Persediaan :
Dalam SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:52) adalah:
• Aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
• Dlm proses produksi untuk kemudian dijual
• Dlm bentuk bahan atau perlengkapan untk
digunakan dlm proses produksi atau pemberian jasa.
• Jadi persedian merupakan aset yg dimiliki untk
dijual dlm kegiatan usaha normal dlm persh dagang
maupun persh manufaktur yg membutuhkan proses
produksi.
Menurut Wild dan Kwok (2011:157-158), biaya
angkut dibagi 2:
• FOB Destination
Biaya angkut dibayar oleh penjual dan
kepemilikan barang dagang akan berpindah pada
saat barang telah sampai di gudang pembeli.
• FOB Shipping Point
Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan
kepemilikan barang dagang berpindah pada saat
barang sampai di pelabuhan atau barang sampai
di perusahaan pengangkutan (carrier)
• Biaya angkut yg dibayar oleh pembeli akan
menambah HPP yg dibeli
• Biaya angkut yg dibayar oleh penjual akan
dicatat dalam “beban operasional” pada
Laporan Laba Rugi.
• Bila ada barang yg rusak/tdk sesuai pesanan
jika pembeli mengembalikan maka akan
dicatat dalam akun retur pembelian (purchase
return) , sebaliknya penjual akan mencatat
dalam akun retur penjualan (sales return)
• Akun diskon pembelian ( purchase discount) adalah
untk transaksi pembelian yg dilakukan secara kredit
dimana pembeli melakukan pembayaran dlm jangka
waktu tertentu sehingga pembeli mendapatkan
potongan harga sehingga penjual dpt dng segera
mengonversi piutang usaha menjadi kas ataupun
bank .
• Akun diskon penjualan ( sales discount) dicatat
apabila potongan penjualan yg diberikan pihak penjual
untk pembayaran yg segera dilakukan oleh pembeli,
sebesar nilai jual yg tertera dlm faktur setelah
dikurangi retur.
Jenis Persedian:
Pengadaan brg untk usaha dagang dimaksudkan untk dijual
kembali, sedangkan pengadaan untk usaha manufaktur untk
diolah menjadi brg jadi sebelum dijual. Jenis persedian usaha
manufaktur sbb:
1. Bahan baku (raw material) dan bahan pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas harga
pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain
yg berhubungan dng penyimpanan sampai bahan tsb dipakai
dlm produksi. Bahan baku digolongkan : bahan baku langsung
(bahan-bahan yg dpt diidentifikasikan langsung dlm produk)
misal : bahan kayu untk pembuat lemari. dan bahan
pembantu (bahan yg tdk dapat diidentifikasikan langsung dlm
produk) misal: kertas amplas, minyak pelumas
2. Barang dlm pengolahan
Adalah barang yg masih dlm tahap penyelesaian. Untk
menyelesaikan membutuhkan biaya tenaga dan biaya tdk
langsung lainnya,
3. Barang jadi (finished good)
Adalah produk yg telah selesai diolah dan siap untk dijual. Semua
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tdk langsung telah
selesai dibebankan.
4. Barang dalam perjalanan (goods in transit)
Adalah barang yg dikirim atas dasar FOB Shipping Point yg masih
berada dlm perjalanan pd akhir periode akan menjadi milik
pembeli dan hrs diperhitungkan pd catatan pembeli.
5. Barang konsinyasi (consigned goods)
Adalah barang yg telah diserahkan kepada consignee ttp
merupakan kepemilikan dari consignor dan dimasukan dlm
persediaan consignor sebesar hrg beli atau biaya produksi .
Sistem Pencatatan persediaan :
1. Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun “pembelian” dan
penjualan dicatat dalam akun “penjualan”. Persh menentukan
HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dng rumus:
PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 1.200.000 Persedian 1.200.000
PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000 ( 98%X
Rp 1.200.000)
PERIODIK PERPETUAL
PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 300.000 Utang Dagang 300.000
Retur Pembelian 300.000 Persedian 300.000
PERIODIK PERPETUAL
Biaya Angkut 75.000 Persedian 75.000
Kas 75.000 Kas 75.000
Pd sistem periodik, HPP tdk dicatat dlm setiap penjualan ttp total HPP
dihitung pd akhir periode. Pd tgl 3 Nop. PT.Z mencatat penjualan sebesar Rp
2.400.000 secara kredit dimana HPP sebesar Rp 1.600.000
PERIODIK PERPETUAL
Piutang 2.400.000 Piutang 2.400.000
Penjualan 2.400.000 Penjualan 2.400.000
HPP 1.600.000
Persedian 1.600.000
Tgl 6 Nop, pelanggan mengembalikan brg yg dibeli dari PT. Z pada tgl 3 Nop
dng harga jual Rp 800.000 dan HPP Rp 600.000.
PERIODIK PERPETUAL
Retur Penjualan 800.000 Retur Penjualan 800.000
Piutang 800.000 Piutang 800.000
HPP 600.000
Persedian 600.000
Sistem Penilaian Persedian:
1. Berdasarkan harga Perolehan
a. Metode Identifikasi Khusus
metode ini berasumsi arus barang harus sama dng arus biaya,
sehingga setiap kelompok brg diberi identifikasi dan dibuat
kartu. HP untk setiap brg dpt diketahui, sehingga HPP terdiri
atas HP Brg yg dijual dan sisanya sebagai persedian akhir .
Metode ini digunakan untk persh yg mempunyai persedian
relatif sedikit ttp harga per unitnya besar. Karena itu HPP dan
HP Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya
(actual) dari persedian.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out –
FIFO)
metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg
masuk pertama akan dikeluarkan pertama.
c. Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out – LIFO )
Cara ini digunakan dng mendasarkan pd asumsi bahwa arus
pembebanan ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada
harga pembelian terakhir.
d. Metode Rata-rata (Average)
dng metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg
dijual atau untk persedian akhir menggunakan harga rata-rata.
Metode rata-rata terdiri atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata
dihitung dng cara menjumlahkan harga pokok per unit
(tanpa mengalikan juml barang ) dibagi dng banyaknya
harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pd perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan
ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi
pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.
Contoh rata-rata sederhana:
• 2 Jan Persedian awal 200 unit @ Rp 10.000 = Rp 2.000.000
• 10 Jan Pembelian 400 unit @ Rp 11.500 = Rp 4.600.000
• 18 Jan Pembelian 100 unit @ Rp 12.500 = Rp 1.250.000
• 24 Jan Pembelian 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000
• Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit.
Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
4
= 46.000/4 = 11.500
Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp
2.300.000
Contoh rata-rata bergerak:
Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000
Pd tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara
tunai dng harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000
(belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tsb:
Persediaan akhir dalam (Rp) =575 unit x Rp. 2.600 = Rp. 1.495.000
Persediaan awal 300 unit X Rp. 2.000 = Rp. 600.000
Pembelian Rp. 1.782.500
Harga pokok produksi = persediaan awal + pembelian – persediaan akhir
= 600.000 + 1.782.500 – 1.495.000 = 887.500
• Metode Laba kotor
Penjualan = Rp. 100.000
retur penjualan = 11,5% x (100.000-85.000)
= Rp. 1.725
pot. Penjualan = Rp. 8.275
Total Penjualan = Rp. 90.000
Pembelian = penjualan + ½ retur pembelian
= 90.000 + 4.250 = 94.250
Retur pembelian = 10% x 85.000
= Rp. 8.500
Pembelian bersih = pembelian + onkos – retur – potongan
= 94.250 + 9.000 – 8.500 – 7.000
= 87.750
A. Laba bruto sebesar 20 % dari HPP
Hpp = penjualan + persediaan awal + harga pokok produksi– persediaan akhir
= 90.000 + 85.000 + 0 - 32.500
= 142.500
Jadi taksiran nilai persediaan akhir adalah persediaan awal + pembelian – harga pokok penjualan
= 85.000 + 87.750 – 142.500
= 315.250
Laba bruto
= 20% x 142.500
= 28.500
• Laba bruto 15% dari penjualan
= 15% x Rp. 90.000
= Rp. 13.500