Anda di halaman 1dari 29

SEMINAR HASIL

PENGARUH VARIASI DIAMETER BATUAN PELINDUNG DASAR SUNGAI


TERHADAP GERUSAN DI HILIR KOLAM OLAK
Effect Variations Grain Diameter of the Riverbed Surface Protection on
Scouring at the Downstream Stilling Basin

Oleh :
Andini Islam
F1A017014
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
I Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT. I B Giri Putra, ST., MT.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
MATERI PERSENTASI

BAB
PENDAHULUAN
I

BAB
DASAR TEORI
II

BAB
METODE PENELITIAN
III

BAB ANALISIS DATA &


IV PEMBAHASAN

BAB KESIMPULAN &


V SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Loncatan hidraulik akan menyebabkan terjadinya gerusan di hilir bendung, gerusan yang terjadi secara
terus menerus dapat menurunkan kestabilan bendung. Untuk meminimalisir terjadinya gerusan,
bendung juga di lengkapi dengan bangunan peredam energi yaitu kolam olak, tetapi pada nyatanya
dalam kasus lapangan masih terjadi gerusan pada dasar saluran di sebelah hilir kolam olak
(Abdurrosyid, 2005).
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana karakteristik aliran di hilir kolam olak ?


2. Bagaimana pengaruh variasi debit terhadap gerusan yang terjadi pada hilir kolam olak ?
3. Bagaimana pengaruh variasi diameter batuan pelindung terhadap gerusan di hilir kolam olak ?
4. Model batuan pelindung manakah yang paling optimal terhadap perlindungan gerusan di hilir kolam
olak ?
BAB 2
DASAR TEORI
DASAR TEORI
Bangunan Pelimpah
Di dalam Standar Perencanaan Irigasi (KP-02) secara umum
di Indonesia digunakan dua tipe mercu untuk pelimpah yaitu :
1. Tipe Ogee
2. Tipe Bulat

Kolam Olak Bendung


adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam Bendung merupakan bangunan sipil yang di
energi. Menururt KP 04 (1985) kolam olak tipe vlughter bangun melintang pada alur sungai yang
khusus dikembangkan untuk bangunan terjun di saluran berfungsi meninggikan muka air sungai
irigasi. sampai ketinggian tertentu

Saluran Terbuka
Menurut penjelasan Triatmojo (2013) bahwa saluran
terbuka merupakan saluran dimana air mengalir dengan
muka air bebas dengan tekanan yang sama pada semua
titik di sepanjang saluran adalah tekanan atmosfer.
Kondisi Aliran

1. Berdasarkan kekentalan (viscosity) kondisi aliran ini


dinyatakan dengan angka Reynolds.

Menurut Triatmodjo (2013), penggolongan aliran


berdasarkan angka Reynolds yang berhubungan dengan
karakteristik aliran adalah sebagai berikut ini:
• Aliran laminer, terjadi bila Re < 500,
• Aliran turbulen, terjadi bila Re > 1000, dan
• Aliran peralihan, terjadi bila 500 < Re < 1000.

2. Berdasarkan pengaruh gravitasi (intertial force) keadaan


aliran ini di nyatakan dengan angka Froude

Menurut Triatmodjo (2013), penggolongan jenis aliran dari


hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan di
samping adalah sebagai berikut ini:
• Aliran subkritis, terjadi apabila Fr < 1,
• Aliran super kritis, terjadi apabila Fr > 1, dan
• Aliran kritis, terjadi apabila Fr = 1
Gerusan
Menurut Hoffmans and Verheij, 1997, gerusan adalah
fenomena alam yang terjadi karena proses menurunnya dasar
sungai di bawah elevasi permukaan alami karena interaksi
antara aliran dengan material dasar sungai

Proses Transportasi Sedimen


Transpor sedimen merupakan suatu peristiwa terangkutnya
material dasar sungai akibat terbawa oleh aliran sungai.

Program Surfer
Surfer merupakan suatu perangkat lunak
yang digunakan untuk menggambarkan peta
kontur dan pemodelan tiga dimensi yang
berdasarkan pada grid.
BAB 3
METODE PENELITIAN
MODEL FISIK SALURAN

Saluran yang digunakan dalam penelitian ini merupakan saluran yang sudah ada sebelumnya di
Laboratorium Hidraulika dan Pantai, yang berupa saluran lurus yang terbuat dari beton berbentuk persegi
Panjang dengan panjang 7.5 m ; lebar 0.5 m ; dan tinggi saluran 0.5 m.
Terdapat beberapa komponen yang dilektakkan pada penampang saluran (flume), diantaranya :
• Bendung atau pelimpah
• Pada ujung flume di bagian hulu dipasang penyearah arus
• di hilir kolam olak terdapat perlindungan permukaan sungai dari batuan
MODEL BENDUNG

Model bendung di sesuaikan dengan lebar saluran dan debit maksimum yang bisa di alirkan di lab
hidraulika, sehingga di dapatkan model bendung seperti ini
Model Batuan Pelindung
Perlindungan dasar sungai ini di letakkan di hilir kolam olak sepanjang 0.25 m
Percobaan dilakukan sebanyak 12
kali running dengan memvariasikan
4 debit dan 3 model batuan
pelindung dengan kemiringan dasar
saluran 0%

Pengambilan setiap data dilakukan


sebanyak 3 kali yang kemudian di
rata-ratakan sehingga mendapatkan
1 data yang valid.
ALUR PLAKSANAAN PENELITIAN

1. Model bendung dan perlindungan dasar sungai diletakkan pada saluran (flume), kemudian menghamparkan
sedimen alami dari sungai jangkok pada hilir bendung sepanjang saluran (flume) setebal 0.1 m.
2. Mengalirkan air ke dalam saluran dengan debit konstan sesuai yang telah direncanakan.
3. Setelah aliran stabil, kemudian mengamati beberapa parameter karakteristik aliran di antaranya yaitu :
• Tinggi kedalaman air di hulu (h0)
• Tinggi kedalaman air di kolam olak (h1)
• Tinggi kedalaman air di end sill (h2)
• Tinggi kedalaman air di hilir (h3)
4. Pengairan dilakukan selama kurang lebih 45 menit atau sampai tidak ada lagi material sedimen yang
bergerak .
5. Menghentikan pengaliran air dengan cara mengecilkan debit air secara perlahan agar gerusan di sekitar
bendung tidak terganggu oleh perubahan debit.
6. Mengambil data topografi untuk mengetahui gerusan yang terjadi di hilir bendung.
7. Mengulangi langkah percobaan point 1 sampai 6, dengan variasi debit.
8. Mengulangi langkah percobaan point 1 sampai 7 dengan variasi perlindungan dasar sungai.
BAB IV
ANALISIS DATA &
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK ALIRAN
Perhitungan angka Reynold (Re)

Keliling basah Kecepatan aliran Jari-jari hidroulik

Luas penampang basah


saluran

Angka Reynold

Re > 1000
Perhitungan angka Froude (Fr)

Fr < 1
Fr > 1
• Contoh salah satu table hasil penginputan data kontur satu kali pengujian (Running)
Hasil pengukuran kedalaman gerusan

Model perlindungan 1 Model perlindungan 2 Model perlindungan 3

Q = 0.0018 m3/det Q = 0.0018 m3/det Q = 0.0018 m3/det


Kedalaman gerusan Kedalaman gerusan Kedalaman gerusan
max (m) = 0.00525 max (m) = 0.0055 max (m) = 0.0095
Panjang gerusan Panjang gerusan Panjang gerusan
max (m) = 0.1 max (m) = 0.175 max (m) = 0.19

Q = 0.0030 m3/det Q = 0.0030 m3/det


Q = 0.0030 m3/det
Kedalaman gerusan Kedalaman gerusan
Kedalaman gerusan
max (m) = 0.01016 max (m) = 0.0095
max (m) = 0.0055
Panjang gerusan Panjang gerusan
Panjang gerusan
max (m) = 0.225 max (m) = 0.275
max (m) = 0.175

Q = 0.0044 m3/det Q = 0.0044 m3/det


Q = 0.0044 m3/det
Kedalaman gerusan Kedalaman gerusan
Kedalaman gerusan
max (m) = 0.00983 max (m) = 0.01316
max (m) = 0.011
Panjang gerusan Panjang gerusan
Panjang gerusan
max (m) = 0.400 max (m) = 0.450
max (m) = 0.275

Q = 0.0063 m3/det Q = 0.0063 m3/det


Q = 0.0063 m3/det
Kedalaman gerusan
Kedalaman gerusan Kedalaman gerusan
max (m) = 0.0205
max (m) = 0.0145 max (m) = 0.015
Panjang gerusan
Panjang gerusan Panjang gerusan
max (m) = 0.620
max (m) = 0.5 max (m) = 0.525
Pengaruh variasi debit terhadap gerusan di hilir kolam olak

Pengaruh debit terhadap kedalaman gerusan

Pengaruh debit terhadap panjang gerusan


Pengaruh variasi diameter batuan pelindung terhadap gerusan di hilir kolam olak

Perbandingan potongan pada debit 0.0018 m3/det Perbandingan potongan pada debit 0.0030 m 3/det

Perbandingan potongan pada debit 0.0044 m 3/det Perbandingan potongan pada debit 0.0063 m 3/det
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari perhitungan angka Froude di dua titik, didapat (Fr) > 1 (super kritis) di kolam olak, dan (Fr) < 1 (sub kritis) di end sill. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya
perubahan kondisi aliran dari super kritis menjadi sub kritis. Dari perhitungan angka Reynold di end sill didapat (Re) > 1000, sehingga tipe aliran berdasarkan angka
Reynold (Re) menunjukkan aliran yang trubulen.

2. Dari hasil penelitian, kedalaman dan panjang maksimum gerusan terjadi pada Q = 0.0063 m3/det. Semakin besar debit maka semakin dalam dan panjang gerusan
yang terjadi dihilir kolam olak.

3. Variasi diameter batuan pelindung dasar sungai sangat berpengaruh dengan kedalaman dan panjang gerusan yang terjadi di hilir kolam olak. Semakin tebal desain
lapisan batuan kosong maka semakin besar pula kedalaman dan panjang gerusan yang terjadi di hilir kolam olak.

4. Model pelindung yang paling optimal terhadap perlindungan gerusan di hilir kolam olak yaitu model perlindungan 1. Dari hasil tiap-tiap running pada setiap debit di
dapat nilai kedalaman dan panjang gerusan paling kecil pada model perlindungan 1, dengan nilai kedalaman gerusan maksimum sebesar 0.0145 m dengan
panjang 0.5 m.
SARAN

Berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama penelitian, dapat disarankan beberapa lanjutan dari penelitian ini :

1. Dalam proses pengambilan data gerusan yang terjadi di hilir kolam olak menggunakan meteran taraf harus
dilakukan dengan ketelitian yang tinggi agar memperoleh data topografi yang lebih akurat.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variasi kemiringan untuk mendapatkan hasil kajian yang
lebih mendalam.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai