Anda di halaman 1dari 12

Konsep Pengembangan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat

Oleh:
Dr. H. Amka, M.Si (Kelas C3-D3)
Dewi Ekasari Kusumastuti, M.Pd (Kelas A3-B3)

Sabtu, 20 September 2019


Pengertian Partisipasi
Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan atau peran serta seseorang dan atau kelompok dalam su-
atu aktivitas tertentu atau obyek tertentu. Dalam kaitannya dengan pendidikan inklusif partisi-
pasi masyarakat adalah keikutsertaan atau peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif.
Bagaimana cara melihat partisipasi masyarakat dalam penye-
lenggaraan pendidikan inklusif?
Partisipasi seseorang dan atau suatu kelompok masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif
tergantung pada pengetahuan dan atau persepsi tentang pendidikan inklusif, sehingga partisipasi tersebut
akan terlihat pada:
Reaksi anggota masyarakat dan Kebutuhan anggota masyarakat dan
atau kelompok masyarakat terhadap atau kelompok masyarakat terhadap
penyelenggaraaan pendidikan penyelenggaraan pendidikan inklusif.
inklusif.

1 2 3 4
Cara anggota masyarakat dan Sikap anggota masyarakat dan atau kelompok
atau kelompok masyarakat dalam masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
pengambilan keputusan terhadap inklusif. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan
penyelenggaraan pendidikan tindakan terhadap penyelenggaraan pendidikan
inklusif. inklusif bentuk tingkah laku yang hendak
dilakukannya terhadap penyelenggaraan
pendidikan inklusif dan keyakinan-keyakinan yang
ada tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif
tersebut.
Namun demikian pengetahuan dan persepsi masyarakat juga sangat tergantung
pada apakah dalam anggota keluarga mereka terdapat anak atau individu yang
memiliki kebutuhan khusus. Hal ini sangat berhubungan dengan kebutuhan
masing-masing anggota masyarakat dan atau kelompok masyarakat itu sendiri.
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingkat keterlibatan, mulai dari sekedar mengetahui sampai dengan ikut aktif
menyumbangkan pikiran, tenaga maupun materi terhadap keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan inklusif. Keterlibatan ini dipengaruhi pula oleh lingkun-
gan dari individu atau kelompok masyarakat tersebut.

Prakarsa keterlibatan yang terdiri dari keterlibatan dalam penyelenggaraan pendidikan


inklusif secara spontan sampai melalui suatu usaha persuasif.

Organisasi keterlibatan, yang terdiri dari keterlibatan dalam penyelenggaraan dan


pelaksanaan pendidikan inklusif.

Sikap anggota masyakat dan atau kelompok masyarakat dalam keterlibatan, mulai dari
mendukung setuju, sampai menentang terhadap penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendidikan inklusif.
Dalam membangun atmosfir pendidikan
inklusif sangat diperlukan suatu rentangan
yang luas dari hubungan antara anggota
masyarakat dan berbagai pertimbangan
Lanjutan … yang semuanya dipengaruhi dari berbagai
pengalaman, kepercayaan dan sikap.
Menurut Lang dan Berberich (1995) dalam Dengan kata lain atmosfir pendidikan
penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan inklusif tidak dapat terbentuk tanpa
inklusif, partisipasi anggota masyarakat dan
dukungan dari berbagai pihak termasuk
atau kelompok-kelompok masyarakat sangat
penting. pertisipasi masyarakat. Sikap, nilai-nilai,
kepercayaan dari masyarakat dan orangtua
menentukan langkah-langkah yang akan
diambil dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif.
Dasar Hukum Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat yang berupa kerjasama kemitraan antara sekolah dengan pemerin-
tah, orang tua, dan kelompok-kelompok masyarakat serta organisasi
Kemasyarakatan lainnya dilindungi oleh undang-undang atau peraturan-peraturan pemerin-
tah yang mendasari kerjasama kemitraan tersebut.
Dasar Hukum Partisipasi Masyarakat
1. Undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sebagai berikut:
a. Pasal 4 berbunyi: “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;
b. Pasal 9 ayat 1 berbunyi: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik,
mental, spiritual, dan sosial”;
c. Pasal 12 ayat 1 berbunyi: “Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial”;
d. Pasal 49 berbunyi: “Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
anak untuk memperoleh pendidikan”;
e. Pasal 51 berbunyi: “Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk
memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”;
f. Pasal 52 berbunyi: “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan
khusus”;
Dasar Hukum Partisipasi Masyarakat
2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai
berikut:
a. Pasal 7 ayat 1: “Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya”;
b. Pasal 7 ayat 2: “Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”;
c. Pasal 8: “Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan”;
d. Pasal 9: “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”;
e. Pasal 10: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelengga-
raan
pendidikan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku”;
f. Pasal 11 ayat 1: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”;
g. Pasal 11 ayat 2: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun”;
Dasar Hukum Partisipasi Masyarakat

Agar masyarakat dapat diberdayakan dalam usaha mengembangkan dan menyukseskan


pendidikan inklusif, diperlukan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) BAB III Pasal 4 Ayat (6) yang menyatakan
bahwa: “Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.”.
Ruang Lingkup Pengembangan Kesadaran dan Partisi-
pasi Masyarakat

1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Partisipasi Masyarakat
b. Bentuk Partisipasi Masyarakat
c. Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat
2. MODEL WADAH PARTISIPASI MASYARAKAT
a. Model Komite Sekolah
b. Model Forum Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus
c. Model Forum Guru Peduli Pendidikan Inklusif
d. Model Forum Masyarakat Peduli Pendidikan Inklusif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai