17 Oktober 2017 1
OUTLINE
2
KINERJA EKONOMI
MAKRO
3
PERTUMBUHAN EKONOMI TETAP
TINGGI DENGAN INDIKATOR SOSIAL
MEMBAIK
Pertumbuhan ekonomi berada dalam kisaran 5 persen dan telah berhasil menurunkan tingkat ketimpangan,
pengangguran dan kemiskinan
Pertumbuhan Ekonomi (%) PDB Per Kapita (Rp)
47,957,36
41,915,86 4
3
5.01
Indikator Sosial
5.81 0.408
5.33
10.96
0.393
10.64
Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Gini Ratio
9.32
3.72
3.00
0.47
Feb
Feb
Mar
Apr
Mar
Apr
Mar
Apr
Mar
Apr
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Jan
Jun
Aug
Sep
Jan
Jun
Aug
Sep
Jul
Jul
Jul
Jul
May
Nov
Dec
May
Nov
Dec
May
Nov
May
Oct
Oct
Oct
Dec
8.38 8.36
Jun
Sep
Sep
Feb
Jan
Feb
Okt
Jan
Feb
Jun
Jan
Jun
Sept
Ags
Ags
Okt
Nov
Nov
Ags
Des
Des
Mei
Jul
Apr
Mei
Jul
Mei
Jul
Mar
Apr
Mar
Mar
Apr
Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2-
13 13 13 13 14 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 2015 2016 2017
Transaksi Berjalan Transaksi Modal Transaksi Finansial Neraca Keseluruhan Surplus/Defisit Ekspor Impor
6
UTANG LUAR NEGERI
TERKENDALI
Pemerintah mengelola utang luar negeri (ULN) secara hati-hati dengan kemampuan membayar yang membaik. Batas
maksimal utang luar negeri adalah 60% dari PDB (UU 17/2003 tentang Keuangan Negara).
ULN didominasi oleh Utang Jangka Panjang
Rasio ULN Pemerintah dan Bank Sentral
16.51 17 44
15.96 39 41
45
13.9
Jangka Pendek
272 278 294
248 Jangka Panjang
Rasio
75 ULN/PDB beberapa Negera, Semester Rasio ULN terhadap Cadangan Devisa
I 2017 (%) Pemerintah dan Bank Sentral 53 52.4
52
40
34 33
27 47 46.8
Malaysia Turki Brazil Indonesia Thailand Korea Se- 2014 2015 2016 Semester I 2017
latan
8
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI
“Untuk meningkatkan daya saing industri nasional, ekspor dan investasi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan.”
Pengharmonisasi Regulasi Menyederhanakan Proses Birokrasi
9 31 49
REGULASI REGULASI REGULASI
DICABUT DIREVISI BARU
35 89
REGULASI REGULASI
DIGABUNG MENCABUT
YANG LAMA
9
KONSEPSI PERCEPATAN PELAKSANAAN
BERUSAHA
1. 2a. 2b.
Dari memberi izin menjadi Dilakukan di semua level Di KEK, FTZ, KI, dan KEK Pariwisata Mengurangi pemberian izin yang
melayani (civil servant) pemerintahan (pusat, provinsi, dan tanpa harus menunggu selesainya berulang
daerah) seluruh proses.
3. 4.
Termasuk
untuk UKM
Singapore 2 2 2 2 2 2 3 -1
“Indonesia is among the top 10 improvers in Doing
Business 2017: Equal Opportunity for All”
-World Bank Group Press Release EODB 2017-
Japan 9 10 9 6 6 8 9 -1
Malaysia 21 25 24 20 18 25 23 +2
EODB
EODB 2017 China 26 29 29 28 28 28 27 +1
2016 Change
Rank
Rank
Thailand 39 38 37 31 32 34 32 +2
Overall 91 106 15
Starting a business 151 167 16 Indonesia 46 50 38 34 37 41 36 +5
Dealing with Construction Permit 116 113 3
India 56 59 60 71 55 39 40 -1
Getting Electricity 49 61 12
Registering Property 118 123 5 Brunei 28 28 26 - - 58 46 +12
Darussalam
Getting Credit 62 70 8
Protecting Minority Investors 70 69 1 Vietnam 65 75 70 68 56 60 55 +5
Paying Taxes 104 115 11
Philippines 75 65 59 52 47 57 56 +1
Trading Across Borders 108 113 5
Enforcing Contracts 166 171 5 Kamboja 97 85 88 95 90 89 94 -5
Resolving Insolvency 76 74 2
Laos - - 81 93 83 93 98 -5
11
SENTIMEN POSITIF DARI LEMBAGA
RATING DAN PENINGKATAN
INVESTASI
Moody’s: meningkatkan R&I: meningkatkan Fitch:
outlook dari stabil outlook dari stabil meningkatkan PMA (Bn USD)
menjadi positif menjadi positif outlook dari stabil 8.3
8.6
menjadi positif 8.1
7.6 7.3
BB- 20
10
0
B+ Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
12
PEMERATAAN EKONOMI
MELALUI PEMBANGUNAN
EKONOMI BARU DAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru
Peningkatan Produktivitas
13
KERANGKA KEBIJAKAN
5
• EKONOMI
Melaksanakan reforma agraria dan hutan sosial melalui pendekatan
Kebijakan •
klaster, berbasis komoditi unggulan di KBI maupun KTI
Redistribusi lahan sebagai modal masyarakat menengah ke bawah
Ekonomi •
•
Sertifikasi dalam rangka legalisasi aset
Implementasi kebijakan LP2B
• Menyediakan hunian penduduk miskin perkotaan.
(Quick Win)
• Reformasi pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
menjadi pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis
Membangun
pekerjaan. Dimulai dari sektor industri, diikuti sektor
infrastruktur
Akses terhadap jasa dan pertanian, melalui kerjasama Pemerintah,
strategis dan
lahan BUMN dan Swasta.
prioritas:
• Kewirausahaan untuk mendorong terciptanya
pelabuhan,
pengusaha-pengusaha baru yang mempunyai daya
bandara, bus
saing. Mendorong pelaku usaha mikro dan kecil
rapid transit, Kualitas Sumber
berkembang menjadi pelaku usaha menengah dan
kereta api, jalan Infrastruktur Daya Manusia besar.
baru, listrik,
bendungan, dan
kilang minyak Mentransformasi skema subsidi secara
Kesempatan bertahap menjadi bantuan tepat sasaran,
Bekerja/ tepat waktu, dan tepat jumlah, serta
Berusaha menyatukannya dengan semua bentuk
Reformulasi dan penajaman bantuan sosial
kebijakan pengembangan industri Bantuan Sosial
manufaktur, pariwisata,
perdagangan dan perikanan
14
PEMERATAAN EKONOMI
MELALUI PEMBANGUNAN
EKONOMI BARU DAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Baru
15
Daftar PSN direvisi melalui Perpres No. 3/2016 j.o
Perpres No.58/2017, mencakup 245 Proyek + 2
Program, dengan estimasi total nilai investasi Rp
4.197 T
27
64 24 13
Rp155 T
Rp884 T Rp564 T
Rp444 T
93
1
2 Program
Proyek
12
10 Proyek
Rp1.320 T
Rp1.065 T 15
Rp11 T
IRIGASI
PENGELOLAAN IRIGASI TANGGUL LAUT
AIR
74 23 10 8 30 3 3 9 54 7 4 6 12 1 1
Program
LISTRIK
1 PROGRAM
INDUSTRI
PESAWAT 1 PROGRAM
16
PEMERATAAN EKONOMI
MELALUI PEMBANGUNAN
EKONOMI BARU DAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Peningkatan Produktivitas
17
KEBIJAKAN PEMERATAAN
EKONOMI
• Pembagian akses lahan yang adil kepada seluruh masyarakat
Reforma Agraria • Penetapan prioritas penerima TORA berdasarkan rasio gini tanah, kemiskinan, kebutuhan lahan
Perbaikan • Pengembangan usaha pertanian dengan metoda aglomerasi atau cluster
kesejahteraan • Penetapan LP2B untuk mencegah penguasaan lahan pertanian oleh non-pertanian
Pertanian
masyarakat A (Landles Farmer)
• Land consolidation untuk sawah
• Riset bibit, sarana pasca panen, sinergi logistik, dan pasar bibit, alsintan dan saprodi lain
tersebut tidak akan
Lahan • Pendataan dan penegakan aturan lahan kelapa sawit termasuk pendataan land bank
berkelanjutan jika • Pendataan dan penetapan kebijakan replanting komoditi perkebunan lainnya
Perkebunan • Mengkorporasikan koperasi yang didukung swasta dan BUMN dengan tujuan meningkatkan nilai tambah
tidak didukung • Dukungan riset, sinergi pasar, off-taker hasil bumi, dan rantai nilai hilirisasi
dengan kebijakan • Social Housing
pemerataan Urban Poor & • Housing financing
Perumahan Terjangkau • Land bank dan harga tanah yang terjangkau
ekonomi • Pemerintah menegakkan kebijakan tata ruang
Sistem Pajak • Pajak progresif, capital gain tax dan unutilized asset tax
B Berkeadilan • Belanja pemerintah yang berkadilan
KEBIJAKAN Kesempatan • Mengembangkan industri dengan basis SDA dan rantai nilai
PEMERATAAN Manufaktur dan ICT • Memperkecil gap bunga pembiayaan perusahaan besar dan perusahaan kecil
EKONOMI • Melindungi segmen pasar tertentu dari bisnis terintegrasi dan bermodal kuat
• Penataan dan pendataan dari pasar tradisional / modern, toko tradisional dan toko
Ritel dan Pasar modern
• Pengaturan jarak, lokasi dan zonasi pasar maupun toko modern
• Kewajiban menyerap produk setempat
• Fair access ke dalam sistem distribusi
Pembiayaan dan • Penyempurnaan sistem KUR ke arah pembiayaan usaha yang non-bankable
C Anggaran Pemerintah • Program pengadaan yang lebih aksesible untuk pengusaha menengah ke bawah
Vokasi, • Identifikasi dan prioritasi sektor, sub-sektor industri unggulan dan profesi
Kapasitas SDM •
Entrepreneurship dan Skema job matching antara industri dan vokasi
Prioritas
• Early childhood intervension
Pasar Tenaga Kerja • Fokus pada skill, collaborative, flexibility dan impact (bukan semata-mata gelar) 18
LINK AND MATCH PENDIDIKAN
VOKASI & DUDI
Pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi isu prioritas nasional untuk menyelesaikan persoalan penyediaan tenaga kerja terampil
TANTANGAN
Industri membutuhkan
Suplai tenaga kerja dalam Sekolah menerapkan
51%
lulusan vokasi yang
pasar tenaga kerja tidak kurikulum vokasi yang
memiliki sertifikat Link & Match mengacu pada SKKNI
sesuai dibutuhkan dunia
kompetensi
usaha
2. Peningkatan
4. Terlalu Banyak
Kualitas Pendidik
Program Studi
Kebijakan 1. Perubahan Vokasi
Pemerataan Lahan Kesempatan SDM Vokasi Kurikulum SMK
Ekonomi 3. Kebutuhan 5. Insentif Bagi
Peralatan Minimal Sekolah
19
PRODUKTIVITAS ANTAR SEKTOR UNTUK
MENDUKUNG KEBIJAKAN VOKASI
21
AKSES PEMBIAYAAN MELALUI
KUR
2016
2017
Suku Bunga 12% Suku Bunga 9% Suku Bunga 9%
Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25
Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta
75%
68%
60%
52%
44%
36%
Perpres No. 63 Tahun 2017 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pokja terdiri dari: 1. Target ditentukan berdasarkan ekspektasi bahwa indeksi keuangan inklusif
1. Pokja 1 – Edukasi Keuangan akan naik sebesar 8% per tahun (2015-2019) untuk mencapai target utama
indeks keuangan inklusif 75% pada tahun 2019.
2. Pokja 2 – Hak Properti Masyarakat
2. Pengertian tingkat Keuangan Inklusif adalah persentase jumlah orang
3. Pokja 3 – Fasilitasi Intermediasi & Saluran Distribusi Keuangan
dewasa yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal
4. Pokja 4 – Pelayanan Keuangan Sektor Pemerintah
3. Acuan tingkat Keuangan Inklusif 2014 adalah menggunakan angka World
5. Pokja 5 – Perlindungan Konsumen Bank Group Financial Inclusion Index
6. Pokja 6 – Kebijakan dan Regulasi 4. Survey Literasi Keuangan dan Keuangan Inklusif OJK tahun2016
7. Pokja 7 - Infrastruktur & Teknologi Informasi Keuangan menunjukan bahwa angka Keuangan Inklusif telah mencapai 63%:
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/DetailMateri/250
23
Sumber: DNKI, OJK IKNB
LAMPIRAN: KREDIT USAHA
RAKYAT
24
Perkembangan Program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) 2007-2017
2016 2017
• Skema subsidi bunga
2015 • Skema subsidi bunga
• Suku Bunga 9%
• Suku Bunga 9%
• Subsidi bunga: KUR Mikro 9,5%, KUR
• Subsidi bunga: KUR Mikro 10%, KUR Ritel 4,5%, KUR Penempatan TKI
Ritel 4,5%, KUR Penempatan TKI 12%(termasuk collection fee)
2007 - 2014 • Skema subsidi bunga
• Suku Bunga 12%
12%(termasuk collection fee) • Target penerima: UMKM di sektor
• Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri
• Subsidi bunga: KUR Mikro 7%, KUR pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa
Ritel 3%, KUR Penempatan TKI 12% pengolahan, perdagangan dan jasa • Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta,
• Skema subsidi Imbal Jasa Penjaminan
(termasuk collection fee) • Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta
(IJP) = 3.25%;
• Target penerima: UMKM di sektor KUR Ritel Rp 500 Juta • Tarif IJP = B2B (1,75% untuk KUR
• Suku Bunga: KUR Mikro 22%, KUR Ritel
13% , KUR TKI 22% pertanian, perikanan, industri • Tarif IJP: B2B (1,5%) Mikro, 1,5% untuk KUR Ritel dan KUR
• Target penerima : UMKM di seluruh sektor pengolahan, perdagangan dan jasa Pelaksana TKI)
ekonomi dan TKI • Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, • 26 Bank, 2 Perusahaan Pembiayaan Pelaksana
• Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 20 Juta, KUR KUR Ritel Rp 500 Juta • 10 Penjamin • 33 Bank, 4 Perusahaan Pembiayaan,
Ritel Rp 500 Juta • Risk Sharing: B2B • Pengawasan oleh OJK dan BPKP. 1 Koperasi Simpan Pinjam
• Risk Sharing: 70% - 30% (sektor non Pelaksana • Total Penyaluran per Des 2016 Rp • 10 Penjamin
prioritas), 80% - 20% (sektor prioritas) • 7 Bank Pelaksana, 2 Perusahaan 94,4 triliun dengan 4,3 juta akad Target penyaluran KUR tahun 2017
• 33 Bank Pelaksana, 4 Penjamin; Penjamin;
• Pengawasan oleh Bank Indonesia dan
kredit. (94% dari target). NPL = sebesar Rp110Triliun, dengan porsi
• Pengawasan oleh OJK dan BPKP. 0.37% KUR Mikro 81%, KUR Ritel 18%, dan
BPKP. • Total Penyaluran per Des 2015
• Total Penyaluran Rp 178 Triliun dengan • Baki debet s.d. Des’16 Rp 70,6 triliun. KUR TKI 1%.
sebesar Rp 22,75 Triliun dengan 1
12,4 juta akad kredit. NPL = 3.3%
• Baki debet s.d. Des’16 Rp 34,5 triliun. juta akad kredit. (75,9% dari target) Porsi KUR sektor produksi
• Baki debet s.d. Des’16 Rp 17,03 triliun. ditargetkan sebesar 40%.
25
Penyaluran KUR berdasarkan Sektor
Ekonomi
Posisi 30 September 2017
Penyaluran KUR untuk sektor produksi terus meningkat yaitu: (target porsi penyaluran KUR sektor produksi tahun 2017 sebesar 40%)
• Sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa – jasa = 44,8%
• Sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi = 31,7%
Ket:
Dengan sektor Tanpa Sektor Jasa -
jasa – jasa jasa Jasa-jasa
Konstruksi
Sektor Produksi 44.8% 31.7% 0,1%
13%
Sektor Non Produksi 55.2% 68.3% Pertanian, Perburuan, dan
Kehutanan
23% Perikanan
2%
Penyaluran KUR untuk sektor produksi terus meningkat, pada
Agustus 2017 tercatat porsi penyaluran KUR sektor produksi
(pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa - jasa)
sebesar 44% sedangkan sektor produksi (pertanian, perikanan,
industri, konstruksi) sebesar 31%. Capaian tersebut meningkat Industri Pengolahan
Perdagangan 6%
dari kinerja Desember 2016 dengan porsi penyaluran KUR 56%
sektor produksi sebesar 22%.
26
Penyaluran KUR berdasarkan Provinsi
posisi 30 September 2017
Penyaluran KUR s.d. 31 September 2017 Berdasarkan Provinsi
Maluku Utara 47,621
Kalimantan Utara 59,712 Penyaluran KUR masih didominasi di provinsi yang terletak di Pulau Jawa, dengan porsi penyaluran sebesar
Gorontalo 90,678
Kepulauan Riau 115,557 56%, diikuti dengan Sumatera 19% dan Sulawesi 10%.
Maluku 125,319
Kepulauan Bangka Belitung 132,840 Kinerja penyaluran KUR per Provinsi tersebut sesuai dengan sebaran UMKM di Indonesia.
Papua Barat 165,895
Sulawesi Barat 184,000
Bengkulu 204,154
Kalimantan Tengah 260,038 Penyaluran KUR s.d. 30 September 2017 per Pulau ( Rp. Miliar)
Sulawesi Tenggara 309,198
Nusa Tenggara Timur 312,936
Kalimantan Timur 347,395 11,172,377
Nusa Tenggara Barat 363,460
Papua 366,913
Nangroe Aceh Darussalam 404,373
Sulawesi Tengah 430,928
Sulawesi Utara 442,485
Kalimantan Barat 450,728
Lampung 477,571 5,288,425
Banten 527,046
Kalimantan Selatan 558,193
DI Yogyakarta 576,655
Jambi 642,761 2,253,797
1,839,291 1,636,251
Sumatera Selatan 667,803
Riau 735,203 442,038 150,390
Sumatera Barat 764,245
DKI Jakarta 829,616 Jawa Sumatera Sulawesi Bali Nusa Kalimantan Papua Maluku
Bali 940,637 Tenggara
Sulawesi Selatan 1,124,995
Sumatera Utara 1,185,268
Jawa Barat 2,258,381
Jawa Tengah 3,222,967
Jawa Timur 3,456,997
27
Arah Kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
28
TERIMA KASIH
29