Anda di halaman 1dari 37

ADMINISTRASI

PAJAK
C3
Untuk
SMK/ MAK
Kelas XI
A. PAJAK PENGHASILAN
Bab
5 BAGI WAJIB PAJAK
BADAN

B. MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
Perhitungan
PPh Wajib C. BIAYA YANG
Pajak Badan DIPERKENANKAN
SEBAGAI PENGURANG
PENGHASILAN

D. MENGHITUNG PPH
WAJIB PAJAK BADAN
A. PAJAK PENGHASILAN
BAGI WAJIB PAJAK BADAN

1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan


a. UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Pengha-
silan sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan UU No.36 tahun 2008
b. PP No.15/2000 tentang pajak atas bunga
simpanan anggota koperasi
c. PP No. 149/2000 tentang pajak atas utang
pesangon
d. Permen Keu No. 262/PMK.03/2010 tentang
pajak atas penghasilan lain selain
penghasilan gaji
2. Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima/ diperoleh Wajib Pajak, ba
ik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun

a. Penghasilan ditinjau dari segi sumbernya


1). Penghasilan dari pekerja (emplomen income
lincome from personal sevis) contoh: gaji,
upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun.
2). Penghasilan dan kegiatan (action Income) yaitu
penghasilan yang dieroleh karena mengikuti se-
rangkaian kegiatan seperti rapat, sidang, semi-
nar, workshop, pendidikan, pertunjukan dan
olah raga.
3). Penghasilan dai usaha (Business income) yaitu
penghasilan yang diterima melalui usaha yang
dilakukan secara terus menerus baik dibidang
jasa, produksi atau perdagangan.
4). Penghasilan dari penggunaan modal
(Capital income)
5). Penghasilan lain lain (other income), Royalty,
Penghargaan, pembebasan utang dan hadiah.
b. Penghasilan untuk kepentingan pengenaan
PPh dikelompokkan menjadi:

1). Global taxation yaitu penghasilan yang


objek pajaknya dikenai pajak secara umum

2). Schedular taxation yaitu penghasilan


yang objek pajaknya dikenai pajak
bersifat final.

3). Penghasiln yang dikecualikan sebagai


objek pajak.
3. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan


kepada ban atau orang pribadi pada tingkat
penghasilan terten

Penghasilan yang dikenakan pajak adalah peng-


hasilan yang diterima atau diperolehnya selama
tahun pajak.

Objek pajak penghasilan adalah segala sesuatu


yang mempunyai potensi untuk memperoleh
penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan.
4. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, me


liputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pe-
mungut pajak yang mempunyai hak dan kewa-
jiban perpajakan sesuai dengan ketentuan per-
UU-an perpajakan yang berlaku.
Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang
dan/ atau modal yang merupakan kesatuan, ba-
ik yang melakukan usaha maupun yang tidak
usaha, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
B. PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan


yang dilakukan secara teratur untuk mengum-
pulkan data dan informasi keuangan yang me-
puti harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta perolehan dan penyerahan barang
atau jasa yang ditutup dengan menyusun la-
poran keuangan, neraca dan laporan laba rugi
untuk periode suatu tahun pajak.
1. Menyelenggarakan Pembukuan

a. Wajib Pajak yang memiliki kewajiban menye-


lengggarakan pembukuan, yaitu:

1). Wajib Pajak orang pribadi yang melaku-


kan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
2). Wajib Pajak Badan di Indonesia.
b. Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, yaitu:
1). Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
sesuai dengan ketentuan per-UU-an Perpa-
jakan diperbolehkan menghitung penghasil-
an neto dengan menggunakan Norma Perhi
tungan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
yang mempunyai peredaraan bruto usaha da-
lam satu tahun kurang dari Rp4.800.000,00.
Wajib Pajak tersebut diwajibkan untuk mem-
beritahukan kepada Dirjen Pajak dalam jang
ka waktu 3 (tiga) bulan pertama dan Tahun
Pajak yang bersangkutan
2). Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak mela
kukan kegiatan usaha atau pekerjaan be-bas

c. Syarat menyelenggarakan pembukuan, yaitu:


1). Pembukuan harus diselenggarakan dengan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan yang sebenarnya.
2). Pembukuan harus diselenggarakan di Indo-
nesia dengan menggunakan huruf latin, ang-
ka arab, satuan mata uang rupiah, dan disu-
sun dalam bahasa Indonesia atau bahasa
asing yang diijinkan oleh Menteri keuangan.
3). Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip
taat asas dan dengan menggunakan stelsel
akrual atau stelsel kas.

2. Metode Pembukuan
Stelsel adalah metode pengakuan penghasil-
an dan/ atau biaya yang terjadi dalam suatu
periode pembukuan yang terdiri atas:

a. Stelsel akrual, adalah pengakuan pengha-


silan dan biaya yang didasarkan pada waktu
diperolehnya atau diterimanya penghasilan,
serta waktu terutangnnya suatu biaya, tanpa
memperhtikan arus kas masuk dan keluar.
a. Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu
diperoleh atau diterima dan kapan biaya itu
dibayar secara tunai.

Termasuk dalam pengertian stelsel akrual ada


adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
metode persentasi tingkat penyelesaian pe-
kerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang
Konstruksi dan metode lain yang dipakai da-
lam bidang usaha tertentu seperti build ope-
rate and transfer (BOT) serta real state.
b. Stelsel Kas, adalah suatu metode pengakuan
penghasilan dan biaya yang perhitungannya
didasarkan pada penghasilan yang diterima
dan biaya yang dibayar secara tunai.

Penghasilan baru dianggap sebagai pengha-


silan apabila benar benar telah diterima seca-
ra tunai dalam periode tertentu, sementara bi-
aya baru dianggap sebagai biaya apabila be-
nar benar telah dibayar secara tunai dalam
suatu periode tertentu.
Wajib Pajak yang menggunakan Stelsel Kas
harus memperhatikan:

1). Jumlah penjualan dalam satu periode ter-


masuk penjualan tunai dan kredit

2). Menghitung harga pokok penjualan terma-


suk semua pembelian tunai atau kredit
dan persediaannya.

3). Pengurangan penghasilan atas harga pe-


ngurangan atas aktivsa, tetap harus me-
lalui penyusutan dan amortisasi.
3. Pembukuan dalam bahasa asing
Ketentuan pembukuan dalam bahasa asing se-
bagaimana yang tercantum dalam keputusan
Menteri Keuangan No.533/KMK.04/2000 tgl. 22-
12-2000 diubah terakhir Keputusan Menteri keu-
angan No. 169/KMK.03/2007 tgl. 29-12-2007,
atau:

a. Wajib Pajak dapat menyelenggarakan pem-


bukuan dalam bahasa asing dan uang
asing: Wajib Pajak Penanaman Modal Asing,
Wajib Pajak Kontrak Kerja, Wajib Pajak Bagi
Hasil , BUT, Wajib Pajak Afiliasi.
a. Wajib Pajak dapat menyelenggarakan pem-
bukuan dalam bahasa asing dan uang asing:
Wajib Pajak Penanaman Modal Asing, Wajib
Pajak Kontrak Kerja, Wajib Pajak Bagi Hasil ,
BUT, Wajib Pajak Afiliasi.
b. Bahasa asing yang digunakan adalah bahasa
Inggris.
c. Uang asing yang digunakan dollar AS

d. Wajib Pajak harus mendapat ijin tertulis dari


Menteri Keuangan dengan syarat
1). Foto copy SPT tahun PPh Badan tahun ter-
akhir (WP yang telah berdiri lebih dari satu
tahun
2). Foto copy NPWP dan foto copy Akta Pendi-
rian, atau dokumen lain yang serupa (bagi
Wajib Pajak bentuk usaha tetap), bagi wajib
pajak yang baru berdiri dalam tahun ber-
jalan

e. Ijin tersebut dibuat dengan mengajukan surat


permohonan kepada Dirjen Pajak tiga bulan se
belum tahun buku menyelenggarakan pembu-
kuan.
f. Jika dalam masa 30 hari sejak tanggal surat
permohonan diterima tidak memberikan kepu-
tusan, permohonan dikabulkan.

g. Pembayaran pajak dalam uang rupiah harus di


Konversikan ke dalam dolar AS dan Wajib
Pajak harus menyampaikan SPT dalam bahasa
Indonesia.
C. BIAYA YANG DIPERKENANKAN
SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN

1. Beban Usaha
a. Beban yang secara langsung atau tidak lang-
sung berkaitan dengan usaha, antara lain
1). Bunga, sewa, royalty dan biaya perjalanan
2). Biaya pengolahan limbah
3). Premi asuransi
4). Biaya administrasi
5). Pajak kecuali Pajak Penghasilan
6). Biaya promosi dan penjualan yang diatur
dengan atau berdasarkan peraturan
Menteri Keuangan
7). Biaya pembelian bahan, biaya berkenaan
dengan pekerjaan, atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, grafitasi dan
tunjangan yang diberikan dalam bentuk
uang.
b. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
c. Biaya besarnya magang dan pelatihan
d. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Sumbangan dalam angka pembinaan olah raga
g. Biaya penelitian dan pengembangan perusaha-
an yang dilakukan di Indonesia.
h. Sumbangan fasilitas pendidikan yang keten-
tuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
i. Biaya pembangunan infrastruksur sosial
yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
j. Sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional yang ketentuannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

k. Sumbanggan dalam rangka penelitian dan


pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannta diatur dalam Peraturan
Pemerintah
l. Kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki dan digunakan dalam pe-
rusahaan atau yang dimiliki untuk men-
dapatkan, menagih dan memelihara peng-
hasilan.

m. Penyusutan atas pengeluaran untuk mem-


peroleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengaturan untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tercantum dalam pasal
11 dan pasal 11a.
2. Penyusutan harta berwujud

Dengan persetujuan Dirjen Pajak, Wajib Pajak di-


perkenankan melakukan penyusutan mulai pada
bulan harta tersebut digunakan untuk mendapat-
kan, menagih dan memelihara penghasilan atau
pada bulan harta yang bersangkutan mulai meng-
hasilkan. Perhitungan penyusutan, masa manfaat
dan tarif penyusutan harta

Contoh tabel
3. Amortisasi Harta tetap tak berwujud

Amortisasi harta tidak berwujud yang mempu-


nyai masa manfaat lebih dari satu tahun dihitung
dengan cara nenerapkan tarif amortisasi atas
harga perolehan harta tetap tidak berwujud atau
nilai sisa buku pada akhir masa manfaat dengan
syarat taat asas. Harga perolehan harta tetap ti-
dak berwujud dihitung dari seluruh pengeluaran
untuk memperoleh harta tersebut ditambah de-
ngan pengeluaran lainnya.

Contoh tabel
4. Konpensasi kerugian
Kerugian dapat dikonpensasikan dengan peng-
hasilan terhitung mulai Tahun Pajak berikutnya
hingga berturut turut sampai dengan lima tahun
5. Biaya yang tidak dapat dikurangkan
Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai
biaya, adalah pengeluaran untuk mendapatkan, me
nagih, dan memelhara penghasilan yang bukan me
rupakan objek pajak.
Pengeluaran yang melampaui batas kewajaran
yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka
pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Biya yang tidak oleh dikurang-
kan untuk menentukan besarnya penghasilan kena
pajak bagi wajib pajak, adalah sbagai berikut:
a. Pembagian laba dengan nama dan bentuk
apapun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis dan pembagian hasil
usah koperasi.
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu atau ang-
gota
c. Pembentukan dana cadangan kecuali:
1). Cadangan piutang tak tertagih untuk
usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna, usaha hak
opsi perusahaan pembiayaan konsumen
dan perusahaan anjak piutang.
2). Cadangan untuk usaha asuransi termasuk
cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh penyelenggara jaminan sosial.
3). Cadangan penjaminan untuk lembaga
penjamin simpanan
4). Cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan
5). Cadangan biaya penanaman kembali untuk
usaha kehutanan
6). Cadangan biaya penutupan dan pemeliha
raan tempat pembuangan industri untuk
usaha pengolahan limbah industri yang
ketentuan dan syarat syaratnya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecela-
kan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna dan asu
ransi bea siswa yang dibayar oleh Wajib Pa-
jak Orang Pribadi, kecuali dibayar oleh pem-
beri kerja dan premi tersebut dihitung seba-
gai penghasilan Wajib Pajak yang bersang-
kutan.

e. Penggantian sehubungan dengan pekerja atau


jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan ke
nikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur de-
ngan peraturan Menteri Keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayar-
kan kepada pemegang saham atau kepada pi-
hak yang mempunyai hubungan istimewa se-
bagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan.

g. Pajak penghasilan

h. Biaya yang dibebankan untuk kepintingan pri-


badi Wajib Pajak atau orng yang menjadi tang-
gungannya.
i. Gaji yang dibayarkan kepada anggota perseku-
tuan firma, atau persekutuan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham.

j. Snksi administrasi berupa bunga, denda dan


kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan per-UU-an
dibidang perpajakan.
D. MENGHITUNG WAJIB PAJAK BADAN

1. Menghitung Pajak Penghasilan


Berdasarkan PP 46 tahun 2013

2. Menghitung Pajak Penghasilan


Berdasarkan Pasal 31-E
1. Menghitung Pajak Penghasilan
Berdasarkan PP 46 tahun 2013

Wajib Pajak Badan yang menerima penghasilan da-


ri usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 dalam satu tahun pajak dikena
kan PPh final dengan tarif 1% dari jumlah peredar-
an bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha.

Contoh tabel
2. Menghitung Pajak Penghasilan
Berdasarkan Pasal 31-E
a. Menghitung Pajak Penghasilan berdasarkan
Pasal 31-E untuk peredaran bruto kurang dari
Rp.4.800.000.000,00
Perhitungan Pajak Penghasilan berdasarkan
pasal 31-E untuk peredaraan bruto kurang dari
Rp4.800.000.000,00 mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal
17 ayat 1 yang dikenakan atas penghasilan ke-
na pajak dari bagian bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00. Jika peredaran bruto ku-
rang dari Rp4.800.000.000,00 maka perhitungan
terutang: (lihat tabel)
KETEKUNAN DAN KEJUJURAN
TIDAK AKAN MENGHASILKAN
KE-SIA-SIA-AN

Anda mungkin juga menyukai