertinggi negara (Kristiadi, 1996: 128).
Berdasarkan tugas pokok atau misi yang mendasari suatu organisasi birokrasi
sekurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Abdullah, 1991: 223),
Yaitu:
a. Birokrasi Pemerintahan Umum
• Yaitu unit organisasi yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum
termasuk memelihara ketertiban dan keamanan, dari tingkat pusat sampai
tingkat daerah, ialah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan.
• Tugas-tugas tersebut lebih bersifat “mengatur” atau regulative function.
b. Birokrasi Pembangunan
Yaitu organisasi pemerintah yang menjalankan satu bidang sektor khusus guna
mencapai tujuan pembangunan, seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, industri,
dan lain-lain.
• Fungsi pokoknya adalah development function atau adaptive fuction.
c. Birokrasi Pelayanan
• Yaitu unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau
berhubungan dengan masyarakat.
• Fungsi utamanya adalah pelayanan (service) langsung kepada masyarakat.
C. BIROKRASI MEMPROSES PUBLIC GOODS:
1. Pengertian:
• Manfaat dari pengklasifikasian barang atau jasa mempermudah dalam
menentukan pengaturan-pengaturan tentang institusi (lembaga) mana yang
paling berperan dalam penyediaannya.
• “Pure public goods have two critical properties. The first is that it is not feasible to
ration their use. The second is that it is not desirable to ration their use.” (Stiglitz,
188:199).
• Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut.
• Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa
penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk mendapatkannya.
• Barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan) sehingga dari
semua kalangan dapat menikmatinya.
• Contoh barang publik ini di antaranya udara, cahaya matahari, papan marka jalan,
lampu lalu lintas, pertahanan nasional, pemerintahan, dan sebagainya.
• Akan sulit untuk menentukan siapa saja yang boleh menggunakan barang publik
karena keberadaannya memang untuk konsumsi semua orang.
• Sektor swasta tentu akan menyerahkan pada pihak lain untuk mengadakan
barang publik karena terlalu tidak efisien bagi mereka.
• Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran bahwa konteks public goods adalah
barang yang harus disediakan oleh pemerintah.
• Hal ini tidak selamanya benar. Karena penggunaannya yang untuk publik, maka
pada hakikatnya, publiklah yang juga harus menyediakannya.
• Savas (2000 : 53) mengemukakan bahwa masyarakat dapat menyediakan sendiri
kebutuhan akan barang atau jasa yang bersifat kolektif
melalui voluntary action (kesukarelaan).
• Public goods di dalam komunitas yang cukup besar dan relatif kompleks
membutuhkan peralatan dan biaya yang relatif lebih banyak.
• Untuk itu diperlukan kontribusi dari masyarakat untuk mengatur penyediaannya,
misalnya dengan menerapkan sistem pajak sebagai bentuk dari kontribusi dan
hasil pengumpulannya digunakan untuk membiayai kegiatan tersebut.
• Di sinilah peran pemerintah dibutuhkan untuk memfasilitasi kepatuhan
masyarakat terhadap aturan-aturan dalam memberikan kontribusi, misalnya
memberikan sangsi kepada masyarakat yang tidak taat pajak atau sebaliknya
memberikan insentif kepada yang taat membayar pajak.
Barang publik memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan barang lainnya, yaitu:
a. Non exclusive
• Apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun
untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap
orang memiliki akses ke barang tersebut.
• Jadi semua orang, baik orang tersebut membayar maupun tidak membayar dalam
mengkonsumi barang atau jasa tersebut, ia tetap memperoleh manfaat.
b. Non Rivalry
• Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu
konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen
lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut.
• Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa
mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain.
c. Joint consumption
• Barang atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi bersama-sama. 
• Suatu barang atau jasa dapat dikatakan memiliki tingkat joint consumption yang
tinggi jika barang atau jasa tersebut dapat dikonsumsi bersama-sama secara
simultan dalam waktu yang bersamaan (joint consumption) tanpa saling
meniadakan manfaat (rivalitas) antara pengguna yang satu dan lainnya.
• Sedangkan untuk barang atau jasa yang hanya dapat dimanfaatkan oleh
seseorang dan orang lain kehilangan kesempatan menikmatinya, maka barang
atau jasa tersebut dikatakan memiliki tingkat joint consumption yang rendah.
d. Externalities
• Eksternalitas. Secara umum, eksternalitas akan terjadi apabila masyarakat
mendapatkan dampak atau efek-efek tertentu di luar barang atau jasa yang
terkait langsung dengan mekanisme pasar.
• Dalam konteks mekanisme pasar, keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain
yang tidak melalui mekanisme pasar inilah yang disebut dengan eksternalitas.
• Dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu
tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan
maupun yang merugikan.
• Dengan kata lain, eksternalitas adalah efek yang terjadi di luar apa yang mungkin
diharapkan atau didapat dari penyelenggaraan suatu barang atau jasa.
e. Indivisible
Yakni tidak bisa dibagi-bagi dalam satuan unit yang standar untuk bisa di delivery.
• Marginal Cost (peningkatan biaya totalyang berasal dari produksi satu unit
output) = 0
Artinya, tidak ada tambahan biaya untuk memproduksi tambahan satu unit output,
Contoh: biaya untuk bikin jalan tol untuk satu atau seratus orang adalah sama.
Dibiayai oleh tarif atau harga, disediakan melalui mekanisme birokrasi atau politik.
2. Penyelenggara Pengadaan Public Goods:
Pengadaan Public Goods dilaksanakan oleh:
a. Setiap institusi penyelenggara Negara,
b. Korporasi,
c. Lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan
d. Badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik.
Manajemen pelayanan publik dilaksanakan oleh Penyelenggara Pelayanan Publik di
tingkat nasional (pemerintah pusat), tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota.
D. KARAKTERISTIK BIROKRASI-BIROKRASI PEMERINTAHAN:
• Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya
secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya.
• Ditinjau dari sudut etimologi, maka perkataan birokrasi berasal dari
kata bureau dan kratia (Yunani), bureau artinya meja atau kantor
dan kratia artinya pemerintahan.
• Jadi birokrasi berarti pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dari meja ke
meja. Max Weber memandang Birokrasi sebagai suatu istilah kolektif bagi suatu
badan yang terdiri atas pejabat-pejabat atau sekelompok yang pasti dan jelas
pekerjaannya serta pengaruhnya dapat dilihat pada semua macam organisasi.
• Secara teoritis birokrasi adalah alat kekuasaan untuk menjalankan keputusan-
keputusan politik, namun dalam prakteknya birokrasi telah menjadi kekuatan
politik yang potensial yang dapat merobohkan kekuasaan.
• Menurut Dennis H. Wrong ciri struktural utama dari birokrasi adalah: pembagian
tugas, hirarki otorita, peraturan dan ketentuan yang terperinci dan hubungan
impersonal di antara para pekerja.
• Karakteristik birokrasi menurut Max Weber terdiri dari: terdapat prinsip dan
yurisdiksi yang resmi, terdapat prinsip hirarki dan tingkat otorita, manajemen
berdasarkan dokumen-dokumen tertulis, terdapat spesialisasi, ada tuntutan
terhadap kapasitas kerja yang penuh dan berlakunya aturan-aturan umum
mengenal manajemen.
Ada dua pandangan dalam merumuskan birokrasi, yaitu:
• Pertama, memandang birokrasi sebagai alat atau mekanisme dan
• Kedua, memandang birokrasi sebagai instrumen kekusaan.
Menurut Weber mengemukakan 10 (sepuluh) Ciri Organisasi, yaitu:
a. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara
jabatan-jabatan. Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah
jabatan-jabatan,
b. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas, tugas-tugas
tersebut disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi (job
description),
c. Kewenangan: melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan (saat resmi
menduduki sebuah jabatan),
d. Garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkhis.
e. Sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan secara
formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi,
f. Prosedur bersifat formal dan impersonal. Perlu adanya catatan tertulis demi
kontinuitas, keseragaman (uniformitas), dan untuk maksud-maksud transaks,
g. Adanya prosedur untuk menjalankan disiplin anggota,
h. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan
organisasi,
i. Pegawai yang dipilih utk bekerja berdasarkan kualifikasi teknis, dan
j. Kenaikan jabatan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
Beberapa Karakteristik Utama Birokrasi, antara lain:
a. Adanya pembagian kerja yang jelas, yaitu setiap tugas yang dilaksanakan oleh
pekerja secara formal di buat dan dikenal sebagai tugas pokok: Spesialisasi,
b. Adanya hirarki Posisi, yaitu setiap posisi bawahan di kontrol dan di awasi oleh
atasan. Rantai Perintah,
c. Aturan Formal dan Regulasi, yaitu mengatur perilaku pekerja secara samarata.
Menjamin kelangsungan dan stabilitas lingkungan kerja. mengurangi
ketidakpastian dari Performance kerja,
d. Hubungan yang Impersonal, yaitu para manejer tidak berkepentingan urusan
personal karyawan. tidak ada ikatan emosional antara atasan dan bawahan.
menjamin kejelasan posisi.
e. Adanya hirarki Posisi, yaitu setiap posisi bawahan di kontrol dan diawasi oleh
atasan. Rantai Perintah,
f. Aturan Formal dan Regulasi, yaitu mengatur perilaku pekerja secara samarata.
Menjamin kelangsungan dan stabilitas lingkungan kerja, mengurangi
ketidakpastian dari performance kerja,
g. Sepenuhnya memperkerjakan karyawan berdasar kompetensi tehnikal, yaitu
memperoleh pekerjaan karena memang bisa mengerjakan pekerjaan itu, bukan
karena orang yang kamu tahu. kriteria seleksi ketat. tak ada pengankatan dan
pemberhentian secara suka-suka.
E. PROSES PEMERINTAHAN DAN PRODUK AKIBATNYA:
1. Pengertian:
• Menurut S. Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar studi dan
Administrasi” mengemukakan bahwa proses adalah serangkaian tahap kegiatan
mulai dari menentukan sasaran sampai tercapainya tujuan (S. Handayaningrat,
1988:20).
• Sedangkan menurut J.S. Badudu dan Sutan M. Zain dalam kamus Bahasa
Indonesia, “Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai akhir atau
masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan dan tindakan” (J.S. Badudu
dan Sutan M. Zain 1996;1092).
      
• Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses merupakan suatu aktivitas
kegiatan dari awal sampai akhir atau masih berjalan yang memberikan nafas bagi
organisasi sampai dengan tercapainya tujuan.
• Pemerintahan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-
kewenangan, melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta
pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan.
• Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai
kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan
rakyat dan negara
• Government dari bahasa Inggris dan Gouvernment dari bahasa Perancis yang
keduanya berasal dari bahasa Latin, yaitu Gubernaculum, yang berarti kemudi,
tetapi diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pemerintah atau
Pemerintahan dan terkadang juga menjadi Penguasa.
• Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang
meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan
negara. Pemerintahan dalam ari sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik
yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif (C.F. Strong)
• Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara
dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan Negara sendiri;
jadi tidak diartikan sebagai Pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif
saja, melainkan juga meliputi tugas- tugas lainnya temasuk legislatif dan yudikatif.
• Pemerintahan adalah lembaga atau badan publik yang mempunyai fungsi dan
tujuan Negara, sedangkan pemerintah adalah lembaga atau badan-badan publik
dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan Negara (Ermaya
Suradinata).
F. FAKTOR PRODUK PROSES BIROKRASI PEMERINTAHAN:
Buruknya kinerja birokrasi pemerintahan dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat ini, menggambarkan bahwa betapa kompleksnya persoalan organisasi
birokratik yang begitu mekanistik dihadapkan pada persoalan masyarakat yang
heterogen, kondisi demikian menyebabkan organisasi birokrasi membentuk
sejumlah pola yang digunakan untuk memberikan pelayanan pada masyarakatnya,
seperti: 
Pertama, adalah pola pelayanan yang sama bagi semua, dalam pola ini terbatas
daya serapnya, karena kemampuan pelayanan pemerintah terbatas sehingga tidak
bisa digunakan secara sama oleh semua warga negara. Hal ini menyebabkan tipe
pelayanan pada pola ini yang pada mulanya untuk semua.
• Oleh karena keterbatasan yang ada justru merancang pola yang hanya untuk
memenuhi kebutuhan sekelompok masyarakat tertentu saja,
Kedua, pola pelayanan yang sama secara proporsional bagi semua, dalam pola ini
menyarankan suatu distribusi pelayanan yang didasarkan atas suatu ciri tertentu
yang berhubungan dengan kebutuhan.
• Kondisi ini tampak lebih pragmatis sebab pola pelayanan ini menyediakan dasar
yang kongkrit dan lebih obyektif untuk dibagikan pada masyarakat.
• Di sisi lain pola pelayanan ini memungkinkan dapat disediakannya pelayanan
yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
Ketiga, adalah pola pelayanan yang tidak sama bagi individu-individu bersesuaian
dengan perbedaan yang relevan, dalam pola pelayanan ini perbedaan pelayanan
berdasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh para penerima pelayanan.
1. Keadilan distribusi:
Menyimak pola pelayanan tersebut di atas, maka akan tampak dua dimensi dalam
melihat masalah keadilan distribusi pelayanan organisasi birokrasi pemerintahan
pada masyarakatnya, yaitu:
a. Memberikan pelayanan di antara orang-orang yang beraneka ragam itu harus
ditentukan lebih dahulu kriteria dalam membagikan pelayanan-pelayanan di antara
kelompok masyarakat yang berbeda,
b. Pemberian pelayanan itu harus dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama
pada pihak-pihak yang sama.
Pada realitanya tidak semudah apa yang ditampilkan sebab pola pelayanan
tersebut di atas menuntut sejumlah besar informasi dan cara organisasi birokrasi
itu menangani informasi tersebut dalam menerapkan distribusi pada pola
pelayanannya.
Organisasi birokratik yang begitu mekanistik memiliki keterbatasan kemampuan
dalam menyerap informasi dari lingkungan masyarakat yang begitu kompleks.
2. Penyebab Kesalahan Kinerja Birokrasi:
Kondisi seperti inilah yang menyebabkan seringnya terjadi kesalahan dalam kinerja
birokrasi, yaitu:
a. Kurangnya informasi mengenai faktor lingkungan yang berkaitan dengan situasi
khusus pengambilan keputusan organisasi tersebut.
b. Ketidakmampuan organisasi itu untuk secara tepat menetapkan kemungkinan
mengenai faktor-faktor di lingkungan masyarakat tersebut mampu
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah unit penentu dalam
melaksanakan fungsinya, dan
c. Kurangnya informasi mengenai kerugian yang harus dipikul akibat keputusan
atau langkah yang keliru.
3. Kekaburan Data dan Informasi:
• Kekaburan data dan informasi seperti ini justru akan lebih memburukkan kinerja
organisasi birokrasi pemerintah tersebut dalam memberikan pelayanannya dan
tanpa disadari kelompok tersebut bahwa dirinya telah menjebak organisasi
birokrasi itu pada posisi yang sangat dilematis dengan mengaburkan informasi di
satu sisi sambil menyalahkan kinerja organisasi birokrasi itu di sisi yang lain.
• Kondisi ini menunjukkan lingkungan masyarakat di satu sisi menyediakan sumber
daya yang sangat diperlukan oleh organisasi birokrasi itu, dan di sisi lain
lingkungan masyarakat menawarkan batas dan hambatan bagi aktivitas organisasi
birokrasi tersebut.
• Kondisi tersebut juga menyebabkan organisasi birokratik mengalami kekaburan peran
dan fungsinya dalam melakukan tugasnya sebab di posisikan pada posisi yang sangat
sulit.
• Masalahnya terletak pada bagaimana masyarakat mampu memposisikan organisasi
birokrasi tersebut menjadi pelayan yang baik dengan segala keterbatasan yang ada,
bukankah setiap bentuk layanan apapun yang kita terima di dalamnya selalu
mengisyaratkan batasan-batasan tertentu di satu sisi.
• Sedangkan di sisi lain bagaimana organisasi birokrasi mampu memuaskan semua
pihak, bukankah setiap individu dalam masyarakat mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan yang terbaik, pada posisi seperti ini akan tampak dua kutub
yang berseberangan yaitu tuntutan masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang
terbaik dengan keterbatasan kemampuan organisasi birokrasi sebagai penyedia jasa
pelayanan tersebut.
G. RANCANGAN BIROKRASI:
Perancangan adalah penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau
pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh
dan berfungsi (Syifaun Nafisah, 2003 : 2).
Perancangan sistem dapat dirancang dalam bentuk bagan alir sistem (system
flowchart), yang merupakan alat bentuk grafik yang dapat digunakan untuk
menunjukan urutan-urutan proses dari sistem.
Pengaertian rancangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
sesuatu yang sudah dirancang, hasil merancang; rencana, program, desain.
H. MANAJEMEN DAN STRUKTUR BIROKRASI:
• Manajemen organisasi merupakan proses perencanaan, pengorganisasian
memimpin dan mengendalikan sumber daya dalam suatu intentitas dengan
tujuan keseluruhan mencapai tujuan dan manajemen birokrasi merupakan salah
satu aliran manajemen klasik.
• Model organisasi birokrasi mempunyai karakteristik-karakteristik struktural
tertentu yang dapat dikemukakan di setiap organisasi yang kompleks dan
modern.
Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai berikut:
a. Pembagian kerja yang jelas,
b. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik,
c. Program rasional dalam pencapaian,
d. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja,
e. Sistem aturan yang mencangkup hak-hak dan kewajiban- kewajiban posisi para
pemegang jabatan,
f. Hubungan-hubungan antar pribadi yang sifatnya “impersonal”.
Jadi birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan struktur
dalam organisasi.
2. Struktur Birokrasi:
• Struktur birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas birokrasi yang
sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat
formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen
fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali sempit, dan pengambilan
keputusan mengikuti rantai komando.
• Kekuatan utama birokrasi adalah terletak pada kemampuannya menjalankan
kegiatan-kegiatan yang terstandar secara efisien. Menyatukan beberapa
kekhususan dalam departemen-departemen fungsional menghasilkan skala
ekonomi, duplikasi yang minim pada personel dan perlatan, dan karyawan
memiliki kesempatan untuk berbicara “dengan bahasa yang sama” di antara
rekan-rekan sejawat mereka.
• Sedangkan kelemahan struktur birokrasi adalah berlebihan dalam mengikuti
aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi, kurang inovatif dan birokrasi hanya
efisien sepanjang karyawan menghadai masalah-masalah yang sebelumnya sudah
diatur dengan jelas cara penyelesaiannya.
• Artinya, ketika dihadapkan pada permasalahan baru, struktur birokrasi menjadi
tidak efisien lagi karena diperlukan aturan-aturan baru untuk menyelesaikan
permasalah tersebut.
I. HUBUNGAN KAUSAL ANTARA KARAKTERISTIK DAN PERILAKU
BIROKRASI:
1. Pengertian Perilaku Birokrasi:
• Perilaku birokrasi adalah pada hakekatnya merupakan hasil interaksi birokrasi
sebagai kumpulan individu dengan lingkungannya (Thoha, 2005:138). Perilaku
birokrasi yang menyimpang lebih tepat dipandang sebagai patologi birokrasi atau
gejala penyimpangan birokrasi (dysfunction of bureaucracy).
• Dalam kaitannya dengan fenomena perilaku birokrasi maka kedudukan, peran
dan fungsinya tidak dapat dipisahkan dari individu selaku aparat (pegawai) yang
mempunyai persepsi, nilai, motivasi dan pengetahuan dalam rangka
melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab sosial.
• Perilaku manusia dalam organisasi sangat menentukan pencapaian hasil yang
maksimal dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
• Thoha (2005:29) menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah fungsi dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perilaku seorang individu
terbentuk melalui proses interaksi antara individu itu sendiri dengan
lingkungannya.
• Setiap individu mempunyai karakteristik tersendiri, dan karakteristik tersebut
akan dibawanya ketika ia memasuki lingkungan tertentu.
• Karakteristik ini berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, kebutuhan,
pengalaman dan sebagainya.
• Demikian pula halnya dengan organisasi sebagai lingkungan bagi individu
mempunyai karakteristik tertentu, yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam
susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem
imbalan dan sistem pengendalian.
• Jika karakteristik individu (aparat) dan karakteristik organisasi (birokrasi)
berinteraksi, maka terbentuklah perilaku individu (aparat) dalam organisasi
(birokrasi).
6. REFORMASI BIROKRASI
A. ARTI DAN PENTINGNYA REFORMASI BIROKRASI:
1. Pengertian:
• Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif
ditujukan untuk merealisasikan tata kepemerintahan yang baik.
• Tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) adalah sistem yang
memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan negara
yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang konstruktuf di antara
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
• Birokrasi merupakan sistem penyelenggataan pemerintahan yang dijalankan
pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan.
a. Birokrasi adalah:
• struktur organisasi yang digambarkan dengan hirarki yang pejabatnya diangkat
atau ditunjuk,
• garis tanggung jawab dan kewenangannya diatur oleh peraturan yang diketahui
(termasuk sebelumnya), dan
• justiifikasi setiap keputusan membutuhkan referensi untuk mengetahui kebijakan
yang pengesahannya ditentukan oleh pemberi mandat di luar struktur organisasi
itu sendiri.
b. Birokrasi adalah organisasi yang memiliki jenjang, setiap jenjang diduduki oleh
pejabat yang ditunjuk atau diangkat, disertai aturan tentang kewenangan dan
tanggung jawabnya.
c. Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang diselengarakan berdasarkan aturan,
bagian, unsur, yang terdiri dari pakar yang terlatih. Biasanya organisasi ini memiliki
pemusatan kewibawaan yang menekankan unsur tata susila, pengetahuan teknis,
dan tata cara impersonal.
Wujud Birokrasi berupa organisasi formal yang besar merupakan ciri nyata masyarakat
modern dan bertujuan menjalankan tugas pemerintahan serta mencapai ketrampilan
dalam bidang kehidupan.
2. Birokrasi Publik:
• Birokrasi publik memiliki peran penting dalam mengelola kebijakan publik.
• Birokrasi publik adalah para birokrat karier profesional yang memiliki pengalaman
dalan pengelolaan kebijakan publik, sulit ditandingi oleh politikus dan pejabat politik.
• Birokrasi pubik adalah profesional yang dengan sukarela mengabdikan hidupnya
dalam birokrasi, mereka tidak dipilih, tetapi melamar untuk menjalankan karirnya
dalam birokrasi publik.
• Birokrasi merupakan pilar ke empat dalam negara demokrasi setelah legislatif,
yudikatif, dan eksekutif.
Reformasi Birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui
berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Reformasi Birokrasi berarti:
a. Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak),
b. Perubahan penguasa menjadi pelayan,
c. Mendahulukan peranan dari wewenang,
d. Tidak berfikir hasil produksi tetapi hasil akhir,
e. Perubahan manajemen kinerja,
f. Pantau percontohan reformsai birokrasi.
Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, transparan dan profesional, bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), melalui:
g. Penataan Kelembagaan
Struktur organisasi ramping dan flat (tidak banyak jenjang hirarki) dan struktur
oraganisasi lebih dominan pemegang jabatan profesional/fungsional dari pada
jabatan struktural.
b. Penataan Ketatalaksanaan
Mekanisme, sistem, dan prosedur sederhana, ringkas, simple, mudah dan akurat
melalui oprimalisasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, serta
memiliki kantor, sarana, dan prasana kerja yang memedai.
c. Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur
Agar bersih sesuai dengan kebutuhan organisasi dari segi kualitas dan kuantitas
(profesional, kompeten, beretika, berkinerja tinggi, dan sejahtera).
d. Akuntabilitas
Yaitu kinerja berkualitas, efektif, efisien, dan kondusif.
e. Pelayanan dan Kualitas Pelayanan
Pelayanan prima (cepat, tepat, adil, konsisten, tansparan, dan lain-lain) memuaskan
pelanggan dan mewujudkan Good Governance.
3. Prinsip Reformasi Birokrasi:
a. Peningkatan kinerja ditunjang profesionalisme sumber daya manusia,
b. Penghematan sumber daya organisasi 5 M + 1 T (Man, Money, Material,
Methode, Mechine, dan Time).
c. Bukan sekedar manaikkan gaji,
d. Remunerasi bersifat nasional akan mengalami perbaikan menyeluruh,
e. Tunjangan kinerja:
• Diberikan kepada yang berprestasi,
• Sebagai kegiatan percontohan ditentukan beberapa unit kerja yang langsung
melayani masyarakat.
f. Mengakhiri (tolok ukur penilaian hasil reformasi birokrasi):
• Perilaku korupsi (suap, menunda pelayanan, tidak disiplin, dan lainnya),
• 802 (datang jam 08.00, pekerjaan kosong, pulang jam 2 siang),
• Pengangguran terselubung.
4. Tujuan Reformasi Birokrasi:
a. Tujuan Reformasi Birokrasi Secara Umum
Mewujudkan kepemerintahan yang baik, didukung oleh penyelenggara negara yang
profesional, bebas KKN, dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga
tercapai pelayanan prima.
b. Tujuan Reformasi Birokrasi Secara Khusus
• Birokrasi bersih, bebas KKN,
• Birokrasi efisien, tidak boros/hemat dalam penggunaan sumber daya,
• Birokrasi efektif, mampu mengemban tanggung jawab dan mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan.
• Birokrasi produktif, mampu mengeluarkan keluaran yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat,
• Birokrasi sejahtera, digaji sesuai dengan tugas, bobot, dan tanggung jawab jabatanserta
status PNS, dihargai masyarakat.
5. Sasaran Reformasi Birokrasi:
a. Terwujudnya birokrasi profesional, netral, dan sejahtera, mampu menempatkan diri
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat guna mewujudkan pelayanan masyarakat
yang lebih baik.
b. Terwujudnya kelembagaan pemerintah yang proporsional, fleksibel, efektif, efisien di
lingkungan pemerintah pusar dan daerah. Dan
c. Terwujudnya ketatalaksanaan (pelayanan publik) yang lebih cepat, tidak berbelit-belit,
mudah, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
B. PENATAAN KELEMBAGAAN:
1. Penataan Kelembagaan di antaranya melalui:
a. Aliansi, yaitu mensinergikan seluruh aktor, yaitu pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat dalam tim yang solid,
b. Menyempurnakan sistem kelembagaan yang efektif, ramping, fleksibel,
berdasarkan prinsip Good Governance,
c. Menyempurnakan struktur jabatan negara dan jabatan negeri,
d. Reposisi jabatan struktural dan jabatan fungsional,
e. Restrukturisasi, yaitu tindakan mengubah struktur yang dipandang tidak sesuai
dengan tuntutan zaman dan tidak efektif lagi dalam memajukan organisasi
Yaitu dengan menata ulang kepembagaan pemerintah, membangun organisasi

sesuai dengan tuntutan kebutuhan.


f. Reorientasi, yaitu mendefinisikan kembali visi, misi, peran, strategi,
implementasi, dan evaluasi kelembagaan pemerintah,
g. Menetapkan strategi organisasi, struktur organisasi efektif, efisien, rasional, dan
proporsional,
h. Menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain pembagian habis tugas,
i. Refungsionalisasi, yaitu tindakan/upaya mengfungsikan kembali sesuatu yang
sebelumnya tidak atau belum berfungsi (mengarah kepada penajaman
profesionalisme organisasi dalam mengemban visinya.
j. Revitalisasi, yaitu upaya memberi tambahan energi/daya kepada organisasi agar
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi. Revitalisasi berkaitan dengan
perumusan kembali tugas, kewenangan, anggaran, penambahan/penggantian
instrumen pendukungdalam melaksanakan tugas,
Desain Birokrasi Masa Mendatang diharapkan antara lain:
k. Harus kuat, yaitu:
Tidak mudah diintervensi oleh kepentingan politik,
Mampu mengakomodasi kepentingan publikdengan memberi pelayanan prima
tanpa diskriminasi.
b. Kelembagaan, yaitu:
• Pemisahan jabatan politik dan jabatan karir,
• Birokrasi harus dipimpin oleh birokrat profesional karir.
c. Sumber Daya Manusia harus profesional, yaitu:
• Sistem rekrutmen sesuai prosedur,
• Penempatan jabatan sesuai aturan, dan
• Remunerasi memadai.
Penataan Kelembagaan dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. Visi, misi, dan strategi organisasi,
b. Struktur organisasi yang efektif, efisien, rasional, dan proporsional.
• Pembagian tugas proporsional, dan
• Mengatur jabatan struktural dan jabatan fungsional.
C. PENATAAN KETATALAKSANAAN:
1. Pengertian:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata laksana berarti:
• Tata = aturan, susunan, cara, sistem,
• Laksana = sifat, perilaku, perbuatan.
• Tata Laksana = cara mengurus (menjalankan, melaksanakan, aktiivitas usaha).
Keberhasilan Sistem Tata Laksana memerlukan koordinasi, antara lain:
a. Waktu,
b. Ruang,
c. Interinstitusional,
d. Fungsional,
e. Struktural,
f. Perencanaan, dan
g. Masukan umpan balik (Ndaha, 2003).
Penataan Ketatalaksanaan/manajemen dilaksanakan dengan memperhatikan:
h. Mekanisme/sistem kerja internal,
i. Prosedur kerja,
j. Hubungan kerja eksternal,
d. Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pengendalian,
e. Pengelolaan prasarana dan sarana kerja,
f. Otomatisasi administrasi perkantoran,
g. Pemantauan teknologi informasi (E-Gov), dan
h. Pengelolaan kearsipan yang handal.
Tujuan Pendayagunaan Ketatalaksanaan adalah:
i. Mewujudkan tata laksana yang ringkas/simple, efektif, efisien, dan transparan,
j. Memberikan pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.
Kebijakan Ketatalaksanaan:
a. Diarahkan pada perubahan sistem manajemen dengan konsep manajemen
modern agar cepat, akurat, dan pendek jaraknya.
b. Pemanfaatan teknologi modern di lingkungan instansi pemerintah.
2. Kegiatan Pokok Ketatalaksanaan:
Kegiatan pokok ketatalaksanaan yang perlu dilaksanakan, antara lain:
a. Menyempurnakan sistem dan prosedur kerja efektif, ramping, fleksibel,
berdasarkan prinsip kepemerintahan yang baik.
b. Menyempurnakan sistem administrasi negarauntuk menjaga keutuhan NKRI
dan mempercepat proses desentralisasi.
c. Menyempurnakan tata laksana dan hubungan kerja antarlembaga di pusat dan
antarpemerintahanpusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
d. Menciptakan sistem administrasi pendukung dan kearsipan yang efektif dan
efisien.
Sasaran Pendayagunaan Ketata-laksanaan, antara lain:
a. Menyederhanakan dan menertibkan sistem tata kelola,
b. Prosedur, dan
c. Mekanisme kerja aparatur pemerintahan.
Strategi Pendayagunaan Ketatalaksnaan, antara lain:
d. Pemangkasan dan eliminasi mekanisme sistem kerja, prosedur dan mekanisme
kerjayang memberi peluang terjadinya KKN,
e. Deregulasi dan debirokratisasi sistem administrasi pemerintahan,
f. Perumusan Standard Operating Prosedures (SOP)administrasi pemerintahan,
d. Penyusunan hubungan kerja eksternalatau tata hubungan kewenangan
antarlembaga, antarpemerintah pusat dan daerah, serta antardaerah.
e. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi atau Electronic Government (E-
Gov) dalam rangka modernisasi administrasi dan manajemen pemerintahan.
f. Penatakelolaan arsip secara baik dan benar.
g. Otomatisasi administrasi perkantoran.
h. Proses pengadaan perencanaan, pelaksanaan, pamantauan, evaluasi, daan
pengendalian.
i. Pengelolaan prasarana dan sarana kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
j. Implementasi akuntabilitas, transparansi, dan lain-lain.
k. Megubah paradigma manajemen Unit Pelaksana Pelayanan Pemerintah, dari
manajemen birokrasi ke manajemen wirausaha.
D. PENATAAN SUMBER DAYA MANUSIA/APARATUR:
Manajemen PNS menurut UU No. 43 Tahun 1999 pasal 1 adalah keseluruhan upaya
untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan
tugas, fungsi, dan kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan
kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.
1. Penataan sumber Daya Manusia/aparatur dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. Penerapan sistem merit (sistem prestasi/berdasarkan kemampuan) dalam
manajemen kepegawaian,
b. Sistem pendidikan dan latihan yang efektif,
c. Standar dan peningkatan kinerja,
d. Pola karir jelas dan terencana,
e. Standar kompetensi jabatan,
f. Klasifikasi jabatan,
g. Tugas, fungsi, dan beban tugas yang proporsional,
h. Rekrutmen sesuai dengan prosedur,
i. Penempatan pegawai sesuai keahlian,
j. Remunerasi memadai,
k. Perbaikan sistem informasi manajemen kepegawaian.
2. Tujuan Pembinaan Pegawai Negeri:
Tujuan strategis pembinaan ASN (PNS) adalah:
• menciptakan aparatur negara yang profesional,
• netral dari kegiatan penaruh politik,
• bermoral tinggi,
• berwawasan global,
• mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, serta
• memiliki tingkat kesejahteraan material dan spiritual.
Perencanaan Kebutuhan Pegawai dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. Memberdayakan secara optimal pegawai yang sudah ada dalam organisasi,
b. Memperhatikan beban kerja yang ada saat ini dan memperkirakan beban kerja
masa yang akan datang,
c. Memperhatikan kualifikasi pendidikan dan pelatihan yang diperlukan institusi
unit organisasi, dan
d. Memperhatikan kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan pegawai
(contoh kebijakan minus growth atau zero growth).
3. Inti dari Penataan Sumber Daya Manusia (Aparatur):
a. Penerapan sistem merit dalam manajemen kepegawaian,
b. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sistem, pendidikan dan pelatihan yang
efektif,
c. Standarisasi dan peningkatan kinerja, dan
d. Pola karir yang jelas dan terencana.
E. AKUNTABILITAS (PERTAUNGGUNGJAWABAN):
Menurut The Oxford Advance Learner’s Dictionary, di dalam akuntabilitas terkandung
kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk segala dan terutama
kegiatan di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasannya.
Tolok ukur/indikator mengukur kinerja adalah kewajiban individu dan organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pencapaian kinerja melalui pengukuran seobjektif mungkin.
1. Akuntabilitas menurut Para Ahli:
a. Menurut Ghartey (1987), akuntabilitas ditujukan untuk mencari awaban terhadap
pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik
siapa, yang mana, dan bagaimana.
b. Menurut Carino (1991), akuntabilitas merupakan evolusi kegiatan yang
dilaksanakan oleh seorang petugas baik masih berada pada jalur otoritasnya
atau berada jauh di luar tanggung jawab dan kewenangannya.
Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang transparan,
demokratis, dan adanya kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
Dimensi yang membedakan akuntabilitas dengan yang lain, yaitu:
c. Siapa yang harus melaksanakan akuntabilitas,
d. Kepada siapa dia harus berakuntabilitas,
e. Apa standar yang digunakan untuk penilaian akuntabilitas, dan
f. Nilai akuntabilitas itu sendiri.
c. Deklarasi Tokyo (1985), menetapkan akuntabilitas merupakan kewajiban
individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik
dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal yang
menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan program.
• Dalam pengertian lebih luas, akuntabilitas pelayanan publik berarti pertanggung-
jawaban pegawai pemerintah kepada publikyang menjadi konsumen
pelayanannya.
• Konsep ini timbul seiring dengan perkembangan proses demokrasi.
F. KEHARUSAN MENGHADAPI TANTANGAN:
• Reformasi birokrasi terus dikembangkan dan digalakan selama beberapa periode,
namun demikian, kondisi ini merupakan suatu proses dan tahapan yang harus
dilalui.
Tidak dapat ditampik bahwa reformasi birokrasi yang dilaksanakan hingga saat ini
pun masih menyisakan berbagai permasalahan. Penyakit yang masih menjangkit
tubuh birokrasi saat ini antara lai:
a. Tingginya penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk KKN
• Prevalensi KKN semakin meningkat dan menjadi permasalahan di seluruh lini
pemerintahan, baik pusat hingga daerah.
• Kasus KKN yang sudah menyentuh seluruh lini pemerintahan jelas melukai
masyarakat. Hal ini disebabkan, KKN selalu menyeret beberapa pihak terutama
aparatur-aparatur pemerintah termasuk para pimpinan daerah.
• Praktik-praktik KKN telah tumbuh subur sejak zaman orde baru hingga reformasi.
Kondisi ini yang kemudian memunculkan persepsi bahwa aparatur negara
memiliki profesionalitas dan komitmen terhadap negara yang masih rendah.
• Hal ini kemudian menyebabkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
belum optimal, serta waktu yang ada tidak digunakan secara produktif. Selain itu
akuntabilitas, responsibiltas, dan empati aparatur pemerintah terhadap
kepentingan masyarakat masih rendah.
• Kondisi demikian yang mempengaruhi masih rendahnya kemampuan melaksanakan
standar kinerja birokrasi seperti yang diharapkan.
b. Rendahnya kualitas pelayanan publik
• Menjadi rahasia umum bahwa birokrasi pelayanan di Indonesia lekat dengan sistem
dan prosedur yang berbelit-belit, mahal dan sumber daya manusia yang lamban
dalam memberikan pelayanan.
• Hal ini yang semakin memperburuk citra birokrasi dan semakin kehilangan
kepercayaan dari masyarakat.
• Seiring dengan pelaksanaan sistem desentralisasi melalui otonomi daerah, sudah
banyak daerah-daerah yang mampu berinovasi, membenahi budaya birokrasinya,
serta menunjukan perubahan dan perbaikan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
• Di lain sisi, tidak sedikit pula, terjadi praktik penyimpangan kekuasaan,
menampakan wajah koruptif, manipulatif dan cenderung predatoris (Hadiz,
2010).
• Fenomena ini memunculkan paradoks, yang dapat dilihat dari beberapa daerah
yang sebelumnya dinobatkan sebagai daerah reformis atau champion,seperti
diantaranya Bupati Sragen, Jembrana dan Tanah Datar yang diproses hukum
dengan dakwaan melakukan korupsi (Djani, 2013).
• Budaya birokrasi yang masih buruk serta birokrasi yang tambun berimplikasi pada
kurang efisien dan efektif dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu sumber
daya aparatur atau sumber daya manusia yang memberikan pelayanan, kurang
berkompeten dibidangnya. Mentalitas dan niat dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat juga masih rendah.
• Mentalitas dan niat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat juga masih
rendah.
• Perilaku aparatur yang arogan serta birokrasi yang tambun, berkaitan dengan
rendahnya kesadaran aparatur bahwa kedaulatan berasal dari rakyat sedangkan
birokrat hanya sebagai pelaksana amanat yang diberikan oleh masyarakat.
• Fakta yang ada di lapangan, aparatur bukan melayani namun dilayani.
c. Pengaruh politik yang kuat terhadap birokrasi
• Pengaruh politik juga menjadi penyumbang terhadap masih terhambatnya kinerja
birokrasi sehingga lemah dalam merespon agenda dan tantangan dalam
pembangunan nasional.
• Kondisi ini tidak dapat dihindari karena sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
Indonesia. Sistem kepartaian yang dianut oleh Indonesia, sedikit banyak
berdampak pada kinerja aparatur yang tidak netral.
• Aparatur negara terkooptasi dan terintervensi oleh kepentingan partai yang
dinilai berjasa dalam mengusung namanya menjadi aparatur negara.
• Tidak sedikit pengangkatan pejabat eselon I berbagai kementerian/lembaga
negara serta BUMN yang disesuaikan dengan nafas politik menterinya (Bappenas,
2004).
• Pergolakan politik berkontribusi terhadap jalannya pemerintahan di Indonesia.
Kedua hal ini, baik birokrasi dan politik memang tidak dapat dipisahkan.
• Beberapa jabatan di birokrat tidak dapat dipungkiri diduduki oleh orang-orang
yang berangkat dari partai, yang membawa kepentingan partainya masing-masing
yang diperoleh melalui pemilu.
• Pada akhirnya mengarahkan anggapan bahwa masyarakat hanya dijadikan
sebagai obyek dalam pemilu untuk memenangkan tujuan berpolitik beberapa
pihak/kelompok, mengantarkan elit pimpinan menjadi pimpinan negara dan
pemerintah. Setelah terpilihnya pihak-pihak tersebut, lantas kepentingan rakyat
terlupakan dengan kepentingan pribadi/kelompok.
• Kondisi ini menunjukan sangat lemahnya akuntabilitas dan pertanggungjawaban
kepada publik.
7. DILEMA BIROKRASI DI INDONESIA
A. LEMBAGA PAMONG PRAJA:
1. Pengertian Pamong Praja:
• Pamong praja adalah sektor pemerintah terutama terdiri dari birokrat karier yang
diangkat berdasarkan cara profesional daripada ditunjuk atau dipilih, di mana masa
jabatan institusional biasanya bertahan dalam transisi kepemimpinan politik.
• Seorang pegawai negeri adalah orang yang bekerja di sektor publik pada sebuah
departemen atau instansi pemerintah.
• Sejauh mana pegawai negeri sipil suatu negara dianggap sebagai bagian dari "civil
service" bervariasi dari negara ke negara.
• Di Inggris, misalnya, hanya pegawai Crown (pemerintah nasional) yang disebut
sebagai pegawai negeri sipil sedangkan pegawai kabupaten atau kota, tidak.
Pengertian Pamong Praja
• Asal kata “pamong” berasal daribahasa Jawa “among” atau“emong” yang artinya
adalah mengasuh atau membimbing atau mendidik.
• Dari kata among atau emong kemudian
menjadi pengamong atau pengemong artinya orang yang mengasuh atau orang
yang membimbing atau orang yang mendidik.
• Adapun istilah “praja” berasal dari bahasa Jawa kuno yang diartikan kerajaan
atau negara, misalnya Praja Ngamarto artinya Kerajaan
Ngamarto atau pendovvo. 
Jadi secara asal kata pamong praja diartikan sebagai:
a. Pembimbing kerajaan, b. Pengasuh negara, dan c. Pendidik negara.
• Dalam sejarah tercatat bahwa kata among merupakan metode terkenal sebagai
Pendidikan Nasional Taman Siswo yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantoro di Yogyakarta
tanggal 3 Juli 1892.
• Menurut KBBI, Pamong Praja berarti pegawai – Negeri yang mengurus pemerintahan
Negara. Dalam Kamus Indonesia-Inggris diterjemahkan Pamong Praja sebagai Civil
Service. Jadi Pamong Praja dapat diartikan sebagai pengasuh pemerintahan, atau abdi
masyarakat.
• Menurut Wajong (1972 : 13), bahwa dinas pemerintahan umum dengan Pamong
Prajanya merupakan organisasi tua, dimulai dari kedatangan Belanda pada tahun 1596.
adapun sejarah penggunaan istilah Pamong, antara lain :
• Dalam sejarah tercatat bahwa kata among merupakan metode terkenal sebagai
Pendidikan Nasional Taman Siswo yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantoro di Yogyakarta
tanggal 3 Juli 1892.
Dari peristilahan dan makna Pamong Praja di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian Pamong Praja meliputi:
a. Pembimbingan kerajaan artinya pembimbing masyarakat kerajaan,
b. Pengasuh negara artinya pengasuh masyarakat negara, dan
c. Pendidik negara artinya pendidik masyarakat negara.
Definisi Pamong Praja:
Pada masa kini Pamong Praja menurut Sadu Wasistiono dalam makalahnya yang
disampaikan pada Temu Akbar Alumni Pendidikan Pamong Praja Provinsi Jawa
Barat pada tanggal 29 Maret 1999 dengan judul Redefinisi, Reposisi dan
Refungsianalisasi Korps Pamong Praja (Wasistiono, 1999).
Ditawarkannya definisi Pamong Praja dengan pradigma baru, yaitu sebagai berikut:
Pamong Praja adalah aparatur (Pusat maupun Daerah) yang dididik secara khusus
untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan kompetensi dasar
Koordinasi, Kolaborasi, dan Konsensus (3K) dalam rangka memberikan pelayanan
umum serta menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia.
2. Lembaga Pamong Praja:
a. Lembaga Pamong Praja dalam arti sempit:
• Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah perangkat Pemerintah
Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta
menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
• Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
• Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
• Di Daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris
Daerah.
b. Lembaga Pamong Praja dalam Arti Luas:
• Perangkat daerah yang berkedudukan di daerah kabupaten/kota,
• Perangkat daerah yang berkedudukan di daerah provinsi, dan
• Kementerian dan lembaga non-kementerian.
C. PERAN POLITIK PAMONG PRAJA:
• Berdasarkan Pasal 2 huruf f Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN,
bahwa setiap pegawai ASN tidak berpihak dari segala pengaruh manapun dan
tidak memihak kepada kepentingan siapapun.
• Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 41/PUU-XIII/2014, tanggal
6 Juli 2015, PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Wali kota/Wakil Walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak ditetapkan sebagai calon
peserta Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Wali
kota/Wakil Wali kota.
• Mengutip Undang-Undang (UU) Nomor: 10 Tahun 2016, pasangan calon dilarang
melibatkan ASN, anggota Polri, dan anggota TNI, dan Kepala Desa atau perangkat
Desa lainnya.
• Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, Walikota atau Wakil
Walikota dilarang melakukan pergantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum tanggal
penetapan pasangan calon sampai dengan akhir masa jabatan kecuali mendapat
persetujuan tertulis dari Menteri (Pasal 71 Ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2016).
• Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, Walikota atau Wakil
Walikota, dilarang menggunakan kewenangan program dan kegiatan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon, baik di daerah sendiri
maupun di daerah lain 6 (enam) bulan sebelum tanggal penetapan pasangan
calon sampai dengan penetapan pasangan calon terpilih.
Etika dan Netralitas PNS:
• Dalam surat tersebut, Menteri PANRB Asman Abnur juga mengutip ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS).
• “PNS dilarang melakukan perbuatan yang mengarah pada keberpihakan salah
satu calon atau perbuatan yang mengindikasikan terlibat dalam politik
praktis/berafiliasi dengan partai politik,”
Berikut contoh larangan dimaksud:
• PNS dilarang melakukan pendekatan terhadap partai politik terkait rencana
pengusulan dirinya atau orang lain sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah,
• PNS dilarang memasang spanduk/baliho yang mempromosikan dirinya atau orang
lain sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
• PNS dilarang mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah,
• PNS dilarang menghadiri deklarasi bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan atau tanpa menggunakan atribut bakal pasangan calon/atribut
partai politik,
• PNS dilarang mengunggah, menanggapi atau menyebarluaskan gambar/foto
bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah melalui media online maupun
media sosial,
• PNS dilarang melakukan foto bersama dengan bakal calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah dengan mengikuti simbol tangan/gerakan yang digunakan sebagai
bentuk keberpihakan,
• PNS dilarang menjadi pembicara/narasumber pada kegiatan pertemuan partai
politik.
Adanya ancaman Hukuman Disiplin Tingkat Sedang berupa: 
• penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun,
• penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
• penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
- Bagi PNS yang memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan cara memberikan dukungan dan memberikan surat dukungan
disertai fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Kartu Tanda
Penduduk,
- Bagi PNS yang memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah
kepada keberpihakan kepada pasangan calon yang menjadi peserta pemilu
sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye.
Adapun Hukuman Disiplin Tingkat Berat berupa:
• penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun,
• pemindahan dalam rangka penurunan pangkat setingkat lebih rendah,
• pembebasan dari jabatan, dan
• atau pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS:
- Bagi PNS yang memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah atau calon
Wakil Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan
jabatan dalam kegiatan kampanye,
- Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye.
Penjatuhan hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum
dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah:
• Nomor: 53 tentang Disiplin PNS dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara,
• Nomor: 21 Tahun 2010 tengang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah,
dan
• Nomor: 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
D. PERBANDINGAN JUMLAH PNS DAN PNS NEGARA BERKEMBANG:
• Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia saat ini mencapai 4.351.490
orang. Komposisi ASN terdiri atas jabatan pelaksana atau administrasi umum,
jabatan fungsional guru, teknis dan kesehatan, serta jabatan struktural.
• Komposisi ASN saat ini masih belum baik. Administrasi umum dan guru masih
yang terbanyak. Petugas kesehatan kecil,” kata Deputi Sumber Daya Manusia
(SDM) Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
E. IMPLIKASI BESARNYA JUMLAH PNS:
1. Pengertian:
• Kata implikasi memiliki persamaan kata yang cukup beragam, diantaranya adalah
keterkaitan, keterlibatan, efek, sangkutan, asosiasi, akibat, konotasi, maksud,
siratan, dan sugesti.
• Persamaan kata implikasi tersebut biasanya lebih umum digunakan dalam
percakapan sehari-hari.
• Harena kata implikasi lebih umum atau cocok digunakan dalam konteks percakapan
bahasa ilmiah dan penelitian. 
• Pengertian implikasi menurut ahli belum ada yang dapat menjelaskannya secara
jelas, hal ini dikarenakan cakupan arti implikasi yang luas.
• Menurut para ahli, pengertian implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat
langsung dari hasil penemuan suatu penelitian ilmiah.
• Pengertian lainnya dari implikasi menurut para ahli adalah suatu kesimpulan atau
hasil akhir temuan atas suatu penelitian.
2. Implikasi Besarnya Jumlah PNS:
• Dari seluruh pengeluaran negara, tanggungan terbesar adalah pada belanja
pegawai, melebihi belanja modal dan belanja barang/jasa. Selain itu, pengeluaran
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
• Pada 2014, proporsi belanja pegawai pusat terhadap realisasi belanja sebesar
20,4 persen, demikian juga di 2015 sebesar 24 persen, bahkan pada 2016
mencapai 31,3 persen. 
• Besarnya anggaran belanja pegawai bisa membuat terhambatnya pembangunan
infrastruktur.
• Ada daerah yang biaya pegawainya menghabiskan 80 persen dari APBD dan
membuat pembangunan tidak dapat berjalan.
• Anggaran ini tidak cuma pada pembayaran gaji, tetapi juga pembayaran
tunjangan dan pensiunan.
Pertanyaannya adalah dengan anggaran sebesar itu apakah para birokrat telah
memberikan pelayanan yang baik?
Bank Dunia memberikan penilaian terhadap tata kelola negara dengan indikator
(yang diberi nama The Worlwide Governance Indicators Reports) melakukan
penilaian atas 6 dimensi, yaitu:
• Pendapatan dan akuntabilitas,
• Stabilitas politik dan ketiadaan kekerasan,
• Efektivitas pemerintah,
• Kualitas regulasi,
• Aturan hukum, dan
• Pengendalian korupsi. 
Banyaknya penyerapan tenaga kerja dan alokasi belanja negara yang besar ternyata
tidak memberi dampak signifikan bagi kemajuan.
Sebab tidak dibarengi dengan perencanaan strategis PNS secara nasional, validitas
kebutuhan PNS per instansi berdasarkan beban kerja, dan penetapan standar
kompetensi PNS. 
Beberapa hal lain juga soal tidak diimbangi dengan kinerja yang optimal.
F. PNS TERPUSAT DI SENTRA PEMERINTAHAN:
1. Di ibukota negara,
2. Di ibukota provinsi,
3. Di ibukota kabupaten/kota, dan
4. Di kecamatan.
G. LUAS WILAYAH DAN KEMAJEMUKAN NKRI:
1. Pengertian:
• Ciri kemajemukan sudah ada sejak 700 tahun yang lalu.
• Menurut Nurcholis Majid, kemajemukan bangsa Indonesia sudah merupakan
dekrit Allah dan design-Nya dan bangsa Indonesia tidak bisa dipaksakan sebagai
bangsa yang monolitis, karena tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik,
sama dan sebangun dalam segala segi (Nurcholish Madjid: Asas– asas 
Pluralisme dan Toleransi dalam Masyarakat Madani).
Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari data-data sebagai berikut:
• Pulau-pulau di Indonesia yang tersebar di daerah Khatulistiwa berjumlah 17.508.
• Luas Wilayah 5.193.252 Km2 dengan jumlah penduduk sesuai hasil sensus tahun
2010 mencapai 234.181.300 Jiwa.
• Indonesia memiliki 33 Provinsi yang meliputi  65.295 desa.
• Secara geografis memiliki 177 gunung dan  232 Sungai, sementara secara
demografis tercatat ada 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan 6
agama.
• Dengan data tersebut diatas bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk.
• Kemajemukan itu rawan konflik kalau tidak dikelola secara arif dan
masyarakatnya tidak memiliki nilai-nilai yang mampu merekatkan mereka sebagai
suatu bangsa.
• Kemajemukan multidimensi seperti itu, terutama sekali kemajemukan dari segi
agama, memendam potensi konflik, yang sewaktu-waktu dapat meledak
( Gumgum Gumilar, 2005 ). 
• Pada gilirannya kemajemukan dapat melahirkan konflik horisontal, yaitu konflik
antarkelompok-kelompok dalam masyarakat, dan konflik vertikal antara
masyarakat dengan pemerintah; dan pada gilirannya dapat melahirkan
disintegrasi nasional yang mengancam keutuhan NKRI.
2. Multi Kulturaisme:
Dalam The Oxford English Dictionary disebutkan, bahwa pluralism dipahami sebagai:
a. Suatu teori yang menentang kekuasaan Negara monolitis, dan sebaliknya,
mendukung desentralisasi dan otonomi untuk organsasi-organisasi utama yang
mewakili keterlibatan individu dalam masyarakat. Juga suatu keyakinan bahwa
kekuasaan itu harus dibagi bersama-sama di antara sejumlah partai politik,
b. Keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok cultural
dalam suatu masyarakat atau Negara, serta keragaman kepercayaan atau sikap
dalam suatu badan, kelembagaan dan sebagainya. Definesi yang pertama
mengandung pengertian pluralisme politik, sedangkan definisi kedua
mengandung pengertian pluralisme sosial atau primordial (Maskuri, 2001).
Menurut Pierre L. Van de Berghe dalam Purwasito ( 2003 ), mengemukakan bahwa
masyarakat multikultural mempunyai beberapa karakteristik yang khas, yaitu
sebagai berikut:
• Masyarakat terbagi dalam segmentasi yang berbentuk kelompok-kelompok
dengan latar budaya dan subbudaya yang berbeda
• Memiliki struktur sosial yang terbagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat
non-komplementer (saling mengisi/saling melengkapi).
• Kurang adanya kemauan untuk mengembangkan konsensus antar anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang fundamental.
• Kurangnya kesadaran mengembangkan konsensus relatif sering menimbulkan
konflik antar kelompok subbudaya tersebut.
• Konflik bisa dihindari dan integrasi sosial dapat terjadi, tetapi dengan jalan relatif
menggunakan paksaan ditambah adanya ketergantungan satu sama lain dalam
bidang ekonomi.
• Adanya dominasi politik kelompok yang satu atas kelompok yang lain.
3. Globaalisasi:
• Kemajemukan bangsa Indonesia pada era reformasi sekarang ini juga dipengaruhi
oleh gelombang globalisasi, di mana barang, jasa, modal dan manusia mengalir
dari satu negara ke negara lain tanpa ada hambatan administrasi ( borderless
world ).
• Salah satu wujud globalisasi adalah adanya “free trade” atau perdagangan bebas.
• Produk dalam negeri dapat dipasarkan ke pasar  internasional tetapi pada saat
yang sama, produk-produk luar negeri juga akan masuk ke pasar lokal.
• Maka akan terjadi pertemuan antar bangsa dengan kultur yang berbeda-beda.
• Produk-produk global juga menumbuhkan suatu life style yang menciptakan
kultur baru dalam masyarakat.
• Produk-produk global juga menumbuhkan suatu life style yang menciptakan
kultur baru dalam masyarakat.
Menurut Tilaar (2000), menyebutkan bahwa proses globalisasi terjadi karena 2 hal,
yaitu:
a. Proses Demokratisasi
• Usainya perang dingin tahun 1990, yang secara simbolis runtuhnya tembok Berlin
dan disintegrasi Negara USSR, maka di seluruh dunia lahirlah apa yang disebut
gelombang demokratisasi ( democratization wave) .
• Akibat gelombang ini mulailah timbul kesadaran yang semakin meningkat
terhadap hak-hak asazi manusia dan tanggung jawab manusia dalam
membangun masyarkatnya sendiri.
• Masyarakat menginginkan suatu masyarakat yang terbuka, maju dan modern
bukan masyarakat totaliter yang menginjak-injak hak asasi manusia.
• Masyarakat di dunia dewasa ini lebih jauh lagi menginginkan suatu demokrasi
partisipatoris yaitu yang meminta rakyat yang berkemampuan untuk ikut  serta
dalam membangun masyarakatnya sendiri.
• Perkembangan demokratisasi masyarakat ini tentunya menuntut suatu
pendidikan yang sesuai.
• Pendidikan gaya lama yang menganggap peserta didik sebagai gentong yang diisi
semaunya oleh pendidik atau yang oleh Paulo Freire dikatakan dengan  sistem
bank, perlu diganti dengan sistem pendidikan yang dapat mengembangkan
kemampuan rakyat (empowering of people).
b. Kemajuan Teknologi Informasi Komunikasi
• Kemajuan teknologi komunikasi telah membabat batas-batas yang mengisolasi
manusia.
• Lahirlah apa yang disebut masyarakat terbuka (open society) di mana terjadi
aliran bebas informasi, manusia, perdagangan dan bentuk-bentuk aktivitas
kehidupan global lainnya yang menyatukan umat manusia.
• Di dalam proses tersebut tentunya  terjadi persingungan antar kebudayaan global
yang selain mempunyai nilai-nilai yang positif juga mengandung bahaya-bahaya
yang laten.
• Keadaan ini tentunya memerlukan manusia yang tidak terlempar dari akar
kebudayaannya.
• Manusia harus tetap berada di dalam kehidupan yang nyata, di tengah-tengah
masyarakat yang mempunyai kebudayaan sendiri.
• Dengan kata lain, manusia di dalam kehidupan modern perlu mempunyai
identitas diri yang kuat.
H. PERAN BIROKRASI SEBAGAI AGEN SOSIALISASI POLITIK SEBELUM
DAN SESUDAH REFORMASI:
1. Peran Birokrasi:
Michael G. Roskin meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi birokrasi di
dalam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah :
a. Administrasi
• Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,
pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi.
• Dengan fungsi administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah
mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh legislatif serta
penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif
b. Pelayanan
• Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompok-
kelompok khusus.
• Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di Indonesia merupakan contoh yang
bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut ditujukan demi melayani
kepentingan masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau mengungsikan diri
dari kemungkinan bencana alam.
c. Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi
mengamankan kesejahteraan masyarakat. 
d. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan
mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan
baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual.
Peran Birokrasi:
Peran birokrasi dalam pemerintahan,
Peran birokrasi dalam pembangunan, dan
Peran birokrasi dalam pelayanan publik.
8. UTS
9. PROFESIONALISME BIROKRASI
A. PENGERTIAN PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISASI, DAN
PROFESIONALISME BIROKRASI:
1. Pengertian Profesi:
• Secara umum, pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan
ilmu pengetahuan atau keterampilan khusus sehingga orang yang memiliki
pekerjaan tersebut harus mengikuti pelatihan tertentu agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
• Kata “profesi” diadaptasi dari bahasa Inggris, yaitu “profession” yang berasal dari
bahasa Latin “professus”.
• Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, yaitu mampu atau ahli di bidang
tertentu.
• Sehingga pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian
tertentu yang didapat dari pendidikan tinggi, dimana umumnya mencakup
pekerjaan mental yang didukung dengan kepribadian dan sikap profesional.
a. Peter Jarvis
Menurut Peter Jarvis (1983:21), pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang
sesuai dengan studi intelektual atau pelatihan khusus dimana tujuannya untuk
menyediakan pelayanan keterampilan bagi orang lain dengan upah tertentu.
b. Hughes E.C.
Menurut Hughes E.C (1963), pengertian profesi adalah suatu pekerjaan di bidang
tertentu dimana seorang profesional memiliki pengetahuan lebih baik dari kliennya
mengenai sesuatu yang terjadi pada klien tersebu.
c. Cogan
Menurut Cogan (1983:21), pengertian profesi adalah suatu keterampilan khusus yang
dalam prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian
ilmu pengetahuan.
d. Schein E.H.
Menurut Schein E.H (1962), pengertian profesi adalah suatu set pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari peran khusus di
masyarakat.
e. Dedi Supriyadi
Menurut Dedi Supriyadi (1998:95), arti profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntuk keahlian khusus, tanggungjawab, serta kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut.
f. Doni Koesoema
Menurut Doni Koesoema, pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang memiliki
wujud sebagai jabatan dalam hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian serta etika
khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.
Ciri-Ciri Profesi:
Ada beberapa sifat dan karakteristik profesi yang tidak terdapat pada jenis
pekerjaan yang bukan merupakan profesi. Adapun ciri-ciri profesi adalah sebagai
berikut:
• Terdapat keahlian atau pengetahuan khusus yang sesuai dengan bidang
pekerjaan, dimana keahlian atau pengetahuan tersebut didapatkan dari
pendidikan atau pengalaman.
• Terdapat kaidah dan standar moral yang sangat tinggi yang berlaku bagi para
profesional berdasarkan kegiatan pada kode etik profesi.
• Dalam pelaksanaan profesi harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat
di atas kepentingan pribadi.
• Seorang profesional harus memiliki izin khusus agar dapat menjalankan pekerjaan
sesuai profesinya.
• Pada umumnya seorang profesional merupakan anggota suatu organisasi profesi
di bidang tertentu.
Syarat-Syarat Profesi:
Secara umum, terdapat beberapa syarat pada suatu profesi. Adapun syarat-syarat
profesi adalah sebagai berikut:
• Memiliki pengetahuan khusus di suatu bidang ilmu tertentu.
• Melibatkan berbagai kegiatan intelektual.
• Membutuhkan adanya suatu persiapan tertentu yang cukup dalam, jadi bukan
hanya sekedar latihan saja.
• Membutuhkan latihan yang berkesinambungan di dalam melaksanakan
pekerjaannya atau jabatannya.
• Lebih mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.
• Adanya organisasi para profesional sesuai dengan bidang profesi.
• Terdapat kode etik atau standar baku dalam pelaksanaan pekerjaannya.
2. Pengertian Profesional:
• Profesional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan
memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang
mengarahkan serta mendasari perbuatan.
• Definisi dari profesional adalah orang yang hidup dengan cara mempraktekan suatu
keterampilan atau keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu kegiatan menurut
keahliannya.
• Jadi dapat disimpulkan profesional yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai
dengan keahliannya.
• Seorang profesional tentunya harus mempunyai keahlian yang di dapatkan melalui
suatu proses pendidikan dan di samping itu terdapat unsur semangat pengambilan
dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja.
• Dalam melakukan tugas profesi, seorang profesional harus dapat bertindak
objektif, yang artinya bebas dari rasa sentimen, benci, malu maupun rasa malas
dan enggan bertindak serta mengambil keputusan.
Ada 3 (Tiga) hal pokok yag ada pada seseorang profesional
Profesional ialah seseorang yang memiliki tiga hal pokok yang ada di dalam dirinya,
yang di antaranya meliputi:
• Skill, yang artinya orang tersebut harus benar-benar ahli dibidangnya,
• Knowledge, yang artinya orang tersebut harus dapat menguasai, minimalnya
berwawasan mengenai ilmu lain yang berkaitan dengan bidangnya, dan
• Attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi harus memiliki etika yang
diterapkan didalam bidangnya.
Ciri-ciri profesional:
Adapun ciri-ciri dari profesional yang diantaranya sebagaimana di bagian bawah ini:
• Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tinggi,
• Memiliki kode etik.
• Memiliki tanggung jawab profesi serta integritas yang tinggi,
• Memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat,
• Memiliki kemampuan yang baik dalam perencanaan program kerja, dan
• Menjadi anggota organisasi dari profesinya.
Pengertian Profesional Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa pengertian profesional menurut para ahli :
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Profesional bersangkutan dengan
dengan profesi yang membutuhkan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
b. Kusnanto
Menurut Kusnanto, profesional adalah sesorang yang memiliki kompetensi dalam suatu
pekerjaan tertentu.
c. Aholiab Watloly
Menurut Aholiab Watloly, Profesional adalah orang yang berdisiplin dan menjadi kerasan
dalam pekerjaannya.
d. Daryl Koehn
Menurut Daryl Koehn, Profesional adalah orang yang memberikan pelayanan
kepada klien.
e. Oerip S. Poerwopoespito
Menurut Oerip S. Poerwopoespito, Profesinal adalah sikap yang mengacu pada
peningkatan kualitas profesi.
f. Budi Purnawanto
Menurut Budi Purnawanto, Profesional adalah bagian dari proses, fokus kepada
output dan berorientasi ke custemer.
3. Pengertian Profesionalisme:
• Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara
pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada
atau dilakukan oleh seorang profesional.
• Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan
profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya (KBBI, 1994).
• Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualitas dari seseorang
yang profesional (Longman, 1987).
Pengertian Profesionalisme Menurut Para Ahli:
a. Onny S. Prijono
Menurut Onny S. Prijono, Profesionalisme adalah kemampuan untuk memasuki
ajang kompetisi sebagai antisipasi menghadapi globalisasi.
b. Pamudji (1985)
Menurut Pamudji, Profesionalisme adalah lapangan kerja tertentu yang diduduki
oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu pula.
c. Aholiab Watloly
Menurut Aholiab Watloly, Profesionalisme adalah sikap sesorang profesional atau
profi.
d. Korten & Alfonso (1981)
Menurut Korten & Alfonso, Profesionalisme adalah kecocokan (fitness) antara
kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan
kebutuhan tugas (ask-requirement).
Ciri-Ciri Profesionalisme:
Berikut ini adalah ciri-ciri profesionalisme:
• Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang dapat dijadikan sebagai
rujukan yang baik.
• Berusaha meningkatkan dan memelihara perilaku profesionalnya melalui
perwujudan perilaku profesional. Perwujudan tersebut dilakukan melalui
berbagai cara misalnya dari cara berpenampilan, cara berbicara, penggunaan
bahasa, sikap tubuh badan, serta sikap hidupnya sehari-hari.
• Keinginan untuk senantiasa mengejar berbagai kesempatan pengembangan
profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan
dan keterampiannya.
4. Pengertian Profesionalisasi:
Dari segi bahasa, Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti
kemampuan profesional.
Pengertian Profesionalisasi Menurut Para Ahli
• Dedi Supriadi (1998)
Menurutnya, Profesionalisasi adalah pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan.
Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.
• Eric Hoyle (1980)
Menurut Eric Hoyle, konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu the
improvement of status and the improvement of practice (Peningkatan status dan
peningkatan pelatihan).
B. MEWUJUDKAN PROFESIONALISASI BIROKRASI PEMERINTAHAN:
1. Pengertian:
• Transformasi ke arah demokrasi sebenarnya mengandung pengertian pergeseran
dari suatu sistem nondemokratis (apapun bentuknya) ke arah sistem yang
demokratis.
• Dalam banyak peristiwa, termasuk kasus Indonesia, transformasi ke arah
demokrasi hampir selalu berkaitan dengan perubahan dari hubungan yang
memiliki karakter zero-sum dalam artian negara sangat kuat dan masyarakat sipil
sangat lemah, berubah menjadi hubungan yang positive-sum.
Di lihat dari sudut pandang Ilmu Politik, reformasi sama dengan demokratisasi
dengan tujuan akhir membentuk Clean Government dan Good Governance
(Imawan, 2000), yaitu:
a. Clean Government, yang dimaksudkan adalah suatu bentuk atau struktur
pemerintahan yang menjamin tidak terjadinya distorsi aspirasi yang datang dari
masyarakat, serta menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of
power).
Untuk itu sangat diperlukan adanya:
- Pemerintah yang dibentuk atas kehendak orang banyak,
- Struktur organisasi pemerintah yang tidak kompleks, dalam rangka untuk
meningkatkan akuntabilitas pemerintah dan tanggung jawab aparat,
- Mekanisme politik yang menjamin hubungan konsultatif antara negara dan warga
negara, dan
- Mekanisme saling mengontrol antar aktor-aktor di dalam infra maupun supra
struktur politik.
b. Good Governance, yang dimaksudkan adalah adanya satu mekanisme kerja, di
mana aktivitas pemerintahan berorientasi pada terwujudnya keadilan sosial
dan pemerintah mampu secara maksimal melaksanakan tiga fungsi dasarnya
(service, development, empowerment/pemberdayaan).
Untuk itu diperlukan adanya:
- Perlindungan yang nyata terhadap “ruang & wacana” publik,
- Mengakui dan menghormati kemajemukan politik, dalam rangka mendorong
partisipasi dan mewujudkan desentralisasi, dan
- Pemerintah mengambil posisi sebagai fasilitator dan advokator kepentingan
publik.
2. Pelayanan Birokrasi yang Profesional:

• Negara dalam upaya mencapai tujuannya, pastilah memerlukan perangkat negara


yang disebut dengan pemerintah dan pemerintahannya. Dalam hal ini
pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah
diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi melayani masyarakat serta
menciptakan kondisi agar setiap anggota masyarakat mengembangkan
kemampuan dan kreativitasnya (Rasyid, 1998:139).
• Dalam paradigma “dikotomi politik dan administrasi” seperti dikemukakan oleh
Wilson, dalam Widodo (2001:245), menegaskan bahwa pemerintah memiliki dua
fungsi yang berbeda, yaitu fungsi politik yang berkaitan dengan pembuatan
kebijakan (public policy making) atau pernyataan apa yang menjadi keinginan
negara, dan fungsi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan-
kebijakan tersebut.
• Kekuasaan membuat kebijakan publik berada pada kekuasaan politik (political
master), dan untuk melaksanakan kebijakan politik tadi merupakan kekuasaan
administrasi negara.
• Namun karena administrasi negara dalam menjalankan kebijakan politik memiliki
kewenangan secara umum disebut “discretionary power”, yakni keleluasaan
untuk menafsirkan suatu kebijakan politik dalam bentuk program dan kegiatan,
maka timbul suatu pertanyaan, apakah ada jaminan dan bagaimana menjamin
bahwa kewenangan itu digunakan “secara baik dan tidak secara buruk”.
• Atas dasar inilah etika diperlukan dalam administrasi publik.
• Etika dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus
dilakukan oleh aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan politik, dan
sekaligus digunakan sebagai standar penilaian, apakah perilaku aparat birokrasi
dalam menjalankan kebijakan politik dapat dikatakan baik atau buruk.
• Etika dalam konteks birokrasi menurut Dwiyanto (2002:188), mengatakan bahwa:
“Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi aparat birokrasi
dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat”.
• Etika birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan
pribadi, kelompok, dan organisasinya.
• Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
• Sementara pemahaman pelayanan publik yang disediakan oleh birokrasi
merupakan wujud dari fungsi aparat birokrasi sebagai abdi masyarakat dan abdi
negara.
• Sehingga maksud dari public service tersebut demi mensejahterakan masyarakat.
• Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Widodo (2001:269) mengartikan
pelayanan publik sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
3. Etika dan Konsep Etika Pelayanan Publik:
Etika, termasuk etika birokrasi mempunyai dua fungsi, yaitu: 
• Pertama, sebagai pedoman, acuan, refrensi bagi administrasi negara (birokrasi
publik) dalam menjalankan tugas  dan kewenangannya agar tindakannya dalam
organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela. 
• Kedua, etika birokrasi sebagai standar penilaian mengenai sifat, perilaku, dan
tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak tercela dan terpuji.
a. Menurut Leys berpendapat bahwa: “Seseorang administrator dianggap etis
apabila ia menguji dan mempertanyakan standar-standar yang digunakan
dalam pembuatan keputusan, dan tidak mendasarkan keputusannya semata-
mata pada kebiasaan dan tradisi yang sudah ada”.
b. Menurut Anderson, menambahkan suatu poin baru bahwa: “standar-standar
yang digunakan sebagai dasar keputusan tersebut sedapat mungkin 
merefleksikan nilai-nilai dasar dari masyarakat yang dilayani”.
c. Menurut Golembiewski, mengingatkan dan menambah elemen baru yakni:
“standar etika tersebut mungkin berubah dari waktu-kewaktu dan karena itu
administrator harus mampu memahami perkembangan standar-standar
perilaku tersebut dan bertindak sesuai dengan standar tersebut” (Keban,
1994:51).
Beberapa konsep mengenai etika pelayanan publik dapat disimak dari  pendapat-
pendapat  berikut ini.
• Etika pelayanan publik adalah: ”suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan
hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap
baik” (Kumorotomo, 1996:7).
• Lebih lanjut dikatakan oleh Putra Fadillah (2001:27), etika   pelayanan publik
adalah: ”suatu cara dalam melayani publik dengan menggunakan kebiasaan-
kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau norma yang
mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik”.
Etika dalam konteks birokrasi (etika biokrasi):
a. Menurut Dwiyanto (2002:188): ”Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan
norma bagi aparat birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat,
yaitu:
• Etika birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan organisasnya.
• Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas”.
b. Menurut Darwin (1999) mengartikan etika birokrasi  (administrasi negara) sebagai
seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan manusia
organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa etika (termasuk etika birokrasi) mempunyai
dua fungsi yaitu:
• pertama, sebagai pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi
publik) dalam menjalankan tugas  dan kewenangannya agar tindakannya dalam
organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela; 
• kedua, etika birokrasi sebagai standar penilaian mengenai sifat, perilaku, dan
tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak tercela, dan terpuji.
Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,
referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya antara lain: efisiensi, membedakan milik pribadi dengan milik
kantor, impersonal, merytal system, responsible, accountable, dan responsiveness.
c. Menurut Widodo (2001:241), Etika administrasi negara adalah merupakan
wujud kontrol terhadap administrasi negara dalam melaksanakan apa yang
menjadi tugas pokok, fungsi, dan kewenangannya. Manakala administrasi
negara menginginkan sikap, tindakan, dan perilakunya dikatakan baik, maka
dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya harus
menyandarkan pada etika administrasi negara.
C. POLA REKRUTMEN PNS:
1. Pengertian:
Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa
dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu,
khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis
untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu
dikatakan memamerkan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola.
Pengertian Pola menurut KBBI, yaitu:
a. Gambar yang dipakai untuk contoh batik,
b. Corak batik, tenun, ragi atau suri,
c. Potongan kertas yang dipakai sebagai contoh dalam membuat baju dan
sebagainya,
c. Sistem: cara kerja, dan
d. Bentuk struktur yang tetap.
Rekrutmen PNS:
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan
sejumlah orang dari dalam maupun dari luar organisasi sebagai calon tenaga kerja
dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan
sumber daya manusia.
Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen adalah sejumlah tenaga kerja yang
akan memasuki proses seleksi, yakni proses untuk menentukan kandidat yang
mana yang paling layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia di
perusahaan.
2. Tujuan Rekrutmen:
a. Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat,
b. Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan,
c. Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum
lama bekerja,
d. Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan
pelatihan, dan
e. Untuk memenuhi tanggungjawab organisasi/perusahaan dalam upaya
menciptakan kesempatan kerja.
3. Sumber Rekrutmen:
Sumber internal
Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada sekarang yang dapat
dicalonkan untuk dipromosikan, dipindahtugaskan atau dirotasi tugasnya, serta
mantan karyawan yang bisa dikaryakan dipanggil kembali (Schuer & Jakson,
1996:232)
a. Penawaran terbuka untuk satu jabatan (job posting)
• Rekrutmen terbuka ini merupakan sistem mencari pekerja yang berkemampuan
tinggi untuk mengisi jabatan yang kosong, dengan memberikan kesempatan pada
semua pekerja yang berminat.
• Semua pekerja yang berminat untuk mengisi jabatan untuk menyampaikan
permohonan untuk mengikuti seleksi intern.
• Cara ini baik untuk mengisi kekosongan eksekutif tingkat bawah, guna
menghindari penempatan yang bersifat subyektif.
b. Perbantuan pekerja,
c. Kelompok pekerja sementara, dan
d. Promosi dan pemindahan.
Keuntungan Sumber Intenal:
• Semangat kerja yang lebih baik,
• Penilaian kemampuan yang lebih baik,
• Biaya lebih rendah untuk lowongan tertentu,
• Motivasi yang lebih tinggi untuk berkinerja lebih baik, dan
• Pengisian lowongan lebih cepat.
Kerugian Sumber Internal:
• Karakter yg tidak baik tetap terbawa,
• Menimbulkan masalah semangat kerja bagi yang tidak dipromosikan,
• Menimbulkan konflik bila penempatan salah,
• Menghambat kreatifitas dan inovasi baru, dan
• Menghambat ide-ide baru.
Rekrutmen Eksternal:
Rekrutmen eksternal adalah proses mendapatkan tenaga kerja dari pasar tenaga
kerja di luar organisasi atau perusahaan.
a. Hubungan dengan Universitas
• Universitas atau perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang bertugas
menghasilkan tenaga kerja sesuai dengan lapangan kerja yang terdapat
dimasyarakat. Dengan demikian berarti universitas merupakan sumber tenaga
kerja yang dapat dimafaatkan oleh organisasi atau perusahaan, untuk mengisi
jabatan dibidang bisnis/produk lini dan jabatan penunjangnya.
b. Eksekutif mencari Perusahaan
• Sering terjadi sebuah perusahaan memerlukan eksekutif senior untuk mengisi
jabatan penting, dengan menawarkan upah/gaji yang kompetetif dibandingkan
dengan perusahaan sejenis sebagai pesaingnya.
• Rekrutmen tersebut jika sulit dipenuhi, sekurang-kurangnya organisasi/
perusahaan dapat mengangkat konsultan ahli, yang dapat diperoleh diberbagai
lembaga, khususnya perguruan tinggi.
• Rekrutmen ini jika dibandingkan dengan cara lain, ternyata relatif mahal.
• Dengan pengangkatan konsultan, pembiayaan dapat lebih ditekan karena dapat
dibatasi waktunya dalam penetapan perjanjian.
c. Agen Tenaga Kerja
• Rekrutmen eksternal lainnya dapat dilakukan melalui agen tenaga kerja, yang
memiliki calon dengan berbagai kualifikasi dan kualitasnya.
• Untuk itu organisasi/perusahaan hanya menyampaikan karekteristik calon yang
diinginkan.
• Organisasi/perusahaan membayar agen apabila ternyata calon yang diajukan
disetujui dan diangkat sebagai eksekutif.
d. Rekrutmen dengan Advertensi
• Rekrutmen eksternal dapat dilakukan dengan cara mengadventasikan tenaga
kerja yang diperlukan.
• Untuk keperluan itu dapat dipergunakan surat kabar lokal, termasuk majalah,
radio dan televisi, bahkan melalui surat yang disampaikan secara langsung pada
calon.
Keuntungan Sumber Eksternal:
• Kesalahan dalam pengisian jabatan dihindari karena adanya peluang besar untuk
memperoleh calon potensial,
• Kualifikasi tenaga kerja dapat lebih terjamin,
• Adanya gagasan, ide dan nuansa yang baru,
• Transfer pegetahuan baru kepada karyawan lama, dan
• Transfer pegetahuan baru kepada karyawan lama
Kerugian Sumber Eksternal:
• Proses memakan waktu yang lama,
• Membutuhkan biaya yang besar,
• Penyesuaian atau orientasi memerlukan waktu yang lama, dan
• Kemungkinan membawa perilaku lama yang kurang baik.
4. Proses Rekrutmen:
Proses rekrutmen meliputi beberapa poin penting, menurut Simamora (1997:221),
antara lain:
a. Penyusunan Strategi untuk Merekrut
Di dalam penyusunan strategi ini, departemen sumber daya manusia bertanggung
jawab didalam menentukan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan, bagaimana karyawan
akan direkrut, di mana dan kapan.
b. Pencarian Pelamar-Pelamar Kerja
• Setelah rencana dan strategi perekrutan disusun, aktivitas perekrutan
sesungguhnya bisa berlangsung, melalui sumber-sumber perekrutan yang ada.
• Banyak atau sedikitnya pelamar dipengaruhi oleh usaha dari pihak perekrut di
dalam menginformasikan lowongan, salah satunya adanya ikatan kerjasama yang
baik antara perusahaan dengan sumber-sumber perekrutan eksternal seperti
sekolah, universitas.
c. Penyisihan Pelamar-Pelamar yang Tidak Cocok (Penyaringan)
• Setelah lamaran-lamaran diterima, haruslah disaring guna menyisihkan individu
yang tidak memenuhi syarat berdasarkan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan.
• Di dalam proses ini memerlukan perhatian besar khususnya untuk membendung
diskualifikasi karena alasan yang tidak tepat, sehingga di dalam proses ini
dibutuhkan kecermatan dari pihak penyaring.
d. Pembuatan Kumpulan Pelamar
Kelompok pelamar (applicant pool) terdiri atas individu-individu yang telah sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh perekrut dan merupakan kandidat yang
layak untuk posisi yang dibutuhkan.
e. Kendala Rekrutmen
• Kiranya perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa dalam menjalankan tugasnya
mencari calon-calon pegawai, para pencari tenaga kerja suatu organisasi harus
menyadari bahwa menghadapi berbagai kendala.
• Kendala-kendala ini muncul dari organisasi yang bersangkutan sendiri, kebiasaan
mencari tenaga kerja sendiri, dan faktor-faktor eksternal yang bersumber dari
lingkungan di mana organisasi bergerak ( Siagian, 2006:104)
5. Faktor-Faktor Organisasiional:
Beberapa kebijakan yang mungkin menjadi kendala dalam proses rekrutmen antara lain:
a. Kebijakan promosi dari dalam. 
• Dengan kebijakan ini lowongan-lowomgan yang ada diisi oleh para pekerja yang sudah
menjadi karyawan organisasi, tentunya para pencari tenaga tidak usah lagi mencari
sumber-sumber tenaga diluar organisasi.
• Sehingga kemungkinan memperoleh tenaga baru dengan pandangan baru, pendekatan
baru, keahlian dan keterampilan baru sangat terbatas.
b. Kebijakan tentang imbalan. Dengan kebijakan ini para pencari tenaga kerja baru
hanya dapat menawarkan tingkat penghasilan tertentu kepada para pelamar
berdasarkan kebijakan yang berlaku bagi organisasi.
c. Kebijakan tentang status kepegawaian
• Maksud dari kebijakan ini ialah ketentuan tentang apakah para pegawai harus
bekerja penuh bagi organisasi ataukah dimungkinkan bekerja separuh waktu.
• Dengan kebijakan seperti ini para pencari tenaga kerja hanya mencari pelamar yang
bersedia bekerja secara purna waktu bagi organisasi yang akan memperkerjakannya.
d. Rencana sumber daya manusia
• Rencana ini memberi petunjuk tentang lowongan yang bagaimana sifatnya yang diisi
dari dalam dan lowongan yang bagaimana akan diisi melalui rekrutmen dari luar.
• Dengan rencana demikian akan membatasi langkah dan tindakan para pencari
tenaga kerja, mereka harus mematuhi apa yang telah ditetapkan.
6. Kebiasaan Pencari Tenaga Kerja
• Para pencari tenaga kerja mungkin saja sudah mempunyai kebiasaan-kebiasaan
tertentu.
• Segi negatif dari kebiasaan, yang merupakan kendala dalam proses rekrutmen
ialah kecenderungan berbuat kesalahan yang sama terutama apabila kesalahan
yang pernah dibuat tidak mempunyai dampak negatif kuat bagi organisasi.
7. Kondisi Eksternal.
D. PEMAHAMAN ATAS KOMITMEN PROFESIONALISME:
1. Pengertian:
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami  (Em Zul,
Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608)
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya:
a. pengertian; pengetahuan yang banyak,
b. pendapat, pikiran,
c. aliran; pandangan,
d. mengerti benar (akan); tahu benar (akan), dan e. pandai dan mengerti benar.
Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti:
a. mengerti benar (akan); mengetahui benar, dan
b. memaklumi.
Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya:
c. proses,
d. perbuatan, dan
e. cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham)
(Depdikbud, 1994: 74).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami
cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.
2. Pemahaman komitmen profesionalisme:
• Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya.
• Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak
pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi itu.
• Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang
dalam pekerjaan adalah komitmen, selain profesionalisme dan kompetensi.
• Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika
profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua
kebutuhan.
E. PROMOSI KARIR:
1. Pengertian Promosi:
• Promosi adalah penghargaan dengan kenaikan jabatan dalam suatu organisasi
ataupun instansi baik dalam pemerintahan maupun non pemerintah (swasta).
• Menurut Husein (2003) seseorang yang menerima promosi harus memiliki
kualifikasi yang baik dibanding kandidat-kandidat yang lainnya.
• Terkadang jender (pria/wanita) serta senioritas (tua/muda) mempengaruhi
keputusan tersebut.
• Hal inilah yang banyak diusahakan oleh kalangan pekerja agar bisa menjadi lebih
baik dari jabatan yang sebelumnya ia jabat serta demi peningkatan dalam status
sosial.
• Promosi merupakan kesempatan untuk berkembang dan maju yang dapat
mendorong karyawan untuk lebih baik atau lebih bersemangat dalam melakukan
suatu pekerjaan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan.
2.    Dasar-dasar promosi:
Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karywan atau pegawai
menurut Handoko (1999) adalah:
a. Pengalaman (lamanya pengalaman kerja karyawan),
b. Kecakapan (keahlian atau kecakapan), dan
c. Kombinasi kecakapan dan pengalaman (lamanya pengalaman dan kecakapan).
3. Syarat-syarat promosi:
Persyaratan promosi untuk setiap organisasi/perusahaan tidak selalu sama
tergantung kepada perusahaan/lembaga masing-masing.
Menurut Handoko (1999) syarat-syarat promosi pada umunya sebagai berikut:
a. Kejujuran,
b. Disiplin,
c. Prestasi kerja,
d. Kerjasama,
e. Kecakapan,
f. Loyalitas,
g. Kepemimpinan,
h. Komunikatif, dan
i. Pendidikan.
4.    Jenis-jenis Promosi Pegawai:
• Periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan tanggal 1 April dan 1
Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat
pengabdian.
• Masa kerja untuk kenaikan pangkat pertama Pegawai Negeri Sipil dihitung sejak
pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002, jenis-jenis promosi pegawai
adalah sebagai berikut:
a. Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah
Kenaikan pangkat penyesuaian ijazah dapat diberikan kepada pegawai setelah yang
bersangkutan mengikuti ujian penyesuaian pangkat yang diselenggarakan oleh dinas
dan dinyatakan lulus serta memenuhi persyaratan lainnya yang ditentukan.
Syarat Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijasah:
• Memiliki STTB/Ijazah dari lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh
Kementerian Pendidikan atau instansi yang berwenang;
• Lulus ujian penyesuaian ijazah, yaitu : TPA untuk kenaikan pangkat ke golongan III/a
dan TPIU (Tes Potensi Intelektual Umum) untuk kenaikan pangkat ke golongan II/a;
• Pegawai yang bersangkutan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat
terakhir yang dimiliki.
b. Kenaikan Pangkat Pilihan
Syarat Kenaikan Pangkat Pilihan:
• Berada satu tingkat di bawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan
yang didudukinya,
• Menunjukkkan prestasi kerja luar biasa baiknya,
• Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara,
• Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir,
• Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan struktural yang didudukinya
(dihitung kumulatif dalam tingkat jabatan struktural yang sama),
• Setiap unsur DP-3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
c. Kenaikan Pangkat Reguler
Syarat Kenaikan Pangkat Reguler:
• Tidak menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu; Diangkat dalam jabatan
struktural dengan pangkat masih dibawah jenjang pangkat yang ditentukan tetapi
telah 4 tahun dalam pangkat terakhir yang dimiliki; Menduduki jabatan struktural
dan pangkatnya telah mencapai jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk
jabatan itu; atau sedang tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan
struktural/fungsional tertentu;
• Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir,
• Setiap unsur DP-3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
dan
• Tidak melampaui pangkat atasan langsungnya.
d. Kenaikan Pangkat Anumerta
• Kenaikan pangkat anumerta diberikan setingkat lebih tinggi tmt. PNS yang
bersangkutan meninggal,
• CPNS yang meninggal, diangkat menjadi PNS terhitung mulai awal bulan yang
bersangkutan meninggal dan berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud di atas,
• Keputusan kenaikan pangkat anumerta diberikan sebelum Pegawai Negeri Sipil
yang meninggal tersebut dimakamkan.
e. Kenaikan Pangkat Pengabdian
• Kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi diberikan tmt. PNS yang
bersangkutan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam
semua jabatan negeri,
• CPNS yang cacat karena dinas dan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam
semua jabatan negeri, diangkat menjadi PNS dan berlaku ketentuan.
F. KESEJAHTERAAN:
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, yaitu:
1. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi
manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
keadaan sehat dan damai.
2. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera
memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti
dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
3. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk kepada jangkauan
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang
digunakan dalam ide negara sejahtera.
4. Di Amerika Serikat
• Sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang
yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang
keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak
berkecukupan.
• Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga
memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain,
seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk
dapat bekerja.
• Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal
sebagai workfare.
G. ETIKA BIROKRASI:
1. Pengertian:
• Etika menurut Bertens (1977) adalah “seperangkat nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.
• Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi
aparat birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat.
• Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,
referensi, penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya antara lain, efisiensi, membedakan milik pribadi dengan milik
kantor, impersonal, merytal system, responsible, accountable, dan responsiveness.
• Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi aparat birokrasi
dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat.
• Etika birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan
pribadi, kelompok, dan organisasinya.
• Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas (Dwiyanto, 2002).
• Oleh karena itu, etika pelayanan publik harus menunjukkan cara dalam melayani
publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai
hidup dan hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang
dianggap baik (Kumorotomo, 2006).
2. Konsepsi Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik:
• Menurut Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik
bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.
• Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan (Kumorotomo, 2014).
• Etika merupakan seperangkat nilai sebagai pedoman, acuan, referensi, acuan,
penuntun apa yang harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya, tapi juga
sekaligus berfungsi sebagai standar untuk menilai apakah sifat, perilaku,
tindakan atau sepak terjangnya dalam menjalankan tugas dinilai baik atau buruk.
• Oleh karenanya, dalam etika terdapat sesuatu nilai yang dapat memberikan
penilaian bahwa sesuatu tadi dikatakan baik, atau buruk.
• Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,
referensi, penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalan tugas dan
kewenangannya antara lain, efisiensi, membedakan milik pribadi dengan milik
kantor, impersonal, merytal system, responsible, accountable, dan
responsiveness. 
• Akuntabilitas administrasi negara dalam pengertian yang luas melibatkan
lembaga-lembaga publik (Agencies) dan birokrat untuk mengendalikan
bermacam-macam harapan yang berasal dari dalam dan dari luar organisasinya.
• Strategi untuk mengendalikan harapan-harapan dari akuntabilitas administrasi
publik tadi akan melibatkan dua faktor kritis, yaitu bagaimana kemampuan
mendefinisikan dan mengendalikan harapan-harapan yang diselenggarakan oleh
manajemen pemerintahan.
• Perwujudan amanah Negara kemudian dilahirkan Undang-Undang No. 25 Tahun
2009 yang mengatur tentang Pelayanan Publik. Pasal 1 ayat (1) disebutkan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administrasif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN)
Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pandangan Etika Birokrasi didukung oleh observasi yang umum dalam kondisi
administrasi di negara-negara berkembang, antara lain sebagai berikut:
Pertama, belum tercipta tradisi administrasi yang baik, yang menjaga timbulnya
masalah etika seminimal mungkin. Negara berkembang sedang mengembangkan
administrasinya, yang sesuai dengan kebudayaannya, tetapi mengikuti kaidah-
kaidah yang berlaku umum. Negara-negara itu tidak mempunyai banyak rujukan,
karena tidak dapat melanjutkan administrasi yang berasal dari masa kolonial, yang
tujuan keberadaannya berbeda dengan administrasi dalam negara yang merdeka.
Kedua, adanya keterbatasan dalam sumber daya, yang menyebabkan
pengembangan administrasi yang baik tidak bisa cepat berjalan. Keterbatasan itu
adalah baik dalam hal sumber dana maupun sumber daya manusia (SDM).
SDM administrasi sangat terbatas kualitas, kompetensi, dan profesionalismenya,
dan keadaan itu diperberat oleh imbalan yang rendah karena keterbatasan dana
pemerintah.
Ketiga, administrasi hidup dalam suatu sistem politik, dan di banyak negara
berkembang sistem politik itu sendiri masih berkembang. Peran politik yang besar
itu, acapkali tidak diimbangi dengan kebertanggungjawaban (accountability)
kepada rakyat seperti layaknya dalam sebuah sistem demokrasi.
3. Etika Birokrasi dalam Memberikan Pelayanan Publik:
Etika administrasi negara dari American society for Public Administration,
Perhimpunan Amerika untuk Administrasi Negara), menyebutkan prinsip-prinsip
etika pelayanan, sebagai berikut:
• Pelayanan terhadap publik harus diutamakan;
• Rakyat adalah berdaulat, dan mereka yang bekerja di dalam pelayanan publik
secara mutlak bertanggung jawab kepadanya;
• Hukum yang mengatur semua kegiatan pelayanan publik. Apabila hukum atau
peraturan yang ada bersifat jelas, maka kita harus mencari cara terbaik untuk
memberi pelayanan publik;
• Manajemen yang efesien dan efektif merupakan dasar bagi administrator publik.
Penyalahgunaan, pemborosan, dan berbagai aspek yang merugikan tidak dapat
ditolerir;
• Sistem merit dan kesempatan kerja yang sama harus didukung,
diimplementasikan dan dipromosikan;
• Mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan pribadi tidak dapat
dibenarkan;
• Keadilan, kejujuran, keberanian, kesamaan, kepandaian, dan empathy merupakan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan secara aktif harus dipromosikan;
• Kesadaran moral memegang peranan penting dalam memilih alternatif
keputusan;
• Administrator publik tidak semata-mata berusaha menghindari kesalahan, tetapi
juga berusaha mengejar atau mencari kebenaran.
Seperangkat Nilai dalam Etika Birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,
referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik
dikatakan baik jika mereka efisien,
b. Membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor tidak
digunakan untuk kepentingan pribadi,
c. Impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama antara orang
yang satu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan
secara formal, maksudnya hubungan impersonal perlu ditegakkan untuk
menghindari urusan perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawab berdasarkan peraturan yang ada dalam organisasi.
Siapa yang salah harus diberi sanksi dan yang berprestasi selayaknya mendapatkan
penghargaan,
d. Merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai,
artinya dalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak di dasarkan
atas kekerabatan, namun berdasarkan pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), sikap (attitude), kemampuan (capable), dan pengalaman (experience),
sehingga menjadikan yang bersangkutan cakap dan profesional dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dan bukan spoil system(adalah
sebaliknya), dan
e. Responsible, nilai ini adalah berkaitan dengan pertanggungjawaban birokrasi
publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya,
f. Accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif, sebab
birokrasi dikatakan akuntabel bilamana mereka dinilai obyektif oleh masyarakat
karena dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, sikap dan
sepak terjangnya. kepada pihak mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki
itu berasal dan mereka dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan publik
(pelayanan publik yang profesional dan dapat memberikan kepuasan publik),
dan
g. Responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap
keluhan, masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan
berusaha memenuhi, tidak suka menunda-nunda waktu atau memperpanjang
alur pelayanan.
H. PERLUASAN KEBIJAKAN CIVIL SOCIETY:
1. Pengertian:
• Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris civil society) dapat diartikan sebagai
suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai
kehidupannya.
• Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang
artinya civil atau civilized (beradab).
• Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society, yang
berarti masyarakat yang berperadaban.
• Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim,
mantan wakil perdana menteri Malaysia.
• Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat.
• Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu.
• Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan
peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama.
• Dawam menjelaskan, dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan
integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri
dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam
suatu persaudaraan.
Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang
demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi,
berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan,
mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak
asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.
Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara
dari perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan.
Bahkan Masyarakat madani tiang utama kehidupan politik yang demokratis.
Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara dalam berhadapan
dengan negara, tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.
10 & 11. PATOLOGI BIROKRASI
A. PENTINGNYA MENGETAHUI PATOLOGI:
1. Pengertian:
• Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri
dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan
bagian tubuh.
• Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi
anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ, sedangkan ahli patologi klinik
mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi tubuh.
• Patologi adalah kajian dan diagnosis penyakit melalui pemeriksaan organ,
jaringan, cairan tubuh, dan seluruh tubuh (autopsi).
• Patologi juga meliputi studi ilmiah terkait proses penyakit, disebut patologi
umum.
2. Patologi Birokrasi:
• Patologi birokrasi atau penyakit birokrasi adalah hasil interaksi antara struktur
birokrasi yang salah dan variabel-variabel lingkungan yang salah (Dwiyanto, 2011:
63).
• Patologi birokrasi muncul dikarenakan hubungan antar variabel pada struktur
birokrasi yang terlalu berlebihan, seperti rantai hierarki panjang, spesialisasi,
formalisasi, dan kinerja birokrasi yang tidak linear.
Adapun macam-macam patologi birokrasi antara lain:
a. Paternalistik, yaitu atasan bagaikan seorang raja yang wajib dipatuhi dan
dihormati, diperlakukan spesial, tidak ada kontrol secara ketat, dan pegawai
bawahan tidak memiliki tekad untuk mengkritik apa saja yang telah dilakukan
atasan.
• Seakan-akan nyawa mereka ada dalam genggaman atasan/penguasa sehingga
segala sesuatunya dilakukan untuk atasan, istilah trend-nya asalkan bapak senang
(ABS).
• Hal tersebut menjadikan pelayanan publik kurang maksimal dikarenakan sikap
bawahan yang terlalu berlebihan terhadap atasan sehingga birokrasi cenderung
mengabaikan apa yang menjadi kepentingan masyarakat sebagai warga negara
yang wajib menerima layanan sebaik mungkin;
b. Pembengkakan  anggaran, terdapat beberapa alasan mengapa hal ini sering
terjadi yaitu:
• Semakin besar anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan semakin besar pula
peluang untuk me-mark up anggaran, tidak adanya kejelasan antara biaya dan
pendapatan dalam birokrasi publik,
• Serdapatnya tradisi memotong anggaran yang diajukan pada proses perencanaan
anggaran sehingga memunculkan inisiatif pada orang yang mengajukan anggaran
untuk melebih-lebihkan anggaran, dan
• Kecenderungan birokrasi mengalokasikan anggaran atas dasar input.
Pembengkakan anggaran akan semakin meluas ketika kekuatan civil society lemah
dalam mengontrol pemerintah.
c. Prosedur yang berlebihan akan mengakibatkan pelayanan menjadi berbelit-belit
dan kurang menguntungkan bagi masyarakat ketika dalam keadaan mendesak,
d. Pembengkakan birokrasi, dapat dilakukan dengan menambah jumlah struktur
pada birokrasi dengan alasan untuk meringankan beban kerja dan lain-lain yang
sebenarnya struktur tersebut tidak terlalu diperlukan keberadaannya. Akibatnya
banyak dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang secara tidak langsung dapat merugikan Negara. Sehingga
anggaran menjadi kurang tepat sasaran; dan
e. Fragmentasi birokrasi, banyaknya kementerian baru yang dibuat oleh pemerintah
lebih sering tidak didasarkan pada suatu kebutuhan untuk merespon kepentingan
masyarakat agar lebih terwadahi tetapi lebih kepada motif tertentu.
Menilik banyaknya penyakit yang melekat pada birokrasi, maka dari itu diperlukan
adanya suatu penanggulangan untuk memperbaiki birokrasi agar:
• lebih baik,
• cepat tanggap, dan
• mampu merespon apa yang menjadi kepentingan masyarakat.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka mengatasi birokrasi atau bahasa
lainnya menyembuhkan penyakit-penyakit kronis yang melekat pada birokrasi
yaitu:
a. Mengembangkan kebijakan pembangunan birokrasi yang holistis (menyeluruh)
agar mampu menyentuh semua dimensi baik itu sistem, struktur, budaya, dan
perilaku birokrasi,
b. Mengembangkan sistem politik yang demokratis dan mampu mengontrol
jalannya pemerintahan dengan maksud agar pemerintah lebih transparan,
tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan dan masyarakat dengan
mudah mengakses informasi publik,
c. Mengembangkan birokrasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi seperti,
e-government, e-procurement untuk mempermudah interaksi antara
masyarakat dengan para pemberi layanan, (Dwiyanto, 2011: 118-128). 
3. Ruang Lingkup Patologi Birokrasi:
Adapun ruang lingkup patologi birokrasi itu sendiri bila menggunakan terminologi
Smith berkenaan dengan kinerja birokrasi yang buruk, dapat dipetakan dalam dua
konsep besar yakni :
a. Disfunctions of bureaucracy, yakni berkaitan dengan struktur, aturan, dan
prosedur atau berkaitan dengan karakteristik birokrasi atau birokrasi secara
kelembagaan yang jelek, sehingga tidak mampu mewujudkan kinerja yang baik,
atau erat kaitannya dengan kualitas birokrasi secara institusi.
b. Mal administration, yakni berkaitan dengan ketidakmampuan atau perilaku yang
dapat disogok, meliputi:perilaku korup, tidak sensitif, arogan, misinformasi, tidak
peduli dan bias, atau erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusianya
atau birokrat yang ada di dalam birokrasi.
B. ANALOG PENYAKIT MANUSIA DENGAN PATOLOGI BIROKRASI:
• Di dalam dunia medis dikenal dengan istilah patologi yang memiliki pengertian
penyakit.
• Dari pengertian diatas mungkin ada ketidaksinkronan dalam pemaduan dua kata
namun itu hanyalah sekedar istilah untuk menggambarkan bahwa dalam birokrasi
di Indonesia masih belum tertata dengan baik. 
• Patologi birokrasi adalah penyakit dalam birokrasi negara yang muncul akibat
perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan untuk itu, baik
yang menyangkut politis, ekonomis, sosial Kultural dan teknologikal.
• Bahayanya manakala penyakit tersebut tidak segera di ”periksa”ke ahlinya maka
akan menggejala dalam sebuah sistem yang tidak ada ujung dan pangkalnya.
• Dalam birokrasi ada sebuah sistem yang sulit ditembus karena permasalahan
kultur. Melihatbirokrasi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan budaya politik
yang ada di Indonesia. 
• Budaya inilah yang sangat sulit dirubah karena berkaitan dengan moral Sumber
Daya Manusia.
• Ini menjadi gejala awal ”penyakit” karena meskipun perekrutan dilaksanakan
secara terbuka namun masih ada fenomena kecenderungan ke arah patronase.
• Sebuah pola yang memanfaatkan ”simbiosis mutualisme” (hubungan yang
bersifat menguntungkan).
• Maka dari itu perlu penataan kembali birokrasi di Indonesia agar terwujud
pelayanan prima.
• Simbiosis mutualisme yang terjadi dengan mempertukarkan atau bisa jadi sebuah
hubungan atau relasi kekeluargaan yang mengesampingkan kualitas sehingga
pada saat mereka melakukan pelayanan publik kurang optimal karena
keterbatasan kemampuan akibat perekrutan yang dilakukan sebuah formalitas
belaka. 
C. PATOLOGI YANG TIMBUL KARENA PERSEPSI DAN GAYA PEJABAT
BIROKRASI:
1. Pengertian Persepsi Menurut Ahli:
Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau
anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal
atau objek.
Persepsi mempunyai banyak pengertian, diantaranya adalah:
• Menurut Bimo Walgito, pengertian persepsi adalah suatu proses yang didahului
oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.
• Menurut Slameto (2010:102), persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia
terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa,
dan pencium.
• Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan
kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisis
(diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut
memperoleh makna.
• Menurut Purwodarminto (1990: 759), persepsi adalah tanggapan langsung dari
suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pengindraan.
• Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses
pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra
yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada di
lingkungannya.
Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan
keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh
individu yang satu dengan yang lain.
Kesimpulan:
Persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti,
gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau
dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau
disebut sebagai perilaku individu.
2. Bentuk Patologi Birokrasi:
a. Persepsi, perilaku, dan gaya manajerial,
b. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan,
c. Tindakan melanggar hukum,
d. Dimanifestasikan ke dalam perilaku disfungsional, dan
e. Berkenaan dengan situasi internal birokrasi.
3. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya menejerial para pejabat
dilingkungan birokrasi (birokrat).
Diantara patologi jenis ini antara lain:
a. Penyalahgunaan wewenang dan jabatan,
b. Menerima suap,
c. Arogansi dan intimidasi,
d. Kredibilitas rendah, dan
e. Nepotisme.
Menurut Sondang P. Siagian, dalam bukunya ”Patologi Birokrasi: Analisis, Identifikasi, dan
Terapinya” (1994), menyebut serangkaian contoh penyakit (patologi) birokrasi yang lazim
dijumpai.
Penyakit - penyakit tersebut dapat dikategorikan dalam 5 (lima) lima macam:
a. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya menejerial para pejabat dilingkungan
birokrasi (birokrat).Diantara patologi jenis ini antara lain, penyalahgunaan wewenang
dan jabatan, menerima suap, arogansi dan intimidasi, kredibilitas rendah, dan
nepotisme.
b. Patologi yang timbul karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan ketrampilan para
petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional.Diantara patologi jenis ini antara lain,
ketidaktelitian dan ketidakcekatan, ketidakmampuan menjabarkan kebijakan pimpinan,
rasa puas diri, bertindak tanpa pikir, kemampuan rendah, tidak produktif, dan
kebingungan.
c. Patologi yang timbul karena karena tindakan para anggota birokrasi melanggar
norma hukum dan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Diantara
patologi jenis ini antara lain, menerima suap, korupsi, ketidakjujuran,
kleptokrasi, dan mark up anggaran.
d. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrasi yang bersifat
disfungsional atau negatif.Diantara patologi jenis ini antara lain, bertindak
sewenang-wenang, konspirasi, diskriminatif, dan tidak disiplin.
e. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi di
lingkungan pemerintah.Diantara patologi jenis ini antara lain, eksploitasi
bawahan, motivasi tidak tepat, beban kerja berlebihan, dan kondisi kerja kurang
kondusif.
D. PATOLOGI KARENA RENDAHNYA PENGETAHUAN:
1. Pengertian:
• Persoalan patologi atau penyakit birokrasi bersumber dari rekruitmen dan
penempatan birokrat yang tidak berdasarkan merit system (berdasarkan jenjang
karir).
• Selain itu keterlibatan birokrasi dalam politik dianggap sebagai hal yang harus
diwaspadai karena birokrasi bukanlah institusi atau lembaga yang bisa
mewakilkan kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
• Secara makro atau nasional persoalan birokrasi di Indonesia lebih di dominasi
karena kurangnya pemisahan atau segresi yang jelas antara kepentingan politik
dan administrasi.
• Masih sering dijumpai birokrat terlibat secara aktif dalam kegiatan politik dan
juga adanya politisi yang selalu mendominasi proses-proses birokrasi sehingga
kebijakan yang diambil dalam birokrasi merupakan kebijakan politik dari orang-
orang yang memiliki kepentingan tertentu.
• Praktek-praktek yang seperti ini pada kenyataannya sudah menjadi rahasia umum
yang pada akhirnya praktek-praktek korupsi dan pengamanan sumber-sumber
ekonomi termasuk keuangan negara dari kelompok yang sedang berkuasa dengan
menjalin korporasi menjadi sebuah sistem yang penuh dengan korupsi, kolusi
dan nepotisme.
• Tuntutan merit sistem dalam rekruitmen birokrasi terutama di daerah ternyata
sulit dipenuhi karena persoalan primordialisme.
• Rekruitmen pegawai baru maupun penempatan jabatan publik lebih ditentukan
oleh penguasa daerah (kepala daerah atau kekuatan birokrasi dominan).
• Praktik ini semakin meminggirkan kelompok lain sehingga memunculkan
kecemburuan dan bahkan kebencian kepada kelompok yang sedang berkuasa.
• Pada akhirnya konfliklah yang terjadi baik vertikal maupun horizontal karena
motif kepentingan.
2. Disfungsional Kinerja Birokrasi:
• Birokrasi pemerintah dibentuk untuk menjalankan peran pada penyelenggaraan
tata pemerintahaan.
• Dalam mewujudkan fungsinya, birokrasi menghadapi hadangan dan gangguan
yang berasal dari internal maupun eksternal.
• Ibarat sebagai organisme hidup, birokrasi tumbuh dan berkembang untuk
menyesuaikan dengan lingkungan dan jamannya.
• Dalam berproses itulah, birokrasi seringkali menemui pengganggu yang
berpotensi menghambat kinerjanya yaitu penyakit birokrasi, atau meminjam
bahasa Sondang P. Siagian (2004) dalam Dwiyanto (2010) dikenal dengan
patologi birokrasi.
• Penyakit birokrasi publik adalah hasil interaksi antara efek negatif dari
birokratisasi dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif (Dwiyanto, 2010;5).
• Diyakini oleh banyak orang bahwa sejarah korupsi sama tua-nya dengan
peradaban manusia itu sendiri. Seperti penyakit birokrasi lainnya, korupsi sangat
mempengaruhi performance/kinerja birokrasi.
• Berbagai cara dan modus dilakukan dalam melakukan praktik korupsi oleh
pejabat birokrasi, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan pihak luar
(rekanan).
• Meluasnya korupsi yang sudah demikian mengakar, tidak hanya terjadi di
lingkungan eksekutif, namun juga terjadi di lingkungan lembaga perwakilan rakyat
(legislatif) hingga ke lembaga yudikatif.
3. Patologi yang timbul karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan
ketrampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional.
Di antara patologi jenis ini antara lain:
a. Ketidaktelitian dan ketidakcekatan,
b. Ketidakmampuan menjabarkan kebijakan pimpinan,
c. Rasa puas diri,
d. Bertindak tanpa pikir,
e. Kemampuan rendah,
f. Tidak produktif, dan
g. Kebingungan.
E. ANGGOTA BIROKRASI YANG MELANGGAR HUKUM:
Patologi yang timbul karena karena tindakan para anggota birokrasi melanggar
norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di antara patologi jenis ini antara lain:
a. Menerima suap,
b. Korupsi,
c. Ketidakjujuran,
d. Kleptokrasi (memperkaya kelompok atau diri sendiri), dan 
e. Mark up anggaran.
F. MANIFESTASI PERILAKU BIROKRASI YANG DISFUNGSIONAL:
Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrasi yang bersifat
disfungsional atau negatif.
Di antara patologi jenis ini antara lain:
a. Bertindak sewenang-wenang,
b. Konspirasi,
c. Diskriminatif, dan
d. Tidak disiplin.
G. PATOLOGI BIROKRASI YANG DIKAITKAN DENGAN SITUASI
INTERNAL:
Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi di
lingkungan pemerintah.
Di antara patologi jenis ini antara lain:
a. Eksploitasi bawahan,
b. Motivasi tidak tepat,
c. Beban kerja berlebihan, dan
d. Kondisi kerja kurang kondusif.
H. FAKTOR PENYEBAB LAIN PATOLOGI BIROKRASI:
Faktor penyebab lain dari patologi birokrasi:
1. Menurut JW Schoorl (1984), antara lain:
a. Kekurangan Administrator yang cakap,
b. Besarnya jumlah aparat birokrasi,
c. Luasnya tugas pemerintahan,
d. Anasir tradisional (nepotisme, patrimonial, hirarkis), dan
e. Sentralisasi dan besarnya kekuasaan birokrasi.
2. Menurut Miftah Thoha (2003), Peter M. Blau, dan Marshal W Meyer (2000),
Taliziduhu Ndraha (2003), antara lain:
a. Lemahnya faktor moral,
b. Gaji rendah,
c. Sistem rekrutmen dan promosi tidak baik,
d. Aturan dan mekanisme kerja belum jelas,
e. Birokrasi berpotensi politis, dan
f. Lemahnya pengawasan.
3. Implikasi Patologi Birokrasi:
Implikasi dari patologi birokrasi, antara lain adalah:
a. Merugikan birokrasi sendiri (krisis kepercayaan, delegitimasi sosial, dan lain-
lain), masyarakat, stakeholder, bangsa, dan negara,
b. Menghambat tercapainya kemajuan, modernisasi, dan kesejahteraan, dan
c. Memicu kerawanan sosial dan perubahan sistem secara evolusi dan revolusi.
12. BIROKRASI DALAM ERA
REFORMASI
A. PERUBAHAN UNTUK PERBAIKAN NEGARA BIDANG POLEKSOSBUD-
AGHANKAM:
1. Secara singkat dapat dilihat beberapa Kelebihan dan Kekurangan Pada Masa Pasca-
reformasi:
Kelebihan Sistem Politik Indonesia Pasca-Reformasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya kebebasan berpendapat dan kepentingan yang tidak pernah direalisasikan
pada masa Orde Baru,
b. Berkurangnya cara-cara kekerasan terhadap masyarakat yang berusaha mengkritik
pemerintah. Di mana pada masa Orde Baru, tokoh-tokoh pengkritik pemerintah akan
dipenjarakan, dan adanya para Petrus (penembak misterius) yang diduga pembunuh
bayaran pemerintah yang bertugas untuk “menghabisi” orang-orang yang berusaha
membuka kedok pemerintah.
c. Perbaikan bidang HAM yang pada masa Orde Baru banyak dilanggar oleh
pemerintah sendiri,
d. Semakin tingginya partisipasi dan antusiasme masyarakat dalam berbagai
kegiatan politik, terutama dalam pembentukan partai. Pada perhitungan awal
reformasi, ada lebih dari 80 partai politik yang terbentuk walau banyak pula yang
tergusur pada saat masa pendaftaran resmi dibuka,
e. Semakin diterapkannya otonomi daerah, di mana kekuasaan tidak lagi
dimonopoli oleh pemerintah pusat tetapi daerah juga diberi kewenangan dalam
mengurus rumah tangganya sendiri,
f. Keadilan semakin terasa menyeluruh pada masyarakat Indonesia, bahwa
masyarakat etnis Tionghoa menjadi sama haknya dengan WNI lainnya, pengakuan
agama Konghucu, dan menjadikan Hari Raya Imlek sebagai libur nasional
Kekurangannya adalah sebagai berikut:
a. Maraknya kerusuhan akibat demonstrasi yang dilakukan para aktivis sebagai
bentuk penyaluran aspirasi masyarakat
Sumber Daya Manusia Indonesia yang tidak mengerti bagaimana seharusnya
demonstrasi yang baik malah melakukan tindakan anarkis sebagai bentuk
kepedulian pada kepentingan masyarakat,
b. Merajalelanya KKN sebagai akibat diberlakukannya otonomi daerah
Pejabat-pejabat daerah berpendapat bahwa bukan hanya pemerintah pusat saja
yang mampu melakukan KKN, tetapi mereka juga mampu,
c. Kebebasan pers disalah-gunakan banyak pihak (penguasa) untuk mencari
keburukan dari elit-elit politik yang menjadi saingan politiknya
Sehingga yang terjadi perpecahan antar partai koalisi, bahkan perpecahan ditubuh
partai itu sendiri.
d. Semakin maraknya intervensi asing (teroris) sebagai akibat kelemahan
pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Juga akibat sifat pemerintahan Indonesia yang terlalu terbuka terhadap luar negeri,
dan
e. Meningkatnya kriminalitas akibat perlindungan HAM yang tidak seimbang.
Semua pelaku kriminal tersebut akan membela diri dengan mengatakan bahwa ia
melakukan kejahatan karena hak nya tidak terpenuhi.
2. Bidang Sosial:
Perubahan politik di Indonesia sejak bulan Mei 1998 merupakan babak baru bagi
penyelesaian masalah Timor Timur. Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh
Presiden B.J. Habibie telah menawarkan pilihan, yaitu pemberian otonomi khusus
kepada Timor Timur di dalam Negara Kesatuan RI atau memisahkan diri dari
Indonesia.
• Melalui perundingan yang disponsori oleh PBB, di New York, Amerika Serikat
pada tanggal 5 Mei 1999 ditandatangani kesepakatan tripartit antara Indonesia,
Portugal, dan PBB untuk melakukan jajak pendapat mengenai status masa depan
Timor Timur.
• PBB kemudian membentuk misi PBB di Timor Timur atau United Nations Assistance
Mission in East Timor (UNAMET). Misi ini bertugas melakukan jajak pendapat. Jajak
pendapat diselenggarakan tanggal 30 Agustus 1999. Jajak pendapat diikuti oleh
451.792 penduduk Timor Timur berdasarkan kriteria UNAMET. Jajak pendapat
diumumkan oleh PBB di New York dan Dili pada tanggal 4 September 1999.
• Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa 78,5% penduduk Timor Timur menolak
menerima otonomi khusus dalam NKRI dan 21,5% menerima usul otonomi khusus
yang ditawarkan pemerintah RI. Ini berarti Timor Timur harus lepas dari Indonesia.
Ketetapan MPR No. V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat Rakyat di Timor
Timur menyatakan mencabut berlakunya Tap. MPR No. V/MPR/1978. Selain itu,
mengakui hasil jajak pendapat tanggal 30 Agustus 1999 yang menolak otonomi
khusus.
• Pengalaman lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadikan pemerintah lebih
waspada terhadap masalah Aceh dan Papua. Sikap politik pemerintah di era
reformasi terhadap penyelesaian masalah Aceh dan Papua dilakukan dengan
memberi otonomi khusus pada dua daerah tersebut.
• Untuk lebih memberi perhatian dan semangat pada penduduk Irian Jaya, di era
kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid nama Irian Jaya diganti menjadi
Papua. Pemerintah pusat juga memberi otonomi khusus pada wilayah Papua.
• Gerakan Papua Merdeka sempat mereda setelah Theys H. Eluoy tewas
tertembak pada tanggal 11 November 2001 yang diduga dilakukan oleh beberapa
oknum TNI dari Satgas Tribuana X.
• Keinginan sebagian rakyat untuk merdeka telah menyebabkan pemerintah
bertindak keras. Apalagi setelah pengalaman Timor Timur dan pemberian
otonomi khusus pada rakyat tidak memberikan hasil maksimal.
• Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri, Aceh telah
mendapat otonomi khusus dengan nama Nanggroe Aceh Darussalam. Namun,
keinginan baik pemerintah kurang mendapat sambutan sebagian rakyat Aceh.
• Kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tetap pada tuntutannya, yaitu ingin
Aceh merdeka. Akibatnya, di Aceh sering terjadi gangguan keamanan, seperti
penghadangan dan perampokan truk-truk pembawa kebutuhan rakyat, serta
terjadinya penculikan dan pembunuhan pada tokoh-tokoh yang memihak
Indonesia.
• Agar keadaan tidak makin parah, pemerintah pusat dengan persetujuan DPR,
akhirnya melaksanakan operasi militer di Aceh. Hukum darurat militer
diberlakukan di Aceh.
• Para pendukung Gerakan Aceh Merdeka ditangkap, namun demikian, operasi
militer juga tetap saja menyengsarakan warga sipil sehingga diharapkan dapat
segera selesai.
Saat Krisis Moneter:
• Sejak krisis moneter tahun 1997, perusahaan swasta mengalami kerugian dan
kesulitan dalam membayar gaji karyawan.
• Sementara itu harga-harga kebutuhan bahan pokok semakin melambung tinggi.
Hal ini berakibat langsung kepada para pekerja. Sehingga banyak karyawan yang
menuntut kenaikan gaji pada perusahaan.
• Keadaan inilah yang menjadi masalah cukup berat, karena satu sisi perusahaan
mengalami kerugian dan di sisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji.
• Tuntutan tersebut sangat sulit dipenuhi dan pada akhirnya berimbas pada mem-
PHK karyawannya.
• Karyawan yang di PHK itu menambah jumlah pengangguran sehingga jumlah
pengangguran pada saat itu diperkirakan mencapai 40 juta orang.
• Dampaknya adalah maraknya tindakan kriminalitas yang terjadi dalam
masyarakat.
3. Bidang Ekonomi:
• Sejak berlangsungnya krisis moneter pertengahan 1997, ekonomi Indonesia
mengalami keterpurukan. Indonesia mengalami kondisi yang cukup terpuruk
dengan terjadinya inflasi.
• Terlihat dari nilai rupiah yang masih bertahan di kisaran Rp 8.000 - Rp 9.000 per
dollar AS. Keadaan perekonomian makin memburuk dan kesejahteraan rakyat
makin menurun.
• Banyak investor asing yang lari ke luar negeri dengan alasan tidak ada jaminan
keamanan di Indonesia dan Indonesia dinilai bukan lagi tempat investasi yang
menarik. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi menjadi sangat terbatas dan
pendapatan perkapita cenderung memburuk sejak tahun 1997.
• Karyawan yang di PHK itu menambah jumlah pengangguran sehingga jumlah
pengangguran pada saat itu diperkirakan mencapai 40 juta orang. Dampaknya
adalah maraknya tindakan kriminalitas yang terjadi dalam masyarakat.
• Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah RI untuk mengatasi masalah
ekonomi adalah menyelenggarakan konferensi ekonomi dengan agenda
utamanya adalah usaha peningkatan produksi pangan dan cara
pendistribusiannya, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan
milik swasta/asing.
• Catatan 14 tahun terakhir menunjukkan betapa kondisi sosial-ekonomi, politik,
hukum dan budaya kian masuk ke dalam suatu krisis multi-dimensional.
• Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa banyak masyarakat semakin
kehilangan makna atas proses demokratisasi di Indonesia, dan karenanya
semakin tidak percaya dengan proses-proses politik yang sedang berjalan atau
mengalami krisis kepercayaan (distrust) terhadap sistem politik, kepemimpinan
politik, organisasi politik serta lembaga-lembaga politik (formal mau pun non-
formal)
B. PERBAIKAN-PERBAIKAN:
1. Bidang Politik:
a. Perubahan jabatan masa Presiden (Gubernur, Bupati/Walikota),
b. Otonomi daerah, dan
c. Penandatanganan kesepakatan damai RI – GAM.
2. Bidang Hankam:
a. Penghapusan dwi fungsi ABRI (TNI/POLRI),
b. Pemisahan TNI dan POLRI dalam rangka mewujudkan profesionalisme, dan
c. TNI untuk pertahanan negara dan POLRI untuk kemanan dan ketertiban di dalam
negeri.
3. Bidang Hukum:
a. Penegakan supremasi hukum, dan
b. Pembentukan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk pada
bulan Agustus 2004.
4. Bidang Ekonomi:
a. Penerapan prinsip demokrassi dalam sektor ekonomi (TAP MPR No. XVI Tahun
1998),
b. Larangan terhadap praktik-praktik monopoli dan oligopoli (pasar di mana
penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan).
c. Pengembangan sektor industri dalam negeri.
B. BERBAGAI HASIL REFORMASI BERKAITAN DENGAN BIROKRASI
PEMERINTAHAN:
Ada sejumlah reformasi birokrasi yang telah dilakukan pemerintah.
• Hasilnya, Indonesia mengalami perbaikan peringkat dalam kemudahan berusaha
atau Ease of Doing Bussiness (EoDB).
• "Peringkat EoDB Indonesia melompat 15 peringkat dari 106 tahun sebelumnya ke
peringkat 91 tahun ini.
• Indonesia merupakan negara teratas dalam Top Reformer dengan mereformasi
berbagai indikator EoDB,“.
• Selanjutnya perkembangan pada area pengawasan, antara lain terlihat dari opini
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) atas laporan keuangan.
• Untuk kementerian/lembaga (K/L) sudah mencapai 71 persen, untuk provinsi 76
persen, sedangkan kabupaten/kota sudah menembus di atas 80 persen.
• Terkait akuntabilitas, instansi pemerintah yang nilai penerapan Sitem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)-nya baik atau mendapatkan
skor B, terus mengalami peningkatan.
• Untuk K/L mencapai 80,52 persen, dan Provinsi 47,06 persen. Sedangkan untuk
Kabupaten/Kota harus diberikan perhatian khusus karena baru mencapai 8,93
persen.
• Bidang SDM aparatur, pemerintah melakukan perbaikan mulai dari talent
management, sertifikasi kompetensi kepemimpinan, seleksi terbuka untuk
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), maupun penataan Jabatan Fungsional Umum
(JFU). 
• Saat ini BKN sudah melakukan assesment untuk 1.000 calon JPT.
• Demikian juga terkait seleksi terbuka JPT, dari 81 K/L sudah ada 63 K/L yang
melaksanakan atau sekitar 77,78 persen.
• Untuk instansi daerah, dari 542 Pemda ada 129 Pemda yang sudah melaksanakan
atau 23,80 persen.
• Kemudian dalam penataan kelembagaan, setelah sebelumnya melakukan evaluasi
terhadap 25 Lembaga Non Struktural (LNS), di 2016 telah dilakukan pembubaran
terhadap 10 LNS dan penggabungan 2 LNS.
• Penataan kelembagaan penting dilakukan untuk memastikan organisasi pemerintahan
tepat fungsi dan tepat ukuran, serta terkonsolidasi dengan baik sehingga birokrasi
pemerintahan ke depan lebih efektif dan efisien.
Dalam Tata Laksana, pemerintah memberikan perhatian terhadap penerapan e-
government dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu baik:
a. Government to Government (G2G), 
b. Government to Business (G2B), maupun 
c. Government to Citizen (G2C). 
• Terkait dengan G2G, tengah memacu penerapan e-office, e-performance based
budgeting dan pelayanan kepegawaian online. 
• Untuk G2B, kami terus mendorong sistem pelayanan informasi dan perijinan investasi
berbasis elektronik.
• Demikian juga untuk G2C, kami terus mengoptimalkan Samsat online, e-KTP, SIM
online maupun Paspor online.
• Sementara untuk mempercepat (menggenjot) pelayanan publik di daerah, selain
terus menggelar kompetisi inovasi pelayanan publik, saat ini sudah dibentuk role
model pelayanan publik di 59 kabupaten/kota.
• Prioritas utamanya adalah untuk pelayanan kependudukan dan catatan sipil,
pelayanan kesehatan (RSUD dan Puskesmas), pelayanan perijinan (PTSP), dan
pelayanan SIM dan SKCK (Polres).
• Untuk 2017, pemerintah telah memiliki program prioritas (quick wins) agar
capaian reformasi birokrasi tahun ini jauh lebih baik.
Program Prioritas (Quick Wins) tersebut antara lain:
• Percepatan penerapan e-government, 
• Penyederhanaan lembaga Diklat ASN,
• Perampingan jumlah LNS, integrasi data kepegawaian di K/L/Pemda dengan BKN
dan Kementerian PANRB,
• Membangun ASN sebagai perekat NKRI,
• Implementasi sistem merit (kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan
kualisifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajartanpa membedakan
faktor politik, ras, agama, asal usul, jenis kelamin, dan kondisi kecacatan),
• Menjaga netralitas ASN dalam Pilkada serentak,
• Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik,
• Optimalisasi SP4N, serta
• Replikasi inovasi pelayanan publik.
C. INVENTARISASI PARADIGMA BIROKRASI:
1. Pendahuluan:
• Pada tahun 90-an, New Public Administration (NPM) mulai menggeser hegemoni
konsep Weber dalam reformasi administrasi.
• Reformasi kemudian mengalami pembelokan arah menuju reformasi birokrasi
yang mengedepankan hasil, partisipasi, berorientasi pelanggan, digerakan oleh
misi dan desentraslisasi (Osborne, 1992).
• Pada era ini, inovasi sangat dihargai oleh pendukung gerakan reformasi.
• Perkembangan terakhir menunjukkan kemajuan pada penggunaan istilah inovasi
dalam bidang administrasi publik.
• Pada negara seperti Korea, konsep inovasi bahkan menggantikan konsep
reformasi.
• Pengalaman Korea menunjukkan, bahwa penerapan inovasi pada negara tersebut
telah meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan di tingkat lokal (Yoo,
2002).
• Keberhasilan Korea juga terjadi pada penerapan inovasi di Canada (Robertson
and Ball, 2001).
• Inovasi atas birokrasi sangat mendukung bagi berkembangnya ekonomi dan
teknologi China.
• Semua ini menunjukan nilai penting inovasi bagi perubahan yang diinginkan.
2. Konsep Inovasi dalam Administrasi Publik:
• Inovasi menurut US Council on Competitiveness adalah transformasi dari
pengetahuan, menjadi proses, produk dan jasa baru.
• Menurut Schumpeter (1934) membagi inovasi ke dalam 5 tipe yaitu: produk,
metode, sumber pasokan, eksplorasi pasar dan cara baru.
• Inovasi juga digambarkan sebagai From an institutional viewpoint the focus is on
how a set of organisations coordinates different processes and ideas to create
new products and services (Galanakis, 2006).
• Inovasi adalah perubahan menuju keadaan yang lebih baik.
• Inovasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya inovasi menurut teori
ekonomi, sosiologi, kebijakan publik.
Inovasi dari sudut pandang ekonomi menjelaskan 5 pokok pemikiran penting,
menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi, yaitu:
a. Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada,
b. Diperkenalkannya cara berproduksi baru,
c. Pembukaan daerah-daerah pasar baru,
d. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru, dan
e. Perubahan organisasi industri sehingga terjadi efisiensi industri (Schumpeter,
1939). Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan terjadi apabila ada inovasi.
Pengertian inovasi dalam sektor publik yang disampaikan oleh UN-DESA dan UN-
Habitat merumuskan:
Menurut laporan UNDESA, keharusan sektor publik berinovasi karena beberapa
alasan-alasan, yaitu:
a. Demokratisasi
Fenomena demokratisasi telah menyebar ke seluruh dunia, melewati batas batas
kedaulatan, ideologi dan politik bangsa-bangsa.
b. Perjanjian internasional/globalization
Perjanjian internasional sebagai bagian dari konsekuensi globalisasi dan interaksi
antar bangsa dalam rangka kerjasama.
c. Brain drain
• Fenomena human capital flight yang terjadi dari negara berkembang ke negara
maju, sehingga terjadi ketidakseimbangan persebaran sumber daya manusia
unggulan.
• Alhasil kesenjangan sosial ekonomi politik antara negara maju dengan negara
berkembang makin melebar.
d. Negara pasca-konflik, demokrasi, dan ekonomi transisi
Beberapa negara baru saja melewati masa konflik dan instabilitas poplitik akibat
perang atau friksi kepentingan politik dalam negeri. Saat ini mulai mengadopsi
sistem demokrasi serta mengalami transisi
e. Moral pegawai negeri
Moralitas menjadi salah satu isu integritas pegawai dalam penataan birokrasi yang lebih
baik.
f. Sumber baru persaingan: privatisasi dan outsourcing
Privatisasi dan outsourcing adalah fenomena organisasional yang telah merambah sektor
publik sejak lama. Hal ini berdampak pada perubahan struktur, budaya kerja dan
lingkungan dinamis organisasi.
Sedangkan Australian Audit Office merumuskan pengertian inovasi di sektor publik:
Innovation in public sector context has been defined as the creation and implementation
of new processes, products, services and methods of delivery which result in significant
improvements in the efficiency, effectiveness or quality of outcomes” .(Australian National
Audit Office, 2009: Hal 1)
• Pengertian inovasi sektor publik dari UNDESA dan UN Habitat menunjukan,
bahwa inovasi itu mengandung gagasan baru (sebagiannya baru) dan
penerapannya untuk mencapai hasil (outcome) yang lebih baik.
• Dari Australian National  Audit menunjukkan, bahwa pelayanan publik bukan
sebatas gagasan kreatif, tetapi juga penerapannya untuk meningkatkan
setidaknya salah satu dari efisiensi, efektivitas atau kualitas pelayanan publik.
• Perkembangan saat ini menunjukan kemajuan pada penggunaan istilah inovasi
dalam bidang administrasi publik.
• Di Korea, konsep inovasi bahkan telah “menggantikan” konsep reformasi.
Pengalaman Korea menunjukan bahwa penerapan inovasi telah meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pemerintahan di tingkat lokal (Yoo, 2002).
D. PARADIGMA BIROKRASI YANG IDEAL:
• Pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari “rule government”
menjadi “good governance”, dari sentralistis ke desentralistis, dan dinamika
tumbuh-kembangnya masyarakat ke arah “empowering”, perlu disikapi dan
diimbangi dengan birokrasi publik terutama aparatur yang memiliki kompetensi
dan profesional.
• Kompetensi dan profesional ini berkaitan dengan kemampuan aparatur
pemerintah berupa pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan
tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya.
• Paradigma birokrasi yang pertama dan utama yang harus diubah adalah
kualifikasi pimpinan yang profesional dan berkualitas.
1. Adapun Kualifikasi Pimpinan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Para pemimpin dalam birokrasi pemerintah harus berakhlak bersih dan tidak
cacat moral
Pemimpin yang bermoral dan berakhlak ditandai dengan kebersihan akidah,
kebersihan akhlak, kebersihan tujuan hidup, bersih harta, dan bersih pergaulan
sosial.
b. Para pemimpin dalam birokrasi pemerintah harus memiliki visi ke depan
• Visi tersebut mencakup upaya yang mampu melihat jangkauan ke depan yang
berskala nasional maupun global.
• Para pemimpin akan mampu menjangkau atau melihat ke depan organisasinya
manakala mereka memiliki pengetahuan, wawasan, dan pandangan ke depan
yang luas.
• Pemimpin  yang memiliki visi ke depan harus tahu akan dibawa ke mana
organisasi dan tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
c. Para pemimpin dalam birokrasi pemerintah harus bersikap demokratis
• Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang dalam setiap proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, senantiasa melibatkan publik
dan keputusan yang dihasilkan substansinya harus berpihak pada kepentingan
publik.
• Demokrasi itu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (government
from the people, by the people, for the people).
• Pemerintahan dari rakyat  dan oleh rakyat (from the people dan by the people)
menuntut setiap proses pembuatan keputusan senantiasa berasal dan
melibatkan rakyat.
• Sementara pemerintahan untuk rakyat menuntut agar hasil keputusan dan
pemecahan masalah substansinya senantiasa untuk rakyat atau berpihak pada
rakyat.
d. Para pemimpin dalam birokrasi pemerintah harus responsibel
• Pemimpin yang responsibel adalah pemimpin yang memiliki sense of
responsibility and professionally.
• Pemimpin yang Responsibel adalah pemimpin yang memiliki rasa tanggung
jawab dalam menjalankan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab
yang dipercayakan kepadanya.
• Artinya, pemimpin yang senantiasa melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok,
fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab secara “sungguh-sungguh” dan tidak
dikerjakan secara “asal-asalan”, baik ada pihak yang mengawasi maupun tidak.
• Pemimpin yang Profesinal adalah pemimpin yang memiliki kompetensi teknis
dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
e. Para pemimpin dalam birokrasi pemerintah harus akuntabel
• Pemimpin yang akuntabel adalah pemimpin yang mau dan mampu bertanggung jawab
dan mempertanggungjawabkan atau menjawab dan menerangkan kinerja atas sikap,
tindakan, perilaku, dan kebijakannya kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
• Sosok seorang pemimpin dikatakan “akuntabel” manakala mereka dapat menjawab dan
menjelaskan secara transparan, terbuka, dan jujur atas permasalahan, pertanyaan yang
diajukan kepadanya, dan tindakan apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan kepada
publik.
• Dengan penjelasan secara transparan dan terbuka tadi, masyarakat menjadi tahu tentang
apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh para penyelenggara pemerintahan,
berapa besarnya anggaran yang digunakan, dan bagaimana hasil tindakan tadi.
f. Para pemimpin dalam birokrasi pemerintah harus responsif
• Pemimpin yang responsif adalah pemimpin yang cepat tanggap dan cepat
menanggapi keluhan, masalah, kepentingan, dan aspirasi rakyat yang
dipimpinnya.
• Birokrasi diciptakan untuk memberikan pelayanan kepada publik. 
• Dalam konteks ini birokrasi memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pemerintahan dalam menjalankan program dan
kebijakannya untuk dirasakan publik.
2. Paradigma Birokrasi Ideal menurut Toenggul P. Siagian (2000)
Birokrasi harus ditopang oleh paradigma ideal yang harus ada, Paradigma birokrasi
yang ideal berkisar pada empat hal, yaitu:
a. Paradigma di bidang kelembagaan
Birokrasi mampu menyelenggarakan fungsi dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan
produktivitas yang semakin tinggi dengan berdasarkan prinsip-prinsip organisasi
yang sehat.
Prinsip-prinsip organisasi yang sehat adalah:
• prinsip kejelasan misi,
• prinsip kejelasan fungsi,
• prinsip kejelasan aktivitas,
• prinsip kesatuan arah,
• prinsip kesatuan perintah,
• prinsip formalisasi,
• prinsip pendelegasian wewenang,
• prinsip desentralisasi, dan 
• prinsip keseimbangan wewenang dan tanggung jawab.
b. Paradigma manajemen sumber daya manusia
• Paradigma manajemen sumber daya manusia dalam birokrasi bermuara dari
semangat pengabdian. 
• Manajemen Sumber Daya Manusia diarahkan pada tersedianya tenaga kerja
dalam birokrasi yang secara kuantitatif dan kualitatif memenuhi tuntutan
keseluruhan tugas dan peranan birokrasi di mana mereka menjadi anggota.
Langkah-langkah yang diambil dalam Mengelola Sumber Daya Manusia, terdiri dari:
• Perencanaan tenaga kerja,
• Rekrutmen,
• Seleksi,
• Penempatan sementara,
• Penempatan,
• Sistem imbalan,
• Karier,
• Pendidikan dan pelatihan,
• Pemutusan hubungan kerja,
• Pemensiunan, dan
• Audit kepegawaian.
c. Pengembangan sistem kerja
Pengembangan Sistem Kerja  untuk Menciptakan Kesatuan Gerak melalui:
• Kesatuan persepsi tentang misi birokrasi,
• Mekanisme perencanaan yang bottom-up approach,
• Formalisasi kegaiatan sejenis atau pembakuan tatacara kerja yang dikenal istilah
standard operating procedures (SOP), dan
• Mekanisme koordinasi yang harus mantap.
d Pengembangan Citra

Nilai-nilai seperti:
• Loyalitas,
• Kejujuran,
• Semangat pengabdian,
• Disiplin kerja,
• Mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan sendiri,
• Tidak memperhitungkan untung rugi dalam pelaksanaan tugas,
• Kesediaan berkorban,
• Dedikasi, selalu ditekankan untuk dijunjung tinggi harus dikembangkan sebagai
citra positif birokrasi. 
3. Paradigma Birokrasi Ideal menurut Linda D. Ibrahim (2004)
• Pemerintahan yang dalam konteks birokrasi mengharapkan adanya organisasi birokrasi
yang memiliki keunggulan teknis bentuk organisasi, ketepatan, kecepatan dan
kejelasan, pengurangan friksi dan biaya material maupun personal dalam titik optimal.
• Menurut Linda D. Ibrahim (2004) salah satu bentuk birokrasi yang ideal adalah
birokrasi yang bertumpu pada komunitas.
Dalam birokrasi yang bertumpu pada komunitas, manajemen publik mengalami
reorientasi ke arah sebagai berikut:
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan bagi stakeholders lokal,
b. Rule dan formulasi dengan pengawasan dan akuntabilitas (dari otoritas pusat ke
individu/kelompok),
c. Mempertemukan aturan dan kebutuhan komunitas dengan memperhatikan
local needs, creating local ownrship management (rules, kontrol, otoritas,
tanggung jawab) dan kapasitas organisasi.
4. Menurut Denhard (1894), birokrasi publik ditandai dengan kinerja yang sarat
dengan acuan:
a. Komitmen terhadap nilai-nilai sosial politik yang telah disepakati bersama
(publicly defined societal values) dan tujuan publik (public purpose),
b. Implementasi nilai-nilai sosial politik yang berdasarkan etika dalam tatanan
manajemen publik (provide an ethical basis for public management),
c. Realisasi nilai-nilai sosial politik (exercising social political values),
d. Penekanan pada pekerjaan kebijakan publik dalam rangka pelaksanaan mandat
pemerintah (emphasis ob public policy in carrying out mandate of government),
e. Keterlibatan dalam pelayanan publik (involvement overall quality of public
services), dan
f. Bekerja dalam rangka penanganan kepentingan umum (operate in public
interest).
5. Birokrasi diciptakan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang harus dilakukan.
Birokrasi memegang peran yang tidak kecil dalam perumusan, pelaksanaan,
pengawasan, serta evaluasi kebijakan publik Tjokrowinoto menyatakan ada paling
tidak ada empat fungsi birokrasi (Feisal Tamin, 2002):
a. Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan perundang-undangan dan
kebijaksanaan publik dalam kegiatan-kegiatan rutin untuk memproduksi jasa,
pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi tertentu,
b. Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran, informasi, visi, dan
profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan,
c. Fungsi Katalis Public Interest, yaitu mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan
publik dan mengintegrasikan atau menginkorporasikannya di dalam
kebijaksanaan dan keputusan pemerintah, dan
d. Fungsi Entrepreneurial, yaitu memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan inovatif
dan non rutin, mengaktifkan sumber-sumber potensial yang idle, dan
menciptakan resource-mix yang optimal untuk mencapai tujuan.
13. BIROKRASI DAN OTONOMI
DAERAH
A. PENGERTIAN PEMERINTAHAN DAERAH:
1. Pengertian:
• Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
NKRI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945.
• Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menjelaskan bahwa yang dimaksud Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Negara Tahun 1945.
• Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggaran daerah
yang memimpin urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
• Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
• Berkaitan dengan hal itu peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang
dilakukan dalam bentuk otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan
kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Fungsi Pemerintah Daerah:
• Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah
menjalankan, mengatur, dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.
• Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah: 
Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
• Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah.
• Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah.
• Di mana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
3. Peran Pemerintah Daerah:
Peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di
daerah otonom yaitu untuk melakukan:
a. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah
kewewenang pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu untuk dilaksanakan; dan
c. Tugas Pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan, Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren,
berbeda dengan pemerintah pusat yang melaksanakan urusan pemerintahan
absolut.
Urusan Pemerintahan Konkuren dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi, dan Daerah kabupaten/kota.
• Pembagian urusan tersebut didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi,
dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. 
• Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar pelaksanaan Otonomi
Daerah.
• Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan
pilihan.
• Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Urusan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah sebagai berikut:
• Pendidikan,
• Kesehatan,
• Pekerjaan umum dan penataan ruang,
• Perumahan rakyat dan kawasan permukiman,
• Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat,
• Sosial,
Urusan Wajib yang tidak terkait dengan Pelayanan Dasar adalah sebagai berikut:
• Tenaga kerja,
• Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
• Pangan,
• Pertanahan,
• Lingkungan hidup,
• Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
• Pemberdayaan masyarakat dan desa,
• Pengendalian penduduk dan keluarga berencana,
• Perhubungan,
• Komunikasi dan informatika,
• Koperasi, usaha kecil dan menengah,
• Penanaman modal,
• Kepemudaan dan olah raga,
• Statistik,
• Persandian,
• Kebudayaan,
• Perpustakaan,
• Kearsipan,
Urusan Pilihan adalah sebagai berikut:
• Kelautan dan perikanan,
• Pariwisata,
• Pertanian,
• Kehutanan,
• Energi dan sumber daya mineral,
• Perdagangan,
• Perindustrian,
• Transmigrasi,
B. OTONOMI DAERAH:
1. Pengertian:
• Otonomi Daerah (menurut UU No. 23 Tahun 2014) adalah hak, wewenang, dan
kewaajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan
Pemeritahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI.
• Asas otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan pemeritnahan daerah
berdasarkan Otonomi Daerah.
• Secara etimologi, istilah “otonomi daerah” berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“autos” dan ‘namos”. Autos artinya sendiri, sedangkan namos artinya aturan.
Sehingga definisi otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri
pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya yang dilakukan oleh suatu daerah.
2. Otonomi Daerah Menurut Para ahli:
Agar lebih mengerti apa arti otonomi daerah, maka kita bisa merujuk kepada pendapat
beberapa ahli tentang daerah otonom. Berikut ini adalah pengertian Otonomi Daerah
(regional autonomy), menurut para ahli:
a. Benyamin Hoesein
Menurut Benyamin Hoesein, pengertian otonomi daerah adalah pemerintahan oleh
rakyat dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada di luar
pemerintah pusat.
b. Ateng Syarifuddin
Menurut Ateng Syarifuddin, pengertian otonomi daerah adalah kebebasan atau
kemandirian yang terbatas di mana kemandirian itu terwujud sebagai suatu pemberian
kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan.
c. F. Sugeng Istianto
Menurut Sugeng Istianto, pengertian otonomi adalah suatu Hak dan wewenang
guna untuk mengatur serta mengurus sebuah rumah tangga daerah.
d. Vincent Lemius
Menurut Vincent Lemius, definisi otonomi daerah adalah suatu kebebasan atau
kewenangan dalam membuat suatu keputusan politik maupun administasi yang
sesuai dengan yang ada didalam peraturan perundang-undangan.
e. Syarif Saleh
Menurut Syarif Saleh, pengertian otonomi daerah adalah suatu hak untuk
mengatur serta memerintah daerah sendiri di mana hak tersebut ialah hak yang
diperoleh dari suatu pemerintah pusat.
f. Sunarsip
Menurut Sunarsip, pengertian otonomi daerah adalah wewenang daerah untuk
mengurus dan mengatur semua kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri
yang berlandaskan pada aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
g. Philip Mahwood
Menurut Philip Mahwood, regional autonomy adalah hak dari masyarakat sipil
untuk mendapatkan kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal
mengekspresikan, berusaha mempertahankan kepentingan mereka masing-masing
dan ikut serta dalam mengendalikan penyelenggaraan kinerja pemerintahan
daerah.
3. Tujuan Otonomi Daerah:
Ditetapkannya otonomi daerah tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama
dari pemberian kewenangan daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat daerah otonom.
Berikut ini beberapa tujuan dari Otonomi Daerah (regional autonomy):
a. Tujuan Politik
• Pelaksanaan pemberian kewenangan daerah bertujuan untuk mewujudkan
proses demokrasi politik melalui partai politik dan DPRD. 
• Dengan adanya otonomi daerah diharapkan masyarakat setempat mendapatkan
pelayanan yang baik, pemberdayaan masyarakat, serta terciptanya sarana dan
prasarana yang layak.
b. Tujuan Administratif
• Ini berhubungan dengan pembagian administrasi pemerintahan pusat dan
daerah, termasuk dalam manajemen birokrasi, serta sumber keuangan.
• Pemberian kewenangan daerah juga bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan
sumber daya alam yang lebih efektif dan memberikan peluang kepada warga
setempat untuk turut serta dalam menyelenggarakan pemerintahan.
c. Tujuan Ekonomi
• Dari sisi ekonomi, otonomi daerah diharapkan dapat mewujudkan peningkatan
indeks pembangunan manusia sehingga kesejahteraan masyarakat setempat
menjadi lebih baik.
• Selain itu, penerapan otonomi ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan
kualitas produksi daerah otonom tersebut sehingga berdampak nyata pada
kesejahteraan masyarakat setempat.
4. Dasar Hukum Otonomi Daerah:
Berikut ini adalah beberapa dasar hukum pelaksanaan otonomi daerah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1
– 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2, Pasal 18B ayat 1 dan 2.
b. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg
Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
NKRI.
c. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
d. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
e. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, dan
f. UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun
2004.
5. Asas Otonomi Daerah:
Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan berdasarkan tiga asas, yaitu:
a. Asas Desentralisasi
Merupakan pemberian wewenang untuk menjalankan pemerintahan kepada
daerah otonom berdasarkan struktur NKRI dan dasar hukum yang berlaku.
b. Asas Dekosentrasi
Merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur yang
bertugas sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
c. Asas Tugas Pembantuan
• Merupakan pemberian tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan tugas tertentu dengan biaya, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia.
• Tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada yang
berwenang.
Sedangkan asas Umum Penyelenggaraan Negara, adalah:
a. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas yang mengacu pada peraturan perundang-
undangan serta keadilan dalam penyelenggaraan kegiatan negara,
b. Asas Tertib Penyelenggara, yaitu asas yang menjadi pedoman keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam mengendalikan penyelenggaraan negara,
c. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang berfokus pada kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif,
d. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
e. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban,
f. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,
g. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang memasikan setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggara negara bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat
atau masyarakat,
h. Asas Efisiensi dan Efektifitas, yaitu asas yang menjamin terselenggaranya
penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab
untuk kesejahteraan masyarkat
C. PRINSIP OTONOMI DAERAH:
Mengacu pada penjelasan di atas, berikut ini adalah beberapa prinsip dalam
pelaksanaan otonomi daerah:
1. Prinsip Otonomi Seluas-Luasnya
a. Merupakan prinsip otonomi di mana daerah yang mendapat kewenangan
dalam mengatur dalam hal pemerintahan dan mengatur kepentingan
masyarakatnya.
b. Namun, otonomi tersebut tidak memiliki kewenangan dalam hal politik luar
negeri, agama, moneter, keamanan, peradilan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip Otonomi Nyata
a. Adalah prinsip otonomi di mana daerah otonom memiliki kewenangan dalam
menjalankan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
secara nyata telah ada.
b. Tugas, wewenang, dan kewajiban tersebut berpotensi untuk berkembang
sesuai dengan ciri khas daerah dan segala potensinya.
3. Prinsip Otonomi Bertanggungjawab
Adalah prinsip otonom dimana sistem penyelenggaraan harus sesuai dengan
maksud dan tujuan dari pemberian otonomi. Pada dasarnya otonomi bertujuan
agar daerah tersebut dapat berkembang dan masyarakatnya lebih sejahtera.
D. PEMBENTUKAN DAERAH:
1. Pengertian Pembentukan Daerah:
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 junto Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 Bagian Kesatu
Pembentukan Daerah:
Pasal 4:
(1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan
undang-undang.
(2) Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibukota, kewenangan menyelenggarakan
urusan pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah, pengisian keanggotaan
DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat
daerah.
(3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau
bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi
dua daerah atau lebih.
(4) Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia
penyelenggaraan pemerintahan.
Pasal 5:
(5) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi
syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.
(2) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi
meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang
akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan
Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.
(3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/kota
meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang
bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi
Menteri Dalam Negeri. 
(4) Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor yang menjadi
dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,
pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya
otonomi daerah.
(5) Syarat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit 5 (lima)
kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima)
kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk
pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
Dari interpretasi undang-undang pemerintahan daerah tersebut maka perlu
diketahui bahwa pengertian dari adanya pembentukan daerah adalah:
a. Pemberian status pada wilayah tertentu sebagai daerah propinsi, daerah
kabupaten atau kota,
b. Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau
bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi
dua daerah atau lebih,
c. Pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi
dua daerah atau lebih, dan
d. Penggabungan daerah adalah penyatuan daerah yang dihapus ke dalam daerah
lain yang bersandingan.
2. Perkembangan Pemekaran Daerah:
• Pengertian Pemekaran Daerah merupakan suatu langkah atau cara politik sebuah
daerah dengan cara membagi atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah
tersebut baik bagian atau daerah yang berbentuk provinsi baru atau pun
kabupaten/kota baru.
• Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam pemekaran daerah ini adalah
tidak lain dengan meningkatkan berbagai pelayanan sosial yang diberikan dan
meningkatkan keefektifan serta keefisiensian sebuah daerah dalam mengatur
atau mengelola daerahnya baik dilihat dari sektor perekonomian, politik serta
pelayanan public untuk masyarakatnya.
• Dalam Undang Undang otonomi daerah, wacana pemekaran tidak terlepas dari
pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. 
Hal ini menyimpulkan bahwa pada prinsipnya otonomi daerah merupakan media atau
jalan untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan
pelayanan terhadap publik.
Sehingga banyak orang berasumsi bahwa pemekaran daerah merupakan langkah yang
diambil setelah diberlakukannya otonomi daerah yang merupakan:
a. Pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah merupakan jalan atau upaya
untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat,
b. Melalui pemekaran daerah juga harus tercipta akuntabilitas yang terjaga dengan
baik, dan
c. Pemekaran daerah diformulasikan menjadi langkah untuk mengupayakan
responsiveness, dimana publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan.
3. Tujuan Pembentukan daerah:
• Fenomena maraknya pemekaran daerah sebetulnya merupakan konsekuensi logis
dari dinamika politik lokal yang bermuara pada keinginan masyarakat untuk
mengembangkan potensi sumber daya lokal secara mandiri.
• Namun tidak dapat dimungkiri pula bahwa maraknya pemekaran daerah, salah
satunya, adalah disebabkan karena mudahnya persyaratan pemekaran itu sendiri.
• Peraturan perundang-undangan mengenai pemekaran (PP No. 78 Tahun 2007)
terkesan sangat akomodatif terhadap pemekaran daerah.
• Secara ideal, sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemekaran daerah atau
pembentukan daerah otonom baru.
• Tujuan utama pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
kepada masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada
masyarakat.
• Peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang tidak terkendali akan berakibat
pada pertambahan daerah otonom baru secara signifikan yang berimplikasi
pada berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti aspek rentang
kendali pemerintahan, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan,
keuangan negara, pelayanan publik, dan sebagainya.
• Meski tujuan pembentukan daerah otonom baru terlihat sangat ideal, namun
kondisi empiris pasca-pembentukan daerah otonom baru sering kali menjadi
pertanyaan.
• Pemerintah sendiri mensinyalir bahwa pembentukan daerah otonom baru
(pemekaran daerah) belum mampu mencapai tujuannya.
• Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri tahun
2005 terhadap beberapa sampel yaitu 2 (dua) provinsi, 40 (empat puluh)
kabupaten dan 25 (dua puluh lima) kota ditemukan bahwa masalah administrasi
antara daerah induk dan daerah pemekaran masih belum terselesaikan secara
tuntas.
• Hasil monitoring menunjukkan bahwa 87,71% daerah induk belum menyerahkan
Pembiayaan, Personel, Peralatan, dan Dokumen (P3D) kepada Daerah Otonom
Baru (DOB).
• Dari sisi kinerja pascapemekaran, evaluasi awal yang dilakukan Kementerian
Dalam Negeri terhadap sebagian daerah otonom baru juga menghasilkan temuan
bahwa perkembangan daerah otonom baru sangat variatif.
• Ada daerah otonom baru yang berkembang cepat pascapemekaran, namun
banyak pula daerah otonom baru yang ternyata belum mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.
Sejalan dengan dibentuknya daerah provinsi, kabupaten dan kota, demi  tercapai
dari cita-cita demokrasi, kemudian terdapat beberapa tujuan yang menjadi
rujukan adanya pembentukan daerah tersebut, di antaranya adalah:
a. Peningkatan Pelayanan kepada masayarakat,
b. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi,
c. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah,
d. Percepatan pengelolaan potensi daerah,
e. Peningkatan keamanan dan ketertiban, dan 
f. Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.
4. Syarat-syarat Pembentukan Daerah:
• Pembentukan daerah merupakan pemberian status pada wilayah tertentu sebagai
daerah provinsi, kabupaten, dan kota.
• Sedangkan pemekaran daerah merupakan pemecahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota menjadi lebih dari satu daerah.
• Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
pembentukan suatu daerah otonom baru dimungkinkan dengan memekarkan daerah
setelah memenuhi syarat-syarat kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
• Dengan demikian, luas daerah adalah salah satu syarat pembentukan dan pemekaran
daerah.
• Langkah-langkah daerah untuk membentuk suatu daerah otonom baru masih
terhambat karena kurangnya informasi perihal pengonsepan aspek kepulauan
sebagai salah satu pertimbangan luas daerah yang seharusnya telah lama
dirampungkan Pemerintah.
Pembentukan Daerah, yang kemudian diatur dalam Undang-undang No 32 tahun
2004 junto undang-undang No. 12 tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah,
mengatur tentang Syarat-syarat dibentuknya Daerah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota, adalah sebagai berikut:
a. Syarat administratif,
b. Syarat teknis,
c. Syarat fisik kewilayahan, dan
d. Dan faktor lain.
Adapun faktor-faktor lain tersebut meliputi:
e. Pertimbangan kemampuan keuangan,
f. Tingkat kesejahteraan masyarakat, dan
g. Rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan.
a. Syarat Administratif:
Syarat administratif untuk Provinsi, meliputi:
• Adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan menjadi
cakupan wilayah provinsi, dan
• Persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri
Dalam Negeri.
Syarat Administratif untuk Kabupaten/Kota, meliputi:
• Adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang bersangkutan,
dan
• Persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam
Negeri.
b. Syarat Teknis:
Meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-
faktor:
• Kemampuan ekonomi,
• Potensi daerah,
• Sosial budaya,
• Sosial politik
• Kependudukan,
• Luas daerah,
• Pertahanan,
• Keamanan, dan
• Faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
c. Syarat Fisik:
• Syarat fisik untuk pembentukan provinsi meliputi paling sedikit 5 (lima)
kabupaten/kota,
• Paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, 4 (empat)
kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana
pemerintahan.
E. PEMBAGIAN TUGAS PEMERINTAHAN:
1. Pengertian:
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan
untuk mengganti UU 32 Tahun 2004 yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
• Muatan UU Pemerintahan Daerah tersebut membawa banyak perubahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satunya adalah pembagian urusan
pemerintahan daerah.
• Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3
urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum.
a. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
b. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.
c. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.
Berikut menggambarkan pembagian urusan pemerintahan:
Untuk Urusan Konkuren atau urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat,
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dibagi menjadi urusan pemerintahan wajib
dan urusan pemerintahan pilihan.
• Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh semua Daerah.
• Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
2. Urusan Pemerintahan Wajib:
Urusan pemerintah wajib yang diselenggaraan oleh pemerintah daerah terbagi menjadi
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Berikut pembagian urusan wajib:
• Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota sebagaimana disebutkan diatas
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional.
Berikut kriteria-kriteria urusan pemerintahan pusat, daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota:
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
adalah:
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara,
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas
negara,
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
provinsi atau lintas negara,
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau
e. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Provinsi adalah:
f. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;
g. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;
h. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
kabupaten/kota, dan/atau
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah Provinsi.
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota adalah:
e. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota,
f. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota,
g. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam
Daerah kabupaten/kota, dan/atau
h. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.
3. Urusan Pemerintahan Pilihan:
Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan daerah dan pemerintah pusat
dalam urusan pilihan adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi
dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
b. Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan
taman hutan raya kabupaten/kota menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
c. Urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan
dengan pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat.
d. Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan
dengan pemanfaatan langsung panas bumi dalam daerah kabupaten/kota
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
F. PERANGKAT DAERAH:
• Untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan serta program dan kegiatan
pemerintah, Kepala Daerah baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh
perangkat daerah.
• Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan organisasi
atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Perangkat Daerah
dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik,
potensi, dan kebutuhan Daerah.
• Dasar utama penyusunan organisasi perangkat daerah dalam bentuk suatu
organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan,
• Namun tidak berarti setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke
dalam organisasi tersendiri.
• Pembentukan perangkat daerah semata-mata didasarkan pada pertimbangan
rasional untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah secara efektif dan efisien. 
Penataan Organisasi Perangkat Daerah serta penyusunan struktur organisasi pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) saat ini dilakukan berdasarkan
pada kerangka regulasi serta kebutuhan obyektif dan kondisi lingkungan
strategis daerah. Kerangka regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 sebagai perubahan terhadap Peraturan Pemerintah
sebelumnya.
• Selain PP No. 41 Tahun 2007, penataan kelembagaan perangkat daerah
juga memperhatikan peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi
dengan program penataan organisasi.
Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan melalui
Peraturan Daerah dengan bentuk sebagai berikut:
• Perangkat Daerah Provinsi: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat,
Dinas, dan Badan.
• Perangkat Daerah Kabupaten/Kota: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
Inspektorat, Dinas, dan Badan.
• Pembentukan organisasi perangkat daerah yang berupa Dinas atau Badan
diklasifikasikan berdasarkan Tipe A (beban kerja yang besar), Tipe B (beban kerja
yang sedang) dan Tipe C (beban kerja yang kecil).
• Penentuan beban kerja bagi Dinas didasarkan pada jumlah penduduk, luas
wilayah, besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan
Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga
kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan.
• Sedangkan besaran beban kerja pada Badan berdasarkan pada jumlah
penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas.
Pemberian nama/nomenklatur Dinas dan Badan disesuaikan dengan perumpunan
dan klasifikasi yang telah ditentukan.
Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas, terdiri dari:
• Bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;
• Bidang kesehatan;
• Bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
• Bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
• Bidang kependudukan dan catatan sipil;
• Bidang kebudayaan dan pariwisata;
• Bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan
tata ruang,
• Bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah, industri dan perdagangan,
• Bidang pelayanan pertanahan,
• Bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat,
kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;
• Bidang pertambangan dan energi; dan
• Bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.
Perumpunan Urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan
rumah sakit, terdiri dari:
• Bidang perencanaan pembangunan dan statistik;
• Bidang penelitian dan pengembangan;
• Bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
• Bidang lingkungan hidup;
• Bidang ketahanan pangan;
• Bidang penanaman modal;
• Bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;
• Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
• Bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
• Bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
• Bidang pengawasan; dan
• Bidang pelayanan kesehatan.
G. KEPEGAWAIAN DAERAH:
1. Pengertian:
Kamus Umum Bahasa Indonesia dari Poerwadarminta (1991 : 593), kata Pegawai
berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya).
Istilah pegawai menurut Wijaya (2002 : 15) mengandung pengertian sebagai berikut:
(Pengertian Pegawai Negeri Sipil | Definisi Kepegawaian Daerah)
• Menjadi anggota suatu kerjasama (organisasi) dengan maksud memperoleh balas
jasa/imbalan kompensasi atas jasa yang telah diberikan.
• Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas/pamrih.
• Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pihak pemberi kerja.
• Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melalui proses
penerimaan.
• Dan akan menghadapi masa pemberhentian (pemutusan hubungan kerja antara
pemberi kerja dengan penerima kerja).
2. Tinjauan Secara Normatif -  Definisi Kepegawaian Daerah:
a. Badan Kepegawaian Daerah - Pengertian Badan Kepegawaian Daerah
• Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 pasal 1 ayat (1), disebutkan
bahwa Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD adalah perangkat
daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam
membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah.
• Badan Kepegawaian Daerah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah melalui Sekretaris Daerah. BKD mempunyai tugas pokok membantu Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil
Dalam pasal 4 Keputusan Presiden tersebut, disebutkan bahwa dalam melaksanakan
tugas pokoknya, BKD menyelenggarakan fungsi sebagai berikut 
• Penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan daerah di bidang
kepegawaian sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan oleh
pemerintah;
• Perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah;
• Penyiapan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah;
• Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standar, dan
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
• Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan
norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan;
• Penyiapan dan penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan
norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan;
• Penyiapan penetapan gaji, tunjangan, dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil
Daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan
peraturan perundangan-undangan;
• Penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Sipil Daerah;
• Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah;
• Penyampaian informasi kepegawaian daerah kepada Badan Kepegawaian Negara.
2. Pegawai Negeri Sipil - Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,
disebutkan bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas
negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari rumusan di atas ditarik kesimpulan bahwa terdapat unsur-unsur yang harus
dipenuhi oleh seseorang agar dapat disebut sebagai Pegawai Negeri, yaitu:
• Memenuhi syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
• Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
• Diserahi tugas dalam jabatan negeri atau jabatan negara lainnya;
• Digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun jenis Pegawai Negeri berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
Pasal 2, adalah:
a. Pegawai Negeri, terdiri dari:
• Pegawai Negeri Sipil;
• Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
• Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Pegawai Negeri Sipil, terdiri dari:
• Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan
• Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dijelaskan
bahwa Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,
dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara, pemerintahan dan
pembangunan.
H. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN:
1. Pengertian:
• Pemerintah kembali mengeluarkan peraturan perundang-undangan berkaitan
dengan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Peraturan tersebut
yakni Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Pemerintahan Daerah, pada 5 April 2017.
• PP tersebut ditetapkan sebagai bentuk melaksanakan ketentuan Pasal 353 dalam
rangka memberi kepastian hukum terhadap Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 383 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
2. Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (menurut PP No. 12 Tahun
2017), yaitu:
a. Provinsi, dilaksanakan oleh:
• Menteri, untuk pembinaan umum, dan
• Menteri teknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian, untuk pembinaan
teknis.
b. Kabupaten/kota, dilaksanakan oleh:
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pembinaan umum dan teknis.
Pembinaan Umum sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pembagian urusan pemerintahan,
b. Kelembagaan daerah,
c. Kepegawaian pada Perangkat Daerah,
d. Keuangan daerah,
e. Pembangunan daerah,
f. Pelayanan publik di daerah,
g. Kerja sama daerah,
h. Kebljakan daerah;
i. Kepala daerah dan DPRD, dan
j. Bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sedangkan:
• Pembinaan Teknis dilakukan terhadap teknis penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang diserahkan ke daerah provinsi.
• Pembinaan Teknis sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap tenis
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
kabupaten/kota.
3. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (menurut PP No. 12
Tahun 2017), yaitu untuk:
a. Provinsi, dilaksanakan oleh:
• Menteri Dalam Negeri, untuk pengawasan umum, dan
• Menteri teknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian, untuk pengawasan
teknis.
b. Kabupaten/kota, dilaksanakan oleh:
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pengawasan umum dan teknis.
Pengawasan Umum, sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pembagian urusan pemerintahan,
b. Pelembagaan daerah,
c. Kepegawaian pada Perangkat Daerah,
d. Keuangan daerah,
e. Pembangunan daerah,
f. Pelayanan publik di daerah,
g. Kerja sama daerah,
h. Kebijakan daerah,
i. Kepala daerah dan DPRD, dan
j. Bentuk pengawasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sedangkan Pengawasan Teknis sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap:
• Teknis pelaksanaan substansi urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
provinsi, dan
• Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap teknis
pelaksanaan substansi urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
kabupaten/ kota.
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2017 tentang tentang Pembinaan dan
Pengawasan Pemerintahan Daerah di antaranya menyebutkan bahwa:
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik 
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
14 & 15. TEKNIK PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS BIROKRASI
A. PENGANTAR:
1. Pengertian:
• Menurut Hasibuan (1996:126), Produktivitas adalah perbandingan antara output
(hasil) dengan input (masukan). Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan 
oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja,
teknik produksi, dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.
• Produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi
dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapat dikatakan
produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan
diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.
2. Sumber yang mempengaruhi Produktivitas, antara lain:
a. Bersumber dari pekerjaan
• Suatu pekerjaan yang banyak memerlukan gerakan yang dapat mengakibatkan
produktivitas kerja menjadi rendah.
• Oleh karena itu, agar gerakan dalam melakukan pekerjaan cepat dan tepat
terlebih dahulu diadakan “Time and Motion Study”.
• Dengan dua studi tersebut dapat tercipta gerakan-gerakan yang efektif dan dapat
memperlancar pekerjaan sekaligus mengurangi kesalahan karyawan.
b. Bersumber dari karyawan itu sendiri
Semangat dan kegairahan kerja para karyawan merupakan unsur penting guna
mencapai produktivitas yang tinggi.
Maka sebaiknya pimpinan memperhatikan unsur penting tersebut seperti melalui:
• Gaji yang memadai,
• Kebutuhan karyawan perlu diperhatikan, dan
• Penempatan karyawan pada posisi yang tepat.
Selain dari kedua sumber tersebut di atas, maka faktor-faktor lain yang
mempengaruhi produktivitas kerja, adalah:
a. Pendidikan
• Tingkat kecerdasan karyawan dilihat dari tingkat pendidikannya.
• Semakin tinggi pendidikan semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan
tujuan kejenjang yang lebih baik.
• Oleh karena itu, pendidikan berhubungan dengan produktivitas kerja staf dan
karyawan
b. Kesehatan jasmani dan rohani
• Salah satu tugas pimpinan perusahaan adalah menjamin kesehatan karyawan
yaitu dengan cara mengatur jam kerja, meniadakan lembur sehingga dapat
menciptakan kegiatan kerja para karyawan.
• Karyawan yang sehat juga pasti akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
c. Lingkungan kerja
• Lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh besar dalam meningkatkan
produktivitas.
• Lingkungan kerja yang bersih dapat mempengaruhi karyawan untuk bekerja lebih
giat.
d. Faktor Manajerial
Gaya kepemimpinan yang efektif, memotivasi, mengarahkan, dan menggerakan
bawahannya agar dapat bekerja dengan lebih semangat dan bergairah dalam
melaksanakan tugas.
e. Motivasi
• Pemberian motivasi oleh seseorang pimpinan yang baik akan membimbing dan
melatih karyawannya.
• Memotivasi setiap karyawan tidaklah mudah, sebab setiap karyawan mempunyai
latar belakang, pengalaman, harapan dan keinginan yang berbeda.
f. Peralatan yang digunakan
• Peralatan yang digunakan mempunyai efek yang sangat penting dalam
meningkatkan produktivitas kerja.
• Produktivitas kerja seorang karyawan perlu mendapat perhatian dari
perusahaan/organisasi karena produktivitas kerja akan meningkatkan keuntungan
bagi perusahaan/organisasi.
• Produktivitas dapat dimaksudkan sebagai penggunaan sumber-sumber ekonomi
yang digerakan secara efektif dan memerlukan keterangan organisator dan
teknik sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang
diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah.

Adapun hal-hal yang dinilai atas diri karyawan adalah hal-hal yang dapat
mendorong produktivitas atau prestasi kerja setiap karyawan seperti:
• kesetiaan atau loyalitas pegawai,
• kejujuran,
• kepemimpinan,
• kerja sama,
• dedikasi, dan
• partisipasi karyawan
di dalam perusahaan atau instansi.
3. Teori Produktivitas Kerja:
• Secara umum yang dimaksud dengan produktivitas kerja adalah perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input). 
• Konsep produktivitas dikembangkan untuk mengukur besarnya kemampuan
menghasilkan nilai tambah atas komponen masukan yang digunakan (Cahyono,
1996: 281). 
• Secara sederhana produktivitas yang dimaksud disini adalah perbandingan ilmu
hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang digunakan
selama kegiatan berlangsung.
Dewan Produktivitas Nasional, Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia
dalam kaitannya dengan pengertian Produktivitas Tenaga Kerja adalah sebagai
berikut:
• Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. 
• Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dipakai,
sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan dan
perbaikan cara produksi. 
• Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas. 
• Karena produksi dapat meningkatkan walaupun produktivitasnya tetap ataupun
menurun.
Pengertian produktivitas tersebut di atas, menguraikan peningkatan produksi
maupun peningkatan produktivitas yang pada dasarnya menjadi peran utama
adalah sumber daya manusia dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat
produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil kerja manusia, sehingga
Peningkatan Produktivitas dapat dilihat dalam 3 bentuk, yaitu:
• Jumlah produksi meningkat menggunakan sumber daya yang sama.
• Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang lebih sedikit.
• Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan  sumber
daya yang relatif lebih kecil.
Menurut Nawawi (1990: 97), Produktivitas Kerja adalah sebagai berikut:
• Produktivitas kerja adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh
(output) dengan jumlah sumber kerja yang digunakan (input). 
• Produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar daripada
sumber kerja yang digunakan. 
• Sebaliknya produktivitas kerja dikatakan rendah, jika hasil yang diperoleh lebih
kecil dari sumber kerja yang digunakan.
4. Konsep Produktivitas Kerja:
• Konsep produktivitas erat hubungannya dengan efisiensi dan efektivitas (Gomes,
2000).
• Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
• Jika efektivitas dan efisiensi rendah, maka diasumsikan telah terjadi kesalahan
manajemen.
• Jika efektivitas tinggi tetapi efisiensi rendah dimungkinkan terjadi pemborosan
(biaya tinggi), sementara bila efisiensi tinggi namun efektivitas rendah, berati
tidak tercapai sasaran atau terjadinya penyimpangan dari target.
5. Pengukuran Produktivitas:
• Pengukuran produktivitas menyangkut permasalahan yang kompleks dan
interdisipliner.
• Faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi pencapaian produktivitas adalah
oleh posisi investasi, baik modal, teknologi, manajemen, serta keterampilan
dari tenaga kerja (Sinungan, 1997).
• Faktor manajemen meliputi cara dan proses menggerakkan orang lain untuk
tujuan tertentu.
• Sedang faktor keterampilan tenaga kerja menyangkut kemampuan yang dimiliki
oleh tenaga kerja, motivasi kerja, disiplin, etos kerja serta hubungan
antarpersonal.
B. BIROKRASI DAN KLIENTELE:
1. Pengertian:
• Pengertian birokrasi adalah rantai komando berbentuk piramida dalam suatu
organisasi dimana posisi di tingkat bawah lebih banyak daripada tingkat atas.
• Ada juga yang menjelaskan arti birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang
memiliki tata prosedur, pembagian kerja, adanya hirarki, dan adanya hubungan
yang bersifat impersonal. 
• Organisasi yang menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan
aturan yang ketat sehingga dalam proses operasionalnya cenderung kurang
fleksibel dan kurang efisien.
Pengertian Klientele (Klien) adalah:
a. (hukum) adalah orang yang memperoleh bantuan hukum dari seorang
pengacara dalam pembelaan perkara di pengadilan (contoh: pengacara itu
menuntut perusahaan yang telah memalsukan merek dagangnya. 
b. Orang yang membeli sesuatu atau memperoleh layanan (seperti kesehatan,
konsultasi jiwa) secara tetap; pelanggan: ia sudah lama menjadi -- dokter itu.
Istilah client atau klien di Kamus Oxford, mempunyai pengertian atau definisi
sebagai ‘a person who uses the services of a professional person or organization,
eg; a lawyer or a bank’, atau dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah
seseorang yang menggunakan layanan dari seorang atau sebuah organisasi
profesional seperti pengacara atau Bank.
• Jika istilah costumer atau pelanggan lebih dekat kepada pembelian terhadap
barang maka istilah client ini lebih terkait pada bisnis di bidang jasa layanan,
seperti hukum dan perbankan.
Definisi Customer menurut Kamus Bahasa Inggris Oxfor, adalah:
a. A person or organization that buys something from a shop or
business, Seseorang atau sebuah organisasi yang membeli sesuatu dari
sebuah toko atau bisnis.
b. A person of the specified type, Seseorang dengan tipe tertentu.
• Customer atau pelanggan ini biasanya membeli barang dari tempat bisnis bukan
untuk dikonsumsi. Tapi seorang customer akan membeli barang untuk
keperluan consumer atau konsumen sebagai pengguna akhir atau end user.
• Misalnya seorang ibu yang membelikan susu merek tertentu untuk anaknya
secara teratur. Si ibu ini bisa dikategorikan sebagai costumer. Sedangnkan si anak
yang mengkonsumsi susu tersebut di sebut sebagai konsumen atau consumer.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian consumer atau
konsumen adalah sebagai berikut:
a. Pemakai barang hasil produksi (bahan, pakaian, makanan, dan sebagainya).
b. Penerima pesan iklan, dan
c. Pemakai jasa (pelanggan dan sebagainya).
Dengan pengertian tersebut, kita mengetahui bahwa konsumen tidak hanya
membeli sebuah barang tapi juga pengguna atau orang yang mengonsumsi barang
tersebut.
Jika seseorang hanya membeli tapi tidak menggunakan barang tersebut untuk
dirinya sendiri, maka ia hanya disebut sebagai costumer bukan consumer atau
konsumen.
2. Hubungan Birokrasi dengan Klientele:
a. Birokrasi Modern, Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
• Birokrasi seringkali digunakan sebagai terminologi yang merefleksikan
pemerintah,
• Birokrasi adalah sumberdaya manusia yang menjalankan roda pemerintahan,
dimulai dari pegawai biasa sampai dengan kalangan pejabat yang memiliki
kewenangan.
• Sedangkan istilah birokrasi sering digunakan sebagai terminologi untuk proses
dalam pemerintahan, sementara itu, birokrasi dalam arti sebenarnya adalah
struktur dan sekumpulan aturan yang ditetapkan untuk mengendalikan
aktivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Secara struktur, birokrasi memiliki  beberapa karakteristik sebagai berikut:
• pembagian yang jelas tugas-tugas yang dilaksanakan baik oleh setiap individu
maupun unit-unit kerja,
• sistem kepegawaian dengan pola rekruitmen dan pola karir yang jelas,
• terhadap hirarki, kewenangan dan status yang didistribusikan kepada mereka
yang menjalankan peran tersebut, dan
• jejaring formal dan informasi yang menghubungkan mereka yang memiliki peran
satu dengan yang lainnya melalui arus informasi dan pola-pola kerjasama.
Birokrat harus mengutamakan tugas yang telah digariskan oleh organisasi dan
mengenyampingkan aspek-aspek personal dalam menjalankan tugasnya
Dalam prakteknya tipe ideal suatu birokrasi sangat sulit diwujudkan karena
seringkali kita temui birokrasi menjadi tidak efektif karena beberapa hal:
• karena adanya kewenangan yang hirarki secara vertikal,
• seringkali unit-unit organisasi yang dipandang memiliki konplik konpetensi
dengan unit di atasnya akan diabaikan dalam proses penganbilan keputusan,
• sistem rekruitmen yang cenderung ke pendekatan oligarki tidak pada meritokrasi,
• munculnya praktek-praktek KKN yang mengabaikan prinsip-prinsip inpersonnal,
• pengabaian terhadap akuntabilitas, dimana para birokrat seringkali tidak
mendokumentasikan proses yang telah dilakukannya secara lengkap, tidak
transparan,
• tugas yang terlalu spesipik sehingga setiap individu pegawai hanya
mementingkan tugasnya tanpa melihat dampaknya secara keseluruhan pada
suatu organisasi,
• prosedur yang terlalu berbelibelit seringkali menghambat proses pengambilan
keputusan,bahkan tidak dirancang untuk menghadapi persoalan persoalan
tertentu yang tidak lazim sebagaimana tertuang dalam aturan, sehingga tidak
memberikan ruang untuk inovasi dan adaptasi,
• kebenaran dalam organisasi hanya berupa kebenaran menurut aturan yang
berlaku, sehingga tidak memungkinkan suatu organisasi menyadari dan
memperbaiki kesalahan- kesalahan serta keterbatasannya,
• tidak memberikan kesempatan pada pendapat yang berbeda (yang mungkin lebih
rasional dan realistis) ketika mayoritas dalam organisasi sudah memeiliki
kesepakatan yang menurut aturan dibenarkan,
• kecenderungan birokrasi yang terus menerus menciptakan aturan-aturan yang
pada ahirnya menimbulkan kompleksitas sihingga dapat melemahkan koordinasi.
b. Penerapan birokrasi modern berlangsung sesuai sesuai dengan Perjalanan
Transformasi Paradigma Manajemen Publik tersebut di atas yang menekankan
pada prinsip-prinsip, sebagai berikut:
• Efisiensi, efektivitas, dan kualitas pelayanan;
• Desentralisasi, di mana sistem pengambilan keputusan terhadap alokasi sumber
daya didekatkan pada point of delivery;
• Fleksibilitas untuk melakukan pengaturan yang secara langsung akan
menghasilkan cost effective policy outcomes;
• Menciptakan iklim kompetensi dan produktivitas untuk menghasilkan pelayanan
yang efektif dan efisien;
• Penguatan kapasitan stratejik pemerintah sebagai pengatur yang akan
mengarahkan organisasi pemerintah melalukan evaluasi dan merespon berbagai
perubahan eksternal pada biaya yang rendah;
• Fokus pada penyelarasan kewenangan dan tanggungjawab sebagai kunsci
peningkatan kinerja; dan
• Penerapan akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat.
Diupayakan penerapannya dengan memperhatikan persepsi masyarakat terhadap
kualitas pelayanan publik yang secara sederhana pada dasarnya berkaitan
dengan :
• Pelayanan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, maka
kebutuhan masyarakat umumnya terkait dengan kecepatan, kemudahan,
keramahan, ketepatan dan biaya yang murah.
• Perlakuan yang baik dari petugas pelayanan.
- Masyarakat umumnya mengharapkan perlakuan yang ramah, tepat, disiplin, dan
penuh perhatian.
- Perlakuan yang demikian akan membuat masyarakat merasa sangat dihargai, dan
sebaliknya mereka pun akan menghargai petugas maupun instansi pelayanan.
• Bertanggungjawab atas kesalahan.
Masyarakat umumnya juga mengharapkan unit pelayanan bertanggungjawab
terhadap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.
• Belajar dari kesalahan.
Masyarakat juga mengharapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus belajar
dari kesalahan yang telah mereka lakukan pada masa lalu, sehingga kesalahan
serupa tidak terjadi lagi pada masyarakat yang lain.
• Menyediakan informasi yang bermanfaat.
Masyarakat juga selalu mengharapkan unit pelayanan menyediakan informasi-
informasi yang terkait dengan pelayanannya secara lengkap, mudah dimengerti dan
diakses, sehingga memudahkan bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan
yang ingin diperolehnya.
• Memperlakukan masyarakat yang mengajukan pelayanan secara adil.
- Masyarakat juga selalu mengharapkan perlakuan adil dalam memperoleh
pelayanan, tidak dibedakan karena: status sosial seseorang, atau kekerabatan
seseorang dengan petugas pelayanan.
- Dalam hal dimana pelayanan menetapkan biaya tertentu, maka keadilan
dilakukan secara proporsional.
C. SIKAP TANGGAP BIROKRASI:
1. Pengantar:
• Cita-cita bersama bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan konstitusi adalah
memakmurkan atau mensejahterakan rakyatnya. Segala daya upaya dilakukan
untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
• Pemerintah dari waktu ke waktu terus melakukan reformasi di segala bidang,
salah satu bidang yang diyakini akan berpengaruh kepada bidang yang lain adalah
reformasi birokrasi.
• Birokrasi yang efektif, efisien, tanggap, cekatan, dengan pelaku (birokrat) yang
profesional dan berintegritas akan menciptakan pemerintahan yang baik
(berwibawa) dan bersih dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme
•  Pemerintahan yang demikian akan memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
• Pelayanan publik yang memuaskan dalam hal perizinan misalnya, akan membuka
pintu investasi, mempermudah terbukanya lapangan kerja yang pada akhirnya
membantu pertumbuhan ekonomi dan dengan sendirinya akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
• Hasil survei TII di atas merupakan salah satu cara termudah untuk mengukur
keberhasilan dan dampak implementasi reformasi birokrasi selama ini.
• Data masih tingginya tingkat korupsi di Indonesia yang hampir semuanya
melibatkan aparatur negara (ASN) menunjukkan bahwa masih banyak aspek dalam
reformasi birokrasi yang harus diperbaiki khususnya mengenai tata kelola
kelembagaan, pola pikir (mind set) dan budaya kerja birokrasi (culture set).
• Pegawai yang profesional dan berintegritas hanya dapat dibentuk melalui
Reformasi Birokrasi.
• Pembahasan tentang reformasi birokrasi hanya mungkin melahirkan perubahan
bila menyentuh dimensi mendasar, yaitu perubahan paradigma baik tentang
ideologi maupun nilai-nilai.
• Perubahan mendasar yang mencakup tata nilai, ciri, gerak-gerik, dan seluruh
tindakan harus diarahkan sedemikian rupa untuk memastikan cita-cita hidup
bersama menjadi mungkin terlaksana. (Yustinus Prastowo, 2014).
• Menurut R. Siti Zuhro, perubahan birokrasi di Indonesia bukannya tidak ada,
namun bergerak lamban.
• Masalah reformasi birokrasi bukan sekadar perubahan struktur dan reposisi
birokrasi, melainkan mencakup perubahan sistem politik dan hukum secara
menyeluruh, perubahan sikap mental dan budaya birokrat dan masyarakat,
serta perubahan mindset, komitmen pemerintah dan partai politik.
• Pemisahan antara jabatan karir dan politik, baik di birokrasi pusat maupun
daerah, merupakan sebuah keniscayaan.
• Dilihat dari faktor organisasi dan manajemen, tantangan birokrasi Indonesia
mencakup aspek struktur, proses, kepegawaian, dan hubungan antara
pemerintah dan masyarakat.
• Organisasi pemerintah seringkali tidak memiliki keseimbangan antara tugas,
wewenang, dan tanggung jawab.
• Dalam hal struktur, misalnya, organisasi pelayanan publik masih bersifat hierarkis
sentralistis (R. Siti Zuhro, 2014).
2. Pemerintahan yang Baik:
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang menjalankan fungsi dan
tujuannya dengan baik tanpa penyelewengan.
Menurut Roskin et al. (2012), terdapat 5 (lima) hal yang dapat menggambarkan
pemerintahan yang ideal, yaitu:
a. Mengutamakan sifat pendekatan tugas pada pengayoman dan pelayanan
masyarakat dan menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan,
b. Organisasi yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif dan efisien yang
mampu membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak
perlu ditangani (termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada
masyarakat),
c. Sistem dan prosedur kerja lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern
yakni : pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan
kualitas, efesiensi biaya, dan ketepatan waktu,
d. Sebagai fasilitator pelayan publik, dan
e. Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif.
3. Indikator Kinerja Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik:
• Untuk mengetahui kinerja pemerintahan diperlukan indikator pengukuran yang dapat
menggambarkan kinerja pemerintahan yang terjadi.
• Menurut Dwiyanto (2010), beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja pemerintahan publik adalah produktivitas, kualitas layanan, responsivitas,
responsibilitas, dan akuntabilitas.
• Menurut Kumorotomo (1996) dalam Pasolong (2011), menggunakan beberapa
indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja pemerintahan
publik, yaitu efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap.
• Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik
mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang
berasal dari rasionalitas ekonomis.
• Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan
publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta
pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.
• Organisasi pelayanan publik dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuannya.  
D. PENGAWASAN MUTU SARANA TOTAL:
1. Pengendalian Mutu:
Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah suatu
proses yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari
semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi.
Terdapat 3 (tiga) tiga aspek yang ditekankan pada pendekatan ini, yaitu:
a. Unsur-unsur seperti kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang
terdefinisi dan telah terkelola dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan
identifikasi catatan,
b. Kompetensi, seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.
c. Elemen lunak, seperti kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi,
motivasi, semangat tim, dan hubungan yang berkualitas.
• Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa
secara visual, dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan mikroskop
stereo untuk mendapatkan detail halus sebelum produk tersebut dijual ke pasar
eksternal.
• Seseorang yang bertugas untuk mengawasi (inspektur) akan diberikan daftar dan
deskripsi kecacatan-kecacatan dari produk cacat yang tidak dapat diterima (tidak
dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan permukaan.
• Kualitas dari output akan beresiko mengalami kecacatan jika salah satu dari tiga
aspek tersebut tidak tercukupi.
2. Penekanan pada Pengendalian Mutu:
• Penekanan QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang
cacat.
• Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk
secara acak (menggunakan teknik sampling).
• Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada
manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak.
• Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk
meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang
terkait) untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang
mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik.
• Untuk pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh
instansi pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan utama
yang menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja.
3. Pengendalian Mutu Total (Total Quality Control):
• Pengendalian mutu total, disebut juga sebagai manajemen mutu total,
merupakan suatu pendekatan yang melampaui teknik-teknik pengendalian mutu
statistik biasa dan metode-metode peningkatan mutu.
• Pendekatan ini menyiratkan gambaran secara lengkap dan evaluasi ulang dari
spesifikasi-spesifikasi dari produk, tidak hanya mempertimbangkan fitur-fitur
terbatas yang dapat diubah-ubah dalam produk sebelumnya.
• Jika spesifikasi asli tidak mencerminkan persyaratan mutu yang benar, maka
kualitas dari spesifikasi tersebut tidak dapat diinspeksi atau (bahkan) diproduksi
menjadi produk.
• Misalnya, desain dari sebuah bejana tekan harus mencakup tidak hanya material
dan dimensi, tetapi juga bagaimana tentang pengoperasiannya, dampak
penggunaannya terhadap lingkungan, faktor-faktor keamanan, keandalan dan
persyaratan-persyaratan kemampu-rawatan, dan dokumentasi dari temuan-
temuan tentang persyaratan-persyaratan tersebut.
• Manajemen Mutu Total/Total Quality Management (TQM) mengacu pada
metode manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas dalam organisasi bisnis.
E. SUSTAINABLE PRODUCTIVITY:
1. Pengertian:
Pengertian Produktivitas
• Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu situasi yang pradoksial
(bertentangan), karena belum ada kesepakatan umum tentang maksud pengertian
produktivitas serta kriterianya dalam mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas.
• Dan tak ada konsepsi, metode penerapan maupun cara pengukuran yang bebas
kritik.
• Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya (ILO, 1979).
• Menurut Greenberg yang dikutip oleh Sinungan (1985) mengartikan
produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu
tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
• Pengertian lain produktivitas  adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang-barang atau jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara
pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-
barang.”
Produktivitas juga diartikan sebagai:
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan
dalam satu-satuan (unit) umum.
• Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang
dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau
jam-jam kerja orang.
Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai
produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari
pada apa yang dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi
yang dipergunakan (input),
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan
hari esok lebih baik dari hari ini, dan
c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor
esensial, yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi
serta riset; manajemen; dan tenaga kerja.
2. Peningkatan produktivitas Kerja:
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan,
rencana sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan
khususnya.
Kombinasi-kombinasi kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bentuan faktor-
faktor produktivitas internal dan eksternal.
Pada tingkat perusahaan/organisasi, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya
direflesikan dalam sumber pokok, yakni: manusia dan bahan-bahan atau melalui:
• Sumber daya manusia,
• Energi sumber mineral,
• Tenaga kerja,
• Manajemen dan organisasi,
• Modal pokok, bahan mentah.
3. Peningkatan Efektifitas Dari Waktu Kerja:
• Masalah berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan produktivitas
menggunakan manajemen, penambahan material, perencanaan dan organisasi
kerja yang lebih baik, latihan dan pendidikan, kepuasan tugas serta faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja maupun memanfaatkan cadangan-
cadangan.
• Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada
kemampuan individu, sikap individu dalam bekerja, serta manajemen maupun
organisasi kerja dengan kata lain, dalam mengkaji produktivitas pekerja
individual paling sedikit kita harus menjawab dari pertanyaan pokoknya:
mampukah buruh bekerja lebih baik dan tertarikkah pekerja untuk bekerja lebih
giat?
Untuk menjawab kita harus mengecek dua kelompok syarat bagi produktivitas
perorangan yang tinggi, yaitu:
a. Yang pertama sedikitnya, meliputi:
• Tingkat pendidikan dan keahlian.
• Jenis teknologi dan hasil produksi.
• Kondisi kerja.
• Kesehatan, kemampuan fisik dan mental.
b. Kelompok kedua mencakup:
• Sikap (terhadap tugas), teman sejawat dan pengawas).
• Keaneka ragaman tugas. 
• Sistem insentif (sistem upah dan bonus).
• Kepuasan kerja keamanan kerja.
• Kepastian pekerjaan.
• Perspektif dari ambisi dan promosi.
Setiap Tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling sedikit
mencakup tiga tahap berikut ini:
• Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
• Mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
• Merencanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan
memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama produktivitas.
c. Insentif (Perangsang):
• Yang paling penting, program peningkatan produktivitas yang berhasil itu ditandai
dengan adanya andil yang luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan lain
diseluruh organisasi.
• Setiap pembayaran kepada perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi
produktivitas, sedangkan kenaikan pembayaran harus dianugerahkan teruatama
berdasarkan hasil produktivitas.
• Untuk menjadi seorang motivator yang efektif pemberian bonus haruslah
dihubungkan secara langsung dengan tujuan pencapaian melalui cara yang
sederhana mungkin, sehingga penerima segera dapat mengetahui berapa rupiah
yag dia peroleh dari upayanya.
• Bentuk pemberian bonus yang berorientasi pada penampilan adalah proyek
pemberian bonus, dimana hasil kerja yang baik segera diberi hadiah dengan
bonus yang sesuai.
• Hal tersebut lebih aktif dibandingkan menunggu berapa bulan tanpa
pemberitahuan yang nyata sampai saat pemberian bonus diakhir tahun ketika
suasana “semua menerima” akan membuang semua pengaruh motivasi selama
tahun berjalan.
• Penghargaan serta penggunaan motivator yang tepat akan menimbulkan suasana
kondutif atau berakibat kepada produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu
mencakup sistem pemberian insentif dan usaha-usaha manambah kepuasab
kerja melalui sarana yang beraneka macam.
F. UNSUR-UNSUR TQM:
1. Pengertian:
• TQM adalah pendekatan manajemen yang komprehensif yang bekerja horizontal di
seluruh organisasi, yang melibatkan semua departemen dan karyawan, dan
memperluas baik ke "belakang" maupun ke "depan", termasuk bagi para pemasok
dan klien.
• TQM hanya salah satu dari banyak akronim yang digunakan untuk menamai sebuah
sistem manajemen yang berfokus pada mutu.
Akronim lainnya termasuk:
• CQI (Continuous Quality Improvement/ Peningkatan Putu Berkelanjutan),
• SQC (Statistical Quality Control/ Pengendalian Kualitas Statistik,
• QFD (Quality Function Deployment),
• QIDW (Quality in Daily Work/ Kualitas dalam Pekerjaan Sehari-Hari),
• TQC (Total Quality Control/ Pengendalian Mutu Total), dan lain-lain.
Seperti halnya pada sistem-sistem di atas, TQM menyediakan kerangka-kerangka
kerja untuk menerapkan produktivitas yang lebih berkualitas dan inovatif secara
efektif yang dapat meningkatkan profitabilitas dan daya saing organisasi.
2. Definisi TQM:
Mendefinisikan mutu/kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif.
Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni:
• Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
• Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
• Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas
saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
• Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Manajemen Mutu Terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM)
dapat didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya, yaitu:
• Total (keseluruhan),
• Quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa),
• Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian, pengarahan).
Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah:
Sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first time),
melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi
karyawam (Kid Sadgrove, 1995).
Seperti halnya Kualitas, Total Quality Management (TQM), dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Perpaduan semua fungsi dari organisasi ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan
pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135),
b. Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi (Santosa, 1992, p.33), dan
c. Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
• Menurut Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa pengertian Total
Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.
3. Unsur-unsur utama TQM:
Adapun unsur-unsur TQM, adalah sebagai berikut:
a. Fokus pada pelanggan,
b. Obsesi terhadap kualitas,
c. Pendekatan ilmiah,
d. Komitmen jangka panjang,
e. Kerja sama tim,
f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan,
g. Pendidikan dan pelatihan,
h. Kebebasan yang terkendali,
i. Kesatuan tujuan, dan
j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
4. Prinsip-prinsip TQM:
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM.
Salah satunya adalah Bill Crash (1995), mengatakan bahwa program TQM harus
mempunyai 4 (empat) prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya.
Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi
pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam
setiap proses dan produk,
b. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam
memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c. Program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga
antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan, dan
d. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijakan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech (1996), menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM
harus dibangun atas dasar 5 Pilar Sistem, yaitu:
e. Produk,
f. Proses,
g. Organisasi,
h. Kepemimpinan, dan e. Komitmen.
• Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi.
• Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses.
• Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat.
• Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai.
• Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua
yang lain.
• Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah
dengan sendirinya yang lain juga lemah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan
Christopher, 1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U.
dalam bukunya yang berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM
merupakan suatu konsep yang berupaya, melaksanakan sistem manajemen
kualitas kelas dunia.
Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu
organisasi. ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
a. Kepuasan pelanggan,
b. Respek terhadap setiap orang,
c. Manajemen berdasarkan fakta, dan
d. Perbaikan berkesinambungan.
5. Manfaat Program TQM:
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
a. Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
• Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan,
• Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan, dan
• Kepuasan pelanggan terjamin.
b. Manfaat TQM bagi institusi adalah:
• Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan,
• Staf lebih termotivasi,
• Produktifitas meningkat.
• Biaya turun,
• Produk cacat berkurang, dan
• Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
c. Manfaat TQM bagi Staf Organisasi adalah:
• Pemberdayaan,
• Lebih terlatih dan berkemampuan, dan
• Lebih dihargai dan diakui.
d. Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh
institusi di masa yang akan datang adalah:
• Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut
(follower),
• Membantu terciptanya teamwork kerja tim),
• Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan,
• Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan, dan
• Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
6. Persyaratan Implementasi TQM:
Agar Implementasi Program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
diperlukan persyaratan sebagai berikut:
a. Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak,
b. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM,
c. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
d. Memilih koordinator (fasilitator) program TQM,
e. Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM,
f. Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission),
g. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan, dan
h. Merencanakan mutasi program TQM.
G. KONSEP PENINGKATAN MUTU:
1. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu:
Definisi Manajemen:
Pengertian manajemen menurut beberapa ahli diantaranya adalah:
a. Menurut Drs. Oey Liang Lee mengartikan manajemen adalah ilmu dalam
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari
manusia untuk menentukan capaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
b. Pengertian manajemen menurut James A.F. Stoner adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan terhadap sumberdaya organisasi lainnya
supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan.
c. Pengertian manajemen menurut R. Terry adalah suatu proses khas terdiri
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan serta mencapai target yang
sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya manusia dan lainnya.
d. Pengertian manajemen menurut Lawrence A. Appley adalah suatu seni untuk
mencapai tujuan tertentu lewat usaha yang dilakukan oleh orang lain
e. Pengertian manajemen menurut Horold Koont dan Cyril O’Donnel adalah
suatu usaha untuk mencapai tujuan lewat kegiatan orang lain.
f. Pengertian manajemen menurut Stoner adalah suatu proses dalam membuat
perencanaan, ppengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam
usaha daripada anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya
organisasi dalam mencapai sasaran.
g. Pengertian manajemen menurut Wilson Bangun adalah suatu rangkaian
aktivitas yang dikerjakan oleh para anggota organisasi agar tujuan dapat
tercapai dengan rangkaian yang teratur dan tersusun baik.
Dari beberapa pengertian para ahli di atas, ada beberapa kesamaan makna
walaupun disampaikan dalam bentuk dan tolak ukur yang berbeda.
Adapun pengertian manajemen yang sering digunakan oleh orang, yaitu:
pengertian manajemen menurut Ricky W. Griffin, di mana beliau mengartikan
manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengordinasian dan pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai
sasaran dengan efisien dan efektif.
2. Definisi Mutu:
• Menurut Crosby (1979:68 dalam Abdul Hadis, 2012: 85) mutu ialah conferment
to reqeurment, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
• Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai standar atau kriteria mutu yang telah
ditentukan.
• Standar mutu berikut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
• Dalam pandangan Umaedi (2009), mutu dapat diartikan sebagai derajat
keunggulan sesuatu barang atau jasa dibandingkan dengan yang lain.
• Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara hidup yang bermutu, sikap hidup
yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan sangat dihormati.
Dari beberapa pendapat diatas dapat kami simpulkan bahwa Manajemen
Peningkatan Mutu, adalah:
Serangkaian proses dan aktifitas sekelompok orang untuk meningkatkan kualitas
sebuah lembaga/organisasi dengan mengacu pada prinsip-prinsip manajemen
berupa perencanaan, perngorganisasian, controring, dan evaluasi.
3. Fungsi, Peran, dan Kedudukan Manajemen Mutu:
Melihat pengertian manajemen yang di atas, ada empat tindakan yang sangat
penting dalam proses manajemen, 4 tindakan manajemen ini merupakan fungsi
utama dalam manajemen, berikut 4 fungsi utama dalam manajemen:
a. Fungsi Perencanaan
• Perencanaan merupakan proses dalam mengartikan seperti apa tujuan organisasi
yang ingin dicapai, kemudian dari tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya
mesti membuat strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan dapat
mengembangkan suatu rencana aktivitas suatu kerja organisasi.
• Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah awalan dalam
melakukan sesuatu.
• Dalam merencanakan, ada tindakan yang mesti dilakukan menetapkan seperti
apa tujuan dan target yang dicapai, merumuskan taktik dan strategi agar tujuan
dan target dapat tercapai, menetapkan sumber daya atau peralatan apa yang
diperlukan, dan menentukan indikator atau standar keberhasilan dalam
mencapai tujuan dan target yang ingin dicapai.
b. Fungsi Pengorganisasian
Langkah selanjutnya setelah kita merencanakan, maka yang harus dilakukan adalah
bagaimana rencana tersebut dapat terlaksana dengan memanfaatkan segala
fasilitas yang tersedia dan dapat memastikan kepada semua orang yang ada dalam
suatu organisasi untuk bekerja secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi, tindakan dalam fungsi pengorganisasian, yaitu:
• Mengalokasikan sumber daya,
• Merumuskan dan menentukan tugas, serta menetapkan prosedur yang
dibutuhkan,
• Menentukan struktur organisasi untuk mengetahui bentuk garis tanggung jawab
dan kewenangan,
• Melakukan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumberdaya
manusia atau sumberdaya tenaga kerja, dan
• Kemudian memberikan posisi kepada seseorang dengan posisi yang tepat.
c. Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Proses implementasi program supaya bisa dijalankan kepada setiap pihak yang
berada dalam organisasi serta dapat termotivasi agar semuah pihak dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan
produktivitas yang sangat tinggi. Adapun fungsi pengarahan dan imflementasi
yaituL
• Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya mau tetap bekerja dengan efisien
dan efektif untuk mencapai tujuan,
• Memberikan tugas dan penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan, dan
• Menjelaskan kebijakan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi pengawasan dan Pengendalian
Proses pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh
rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan, diorganisasikan, dan dilaksanakan
(diterapkan) bisa berjalan sesuai dengan harapan target walaupun agak sedikit
berbeda dengan yang target yang telah ditentukan sebelumnya karena kondisi
lingkungan organisasi. 
4. Dimensi-Dimensi Manajemen Peningkatan Mutu:
Menurut Garvin (1998) dalam bukunya Abdul Hadis (2012: 88),menyatakan bahwa
ada 8 (delapan) Dimensi Mutu yang dapat digunakan untuk menganalisis
Karakteristik Mutu Barang, yaitu:
a. Performa,
b. Keistimewaan,
c. Reriabilitas,
d. Konformasi,
e. Daya tahan,
f. Kemampuan pelayanan,
g. Estetika, dan
h. Mutu yang dipersepsikan.
16. UAS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai