Anda di halaman 1dari 22

AKHLAK KEPADA

ALLAH SWT
 Keluhuran akhlak (akhlakul karimah) adalah
interaksi
sosial yang baik dengan sesama.

Benarkah?
 “Sifulan yang non muslim itu lebih baik
daripada fulan yang muslim”
  

 Ketika melihat kekurangan akhlak pada saudaranya sesama muslim,


kemudian dia membandingkan saudaranya tersebut dengan seorang kafir
yang memiliki interaksi sosial yang baik dengan sesamanya.
Ingat…

 Betapa pun buruk akhlaknya, betapapun


besar dosa yang diperbuat, tetaplah seorang
muslim lebih baik daripada seorang kafir,
yang berbuat syirik kepada Allah ta’ala.
WHY??
 Dosa syirik menduduki peringkat teratas
dalam daftar dosa.
 Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah rahimahullah :
‫ الذنوب مع صحة التوحيد خير من فساد التوحيد مع عدم‬
‫هذه الذنوب‬
 Berbagai dosa (yang terdapat pada diri
seorang), namun masih dibarengi dengan
tauhid yang benar itu masih lebih baik
daripada tauhid yang rusak meskipun tidak
dibarengi dengan berbagai dosa.
 Akhlak salah satu ajaran Islam
 Akhlak tertinggi adalah kepada Allah
 Perintah meneladani akhlak Allah :
)‫تخلقوا بأخالق هللا (الحديث‬ 
 Al-Maraghiy : perbuatan dosa sekecil apapun merupakan bentuk pengkhianatan kepada Allah
 Dosa besar : membunuh, zina, bersaksi palsu di pengadilan, musyrik, lari dari peperangan,
makan harta anak yatim, durhaka kepada orang tua
)‫اإلثم ما حاك نفسك وكرهت أن يطلع عليه الناس (الحديث‬ 
 Dosa itu sesuatu yg membuatmu gelisah, dan engkau tidak mau orang lain
mengetahuinya
1. TAQWA

 Imam Ar-Raghib Al-Asfahani : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari


perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa
yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian
yang dihalalkan”
 Imam An-Nawawi : “Menta’ati perintah dan laranganNya”. Maksudnya
menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala
 Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan
menta’atiNya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan
siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”
“Siapa yang tidak menjaga dirinya
dari perbuatan dosa, berarti dia
bukanlah orang yang bertaqwa”
‫‪Dimensi taqwa‬‬

‫‪ ‬إتق هللا حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة‬


‫تمحها وخالق الناس بخلق حسن‬
‫‪ ‬يأيها الذين ءامنوا اتقوا هللا حق تقاته ‪..‬‬
‫‪ ‬يايها الذين ءامنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا‪..‬‬
‫‪ ‬إستفت قلبك (الحديث)‬
2. Cinta dan Ridha

 Hakikat cinta adalah mengikuti


)....... : ‫ قل إن كنتم تحبون هللا فاتبعوني يحببكم هللا ويغفر لكم ذنوبكم (البقرة‬
Menjadikan orang yang kita cintai sebagai ikutan dari apa 
yang ia sukai dan yang ia benci
 Ridha adalah hubungan tertinggi antara seorang hamba dengan
Allah (Buya Hamka)
 Kiasan suami-isteri, orang tua-anak, dst.
 Umar bin Al-Khathab pernah menulis pesan kepada Abu Musa yang
bunyinya,

“Amma ba’du. Sesungguhnya seluruh kebaikan itu


ada dalam ridha. Oleh karena itu, jika kamu mampu
maka ridhalah dan jika kamu tidak mampu maka
bersabarlah
3. Ikhlas

 Etimologis : jernih bersih


 Terminologis : jernihnya suatu amal dari segala kotoran
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
‫تصفية العمل من كل شوب‬ 
4. Khauf dan Raja’

 Khauf : takut; Raja : harap


 Takut akan pembalasan keras Allah--larangan
 Harap akan pembalasan baik Allah—printah
 Ibn Taimiyah : mahabbah, khauf dan raja tiga hal yang
mendorong hati dekat kepada Allah
5. Tawakkal

 Menjadikan Allah sebagai wakil/pendamping


 Tawakkal dilakukan setelah ada ikhtiar optimal
 Hadis Nabi tentang kuda
 Tawakkal: 100% doa + 100% usaha
6. Syukur

 Berterimakasih
 Anugerah Allah di alam raya dan dalam diri (Quran)
 Surat al-Rahman (55)– 33 kali pertanyaan :
‫فبأي ءاالء ربكما تكذبان‬ 

‫لئن شكرتم ألزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد‬ 

 Dua rumus hidup : syukur dan sabar (hadis)


 Hidup Mumin Stabil

‫ لكي ال تأسوا على ما فاتكم وال تفرحوا‬


‫بما ءاتاكم‬
SYUKUR

 ‫لثناء على المح ِسن بما َأ ْوال َكهُ من المعروف‬


 “Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya
tersebut” (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam bahasa
Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.
Ibnul Qayyim:
 ،‫ وعلى قلبه شهودا ومحبة‬،‫ ثناء واعترافا‬:‫الشكر ظهور أثر نعمة هللا على لسان عبده‬
‫وعلى جوارحه انقيادا وطاعة‬
 “Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui
lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi
nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah.
Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus
Salikin, 2/244).
SYUKUR

 Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan


menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia
dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Semisal Qarun yang
berkata,
ِ ‫ِإنَّ َما ُأوتِيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم‬
 ‫ع ْن ِدي‬

 “Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku


dapatkan dari ilmu yang aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78).
Doa agar mampu bersyukur

 “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri


nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal
saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang
saleh“. (QS. An-Naml: 19)
7. Muraqabah

 Merasa selalu diawasi Allah


‫ ولقد خلقنا اإلنسان ونعلم ما توسوس به نفسه ونحن أقرب إليه من حبل الوريد‬
 Jalan thaghut : menjauhkan diri dari Allah
 Mendekatkan diri dengan nawafil
 Allah berfirman, “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan
tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak
mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi
atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula)
yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam
kitab yang nyata.” (QS Yunus (10): 61)
8. Taubat

 Secara Bahasa, at-Taubah berasal dari kata‫ َت˜˜˜ َو َب‬yang bermakna


kembali. Dia bertaubat,  artinya ia kembali dari dosanya (berpaling
dan menarik diri dari dosa)[2]. Taubat adalah kembali kepada Allâh
dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-
menerus melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allâh Azza wa
Jalla .
 Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada
Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya,
bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang
mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya.
 Wallahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai