Anda di halaman 1dari 63

Pemeriksaan Fisik

pada Sistem
Kardiovaskular

Lailatul Hasanah, S.Ked


16710137
Proyeksi Jantung dan Pembuluh
Darah Besar di Dinding Dada
Anterior
• Batas kanan jantung : vena cava
superior dan
atrium kanan
• Batas kiri jantung : arteri
pulmonalis, aurikel
atrium kiri, dan
ventrikel kiri
• Batas bawah jantung : ventrikel kanan
Pemeriksaan Fisik Umum

I. Inspeksi Umum
II. Pemeriksaan Nadi arteri
III. Pemeriksaan Vena
IV. Pemeriksaan bagian tubuh yang
lain (dada, abdomen,
muka/kepala, leher dan
ekstremitas)
I. INSPEKSI UMUM

• anemia, sianosis, ikterus, sesak nafas


(dispnea),
• kesakitan,
• terlihat adanya distensi vena,
• pulsasi yang berlebihan,
• jari tabuh,
• kaki yang bengkak,
• dan sebagainya
• Adanya eksoptalmus dan struma sangat
mencurigakan tirotoksikosis sebagai
penyebab fibrilasi atrium dan payah
jantung kongestif.
• Adanya malar telangiectasia dan alopesia
pada wanita muda dengan keluhan
jantung harus dipikirkan adanya
mioperikarditis oleh karena lupus
erimatosus.
II. Pemeriksaan Arteri
A. Pemeriksaan Nadi
B. Pemeriksaan Tekanan Darah
A. Pemeriksaan Nadi

• Yang harus diperiksa


dan diperhatikan ialah :
1. Frekuensi Nadi
2. Irama
3. Amplitudo (pengisian)
4. Elastisitas
5. Kualitas khusus
(Kontur).
 DENYUT NADI :
Gelombang denyutan akibat gelombang
pulsa tekanan jantung di teruskan ke
perifer sebagai nadi / gel. Nadi

 PALPASI PADA A. RADIALIS KA


DENGAN 2-3 JARI TANGAN KANAN
1. Frekuensi Nadi

• Normal : 60 – 100 x/mnt


• Bradikardia : < 60 x/mnt
• Takikardia : > 100 x/mnt
2. Irama
a. Teratur  Normal
b. Tidak teratur
• Sama sekali tidak teratur
- Fibrilasi atrium ( defisit denyut + )
- Aritmia sinus : irama sinus dengan
interval PP bervariasi > 0,16 detik (EKG)
• Irama dasar masih teratur  Denyut
prematur diikuti “Compensatory Pause” 
PAC / PVC/PJC
3. Amplitudo
• Dibagi menjadi
beberapa derajat :
• 0 = tidak teraba
• 1+ = melemah
• 2+ = normal
• 3+ = hiperaktif
• 4+ = pulsasi
berlebihan
4. Elastisitas

- Keadaan / elastisitas dinding arteri


- Dapat untuk membantu diagnosiis
aterosklerotik

5. Kontur
Bisa menggambarkan sifat nadi, terutama
terlihat jelas dengan pemeriksaan
fonokardiografi
Beberapa Sifat Nadi

Pulsus Magnus (Pulsus Seler, Water-hammer


pulse).
•Pulse pressure melebar, tekanan diastolic
menurun.
•Terdapat keadaan-
•keadaan berikut:
Paten Ductus Arteriosus (PDA), Peripheral
Arteriovenous Fistula, Regurditasi Aorta, Beri-beri,
Tirotoksikosis, Anemia, Nervositas.
PULSUS PARVUS

• Kontur nadi normal, amplitudo rendah


• Menunjukkan isi sekuncup (stroke volume) dan isi
semenit (cardiac output / curah jantung) yang 
• Stenosis Mitral berat
IMA
Syok (Renjatan)
Perikarditis-konstriktiva
 Kontur Normal
Amplitudo Rendah
PULSUS TARDUS Pulsus Bisferiens
(Anacrotic pulse) (Bifid pulse)

Terdapat dua puncak


Gelombang nadi landai, sistolik yang dapat
puncak melebar, teraba dengan palpasi.
amplitudo kecil >>Aorta Insufficiency.
 Stenosis Aorta Tetapi lebih sering
apabila disertai Aorta
Stenosis
Spike and dome pulse Dicrotic pulse

•Juga terdapat dua puncak •Terdapat dua gelombang, tetapi


systole. yang satu sistolik, sedangkan
•Ditandai dengan puncak sistol yang lainnya dicrotic wave yang
yang tajam diikuti dengan puncak prominen yang terjadi waktu
sistol kedua yang tumpul. diastolic.
•Puncak yang kedua tidak mudah •Terdapat pada penderita muda
untuk diraba seperti pada pulsus dengan penyakit miokard dan
bisferens. keadaan hypovolemia.
•Terdapat pada Idiophatic •Dicrotic wave terjadi setelah
Hypertrophic Subaortic Stenosis penutupan katub aorta
PULSUS ALTERNANS PULSUS PARADOKS
• Nadi kuat – lemah • Terdapat penurunan
saling bergantian tekanan darah Sist. >
• Akibat kerusakan 10 mmHg saat inspirasi
Miokard  koordinasi & • Kapasitas pengisian
kapasitas kontraksi jantung 
menurun • Akibat me  tekanan
• Pada gagal jantung Intra Kardial
berat  irama teratur, • Pada : Tamponade
amplitudo berubah-ubah Jantung

PULSUS DEFISIT
 Terdapat perbedaan antara frekuensi denyut jantung &
denyut nadi AF
B. Pemeriksaan Tekanan Darah
REKOMENDASI PENGUKURAN TD dari Canadian
Hypertension Education Program (CHEP) dan Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (Ina SH,2009)
1. Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan spigmomanometer.
2. Sebelum melakukan pengukuran, pasien harus duduk
istirahat dengan nyaman pada kursi berpunggung selama
minimal 5 menit, saat pemeriksaan tidak boleh berbicara dan
kaki/tungkai tidak boleh disilangkan
3. Ukuran Manset, lebar 12-13 cm, panjang 35 cm (dewasa )
4. Pengukuran dilakukan pada lengan telanjang, lengan
diletakkan sedemikian rupa sehingga fosa kubiti sejajar
dengan jantung (RAI IV)
5. Batas bawah manset sekitar 3 cm diatas fosa kubiti
6. Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg lebih tinggi dari
tekanan saat pulsasi arteri radialis menghilang (palpasi),
kemudian diturunkan 2 mmHg/detik dan dimonitor dengan23
stetoskop diatas a. brakhialis
7. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada
saat terdengar suara Korotkoff I, sedangkan
tekanan diastolik pada saat Korotkoff V
menghilang. Bila suara tetap terdengar, dipakai
patokan Korotkoff IV (Muffling Sound)
8. Pada pengukuran pertama kali dianjurkan
pemeriksaan pada kedua lengan, terutama bila
terdapat penyakit pembuluh darah kapiler
9. Perlu pengukuran pada posisi duduk / terlentang
dan berdiri untuk mengetahui ada tidaknya
hipotensi postural terutama pada orang tua,
diabetes melitus dan keadaan lain ( pemberian
obat penyekat alfa )
III. Pemeriksaan Vena
1. V. Jugularis :
- Tek. Vena Sentral
- Pulsasi V. Jugularis
2. V. Perifer
Tekanan Vena Sentral (TVS)

Tekanan vena sentral (TVS) / Central


Venous Pressure (CVP)
=
Tekanan Atrium Kanan

Fungsi Kardiovasculer
TVS / CVP : dapat diperkiran dengan
melihat pulsasi vena jugularis
• Tekanan atrium kanan normal sekitar 5
mmHg atau sama dengan kolom darah
setinggi 7 cm, batas distensi v. jugularis
terlihat apabila posisi setengah duduk 30°
dengan garis horizontal
CVP (TVS)  DISEBABKAN :
1. Decomp. Cordis KA
2. “ Vol. Over Load “
3. Obstruksi “ Inflow “ ATR. KA :
- V. Cava Sup. Syndrome
4. Obstruksi “ Inflow “ Ventr. KA :
- Perikarditis Konstriktiva
- Tamponade Jantung
- Pneumothorax
- Efusi Pleura Masif
- Stenosis Trikuspid
CVP  : > 8-9 cmH2O
Atau : > 3-4 cm dari A. LUD.
IV. INSPEKSI ORGAN LAIN
• Clubbing
• Cyanosis
• Xanthoma and xanthelasma
• Arcus
• Pectus excavatum

02/07/22 33
02/07/22 34
Xanthoma

• Nodular protuberance of the


extensor surface of the leg (left panel) as well as multiple nodules of
the arm (right panel)

35
Eruptive xanthoma

• Bulbous cutaneous
eruptions associated with hyperlipidemia

02/07/22 36
02/07/22 37
Arcus senilis (juvenilis)
Arcus juvenilis. This ring is associated with
premature atherosclerosis

02/07/22 38
02/07/22 39
02/07/22 40
02/07/22 41
02/07/22 42
Pemeriksaan Fisik Jantung
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
INSPEKSI
PERHATIKAN

- Deformitas
- Pulsasi N / ABN
* Voussure Cardiaque
* Pektus Eksvakatum ( Funnel Chest )  Depresi
Strenum
* Barrel Chest
* Kifoskoliosis Berat Gangguan jantung KA
( gangguan fungsi paru ) Cor Pulmonale Chronicum
(CPC) adalah perubahan struktur dan fungsi dari
ventrikel kanan jantung sebagai akibat dari gangguan
paru kronis. Perubahan yang terjadi berupa hipertrofi
ventrikel kanan atau dilatasi atau keduanya sebagai
akibat dari adanya hipertensi pulmoner 45
- Pulsasi Apeks Kordis yang berlebihan dan
bergeser ke kiri bawah : Hipertrofi
Ventrikel Kiri
- Puls. parasternal kiri bawah mungkin
menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel
kanan
PERHATIKAN
PALPASI

• Pulsasi N / ABN
• Suara yang teraba
• “ Thrill “
• “ Apical Heaving “ :
( Pulsasi Apeks Melebar Menggelombang ) 
• Bergeser ke kiri bawah  Pembesaran ventr.
KI
• Tempat tidak berubah  Beban sistolik ventr.
KI  : Stenosis Ao. ; HT ( Pressure Over load )
47
PALPASI
1. Pemeriksaan iktus cordis
2. Pemeriksaan getaran / thrill
•Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan
katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini
harus diperhatikan :
•Lokalisasi dari getaran
•Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
•Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila
orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi
jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
•Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya
akan terdengar bising jantung.
3. Pemeriksaan gerakan trachea

Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga


diperhatikan karena anatomi trachea berhubungan
dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan
aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat
teraba
Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

•Pemeriksa berdiri di belakang pasien


•kedua jari telunjuknya diletakkan pada
trachea sedikit di bawah krikoid.
•Kemudian laring dan trachea diangkat ke atas
oleh kedua jari telunjuk itu.
•Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali
jantung berdenyut terasa oleh kedua jari
telunjuk itu bahwa trachea dan laring tertarik
ke bawah
PERKUSI

• Mulai Lat  Medial


• Perkusi dikerjakan untuk menentukan batas-
batas kanan dan kiri jantung
AUSKULTASI

Stetoskop Ear Piece


Tubing
Chest Piece ( Membr. Bell )
 Membr. : untuk frekwensi tinggi
Bell : untuk frekwensi rendah
AREA AUSKULTASI
• Apeks : Mitral
• RAI II KI : Pulmonal
• RAI II KA : Ao
• RAI IV-V KI : Trikuspid
Bising Organik : Turbulensi
Bising fungsional :  aliran darah melalui katub Normal
1. Fase
2. Lokasi dan Penjalaran
3. Intensitas I – VI,  IV Thrill +
4. Nada : Rendah – tinggi
5. Lama dan kualitas :

55
Crescendo Decrescendo Blowing Rumbling
Ada 4 area yang harus mendapat
perhatian khusus pada auskultasi
• RAI II kanan : auskultasi katup Ao
• RAI II kiri : auskultasi katup Pu
• RAI IV – V kanan : auskultasi katup Tr
• Apeks kordis : auskultasi katup Mi

Perubahan posisi tubuh untuk mendengar lebih jelas :


* Terlentang miring ke kiri : katup mitral
* Duduk membungkuk ke depan : katup Ao

02/07/22 56
AUSKULTASI JANTUNG
1. Bunyi Jantung : 1, 2, 3, 4
2. Bunyi Tambahan :
* Klik ejeksi, opening snap
* Ketukan perikardial
* Bising jantung

KLIK EJEKSI :
- Karena pembukaan katup semilunar yang stenosis

OPENING SNAP
- Karena pembukaan katup AV yang stenosis

02/07/22 57
BUNYI / SUARA JANTUNG
S1 :
Menutupnya katup AV. ( M, T )
Kontraksi otot Miokard
Aliran cepat saat katup seminular terbuka
Terdengar tunggal
S2 :
• Menutupnya katup seminular ( A, P )
• Terdengar memisah “ Sputting “
S3 :
• “ Rapid Filling Phase “, Getaran cepat dari aliran
darah saat pengisian cepat dari ventrikel
• Pada anak / dewasa muda
• Pada keadaan komplians otot ventrikel 
( hipertrofi / dilatasi )
S4: Kontraksi atrium ( komplians vertikel ) 58
Ada 6 derajat bising :
1. Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini
hanya dapat didengar dalam waktu agak lama untuk
menyakinkan apakah besar-benar merupakan suara
bising.
2. Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.
3. dan 4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga
mempunyai intensitas diantara 2) dan 5).
5. Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar
bila stetoskop tidak diletakkan pada dinding dada.
6. Bising yang dapat didengar walaupun tak
menggunakan stetoskop.
KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik pada kelainan kardiovaskuler
dilakukan pada penderita dengan atau tanpa adanya
keluhan kardiovaskuler. Tujuan pemeriksaan fisik
adalah:
•Mencari adanya kelainan kardiovaskuler primer
•Menemukan penyakit sistemik yang mengakibatkan
kelainan kardiovaskuler
•Menemukan penderita dengan gejala mirip gejala
kelainan kardiovaskuler
•Skrining kelainan kardio vaskuler
• Seperti juga pemeriksaan fisik pada umumnya yang harus
dilakukan secara teliti dan menyeluruh, beberapa hal
penting untuk mencapai tujuan diatas perlu diperhatikan,
yaitu keadaan umum dan tanda-tanda vital, fundus okuli,
keadaan kulit, dada, jantung, abdomen, tungkai dan arteri
perifer.
• Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi umum yang
sudah dapat dikerjakan sejak pertama kali melihat
penderita dan pada waktu anamnesa, setelah itu
dilanjutkan dengan palpasi, perkusi, dan auskultasi. Meliputi
pemeriksaan jantung, arteri, vena dan bagian tubuh yang
lain (kepala, leher, dada, abdomen dan ekstremitas)
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai