Kelompok 3:
1. NurDIANA TANDI PARE
2. Robiati saragih
3. ALvian
4. Hotnita sidabalok
Anatomi Sistem Pencernaan
Etiologi dan Patofisiologi keluhan gangguan saluran cerna.
1. Dispepsia
Dispepsia organik adalah dispepsia yang disebabkan adanya kelainan struktur organ
percernaan(perlukaan, kanker).
Dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan (motilitas)
dari saluran pencernaan bagian atas (kerongkongan, lambung dan usus halus bagian
atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik
dari lambung. Sebab lain bisa juga karena infeksi bakteri lambung Helicobacter
pylori.
2. Gastro-oesophageal reflux disease (GERD)
Gastro-oesophageal reflux disease (GERD) atau yang sering dikenal dengan penyakit asam
lambung adalah kondisi di mana asam lambung mengalir ke sepanjang esofagus atau
kerangkongan (saluran yang menghubungkan mulut ke lambung), yang dapat
menyebabkan rasa terbakar di dada atau gejala lainnya. Dalam keadaan tertentu, setiap
orang dapat mengalami refluks gastro-esofagus. Refluks sering terjadi setelah makan, yang
berlangsung dalam periode singkat dan jarang terjadi selama tidur. Refluks yang normal
akan menjadi refluks gastro-esofagus ketika gejalanya sering terjadi (sekitar 2-3 kali setiap
minggu) atau jika kerongkongan terluka. Kondisi kesehatan ini umum terjadi. Kondisi ini
biasanya terjadi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan atau wanita hamil atau
perokok, namun dapat dicegah dengan mengurangi faktor risiko anda.
3. Diare
Diare adalah penyakit yang sangat umum dijumpai. Penyakit ini dapat
menyerang baik anak-anak maupun dewasa. Angka kejadian tertinggi
ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun, di mana pada kelompok usia
tersebut virus adalah penyebab tersering diare.
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan bertambahnya frekuensi dan
keenceran buang air besar. Frekuensi buang air besar yang dianggap normal
adalah 1-3 kali per hari dan banyaknya 200-250 gram sehari. Jika melebihi
jumlah tersebut, maka seseorang sudah dapat dikatakan mengalami diare.
4. Konstipasi
1. DISPEPSIA
Kumpulan gejala tersebut adalah rasa tidak nyaman, mual, muntah, nyeri
ulu hati, bloating (lambung merasa penuh/sebah), kembung, sendawa,
cepat kenyang, perut keroncongan (borborgygmi) hingga kentut-kentut.
Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut
kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.
2. Gastro-oesophageal reflux disease (GERD)
Apa saja tanda-tanda dan gejala penyakit asam lambung (GERD, refluks asam
lambung)???
Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi
yang lebih jarang dari biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu).
Sementara sejumlah tanda-tanda umum yang menyertai gejala utama
meliputi:
1. Dispepsia
Contoh Kasus :
Pasien
Nama : Ny. Mirna
Umur : 26 Tahun
Alamat : Km 12 masuk
Keluhan : sejak dari pagi hari pasien mengeluh nyeri uluh hati tembus kebelakang,
mual, muntah dan tidak nafsu makan. Nyeri hilang timbul, skala nyeri 10-15
menit. Riwayat penyakit lalu pasien pernah mengalami Gastritis. Beberapa hari
yang lalu membeli obat warung yaitu Asam Mefenamat.
Pengkajian Gejala : nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada
lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung.
Subyektif :
Obyektif :
Riwayat Pernah Mengalami Gatritis (TukakLambung)
Mengkonsumsi obat Asam Mefenamat
Pemilihan Terapi :
• Antibiotik. Tukak lambung yang disebabkan oleh bakteri H. pylori akan ditangani dengan
kombinasi dari beberapa antibiotik.
• Dosis :
• Antasida 3 x 1 takar suspensi sebelum makan
• Amoxycilin 3 x 1 tablet sesudah makan
Terapi non farmakologi
-Pastikan Anda makan teratur.
-Menurunkan berat badan jika Anda mengalami obesitas.
-Jika Anda seorang perokok, mempertimbangkan untuk stop
-Jangan minum terlalu banyak alkohol.
2. Gastro-oesophageal reflux disease (GERD)
Pemilihan Terapi :
Menurut tanda dan gejala pasien mengalami Gastro-oesophageal reflux disease (GERD) atau yang sering dikenal dengan penyakit
asam lambung adalah kondisi di mana asam lambung mengalir ke sepanjang esofagus atau kerangkongan (saluran yang
menghubungkan mulut ke lambung), yang dapat menyebabkan rasa terbakar di dada atau gejala lainnya.
Terapi Farmakologi :
Ranitidin digunakan untuk menangani gejala dan penyakit akibat produksi asam lambung yang berlebihan. Kelebihan asam lambung
dapat membuat dinding sistem pencernaan mengalami iritasi dan peradangan.
Ranitidine menghambat kerja histamin pada reseptor-H2 secara kompotitif, serta menghambat sekresi asam lambung.
Omeprazole adalah obat yang mampu menurunkan kadar asam yang diproduksi di dalam lambung. Obat yang masuk ke dalam jenis
penghambat pompa proton ini mengobati beberapa kondisi, yaitu nyeri ulu hati, penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux
disease (GERD), dan infeksi H. Pylori yang menyebabkan tukak lambung.
Dosis : Ranitidin 3 x 1 tablet sehari sebelum makan
Omeprasol 1 x 1 tablet sebelum makan
Terapi Non Farmakologi
Perubahan gaya hidup yang disarankan untuk pasien dengan GERD meliputi 1-5:
• Obesitas dan kelebihan berat badan adalah lebih cenderung menderita dari GERD dan gejala
terkait. Berat pengurangan sering membantu dalam mengurangi gejala GERD,
• Perokok adalah pada risiko yang lebih tinggi GERD. Berhenti penggunaan tembakau
membantu pasien dengan GERD.
• Pasien yang dianjurkan untuk makan lebih kecil dan lebih sering makanan daripada makan
besar tiga kali sehari. Makanan terakhir hari harus diambil minimal 4 jam sebelum tidur.
Berbaring segera setelah makan dapat memperburuk gejala GERD.
• Makanan dan minuman lain memicu termasuk alkohol, kopi, cokelat, tomat, atau makanan
berlemak atau pedas. Ini harus dihindari.
• Menghindari mengenakan pakaian ketat terutama di sekitar perut juga meningkatkan gejala
GERD.
• Meningkatkan ujung kepala tempat tidur oleh sekitar 20 cm (8 inci) dengan menempatkan
irisan atau blok di bawah ini akan membantu untuk mengurangi gejala GERD. Bantal
tambahan tidak disarankan sebagai mereka meningkatkan tekanan atas perut.
3. Diare
Pasien
Nama : Ny. Viani
Umur : 19 Tahun
Alamat : Km 12 masuk
Keluhan : Pasien mengeluh sangat lemas, perut kembung, perut terasa sakit seperti terlilit dan
buang air besar sering (cair). Gelisah dan pucat. Sudah 2 hari berlangsung.
Pengkajian Gejala : diare terjadi akibat gangguan sistem percernaan. Gangguan tersebut
terjadi karena berupa gangguan penyerapan, gangguan pengeluaran enzim usus, ataupun
gangguan gerakan usus yang disebabkan oleh bakteri ataupun nonbakteri sehingga
mengakibatkan perubahan jumlah ataupun konsentrasi sisa makanan yang akan dibuang.
Subyektif :
Buang air besar mencret
Lemas
Perut terasa terlilit
Obyektif :
Riwayat Terakhir Makan Makanan Kurang Bersih dijalanan.
Berlangsung 2 hari
TERAPI FARMAKOLOGI :
Menurut tanda dan gejala pasien mengalami Diare.
Oralit terdiri dari campuran air dengan gula dan garam. Cairan ini berfungsi untuk menggantikan
karbohidrat, elektrolit/ion, dan mineral penting lainnya yang hilang dalam tubuh agar tidak terjadi
dehidrasi.
Loperamide berfungsi memperlambat aktivitas usus besar sehingga makanan akan tertahan lebih
lama di dalam usus. Dengan begitu, usus akan menyerap lebih banyak air dan tinja akan menjadi
lebih padat.
Dosis : Dosis loperamide tergantung kepada jenis diare serta tingkat keparahannya. Takaran umum
penggunaannya adalah 4 mg pada konsumsi pertama dan 2 mg tiap selesai buang air besar. Dosis
maksimal penggunaannya adalah 12 mg per 24 jam.
Dosis : Dosis loperamide tergantung kepada jenis diare serta tingkat keparahannya.
Takaran umum penggunaannya adalah 4 mg pada konsumsi pertama dan 2 mg tiap
selesai buang air besar. Dosis maksimal penggunaannya adalah 12 mg per 24 jam.
Dosis Oralite, 3 x 1 saset dilarutkan dengan air
Terapi Nonfarmakologi :
Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi atau diare
Rajin cuci tangan Anda dengan sabun dan air hangat
Pastikan semua makanan dimasak sebelum dimakan
4. konstipasi
Keluhan : Pasien mengeluh sulit buang air besar, saat buang besar Harus
mengejan saat buang air besar, Proses buang air besar terasa tidak tuntas. Tinja
terlihat kering, keras, dan bergumpal, Perut terasa penuh.
Pengkajian Gejala : Konstipasi merupakan dimana terjadi penurunan
motilitas (pergerakan) usus, yang ditandai dengan kesulitan buang air besar
(BAB). Setiap orang memang memiliki kapasitas motolitas usus sendiri, namun
bila setelah 3 hari, masih sulit BAB, maka kotoran akan menjadi keras dan makin
sulit dikeluarkan.
Subyektif :
Obyektif :
Terapi Farmakologi :
Laktulosa adalah gula tidak terserap yang banyak digunakan sebagai obat pencahar untuk
mengobati konstipasi. Laktulosa bekerja dengan cara menarik cairan ke dalam tubuh agar feses
menjadi lebih lunak, mengubah keasaman feses, serta membantu mencegah pertumbuhan bakteri
dalam usus.
Dosis Dewasa: 10-30 gram per hari selama 3 hariAnak 5-14 thn: 10 gram per hari
selama 3 hari
Terapi Nonfarmakologi :
Perubahan pola makan dan gaya hidup merupakan langkah utama dalam mengobati konstipasi.
Langkah-langkah tersebut meliputi: