Anda di halaman 1dari 66

PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGEN

OLEH
I GUSTI AYU SURATI
PENDAHULUAN
 Semua sel dalam tubuh menghasilkan energi
 Energi digunakan untuk menyelenggarakan
fungsi selulernya
 Energi didapat melalui metabolisme zat
makanan (gula/ glukosa) dalam rangkaian reaksi
kimia dengan menggunakan oksigen
 Reaksi kimia menghasilkan : energi, H2O dan
CO2
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang
paling vital dalam kehidupan
 Apabila tubuh < O2  sel mendapat energi dari glikolisis
anaerob  menghasilkan energi dalam jumlah sedikit & asam
laktat
 Glikolisis anaerob berlangsung lama  timbunan asam laktat
akan merubah situasi cairan tubuh menjadi lebih asam 
menyebabkan aktivitas sel menurun
 Dampak penurunan aktivitas sel :
* nafsu makan hilang
* penurunan jumlah urine
* pusing/ sakit kepala
* wajah nampak ngantuk
* cemas
* lelah

Pada kondisi lebih berat : penurunan tk kesadaran  koma


(diawali klien gelisah & tidak kooperatif.
OKSIGENASI
Proses mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2

Melibatkan sistem :
• Respirasi
• Kardiovaskuler

Terjadi melalui 3 tahapan :


1. Ventilasi paru
2. Difusi Gas
3. Transportasi Gas
VENTILASI PARU
 Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli dan
keluarnya CO2 dari alveoli ke atmosfir  terjadi
saat respirasi (inspirasi & ekspirasi)
 Dipengaruhi oleh :
a. Tekanan O2 atmosfir
b. Keadaan saluran nafas
c. Complience & recoil
d. Pengaturan nafas
a. Tekanan O2 atmosfir
 Merupakan jumlah tekanan berbagai gas
yang terkandung dalam udara
 Saat inspirasi udara atmosfir akan masuk
b. Keadaan saluran nafas
 Selama inspirasi atau ekspirasi udara
akan melewati saluran nafas  hidung,
pharynx, larynx, trachea, broncus,
bronchiolus, alveoli
 Gangguan dalam atau diluar saluran nafas
ata(sekret, spasme, benda asing, masa,
dll) dapat memprsulit ventilasi
c. Complience & Recoil
 Daya pengembangan dan pengempisan paru dan thorax
 Kemampuan dibentuk oleh :
* Gerakan turun naik diafragma melalui kontraksi dan
relaksasi otot diafragma untuk memperbesar dan
memperkecil rongga dada  gerakan akan terhambat pada
: kondisi nyeri pada abdomen akibat trauma/ pembedahan,
distensi abdomen

* Elevasi dan depresi iga-iga untuk meningkatkan/ menurunkan


diameter anteroposterior rongga dada melalui kontraksi &
relaksasi otot-otot pernafasan  keadaan ini dpt terganggu pada
: bentuk dada yg abnormal, multiple fracture costae, gangguan
hubungan saraf-otot, kerusakan pusat nafas
* Elastisitas jaringan paru yg memungkinkan alveoli dapat
mengembang & mengempis. Ada 2 kemungkinan dlm abnormal
elastisitas jaringan paru :
a. Jaringan paru berubah menjadi jaringan ikat 
shg complience paru menurun
b. jaringan paru dapat berkembang tetapi saat recoil terbatas
 shg CO2 tertahan (emphysema)
* Adanya surfactant ; yaitu zat phospholipid yg terdpt pada lapisan
cairan yg meliputi permukaan alveoli & bersifat menurunkan
tegangan permukaan alveoli  shg paru-paru mudah berkembang
& mencegah kolaps paru
d. Pengaturan nafas
 Pusat pengatur nafas : medulla oblangata & Pons
 Area bilateral & bag ventral di dlm Medulla oblangata
sangat sensitif terhdp perubahan konsentrasi H2O &
CO2
 Pusat nafas terangsang oleh Peningkatan CO2
 Kenaikan CO2  meningkatkan konsentrasi H2O 
merangsang pusat nafas
 Perangsangan pusat nafas oleh peningkatan CO2
merupakan mekanisme umpan balik yg penting untuk
mengatur konsentrasi CO2 seluruh tubuh
Pengkajian keadaan saluran nafas

a. Apakah klien merasa sesak atau kesulitan


bernafas ? Ya Frekuensi/ tipe
pernafasan ?
b. Apakah klien batuk ?  ya  batuk
kering/ sputum ?  sputum  jumlah,
konsistensi, warna ?
Adakah hemoptisis ?
Apakah batuknya berat ?
c. Bagaimana suara nafasnya ?
- Bersihkah ?
- Adakah suara nafas tambahan, spt :
* Snoring (ngorok)  akibat jalan nafas tersumbat oleh pangkal
lidah yg jatuh ke belakang (koma)
* Gargling (spt suara kumur-kumur)  terdengar saat terdpt
muntahan, atau sekret pada sal nafas besar
* Crowing (lengking)  terdengar pada penyempitan larynx akibat
spasme atau desakan oleh benda asing
- Inspeksi : adanya retraksi sternokleidomastoid yg mengambarkan
kesulitan inspirasi akibat sumbatan jalan nafas
- Auskultasi paru, adakah :
* Wheezing ; terdengar pada penyempitan jalan nafas
* Rales ; terdengar pada peningkatan kelembapan saluran nafas
* Ronchi ; terdengar pada akumulasi sekret
- Palpasi daerah leher : adakah
pembesaran thyroid
- Adakah klien merasakan nyeri pada thorax
atau abdomen ? Kel nyeri akan
menghalangi kemampuan batuk
Dx. Keperawatan ventilasi
1. Jalan nafas tidak efektif, b.d :

* Penumpukan sekret/ sekret yg kental/ benda asing


* Trauma yg menghalangi batuk
* Nyeri dada/ abd yg menghalangi ekspansi dada/paru dan
batuk
* Tidak sadar oleh karena pengaruh anestesi, coma yg
menyebabkan relaksasi otot-otot
* Penyakit yg menganggu kemampuan batuk/ pengeluaran
sekret
* Tidak adekuat hidrasi
* Penyakit paru yg meningkatkan penumpukan sekret
Manifestasi klinik :
 Suara nafas abnormal
 Batuk produktif dg sekresi berlebihan
 Batuk tidak produktif
 Sianosis
 Dispnea
 Retraksi otot sternokleidomastoid
 Perubahan rate dan kedalaman pernafasan
Intervensi :
1. Istirahat
2. Penumpukan sekret :
a. Sekret kental :
- Berikan cairan yg adekuat
- Humidifikasi/ nebulisasi
- Kolaborasi pemberian ekspektoran

b. Sekret berada pada saluran nafas besar (s.d bronchus) :


- Latihan batuk efektif (klien sadar/ koopratif & kemampuan batuk +)
- Jika tdk bisa batuk (karena nyeri thorax/ abd  setelah
pembedahan atau trauma)  kolaborasi pemberian analgesik
- Jika tidak bisa batuk  lakukan penghisapan lendir

c. Sekret terdpt pada percabangan saluran nafas yg kecil/ alveoli


 lakukan fisioterapi dada dg postural drainage, kmd latihan
batuk efektif atau penghisapan lendir.
3. Tersumbat/ obstruksi :
- tersumbat oleh lidah yg jatuh ke belakang
 lakukan pemasangan oropharyngeal
tube (mouth tube/ goedel)
- tersumbat oleh masa, trauma atau peny
 lakukan kolaborasi pemasangan
endotracheal tube atau tracheostomy
- akibat infeksi akut, allergi yg menyebabkan
spasme bronchial & edema atau bronchokonstriksi
 lakukan kolaborasi pemberian kortikosteroid,
anti allergi atau bronchodilator
Pengkajian kemampuan complience dan recoil
thorax & paru
a. Apakah klien mengalami kesulitan bernafas ?
b. Lakukan pemeriksaan fisik :
* Inspeksi :
- penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (retraksi
sternokleidomastoid, retraksi suprasternal, retraksi
intercostal, retraksi substernal)
- Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan, rasio inspirasi &
ekspirasi
- Adakah distensi abdomen yg akan menghalangi turunnya
diafragma
* Auskultasi :
- bandingkan suara aliran udara paru kiri & kanan
- adakah suara nafas tambahan (rales, wheezing, ronchi)
* Palpasi :
- Keadaan tulang iga  adakah fraktur
- Vocal fremitus ?
* Perkusi :
- Adakah perubahan suara perkusi diatas area paru
c. Adakah klien mengalami masalah pada hub
saraf-otot atau masalah system saraf
d. Adakah klien mengalami nyeri abdomen/
thorak ?
e. Apakah mampu melakukan aktivitas/
immobilisasi ?
f. Apakah ada riwayat trauma kepala/ penggunaan
obat-obatan narkotik yang menekan pusat nafas
?
g. Hasil analisa gas darah ?
Dx. Keperawatan Ventilasi
2. Pola nafas tidak efektif b.d :
a. Obstruksi jalan nafas
b. Ekspansi dada yang tidak
adekuat  karena Manifestasi Klinis :
immobilisasi, nyeri dada/ a. Dispnea
abdomen
c. Gangguan neuromuskuler b. Peningkatan frekuensi
d. Penyakit paru kronis 
menyebabkan penumpukan
pernafasan
udara/ cairan pada rongga c. Perubahan kedalaman
pleura
e. Penurunan pengeluaran CO2 pernafasan
 karena penyakit paru d. Perubahan rasio inspirasi
(empisema)
: ekspirasi
e. Retraksi dada
Intervensi
1. Intervensi yg sifatnya umum untuk semua perubahan pola nafas :
a. Posisi semi fowler/ fowler  meningkatkan kapasitas vital paru
b. Perubahan posisi  memberikan kesempatan semua alveoli
berkembang secara optimal
c. Ambulasi/ exercise  meningkatkan pembentukan energi untuk
bernafas & CO2 yg akan merangsang pusat nafas
2. Intervensi spesifik :
a. Latihan nafas dalam  untuk pasien dengan pernafasan cepat &
dangkal  mencegah atelektasis
b. Latihan pursed lip breathing  latihan nafas diafragma/ menggunakan
incentive spirometer  untuk pasien dg hambatan dalam ekspirasi/
retensi CO2
3. Intervensi medis :
a. Pemasangan WSD  untuk menurunkan tekanan intra pleura akibat
efusi pleura, pneumothorak yg menganggu pengembangan paru
b. Pemasangan ventilator/ respirator/IPPB  klien yg mengalami kesulitan nafas
akibat gangguan pada hubungan saraf otot/ gangguan sistem saraf
DIFUSI GAS
 Pertukaran antara O2 dan CO2 alveoli
dengan kapiler paru
 Dipengaruhi oleh :
– Ketebalan membran respirasi
– Luas permukaan membran
– Koefisien difusi
– Perbedaan tekanan
Pemeriksaan
1. Ketebalan membran respirasi
a. Inspeksi :
- Retraksi intercostals, retraksi substernal (klien dg
edema paru/ radang paru akut)
- Pernafasan cepat & dangkal
- Pernafasan cuping hidung

b. Auskultasi :
- Rales (edema paru/ radang paru akut)

c. Perkusi :
- Redup/ dullness (edema paru/ radang paru akut)
2. Perubahan luas permukaan paru :
- Adakah riwayat operasi 
pengangkatan lobus paru
- Hasil pemeriksaan thorak photo ?

3. Perkiraan tekanan gas pada alveoli :


- Tanda-tanda hambatan ventilasi
Dx. Keperawatan Difusi
1. Perubahan pertukaran Manifestasi klinis :
gas  perfusi jaringan - Hipoventilasi
tidak adekuat b.d :
- Penurunan kesadaran
- Edema paru
- Congesti paru - Sianosis
- Ekstremitas dingin &
lembap
- Gas darah abnormal
Intervensi
1. Istirahat (intervensi utama)
2. Pemberian O2  untuk meningkatkan perbedaan
konsentrasi/ tekanan oksigen antara alveoli dg kapiler
3. Membatasi intake cairan (pada klien edema paru)
4. Ambulasi  untuk meningkatkan sirkulasi yg akan
memperbaiki rasio perfusi-ventilasi
5. Kolaborasi : antibiotik (klien radang akut parenkim
paru)
6. Meningkatkan intake protein melalui oral/ pemberian
plasma albumin (klien dg hipoalbumin)
TRANSPORTASI GAS

Untuk transportasi gas (O2 & CO2) ditentukan


oleh aktivitas sistem KARDIOVASKULER
Transport Oksigen
Oksigen dapat ditransport dari kapiler paru ke
jaringan-jaringan melalui 2 cara :

1. Secara fisik : larut dalam plasma  3 %


2. Secara Kimia : berikatan dengan Hb dalam
bentuk oxyhaemoglobin/ HbO2  97 %
Transport CO2
Transport dari jaringan ke paru-paru kemudian dikeluarkan
ke atmosfir, dilakukan dengan cara :

1. Secara fisik : larut dalam plasma  5 %


2. Secara kimia : bergabung dengan Hb membentuk
Carbaminohaemoglobin  30 %
3. Berikatan dengan air dan kemudian membentuk
bikarbonat plasma  65 %
Dalam keadaan istirahat sekitar 4 ml CO2
per 100 ml darah ditransport dari jaringan
ke paru-paru

CO2 penting bagi keseimbangan asam basa


TRANSPORTASI GAS DIPENGARUHI OLEH :

1. Curah Jantung
2. Jumlah eritrosit

3. Exercise
4. Hematokrit darah
5. Keadaan pembuluh darah
Curah Jantung

 Normal dewasa 5 lt
 Melalui darah ditransport sekitar
5 ml O2 & 4 ml CO2 per 100 ml
darah
 Peningkatan curah jantung 
kecepatan transport O2 ke
jaringan & CO2 dari jaringan
Jumlah Eritrosit

 O2 ditrasport secara kimia


berikatan dengan Hb yang
terdapat dalam eritrosit
 Penurunan eritrosit &
konsentrasi Hb  menurunkan
transport oksigen
Exercise

 Pada gerak badan/ atlet terlatih


kecepatan transport O2 ke jaringan
meningkat 15-20 kali dari normal
 Exercise meningkatkan produksi
CO2  merangsang pusat nafas &
meningkatkan kecepatan denyut
jantung sehingga mempercepat
pengiriman CO2 keluar tubuh
Hematokrit
 Peningkatan hematokrit akan
meningkatkan viskositas darah sehingga
beban jantung meningkat 
mengakibatkan penurunan curah jantung
 Peningkatan HCT menggambarkan jumlah
cairan berkurang, sementara 65 % CO2
ditransport dalam keadaan berikatan H2O
 Penurunan HCT menggambarkan
rendahnya konsentrasi eritrosit dalam
darah  menyebabkan penurunan
transportasi O2
Keadaan pembuluh darah

 Sumbatan/ penyempitan
pembuluh darah (arterioslerosis)
 penurunan pengiriman darah
 berakibat penurunan
transportasi O2 ke jaringan
 Sumbatan vena  penurunan
pengiriman CO2 ke jaringan
Untuk memperkirakan transportasi gas,
dilakukan pemeriksaan :
 Evaluasi curah jantung :
* Apakah klien mengalami nafas pendek, kelelahan,
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari ?
* Amati sirkulasi perifer :
- Adakah perasaan tidak nyaman pada dada ?
- Adakah peningkatan/penurunan BB ?
- Adakah pembengkakan ekstremitas ?
- Adakah klien mengeluh pusing, sakit kepala, palpitasi ?
- Berapa jumlah urine output ?
- Amati status mental/ tingkat kesadaran klien
* Perkirakan keadaan otot jantung :
- Pemeriksaan serum enzim
- Pemeriksaan EKG
* Pemeriksaan suara jantung :
- S1-S2
- Suara jantung tambahan : S3-S4, murmur
* Lakukan pemeriksaan :
- Tekanan darah pada berbagai posisi (N. 5-10 mmHg)
- Hitung pulse pressure
- Radial pulse
- Frekuensi denyut jantung
- CTR
- CVP
- Adanya distensi vena jugularis
- Adanya hepato jugular reflux
- Serum elektrolit
 Evaluasi jumlah eritrosit & Hb
 Evaluasi keadaan cairan tubuh :
- Periksa tekanan darah
- Periksa HCT dan bandingkan dengan Hb (N. 3 x Hb)
- Amati tanda-tana kelebihan / kekurangan cairan
 Evaluasi kondisi pembuluh darah :
* Sumbatan arteri : area distal sumbatan menjadi :
- Pucat atau sianosis
- pada rabaan dingin
- Klien mengeluh nyeri terutama saat digerakkan
- Kulit nampak kering
- nadi kadang-kadang tak teraba
* Sumbatan vena : area proksimal sumbatan menjadi :
- kemerahan
- pada rabaan panas
- klien mengeluh nyeri
- Tampak bengkak
Dx. Keperawatan Transportasi Gas
1. Hambatan transportasi gas b.d defisiensi
hemoglobin
Manifestasi Klinis :
- Mudah lelah
- Pusing/ sakit kepala
Intervensi
 Kolaborasi dengan medis  pemberian
transfusi darah ( jika diperlukan )
 Perbaiki diet (TKTP) & banyak
mengkonsumsi sayuran berklorophyl
2. Perubahan curah jantung b.d Manifestasi Klinis :
- Disfungsi jantung akibat a. Arrythmia jantung
penyakit pada arteri b. Perubahan tekanan darah
coronaria, penyakit c. Adanya abnormalitas suara
katub jantung, abnormal jantung : S3, S4, Murmur
struktur, kegagalan konduksi d. Pucat, sianosis pada kulit dan
- Penurunan volume cairan mukosa membran
e. Kulit dingin dan lembab
intravaskuler
f. Batuk dengan sputum bercak
- Cardiac arrest
kemerahan
- Imbalance elektrolit
g. Abnormalitas elektrolit
terutama kalium
Intervensi
 Untuk mengatasi masalah penurunan
curah jantung banyak intervensi medis
yang sangat spesifik sesuai dengan
penyebabnya
 Ners melakukan intervensi sebagai
implikasi dari intervensi medis, misalnya :
Disfungsi Jantung (payah jantung)
 Intervensi keperawatan :
- Istirahat
- Batasi intake cairan
- Batasi intake natrium
 Intervensi medis :
- Pemberian digokxin  sebelum
pemberian periksa denyut jantung (DJ 60-
80x/mt) kolaborasi untuk perubahan dosis/
hentikan sementara), periksa seum Kalium ( K
< 3,5 mEq/l  koreksi kalium)
Penurunan cairan intravaskuler
 Intervensi medis :
- Pemberian cairan melalui intravenousline
(infus) sesuai kebutuhan

Implikasi keperawatan :
* Tentukan tempat yg sesuai
* Observasi kecepatan tetesan & lokasi
* Catat intake & output
* Observasi tanda-tanda vital
Cardiac arrest
 Intervensi :
Resusitasi cardio-pulmo-cerebral
Imbalance elektrolit
 Intervensi :
Koreksi elektrolit
Kebutuhan O2 dipengaruhi oleh :
 Ketinggian
 Lingkungan (dingin/ panas)
 Latihan/ Exercise
 Emosi (takut, cemas, marah)
 Status kesehatan
 Gaya hidup (perokok)
THERAPI OKSIGEN
Suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan
parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat
dilakukan dengan cara :

 Meningkatkan kadar oksigen inspirasi


(FiO2)
 Meningkatkan tekanan oksigen
(hiperberik)
TUJUAN TERAPI OKSIGEN

 Mencegah terjadinya hipoksia


 Terapi terhadap hipoksia
Beberapa factor yang mempengaruhi
terjadinya hipoksia antara lain :

 Kadaroksigen yang rendah


 Gangguan jalan nafas dan pernafasan
 Gangguan difusi
 Gangguan transport oksigen
 Gangguan ekstraksi oksigen atau
penggunaan oksigen dijaringan
Tanda dan gejala hipoksia antara lain :

 sesak nafas
 pernafasan cuping hidung
 Adanya gerak otot nafas tambahan ; retraksi
interkostal suprasternal
 Takhikardia
 tekanan darah meningkat
 keringat dingin
 Gelisah dan bingung
 Dalam keadaan berat dapat terjadi sianosis
Prinsip alat
untuk terapi oksigen :

 FiO2 dapat diatur sesuai kebutuhan


 Tidak terjadi rebreathing-penumpukan
CO2
 Resistensi minimal
 Effisiensi dan ekonomis
 Nyaman untuk pasien
Macam-macam alat terapi
oksigen
 Nasal kateter-nasal prong ; 2-4 lpm (24-40 %)
 Masker sederhana ; 6-8 lpm (simple mask : 40-60 %)
 Partial non rebreathing mask ; 6- 10 lpm (40-60 %)
 Rebreathing mask ; 10-12 lpm (80-90 %)
 Venture mask (24,28,3540,50,60 %)
 Bag valve mask (bag & mask : 100 %)
 Respirator (21-100 %)
 Jackson rees ; 10-12 lpm (100 %)
 Jet isuflation ; 10-15 lpm
 CPAP mask atau nasal (21-100 %)
 Incubator (sampai 40 %)
 Oxygen tent atau head box (30-50 %)
Nasal kateter-nasal prong
Masker sederhana
Sungkup Berbalon
Jackson Rees
Bag valve mask
suksma
Ventilator
Inkubator
Beberapa contoh keadaan atau penyakit
yang memerlukan terapi oksigen

 Gagal nafas
 Shock
 Akut Miokard infark
 Payah jantung
 Keracunan carbon monoksida (CO)
 Trauma multiple berat
 Luka baker > 25 %
 Pasca bedah
 Sepsis
 Dll.
Tugas Kelompok
 Humidifikasi/ nebulezer
 Fisiotherapi nafas
 Latihan pernafasan (breathing exercise) antara
lain : pursed lip breathing, Diaphragma
Breathing, Batuk efektif
 Clapping
 Vibrating
 Postural drainage
 Bronchial Toilet
Pembahasan tugas
 Pengertian
 Tujuan
 Indikasi
 Jenis
 Persiapan alat
 Persiapan klien
 Prosedur tindakan
 Hal-hal yg harus diperhatikan
 Dll.

Anda mungkin juga menyukai