Anda di halaman 1dari 18

TANTANGAN BIROKRASI

INDONESIA ABAD 21
Kontrak Perkuliahan
• Kehadiran minimal 75% dari total pertemuan
16x
• Tidak ada ujian susulan UTS/UAS, kecuali ada
hal urgensi: Surat Sakit/Profesi/dll yang
relevan
• Nilai UTS/UAS masing-masing 35%
• Tugas UTS/UAS masing-masing 10%
• Quiz dan diskusi lainnya masing-masing 5%
Buku Referensi
• Lijan Poltak Sinambela (2008). Reformasi Pelayanan Publik.
Teori, Kebijakan dan Implementasi. Bumi Aksara, Jakarta.
• Amin Ibrahim (2008). Teori dan Konsep Pelayanan Publik
Serta Implementasinya. Mandar Maju, Bandung.
• H.A.S. Moenir (2008). Manajemen Pelayanan Umum di
Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta
• Paimin Napitupulu (2007). Pelayanan Publik dan Customer
Satisfaction. PT Alumni, Bandung.
• Berry, Leonard L. 1995. On Great Service, A Framework for
Action. New York: The Free Press
Pengantar (Prolog)
• Pemahaman Concept Management
• POAC dalam Pelayanan Publik
• Ruang Lingkup
• Peran Manajemen Pelayanan Publik
Pelayanan publik abad 21
• Bagaimana meningkatkan kepuasan masyarakat?
• Bagaimana meningkatkan loyalitas public
(masyarakat)?
• Bagaimana meningkatkan “mutual trust” pemerintah
vs masyarakat
BIROKRASI
• Berasal dari dua akar kata, yaitu bureau ( burra, kain kasar penutup meja), dan-
cracy. Keduanya membentuk kata bureaucracy.
• Berbagai sumber berpendapat, setidak-tidaknya ada tiga macam arti birokrasi.
• Pertama, birokrasi diartikan sebagai “ government by bureaus,” yaitu
pemerintahan biro oleh aparat yang diangkat oleh pemegang kekuasaan,
pemerintah atau pihak atasan dalam sebuah organisasi formal, baik publik
maupun privat. Pemerintahan birokratik adalah pemerintahan tanpa
partisipasi pihak yang-diperintah.
• Kedua, birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan, yaitu, sifat
kaku,macet, berliku-liku dan segala tuduhan negatif terhadap instansi yang
berkuasa ( Kramer dalam Ndraha, 2003;513).
• Ketiga, birokrasi sebagai tipe ideal organisasi. Biasanya dalam arti ini dianggap
bermula pada teori Max Weber tentang konsep sosiologik rasionalisasi
aktivitas kolektif. 
• TERMENOLOGI BIROKRASI
 Birokrasi sebagai organisasi yang rasional (rational organization)
 Birokrasi sebagai ketidakefeseinan organisasi (Organizational
inefficiency)
 Birokrasi sebagai pemerintahan olehparapejabat (rule of
officials)
 Birokrasi sebagai administrasi negara (public administration)
 Birokrasi sebagai administrasi oleh para pejabat (administration
by officials)
 Birokrasi sebagai organisasi yang memiliki ciri tertentu, seperti
hirarki dan peraturan (type of organization with specific
characteristic and quality as khierarchies and rules)
 Birokrasi sebagai salah satu ciri masyarakat modern (an
essential quality of modern society)
BIROKRASI DALAM MAKNA YANG BAIK DAN
RASIONAL(BEREAU-RATIONALITY)
• Terdapat dalam pandangan Hegel dan Max Weber :
Hegel : Birokrasi adalah institusi yg menjembatani antara
negara dan masyarakat.
Max Weber : Birokrasi adalah organisasi yang memiliki
ciri-ciri ; Adanya suatu hirarkhi, termasuk pendelegasian
wewenang dari atas ke bawah, adanya serangkaian
posisi jabatan yg masing masing memiliki tugas &
tanggung jawab yg tegas, Adanya aturan, regulasi,
standard formal, Adanya personel yg scr teknis
memenuhi syarat, yg bekerja atas dasar karier dan
promosi
• Birokrasi dalam pengertian Netral & Patologi

1. Pengertian Netral : tidak terkait baik atau buruk

2. Birokrasi sebagai Patologi

a. Patologi yg timbul akibat gaya manajerial


b. Patologi yg timbul akibat rendahnya pengetahuan &
keterampilan petugas pelaksana
c. Patologi yg timbul akibat tindakan anggota birokrasi

yg melanggar norma dan aturan perundangan


d. Patologi yg timbul akibat perilaku negatif birokrat
e. Patologi yg timbul akibat situasi internal berbagai
instansi dalam lingkungan pemerintahan
BIROKRASI DALAM KONTEKS PENGELOLAAN KEKUASAAN NEGARA

• Birokrasi adalah pihak yg paling aktif dalam kegiatan


pengelolaan kekuasaan negara sehari-hari, ia berperan sbg
pelaksana keputusan yg dirumuskan pemimpin politik.

• Birokrasi berperan penting karena dalam kegiatan


pengelolaan kekuasaan negara sehari-hari tidak pernah
terjadi kevakuman administrasi, baik dalam proses
perumusan maupun di dalam proses pelaksanaan setiap
kebijakan.
BIROKRASI NEGARA MAJU
• Birokrtasi Negara Maju memiliki ciri-ciri :
• Aparat negara yang netral (apolitis, tidak propolitik pemerintah
serta tidak pro pada kepentingan
tertentu.Objektif(memberikanpelayanansama)
• Rasional, tidakdikuasai/didominasi kelompok tertentu (public
Servant)
• Cakap,terampil dan efesein dalam mencapai kesejahteraan sosial
• Formal dan legalistis
• Tunduk kepada pemerintahan yang memperoleh kepercayaan
rakyat
• Tidak mudah diintimidasi
Birokasi di negara berkembang
• Ciri-Ciri Birokrasi Negara Berkembang
Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain dari pada mengarahkepada yang
benar-benar menghasilkan (production directed). Dengan kata lain, birokrat lebih
berusaha mewujudkan tujuan pribadinya dibanding pencapaian sasaran-sasaran
program.
• Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas kemanfaatan pribadi
(personal expediency) ketimbang kepentingan masyarakat (public-principled
interest). Dari sifat seperti ini lahir nepotisme, penyalahgunaan kewenangan,
korupsi, dan berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan aparat birokrasi
dinegara berkembang pada umumnya memiliki kredibilitas yang rendah, dan
dianggap tidak mengenal etika.
• Dibanyak Negara berkembang, korupsi telah merajalela sedemikian rupa sehigga
menjadi fenomena yang sangat prevalent dan diterima sebagaisesuatu yang wajar,
atau menurut istilah Heady sanctioned by social mores dansemi institutionalized.
• Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat
otonom, artinya lepas dari proses politik dan
pengawasan masyarakat. Ciri ini merupakan warisan
administrasi kolonial yang memerintah secara
absolut, atau sikap feodal dalam zaman kolonial yang
terus hidup dan berlanjut setelah merdeka. Dibanyak
negara berkembang, pada awalnya orang yang paling
terpelajar atau elite bangsa yang bersangkutan
memang berkumpul dibirokrasi, sehingga kelompok
diluar itu sulit dapat menandingi birokrasi dalam
pengetahuan mengenai pemerintahan dan akibatnya
pengawasan menjadi tidak efektif.
BIROKRASI KERAJAAN
• Memiliki ciri – ciri sebagaiberikut :
Penguasa menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai urusan pribadi;
Administrasi adalah perluasan rumah tangga istana;
Tugas pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raja;
“Gaji” dari raja kepada bawahan pada hakikatnya adalah anugerah yang juga dapat
ditarik sewaktu- waktu sekehendak raja;

• Aparat kerajaan dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan raja. 


Di dalampemerintahanpusat ( keratin), urusan dalam pemerintahan diserahkan
kepada empatpejabat setingkat menteri ( wedanalebet ) yang dikoordinasikan oleh
seorang pejabat setingkat Menteri Kordinator ) pepatihlebet ). Pejabat – pejabat
kerajaan tersebut masing – masingmembawahi pegawai ( abdidalem ) yang
jumlahnya cukup banyak. 
Daerah diluar keraton, seperti daerah pantai raja menunjuk bupati –bupati yang setia
kepada raja untuk menjadi penguasa daerah. Para bupati biasanya bupati lama yang
telah ditaklukkan oleh raja, pemuka masyarakat setempat, atau saudara raja sendiri.
BIROKRASI ZAMAN KOLONIAL
• Pelayanan publik pada masa pemerintahan kolonial Belanda tidak terlepas dari sistem administrasi
pemerintahan yang berlangsung pada saat itu. Kedatangan penguasa kolonial tidak banyak mengubah
sistem birokrasi dan adminitrasi pemerintahan yang berlaku di Indonesia, sebagai bangsa pendatang
yang ingin menguasai wilayah nusantara baik secara politik maupun ekonomi, pemerintah kolonial
menjalin hubungan politik dengan pemerintah kerajaan yang masih di segani oleh masyarakat, motif
utamanya adalah menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.

• Selama pemerintahan kolonial terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan. Di satu sisi telah mulai
diperkenalkan dan diberlakukan sistem administrasi kolonial (binnenlandcsheBestuur) yang
mengenalkan sistem birokrasi dan administrasi modern, sedangkan pada sisi lain, sistem tradisional
(InheemscheBestuur) masih tetap dipertahankan.

• Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang puncaknya pada Raja Belanda. Dalam
mengimplementasikan kebijakan pemerintahan di Negara jajahan, Ratu Belanda menyerahkan kepada
wakilnya, yakniseorang gubernur jenderal. Kekuasaan dan kewenangan gubernur jenderal meliputi
seluruh keputusan politik diwilayah Negara jajahan yang dikuasai. 
Gubernur Jenderal dibantu oleh para gubernur danresiden. Gubernur merupakan wakil pemerintah
pusat yang berkedudukan di Batavia untuk wilayahprovinsi, sedangkan ditingkat kabupaten terdapat
asisten residen dan pengawas yang diangkat oleh gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan
wedana dalam menjalankan pemerintahan sehari – hari. 
BIROKRASI ORDE LAMA
• Berakhirnya masa pemerintahan kolonial membawa perubahan sosial politik yang sangat berarti bagi kelangsungan sistem birokrasi
pemerintahan. 
Perbedaan– perbedaan pandangan yang terjadi diantara pendiri bangsa diawal masa kemerdekaan tentang bentuk Negara yang akan
didirikan, termasuk dalam pengaturan birokrasinya, telah menjurus kea rah disintegrasi bangsa dan keutuhan aparaturpemerintahan.
Perubahanbentuk Negara dari kesatuan menjadi federal berdasar kankonstitusi RIS melahirkan dilematis dalam cara pengaturan
aparaturpemerintah. 
Setidak-tidaknya terdapat dua persoalan dilematis menyangkut birokrasi padasaat itu. Pertama, bagaimana cara menempatkan
pegawai Republik Indonesia yang telah berjasa mempertahankan NKRI,tetapi relatif kurang memiliki keahlian dan pengalaman kerja
yang memadai. Kedua, bagaimana menempatkan pegawai yang telah bekerja pada Pemerintah belanda yang memiliki keahlian,
tetapi dianggap berkhianat atau tidak loyal terhadap NKRI. Demikian pula penerapan sistem pemerintahan parlementer dan sistem
politik yang mengiringinya pada tahun 1950-1959 telah membawa konsekuensi pada sering nya terjadi pergantian kabinet hanya
dalam tempo beberapa bulan. 
Seringnya terjadi pergantian kabinaet menyebabkan birokrasi sangat terfragmentasi secarapolitik. Di dalam birokrasi tejaditarik-
menarik antar berbagai kepentingan partaipolitik yang kuat pada masaitu. Banyak kebijakan atau program birokrasi pemerintah yang
lebih kental nuansa kepentingan politik dari partai yang sedang berkuasa atau berpengaruh dalam suatu departemen. Program –
program departemen yang tidak sesuai dengan garis kebijakan partai yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh menteri baru
yang menduduki suatu departemen.
Birokrasi pada masa itu benar- benar mengalami politisasi sebagai instrument politik yang berkuasa atau berpengaruh. Dampak dari
sistem pemerintahan parlementer telah memunculkan persaingan dan sistem kerja yang tidak sehat didalam birokrasi. 
Birokrasi menjadi tidak professional dalam menjalan kantugas-tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat melaksanakan kebijakan atau
program-programnya karena sering terjadi pergantian pejabat dari partai politik yang memenangkan pemilu. Setiap pejabat atau
menteri baru selalu menerapkan kebijakan yang berbeda daripendahulunya yang berasal dari partai politik yang berbeda.
Pengangkatan dan penempatan pegawai tidak berdasarkan merit system, tetapi lebih pada pertimbangan loyalitas politik terhadap
partainya.
BIROKRASI MASA ORDE BARU
• Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik korporatisme Negara yang
bertujuan untuk mendukung penetarsinya kedalam masyarakat, sekaligus dalam rangka
mengontrol publik secara penuh.
Strategi politik birokrasi tersebut merupakan strategi dalam mengatur system perwakilan
kepentingan melalui jaringan fungsional non ideologis, dimana sistem tersebut
memberikan berbagai lisensi pada kelompok fungsional dalam masyarakat, seperti
monopoli atau perizinan, yang bertujuan untuk meniadakan konflik antar kelas atau antar
kelompok kepentingan dalam masyarakat yang memiliki konsekuensi terhadap hilangnya
pluralitas social, politik maupun budaya. Pemerintahan Orde Baru mulai menggunakan
birokrasi sebagai premium mobile bagi program pembangunannasional.
• Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada : 
Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam hierarki birokrasi
Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak kepemimpinan pusat
Untuk memperluas wewenang pemerintah baru dalam rangka mengkonsolidasikan
pengendalian atas daerah-daerah.
BIROKRASI ZAMAN REFORMASI
• Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan diikuti pula dengan perubahan besar
pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, namun harapan terbentuknya
kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelanggan sebagaimana birokrasi di Negara – Negara maju
tampak nyamasih sulit untuk diwujudkan. 
• Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi, tampaknya belum sepenuhnya
dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di Indonesia (contoh Bulog Gate ). 

• Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis, dalam kenyataan nyamasihs aja dijadikan alat politik yang
efektif bagi kepentingan – kepentingan golongan atau partai politik tertentu. 
Terdapat pula kecenderungan dariaparat yang kebetulan memperoleh kedudukan atau jabatan
strategis dalam birokrasi, terdorong untuk bermain dalam kekuasaan dengan melakukan tindak KKN. 
• Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata masih melingkupi sebagian besar aparat birokrasi pada
masa reformasi.Kulturkekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa birokrasi kerajaan dan kolonial
ternyata masih sulitu ntuk dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi.

• Dapat dikemukakan bahwa realitas sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh Negara – Negara
yang sedang berkembang sering kali berbeda dengan realitas sosial yang ditemukan pada masyarakat
di negara maju. 

Anda mungkin juga menyukai