Oleh :
Andini Islam
F1A017014
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
I Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT. I B Giri Putra, ST., MT.
BAB
PENDAHULUAN
I
BAB
DASAR TEORI
II
BAB
METODE PENELITIAN
III
Loncatan hidraulik akan menyebabkan terjadinya gerusan di hilir bendung, gerusan yang terjadi secara
terus menerus dapat menurunkan kestabilan bendung. Untuk meminimalisir terjadinya gerusan,
bendung juga di lengkapi dengan bangunan peredam energi yaitu kolam olak, tetapi pada nyatanya
dalam kasus lapangan masih terjadi gerusan pada dasar saluran di sebelah hilir kolam olak
(Abdurrosyid, 2005).
RUMUSAN MASALAH
Saluran Terbuka
Menurut penjelasan Triatmojo (2013) bahwa saluran
terbuka merupakan saluran dimana air mengalir dengan
muka air bebas dengan tekanan yang sama pada semua
titik di sepanjang saluran adalah tekanan atmosfer.
Kondisi Aliran
Program Surfer
Surfer merupakan suatu perangkat lunak
yang digunakan untuk menggambarkan peta
kontur dan pemodelan tiga dimensi yang
berdasarkan pada grid.
BAB 3
METODE PENELITIAN
MODEL FISIK SALURAN
Saluran yang digunakan dalam penelitian ini merupakan saluran yang sudah ada sebelumnya di
Laboratorium Hidraulika dan Pantai, yang berupa saluran lurus yang terbuat dari beton berbentuk persegi
Panjang dengan panjang 7.5 m ; lebar 0.5 m ; dan tinggi saluran 0.5 m.
Terdapat beberapa komponen yang dilektakkan pada penampang saluran (flume), diantaranya :
• Bendung atau pelimpah
• Pada ujung flume di bagian hulu dipasang penyearah arus
• di hilir kolam olak terdapat perlindungan permukaan sungai dari batuan
MODEL BENDUNG
Model bendung di sesuaikan dengan lebar saluran dan debit maksimum yang bisa di alirkan di lab
hidraulika, sehingga di dapatkan model bendung seperti ini
Model Batuan Pelindung
Perlindungan dasar sungai ini di letakkan di hilir kolam olak sepanjang 0.25 m
Percobaan dilakukan sebanyak 12
kali running dengan memvariasikan
4 debit dan 3 model batuan
pelindung dengan kemiringan dasar
saluran 0%
1. Model bendung dan perlindungan dasar sungai diletakkan pada saluran (flume), kemudian menghamparkan
sedimen alami dari sungai jangkok pada hilir bendung sepanjang saluran (flume) setebal 0.1 m.
2. Mengalirkan air ke dalam saluran dengan debit konstan sesuai yang telah direncanakan.
3. Setelah aliran stabil, kemudian mengamati beberapa parameter karakteristik aliran di antaranya yaitu :
• Tinggi kedalaman air di hulu (h0)
• Tinggi kedalaman air di kolam olak (h1)
• Tinggi kedalaman air di end sill (h2)
• Tinggi kedalaman air di hilir (h3)
4. Pengairan dilakukan selama kurang lebih 45 menit atau sampai tidak ada lagi material sedimen yang
bergerak .
5. Menghentikan pengaliran air dengan cara mengecilkan debit air secara perlahan agar gerusan di sekitar
bendung tidak terganggu oleh perubahan debit.
6. Mengambil data topografi untuk mengetahui gerusan yang terjadi di hilir bendung.
7. Mengulangi langkah percobaan point 1 sampai 6, dengan variasi debit.
8. Mengulangi langkah percobaan point 1 sampai 7 dengan variasi perlindungan dasar sungai.
BAB IV
ANALISIS DATA &
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK ALIRAN
Perhitungan angka Reynold (Re)
Angka Reynold
Re > 1000
Perhitungan angka Froude (Fr)
Fr < 1
Fr > 1
• Contoh salah satu table hasil penginputan data kontur satu kali pengujian (Running)
Hasil pengukuran kedalaman gerusan
Perbandingan potongan pada debit 0.0018 m3/det Perbandingan potongan pada debit 0.0030 m 3/det
Perbandingan potongan pada debit 0.0044 m 3/det Perbandingan potongan pada debit 0.0063 m 3/det
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari perhitungan angka Froude di dua titik, didapat (Fr) > 1 (super kritis) di kolam olak, dan (Fr) < 1 (sub kritis) di end sill. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya
perubahan kondisi aliran dari super kritis menjadi sub kritis. Dari perhitungan angka Reynold di end sill didapat (Re) > 1000, sehingga tipe aliran berdasarkan angka
Reynold (Re) menunjukkan aliran yang trubulen.
2. Dari hasil penelitian, kedalaman dan panjang maksimum gerusan terjadi pada Q = 0.0063 m3/det. Semakin besar debit maka semakin dalam dan panjang gerusan
yang terjadi dihilir kolam olak.
3. Variasi diameter batuan pelindung dasar sungai sangat berpengaruh dengan kedalaman dan panjang gerusan yang terjadi di hilir kolam olak. Semakin tebal desain
lapisan batuan kosong maka semakin besar pula kedalaman dan panjang gerusan yang terjadi di hilir kolam olak.
4. Model pelindung yang paling optimal terhadap perlindungan gerusan di hilir kolam olak yaitu model perlindungan 1. Dari hasil tiap-tiap running pada setiap debit di
dapat nilai kedalaman dan panjang gerusan paling kecil pada model perlindungan 1, dengan nilai kedalaman gerusan maksimum sebesar 0.0145 m dengan
panjang 0.5 m.
SARAN
Berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama penelitian, dapat disarankan beberapa lanjutan dari penelitian ini :
1. Dalam proses pengambilan data gerusan yang terjadi di hilir kolam olak menggunakan meteran taraf harus
dilakukan dengan ketelitian yang tinggi agar memperoleh data topografi yang lebih akurat.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variasi kemiringan untuk mendapatkan hasil kajian yang
lebih mendalam.
THANK YOU