Anda di halaman 1dari 23

MABADI ASRAH ILMU DAKWAH

SETYO KURNIAWAN, MA. HUM


Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman
Parung Bogor
Pengertian Mabadi Asrah

Mabadi asrah (jamah dari mabda) yang artinya : asalnya,


puncak, mula terbit, dan sebab. Maksudnya adalah keterangan
yang ringkas atau tujuan sesuatu ilmu sebelum membaca atau
belajar ilmu itu.
10 Mabadi Asrah
Ilmu Dakwah
1. Al-Haddu (batasan/hakikat)

Dari beberapa literatur para pakar telah mencoba merumuskan tentang


definisi ilmu dakwah,antara lain
 Dr. Ahmad Ghalwasy dalam Ad-Dakwah Al-Islamiyyah, ilmu dakwah
adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan
kandungan ajaran Islam, baik itu aqidah, syariat maupun akhlak.
 Hasil rumusan ilmu dakwah pada pertemuan para sarjana fakultas ilmu
dakwah se-Jawa Tahun 1978 memberikan kesimpulan bahwa ilmu dakwah
: sebagai ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran agama Islam
kepada umat; ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur
dakwah ; dan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala penyampaian
agama dan proses keagamaan dalam segala segi.
2. Maudhu (peta kajian/pokok bahasan)
 Para ilmuan membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga bidang.

Yaitu (1) natural science (ilmu pengetahuan alami); (2) social


science (ilmu pengetahuan sosial); (3) humaniora (ilmu
pengetahuan budaya).
 Ilmu – ilmu sosial dinamakan demikian, oleh karena ilmu-

ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama


sebagai objek yang dipelajarinya, atau dengan kata lain yang
menjadi objek material ilmu-ilmu sosial adalah masyarakat
manusia yang selalu berubah-ubah.
3. Ats-tsamrah (nilai guna)
Secara umum, nilai guna ilmu dakwah adalah mengembalikan
manusia pada fitrahnya, dan manusia menjalani kehidupan
bermasyarakat berdasarkan ajaran-ajaran Islam, sehingga
tercapai kehidupan yang damai dan harmonis, bahagian dunia
dan akhirat.
4. Nisbah (Kaitan dengan ilmu lain)
Secara umum ada dua paradigma yang mempengaruhi arah
perkembangan ilmu dakwah. Dua paradigma tersebut adalah (1) Bila
ilmu dakwah hanya diletakkan pada kelompok paradigma logis
normatif, maka ilmu dakwah harus dikembangkan sejalan dengan
perkembangan ilmu-ilmu tradisional Islam. Karena ilmu dakwah,
ditarik dari al-Qur’an, maka ilmu tafsir menjadi sangat erat kaitannya.
Karena ditarik dari hadis maka ilmu hadis menjadi sangat relevan. Dan
karena sesekali menyangkut hukum Islam, ilmu fiqh dan ushul fiqh
menjadi penting. (2) bila ilmu dakwah mau dikaji secara empiris, maka
ilmu dakawh harus diletakkan dalam kelompok ilmu-ilmu perilaku
(behaviour science) atau ilmu-ilmu sosial (sosial science). Walaupun
begitu, ilmu dakwah erat kaitannya dengan ilmu komunikasi.
5. Fadl (kepakaran/keutamaan)
Keberadaan ilmu dakwah cukup dirasakan urgensinya dan
mempunyai kedudukan yang sangat strategis. keberadaan
dakwah Islam disebut strategis karena pada tahap operasional,
kegiatan dakwahlah yang lebih dominan berperan dalam
sosialisasi dan pelembagaan konsep-konsep Islam di tengah-
tengah masyarakat. Karena itu, tanpa kegiatan dakwah , tentu
pengembangan dan pemasyarakatan sistem keilmuan Islam
menjadi lamban.
6. Wadhi/Peletak dasar
 Pada awal abad ke-20 pemikiran dakwah mulai dirintis menjadi ilmu

pengetahuan yaitu pada tahun 1912, di Kairo tepatnya didirikannya sebuah


lembaga yang bernama Dar al-dakwah wa al irsad untuk menghalang
gerakan kristenisasi. Lembaga ini kemudian ditutup karena terjadinya
perang dunia ke II. Sejarah pemikian dakwah sebagai suatu disiplin
keilmuan , dimulai pada tahun 1918 di fakultas ushuluddin universitas Al-
Azhar dengan pencetus gagasannya ialah syaikh Ali Mahfudz dalam
tulisannya mengenai “Al-Wa’dhu wa Al-Irsyad)” dalam bukunya yang
menjadi teks dakwah, (Hidayat Al-Mursyidi fi Thuruq Al- Wadhi wa Al-
Hidayah). Oleh karennaya tahun 1918 diusulkan sebagai tahun lahirnya
ilmu dakwah dan Hidayat Al-Mursyidin fi Thuruq Al-Wadhi wa Al-
Hidayah dianggap sebagai kitab pertama di bidang dakwah.
7. Isim (nama)
 Istilah –istilah yang berhubungan erat dengan dakwah, antara lain:

 Tabligh: Menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Pelakunya disebut :

Muballigh
 Khutbah : Berasal dari kata ‫ خطب‬yang artinya : mengucapkan atau berpidato,

pelakunya disebut “khotib”.


 Menurut Abu Bakar Atceh alah dakwah atau tabligh yagn diucapkan dengan lisan

pada upacara-upacara agama seperti khutbah jumat, khutbah hari raya, khutbah
nikah dan lain-lain yang memiliki corak syarat dan rukun tertentu.
 Nashihah: menyampaikan perkataan yang baik kepada seseorang atau beberapa

orang untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya.


 Fatwa : memberikan uraian atau keterangan agama mengenai suatu masalah,
pelakunya disebut “Mufti”.
 Tabsyir/Targhib : memberikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya

berupa berita menggembirakan orang yang menerimanya, pelakunya disebut


“Mubassyir”
 Tandzir/Tarhib: Menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain yang isinya berupa

berita peringatan atau ancaman bagi yang melanggar syariat. Pelakunya disebut
“Munzir”.
8. Istimdad/ Dasar ilmu
 Sumber ilmu dakwah adalah Al-Qur’an, al-Sunnah, serta

produk ijtihad. Al-Qur’an diyakini sebagai sumber segala ilmu


dakwah. Al-Qur’an dapat dikatakan sebagai kitab al-dakwah.
 Asal usul ilmu-ilmu dakwah itu berasal dari Allah SWT., yang

kemudian memberi kekuatan dan kemampuan kepada manusia


untuk mengetahuinya memellaui beberapa sumber atau
saluran, yaitu melalui wahyu, rasio dan indra. Sumber
pengetahuan ilmu dakwah yang dapat melalui wahyu,
misalnya dapat diketahui dan ditemukan melalui ayat-ayat al-
Qur’an, seperti dalam surat An-Nahl : 125, Ali Imran : 104,
110.
9. Hukum
 Hukum dakwah berdasarkan ayat al-Qur’an, mayoritas ulama sepakat

bahwa hukum dakwah itu secara umum adalah wajib.


 Menurut Tata Sukayat

 Hukum ilmu dakwah yaitu hukum secara umum dan hukum secara khusus.

 Hukum secara umum adalah mempelajari ilmu dakwah ditetapkan seabgai

kewajiban yang hukumnya fardhu kifayah. Sedangkan hukum secara


khusus adalah ketetapan hukum yang dijatuhakan kepada seseorang yang
keluar dari hukum fardhu kifayah, disebabkan oleh tingkatan kemampuan
dan ketidakmampuan seseorang.
10. Masail (Permasalahan/Problematik)
 Masalah yang dikaji dalam ilmu dakwah :

 Masalah hakikat dakwah dan pemahaman esensi Islam

 Masalah tabligh dan silahturahim (komunikasi) Islam

 Masalah model perilaku Islam secara empiris (amal soleh)

 Masalah efisiensi dan efektivitas pencapain sasaran dan tujuan dakwah

 Masalah sosialisasi, internalisasi, dan eksternalisasi ajaran Islam dengan

menggunakan sarana mimbar dan media massa (cetak dan audio/visual).


 Masalah bimbingan dan penyuluhan Islam (ta’dib), seperti (bimbingan

islam di Lapas (Lembaga pemasyarakatan) untuk para narapidana, apa


metode dawah dan materi dakwah yang cocok.
 Masalah dan pemecahan problem psikologis dengan psikoterapi kegiatan

pengembangan masyarakat Islam ( Pengajian Islam/Majlis taklim)


 Pengembangan masyarakat Islam terdiri dari kegiatan pokok tranformasi

dan pelembagaan ajaran Islam ke realitas Islam.


 Masalah manajemen dakwah. (pengaturan tugas kerja dalam dakwah)
Akhlak Dai
Akhlak kepada Allah
1. Ikhlas kepada Allah
Keikhlasan dalam berdakwah adalah modal utama disambutnya sebuah
ajakan. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Wahai orang
yang menyeru kepada Allah subhanahu wa ta’ala, janganlah engkau
bersedih ketika ucapanmu ditolak atau tidak mendapatkan sambutan pada
kali yang pertama. Sebab, engkau sudah menunaikan apa yang menjadi
kewajibanmu. Ketahuilah, jika engkau mengucapkan yang benar dengan
mengharap wajah Allah subhanahu wa ta’ala (ikhlas), tentu ucapan itu
ada pengaruhnya. Walaupun (awalnya) mendapatkan penolakan langsung
di hadapanmu, pasti (nantinya) akan ada
pengaruhnya.” (Syarah Arba’in an-Nawawiyah hlm. 154)
2. Selalu mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan beragam amal
ketaatan.
Sebab, orang yang mengingat-ingat Allah subhanahu wa ta’ala akan diingat oleh-Nya. Dia
tidak mau menjadi seperti lilin, bisa menyinari orang tetapi dirinya sendiri leleh. Dia sangat
takut dengan ancaman Allah subhanahu wa ta’ala,
‫ َك ُب َر َم ۡقتًا ِعن َد ٱللَّ ِه َأن َت ُقولُواْ َما اَل تَ ۡف َعلُو َن‬ ٢ ‫ين َء َامنُواْ لِ َم َت ُقولُو َن َما اَل تَ ۡف َعلُو َن‬ ِ َّ ٓ ٰ
َ ‫يَ َُّأي َها ٱلذ‬  
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kalian mengatakan sesuatu yang tidak
kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang
tidak kalian kerjakan.” (ash-Shaf: 2—3)
Dai yang sukses akan menghiasi dirinya dengan amal kesalehan. Tidak cukup dengan
mengerjakan hal-hal yang wajib saja, bahkan amalan-amalan yang sunnah juga dia lakukan.
Demikian pula, di samping meninggalkan yang haram, dia menjauhi yang makruh.
Ucapannya selaras dengan perbuatan.
Orang yang seperti ini berhak mendapatkan kecintaan yang khusus dari Allah subhanahu wa
ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman sebagaimana dalam hadits qudsi,
“Barang siapa memusuhi kekasih-Ku, Aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah
hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada apa
yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya….” (HR. al-Bukhari dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu)
3. Hatinya merasa tenteram dengan mengingat
Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebab, manusia akan menaruh hormat kepada seseorang dan merasa
tenteram dengannya sebatas tenteramnya hati orang tersebut dalam
mengingat Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagian salaf berkata, “Orang yang matanya merasa sejuk dengan
Allah subhanahu wa ta’ala, semua mata akan merasa sejak dengannya.”
(al-Wabilush Shayyib karya Ibnul Qayyim rahimahullah)
Tiga hal di atas adalah sebagian akhlak yang semestinya dimiliki oleh
seorang dai.
Manakala ajakannya belum mendapat sambutan, sudah seyogianya dia
berintrospeksi diri. Bisa jadi, karena keikhlasan yang masih kurang dan
pengamalannya terhadap agama yang masih belum terlihat. Lebih-lebih
apabila praktik kehidupan seorang dai bertolak belakang dengan apa yang
ia dakwahkan. Hal ini sangat sulit diterima.
Akhlak terhadap manusia
1. Sikap rendah hati
Sebab, kesombongan dan keangkuhan adalah sikap yang sangat tidak disukai oleh
manusia, terlebih menurut kacamata agama.
Apabila sikap rendah hati telah menjadi akhlak yang menghiasi seseorang, akan
terlihat darinya indahnya tingkah laku dan santunnya tutur kata. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ۡ‫ٱست َۡغفِ ۡر لَ ُهم‬ ۡ َ‫ضو ْا ِم ۡن َح ۡولِ ۖكَ ف‬
ۡ ‫ٱعفُ َع ۡن ُهمۡ َو‬ ِ ‫فَبِ َما َر ۡح َم ٖة ِّم َن ٱهَّلل ِ لِنتَ لَ ُهمۡۖ َولَ ۡو ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ۡٱلقَ ۡل‬
ُّ َ‫ب ٱَلنف‬
‫َوشَا ِو ۡرهُمۡ فِي ٱَأۡلمۡ ۖ ِر‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu.” (Ali ‘Imran: 159)
Sikap rendah hati inilah di antara hal yang mendorong pemiliknya untuk
menyayangi manusia. Pada gilirannya, nanti manusia pun menaruh hormat
kepadanya.
2.Sifat dermawan
Hal ini mencakup dermawan dengan harta, waktu, dan tenaganya, serta
apa saja yang ia mampu untuk diberikan demi kebaikan masyarakatnya.
Ini termasuk sifat yang menonjol pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimintai
sesuatu dari harta kemudian beliau tidak memberi. Kedermawan dai
menjadi faktor yang mendorong manusia untuk menyambut ajakannya.
Sebab, pada dasarnya manusia itu diberi tabiat mencintai orang yang
berbuat baik kepadanya.
3. Menjunjung tinggi kejujuran
Hal ini mencakup kejujuran dalam menyampaikan berita, dalam bertutur
kata, dan menepati janji yang telah diikrarkannya, serta menjaga tali
perjanjian yang diikat antara dia dan orang lain. Seorang dai yang biasa
berdusta akan mendapatkan hukuman sosial. Ia tidak dipercaya lagi ucapan
dan beritanya, meskipun berkata jujur.
5. Menjauhi segala hal yang bisa mencacati moral
Orang yang sudah jatuh kewibawaannya di tengah masyarakatnya karena
cacat moral, tidak akan dihormati oleh manusia.
Secara umum, masyarakat kita tidak terlalu memandang sedalam apa ilmu
seseorang. Mereka lebih cenderung memandang sisi kepribadian dari dai
tersebut. Ini membuktikan bahwa akhlak yang mulia adalah faktor utama
agar dakwah bisa diterima.
Tugas
1. Meringkas materi kuliah 10 Mabadi Asrah dalam ilmu
dakwah
2. Meringkas materi Akhlak seorang Da’i
3. Dikirimkan ke email Setyokurniawan87@gmail.com dan
wa pa tyo
4. Paling lambat hari selasa
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai