pada Sistem
Kardiovaskular
I. Inspeksi Umum
II. Pemeriksaan Nadi arteri
III. Pemeriksaan Vena
IV. Pemeriksaan bagian tubuh yang
lain (dada, abdomen,
muka/kepala, leher dan
ekstremitas)
I. INSPEKSI UMUM
5. Kontur
Bisa menggambarkan sifat nadi, terutama
terlihat jelas dengan pemeriksaan
fonokardiografi
Beberapa Sifat Nadi
PULSUS DEFISIT
Terdapat perbedaan antara frekuensi denyut jantung &
denyut nadi AF
B. Pemeriksaan Tekanan Darah
REKOMENDASI PENGUKURAN TD dari Canadian
Hypertension Education Program (CHEP) dan Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (Ina SH,2009)
1. Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan spigmomanometer.
2. Sebelum melakukan pengukuran, pasien harus duduk
istirahat dengan nyaman pada kursi berpunggung selama
minimal 5 menit, saat pemeriksaan tidak boleh berbicara dan
kaki/tungkai tidak boleh disilangkan
3. Ukuran Manset, lebar 12-13 cm, panjang 35 cm (dewasa )
4. Pengukuran dilakukan pada lengan telanjang, lengan
diletakkan sedemikian rupa sehingga fosa kubiti sejajar
dengan jantung (RAI IV)
5. Batas bawah manset sekitar 3 cm diatas fosa kubiti
6. Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg lebih tinggi dari
tekanan saat pulsasi arteri radialis menghilang (palpasi),
kemudian diturunkan 2 mmHg/detik dan dimonitor dengan23
stetoskop diatas a. brakhialis
7. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada
saat terdengar suara Korotkoff I, sedangkan
tekanan diastolik pada saat Korotkoff V
menghilang. Bila suara tetap terdengar, dipakai
patokan Korotkoff IV (Muffling Sound)
8. Pada pengukuran pertama kali dianjurkan
pemeriksaan pada kedua lengan, terutama bila
terdapat penyakit pembuluh darah kapiler
9. Perlu pengukuran pada posisi duduk / terlentang
dan berdiri untuk mengetahui ada tidaknya
hipotensi postural terutama pada orang tua,
diabetes melitus dan keadaan lain ( pemberian
obat penyekat alfa )
III. Pemeriksaan Vena
1. V. Jugularis :
- Tek. Vena Sentral
- Pulsasi V. Jugularis
2. V. Perifer
Tekanan Vena Sentral (TVS)
Fungsi Kardiovasculer
TVS / CVP : dapat diperkiran dengan
melihat pulsasi vena jugularis
• Tekanan atrium kanan normal sekitar 5
mmHg atau sama dengan kolom darah
setinggi 7 cm, batas distensi v. jugularis
terlihat apabila posisi setengah duduk 30°
dengan garis horizontal
CVP (TVS) DISEBABKAN :
1. Decomp. Cordis KA
2. “ Vol. Over Load “
3. Obstruksi “ Inflow “ ATR. KA :
- V. Cava Sup. Syndrome
4. Obstruksi “ Inflow “ Ventr. KA :
- Perikarditis Konstriktiva
- Tamponade Jantung
- Pneumothorax
- Efusi Pleura Masif
- Stenosis Trikuspid
CVP : > 8-9 cmH2O
Atau : > 3-4 cm dari A. LUD.
IV. INSPEKSI ORGAN LAIN
• Clubbing
• Cyanosis
• Xanthoma and xanthelasma
• Arcus
• Pectus excavatum
02/07/22 33
02/07/22 34
Xanthoma
35
Eruptive xanthoma
• Bulbous cutaneous
eruptions associated with hyperlipidemia
02/07/22 36
02/07/22 37
Arcus senilis (juvenilis)
Arcus juvenilis. This ring is associated with
premature atherosclerosis
02/07/22 38
02/07/22 39
02/07/22 40
02/07/22 41
02/07/22 42
Pemeriksaan Fisik Jantung
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
INSPEKSI
PERHATIKAN
- Deformitas
- Pulsasi N / ABN
* Voussure Cardiaque
* Pektus Eksvakatum ( Funnel Chest ) Depresi
Strenum
* Barrel Chest
* Kifoskoliosis Berat Gangguan jantung KA
( gangguan fungsi paru ) Cor Pulmonale Chronicum
(CPC) adalah perubahan struktur dan fungsi dari
ventrikel kanan jantung sebagai akibat dari gangguan
paru kronis. Perubahan yang terjadi berupa hipertrofi
ventrikel kanan atau dilatasi atau keduanya sebagai
akibat dari adanya hipertensi pulmoner 45
- Pulsasi Apeks Kordis yang berlebihan dan
bergeser ke kiri bawah : Hipertrofi
Ventrikel Kiri
- Puls. parasternal kiri bawah mungkin
menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel
kanan
PERHATIKAN
PALPASI
• Pulsasi N / ABN
• Suara yang teraba
• “ Thrill “
• “ Apical Heaving “ :
( Pulsasi Apeks Melebar Menggelombang )
• Bergeser ke kiri bawah Pembesaran ventr.
KI
• Tempat tidak berubah Beban sistolik ventr.
KI : Stenosis Ao. ; HT ( Pressure Over load )
47
PALPASI
1. Pemeriksaan iktus cordis
2. Pemeriksaan getaran / thrill
•Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan
katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini
harus diperhatikan :
•Lokalisasi dari getaran
•Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
•Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila
orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi
jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
•Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya
akan terdengar bising jantung.
3. Pemeriksaan gerakan trachea
55
Crescendo Decrescendo Blowing Rumbling
Ada 4 area yang harus mendapat
perhatian khusus pada auskultasi
• RAI II kanan : auskultasi katup Ao
• RAI II kiri : auskultasi katup Pu
• RAI IV – V kanan : auskultasi katup Tr
• Apeks kordis : auskultasi katup Mi
02/07/22 56
AUSKULTASI JANTUNG
1. Bunyi Jantung : 1, 2, 3, 4
2. Bunyi Tambahan :
* Klik ejeksi, opening snap
* Ketukan perikardial
* Bising jantung
KLIK EJEKSI :
- Karena pembukaan katup semilunar yang stenosis
OPENING SNAP
- Karena pembukaan katup AV yang stenosis
02/07/22 57
BUNYI / SUARA JANTUNG
S1 :
Menutupnya katup AV. ( M, T )
Kontraksi otot Miokard
Aliran cepat saat katup seminular terbuka
Terdengar tunggal
S2 :
• Menutupnya katup seminular ( A, P )
• Terdengar memisah “ Sputting “
S3 :
• “ Rapid Filling Phase “, Getaran cepat dari aliran
darah saat pengisian cepat dari ventrikel
• Pada anak / dewasa muda
• Pada keadaan komplians otot ventrikel
( hipertrofi / dilatasi )
S4: Kontraksi atrium ( komplians vertikel ) 58
Ada 6 derajat bising :
1. Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini
hanya dapat didengar dalam waktu agak lama untuk
menyakinkan apakah besar-benar merupakan suara
bising.
2. Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.
3. dan 4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga
mempunyai intensitas diantara 2) dan 5).
5. Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar
bila stetoskop tidak diletakkan pada dinding dada.
6. Bising yang dapat didengar walaupun tak
menggunakan stetoskop.
KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik pada kelainan kardiovaskuler
dilakukan pada penderita dengan atau tanpa adanya
keluhan kardiovaskuler. Tujuan pemeriksaan fisik
adalah:
•Mencari adanya kelainan kardiovaskuler primer
•Menemukan penyakit sistemik yang mengakibatkan
kelainan kardiovaskuler
•Menemukan penderita dengan gejala mirip gejala
kelainan kardiovaskuler
•Skrining kelainan kardio vaskuler
• Seperti juga pemeriksaan fisik pada umumnya yang harus
dilakukan secara teliti dan menyeluruh, beberapa hal
penting untuk mencapai tujuan diatas perlu diperhatikan,
yaitu keadaan umum dan tanda-tanda vital, fundus okuli,
keadaan kulit, dada, jantung, abdomen, tungkai dan arteri
perifer.
• Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi umum yang
sudah dapat dikerjakan sejak pertama kali melihat
penderita dan pada waktu anamnesa, setelah itu
dilanjutkan dengan palpasi, perkusi, dan auskultasi. Meliputi
pemeriksaan jantung, arteri, vena dan bagian tubuh yang
lain (kepala, leher, dada, abdomen dan ekstremitas)
THANK
YOU