Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT HIPERTENSI KRISIS DAN


SINDROMA
Kelompok 2
AORTA
Kelompok 2 :
Dinda Fitrianingsih 1814201070
Neli Yulia 1814201054
Dede Muhyidin 1814201057
Nopitasari 1814201069
Gadis Saras -

KELAS 6B KEPERAWATAN
HIPERTENSI
KRISIS
Hipertensi Krisis
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan
darah menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya
kerusakan organ seperti otak (stroke), ginjal, Arteri perifer
dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien
hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat
antihipertensinya

Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan


darah yang mencolok tinggi, umumnya tekanan darah sistolik
lebih dari 220 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih
dari 120-130 mmHg, dan peningkatannya terjadi dalam
waktu yang relative pendek
Pengkajian hipertensi krisis
PENGKAJIAN DASAR DATA
IDENTITAS KLIEN PRIMER PENGKAJIAN
AKTIVIRAS,
NAMA, UMUR, JENIS AIRWAY,
SIRKULASI,
KELAMIN DLL BREATHING,
INTEGRITAS EGO,
CIRCULATION,
ELIMINASI,
DISABILITY,
MAKANAN DLL
EKSPOSURE
PENGKAJIAN PRIMER
PENGKAJIAN AIRWAY (JALAN NAFAS)

- Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah


jalan nafas paten (longgar) atau mengalami
obstruksi total atau partial
- Sebaiknya ada teman Anda (perawat) membantu
untuk mempertahankan tulang servikal.
- Pengkajian pada jalan nafas dengan cara
membuka mulut korban dan lihat: Apakah ada
vokalisasi, muncul suara ngorok; Apakah ada
secret, darah, muntahan; Apakah ada benda
asing seperti gigi yang patah; Apakah ada bunyi Yakinkan kepatenan jalan napas berikan alat bantu
napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal) jika
stridor (obstruksi dari lidah). terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak
- Cek adanya sianosis atau tidak ahli anestesi dan bawa segera ke ICU
Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan
PENGKAJIAN BREATHING (PERNAFASAN) pulse oximeter, untuk mempertahankan
saturasi >92%. Berikan oksigen dengan aliran
- Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara tinggi melalui non re-breath mask.
inspeksi, palpasi. Bila diperlukan auskultasi Pertimbangkan untuk mendapatkan
dan perkusi. pernapasan dengan menggunakan bag-valve-
- Inspeksi dada korban: Kesimetrisan mask ventilation Lakukan pemeriksaan gas
pengembangan dada, Jejas/kerusakan kulit, darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
Retraksi intercostalis, adakah pernafasan bantu PaCO2
otot, adakah sucking chest wound,flail chest/
thoraks melayang,adakah pneumothorax
- Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan
- Adakah penurunan ekspansi paru.
- Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal
atau vesikuler menurun); Adakah suara nafas
tambahan seperti ronchi, wheezing, .stridor,
atau crackles
- Perkusi, dilakukan di daerah thorak dengan hati
hati, beberapa hasil yang akan diperoleh adalah
sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor
atau timpani bila ada udara di thorak; Pekak
atau dullnes bila ada konsolidasi atau cairan.
PENGKAJIAN CIRCULATION (SIRKULASI)

- Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk DISABILLITY


mengetahui dan menilai kemampuan
jantung dan pembuluh darah dalam Kaji tingkat kesadaran dengan
memompa darah keseluruh tubuh. menggunakan AVPU penurunan
- Pengkajian sirkulasi meliputi: Tekanan kesadaran menunjukan tanda awal
darah; Jumlah nadi; Raba nadi karotis pasien masuk kondisi ekstrim dan
pasien, keadaan akral: dingin atau hangat; membutuhkan pertolongan medis
Sianosis; Bendungan vena jugularis segera dan membutuhkan
- Kaji adanya perdarahan atau tidak pada pasien perawatan di ICU.
- Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan
terdengan suara gallop
- Kaji peningkatan JVP Monitoring tekanan darah
- Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan: Sinus
tachikardi Adanya Suara terdengar jelas pada
S4 dan S3
Lanjutan

DISABILITY

EKSPOSURE - TINGKAT KESADARAN


- GERAKAN EKSTERMITAS
02 TANDA TANDA 01 - GCS
06 TRAUMA YANG ADA - UKURAN PUPIL DAN
RESPON PUPIL TERHADAP
CAHAYA
Dasar data pengkajian
Anamnesis
Anamnesis pasien harus dilakukan secara cermat, mengenai:
- Riwayat HT (awitan, durasi, beratnya, pengobatan anti-HT sebelumnya)
- Riwayat obat-obatan (penggunaan steroid, estrogen, simpatomimetik, MAO
inhibitor)
- Riwayat sosial (merokok, minim alkohol, obat-obatan terlarang, kehamilan)
- Riwayat keluarga (usia dini terkena HT, penyakit kardio-vaskuler dan serebrovaskuler)
- Riwayat spesifik sesuai keluhan (kardi-ovaskuler, neurologis, ginjal, endokrin)

Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kecurigaan organ target yang
terkena berdasarkan anamnesis yang didapat.
- Pengukuran peningkatan tekanan darah (dilakukan konfirmasi: sesuai posisi
pengukuran yang tepat, ukuran cuff yang sesuai, pemeriksaan pada posisi
supinasi dan berdiri, lokasi pengukuran dilakukan dikedua lengan)
- Palpasi denyut nadi dikeempat ekstremitas
Pemeriksaan penunjang
Tindakan Keperawatan
Yang Dilakukan

01 Hipertensi darurat 02 Hipertensi mendesak


Penurunan tekanan darah harus dilakukan
Penurunan tekanan darah dilakukan
dengan segera namun tidak terburu-buru.
dengan obat oral kerja pendek, tekanan
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat
darah harus diperiksa ulang dalam jangka
menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal.
waktu 24 jam.
Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1
menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100
dalam 2-6 jam.
Medikasi yang diberikan sebaiknya perparental
(infus drip bukan injeksi). Obat yang cukup sering
digunakan Nitroprusid IV dengan dosis 0,25
ug/kg/mnt. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipine 5-10mg, captropil 12,5-25mg,
Clonidin 75-100ug.
Kasus

Pasien usia laki-laki 60 th, datang ke RS dengan keluhan sakit kepala , tengkuk
terasa berat, pasien tampak lemas, klien pandangan klien kabur, pasien memiliki
riwayat hipertensi 8 th lalu, namun ia sempat berhenti mengontrol hipertensinya,
saat dikaji diapatkan skala nyeri 5 dan nyeri seperti ditekan benda berat, TD lebih
dari normal yaitu 180/110 mmhg N : 92x/menit, RR 22x/menit, S: 36,8°c
Pengkajian
A. Identitas
•Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki
Status : menikah
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Tangerang
Diagnosa medis : hipertensi Krisis

•Identitas Penanggung Jawab


Nama : ny.c
Umur : 58 tahun
Hub. Dengan Pasien : istri
Pekerjaan  : ibu rt
Alamat : Tangerang
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
•Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit kepala dan nyeri tengkuk terasa berat, pasien tampak lemas, mata
sulit untuk di buka
Klien mempunyai riwayat hipertensi

2.Status Kesehatan Masa Lalu


• Penyakit yang pernah dialami
pasien mempunyai riwayat hipertensi 8 th lalu, namun pernah berhenti mengontrol
hipertensinya
•Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi obat-obatan dan makanan
•Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Klien mengatakan tidak perna mengonsumsi alkohol atau merokok 

3.Riwayat Penyakit Keluarga


hipertensi

4. Diagnosa Medis
Hipertensi krisis
Pola aktivitas dan latihan
•Aktivitas
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu
orang lain dan alat, 4: tergantung total
Kemampuan dan 0 1 2 3 4

perawatan diri

Makandan minum √

Mandi √
Toileting √
berpakaian √
berpindah √
D. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum: Sedang
kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
2.Tanda-tanda vital
Nadi = 92 kali/menit
Suhu = 36,8°C
TD =180/120 mmHg
RR =22 kali/ menit
3.Keadaan fisik
•Kepala dan leher : berbentuk bulat,simetris dan leher simetris. Tidak Terdapat edema atau
sembab pada daerah wajah terutama daerah periorbital.
•Dada
Paru : Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
Jantung : tidak ada suara jantung s3 dan s4,
•Abdomen : Normal
•Genetalia : Normal
•Neurosensori
•Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
•Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic
DIAGNOSA HIPERTENSI KRISIS

RESIKO PERFUSI JARINGAN SEREBRAL TIDAK EFEKTIF BD PENINGKATAN


TEKANA N INTRAKRANIAL
01

NYERI AKUT BD SAKIT KEPALA BERHUBUNGAN


PENINGKATAN TEKANAN VASKULER SEREBRAL
02

INTOLERANSI AKTIVITAS BD KELEMAHAN FISIK


03

HAMBATAN MOBILITAS FISIK BD KELEMAHAN


04

OTOT
No Data Masalah

1 DS : Resiko perfusi jaringan


• Klien memiliki riwayat hipertensi, dan sempat berhenti mengontrol hipertensinya serebral tidak efektif bd
• Panglihatan klien kabur peningkatan tekanan
intrakranial
DO :
• Pasien tampak lemas, ,
• Tekanan darah 180/110 mmHg, Nadi; 92 x/mennit, pernapasan; 22 x/menit, suhu
36,8˚ c

2 DS : Nyeri akut bd sakit


• Klien mengeluh sakit kepala, tengkuk terasa berat kepala berhubungan
• P : timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang naik peningkatan tekanan
• Q : seperti tertekan beban berat vaskuler serebral
• R : keluhan dirasakan pada kepala dan leher
• S : skala nyeri 5 (sedang)
• T : keluhan timbul tiba-tiba, sakit kepala yg dirasakan hilang timbul.
DO :
• Klien tampak meringis
• Pasien tampak lemah, dan meringis kesakitan,
• Skala Nyeri 5
3. DS : intoleransi aktivitas bd
• Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari kelemahan fisik
dikarenakan tubuhnya lemah
• Pasien badannya kaku untuk digerakkan
DO
• Pasien tampak lemah,
• Semua kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga
• Tekanan darah 180/110 mmHg, Nadi; 92 x/mennit, pernapasan; 22
x/menit, suhu 36,8˚ c
Diagnosa SDKI SLKI SIKI
Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pemantauan tekanan intrakranial i.06198
selebral tidak efektif selama 3 x 24 jam tidak terjadi kerusakan Observasi
bd peningkatan tekanan organ, dengan kriteria hasil • Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Perfusi selebral L.02014 (peningkatan tekanan vena, gangguan
intrakranial
• tekanan darah dalam batas normal metabolisme, edema selebral)
• Tingkat kesadaran membaik • Monitor peningkatan TD
• Tekanan darah sistolik dan diastolik • Monitor penurunan frekuensi jantung
membaik • Monitor penurunan tingkat kesadaran
• Tekanan intrakranial menurun • Monitor perlambatan/ketidaksimetrisan pupil
• Sakit kepala menurun. Skala nyeri • Monitor kadar C02 dan pertahankan dalam rentang
menurun yang diindikasikan
• Kegelisahan menurun 2. Manajemen peningkatan tekanan intra kranial
i.09325
• Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
• Berikan posisi semi fowler
• Cegah terjadinya kejang
• Atur ventilator agar PaCO2 optimal
• Pertahankan suhu tubuh normal
Diagnosa SDKI SLKI SIKI
2. Nyeri akut, sakit Mengurangi nyeri dan menurunkan 1. Manajemen nyeri I.08238
kepala berhubungan tekanan pembuluh darah otak Nyeri atau • Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas,
peningkatan tekanan sakit kepala hilang atau berkurang skala nyeri, intensitas nyeri
setelah dilakukan tindakan keperawatan • Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
vaskuler serebral selama 3 x 24 jam. nyeri,( terapi pijat, aromaterapi, dll)
Dengan Kriteria hasil : • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
1. Tingkat nyeri L.08066 (suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
• Keluhan nyeri menurun • Fasilitasi istirahat tidur
• Meringis menurun • Kolaborasi pemberian analgetik
• Gelisah menurun 2. Pembrian analgesik I.08234
• Mual dan muntah berkurang • Identifikasi riwayat alergi obat
• Frekuensi nadi membaik • Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis,
• Pola nafas membaikt narkotika,non-narkotik, atau NSAID) dengan
• Tekanan darah membaik tingkat keparahan nyeri
2. Perfusi perifer L.02011 • Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
• Denyut nadi perifer meningkat analgesik
• Tidak ada sianosis • Monitor efektifitas analgesik
• Tidak ada edema periffer • Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik
• Kelemahan otot menurun sesuai indikasi
• TTV membaik
Intervensi keperawatan
Diagnosa SDKI SLKI SIKI
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen energi i.05178
BD kelemahan fisik selama 3 x 24 jam kelemahan fisik klien observasi
berkurang, dengan kriteria hasil • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
1. Toleransi aktivitas L.05047 mengakibatkan kelelahan
• Kemudahan dalam melakukan • Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas sehari-hari meningkat Terapeutik
• Kekuatan tubuh bagian atas dan • Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
bawah meningkat (mis, cahaya, suara, kunjungan)
• Keluhan lelah menurun • Berikan akivitas distraksi yang menenangkan
• Tidak ada dipsnea saat aktivitas Kolaborasi
• Tidak sianosis • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
• Tekanan darah membaik meningkatkan asupan makanan
Sindroma Aorta
Diseksi aorta adalah kondisi medis yang
ditandai dengan robeknya lapisan bagian
dalam dari aorta, arteri besar yang
merupakan cabang langsung dari jantung

Secara umum, diseksi aorta


ditandai oleh robekan lapisan
intimal dinding aorta yang diawali
oleh suatu proses degenerasi,
atau disertai nekrosis kristik dari
lapisan tunika media
KASUS

Ny.D usia 57 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sakit di dada sebelah kiri sejak 2
bulan yg lalu,pasien mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes sejak tahun 2017, pasien
mengatakan nyeri nya terasa berat saat melakukan aktivitas dan menjalar sampai ke
punggungpasien mengatakan lemas dan dadanya terasa sesak hasil ttv di dapatkan
TD : 160/120 mmhg
Rr : 23x/ menit
S : 37°c
Nadi 96x/ menit
Skala nyeri 5
PENGKAJIAN FORMAT GORDON

A. Identitas
•Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : perempuan
Status : menikah
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Tangerang
Diagnosa medis : Sindroma Aorta Akut

•Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.c
Umur : 60 tahun
Hub. Dengan Pasien : suami
Pekerjaan  : Swasta
Alamat : Tangerang
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
•Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit dada di sebelah kiri sejak 2 bulan yg lalu

•Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Klien mengatakan alasan masuk rumah sakit,klien merasakansakit di dada saat beraktivitas
dan menjalar sampai ke punggung

2.Status Kesehatan Masa Lalu


• Penyakit yang pernah dialami
pasien mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes
•Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi obat-obatan dan makanan
•Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Klien mengatakan tidak perna mengonsumsi alkohol atau merokok 

3.Riwayat Penyakit Keluarga


hipertensi

4. Diagnosa Medis
Sindroma Aorta Akut
C. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
klien mengatakan semenjak dirawat di rumah sakit klien merasakan ada perubahan

2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit  : Klien mengatakan 3x sehari
Saat sakit : 3x sehari

3. Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit : BAB Lancar (1-2x/hari)
Saat sakit : BAB Lancar (1-2x/hari)
BAK
Sebelum sakit : Klien mengatakan bak yang lancar sebelum sakit
Saat sakit : Klien mengatakan bak yang lancar
4. Pola aktivitas dan latihan
•Aktivitas
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

Kemampuan dan 0 1 2 3 4

perawatan diri

Makandan minum √
Mandi √
Toileting √
berpakaian √
berpindah √

•Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan sehari-hari beraktivitas,sebagai pelajar
Saat sakit : Klien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk memulihkan kesehatan
5. Pola kognitif dan Persepsi
Tampak Ramah Terhadap Perawat Dan Keluarga

6.Pola Persepsi-Konsep diri  


Pasien Dan Keluarga Berharap Agar Cepat Sembuh

7.Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : Klien mengatakan istirahat yang cukup
Saat sakit : Klien mengatakan istirahat yang kurang

8. Pola Peran-Hubungan
klien mengatakan terlihat hubungan pasien dengan keluarga sangat baik dan aktif

9. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-

10. Pola Toleransi Stress-Koping


klien mengatakan untuk lebih menonton,mendengarkan misik
11. Pola Nilai-Kepercayaan
klien mengatakan saat sakit jarang melakukan dan saat sehat kadang-kadang beribadah
 
D. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum: Sedang
kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
2.Tanda-tanda vital
Nadi = 96 kali/menit
Suhu = 36,6°C
TD =160/120 mmHg
RR =23 kali/ menit
3.Keadaan fisik
•Kepala dan leher : berbentuk bulat,simetris dan leher simetris. Terdapat edema atau sembab pada
daerah wajah terutama daerah periorbital.
•Dada
Paru : Suara nafas vesikuler
Jantung : terdapat nyeri dada seperti ditusuk tusuk,
•Payudara dan ketiak : Normal
•Abdomen : Normal
•Genetalia : Normal
•Integumen : Pucat,
•Ekstremitas : Normal
•Neurologis : Normal

E. Pemeriksaan Penunjang
• Foto Rontgen dada, untuk melihat apakah terdapat pelebaran aorta
• Ekokardiografi transesofageal (transesophegeal echocardiogram), untuk melihat gambaran
jantung
• CT scan dengan zat kontras, untuk melihat kondisi jantung, aorta, dan pembuluh darah lain
dengan lebih jelas
• Magnetic resonance angiogram (MRA), untuk melihat aliran darah di aorta
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Nyeri Akut
• Klien mengatakan nyeri dada kanan sampai
punggung
DO :
• Klien tampak meringis dan terlihat kesakitan
• Nyeri dirasakan hilang timbul dengan skala 5
• Hasil ECHO (all segments normokinetik
tampak aneurisma aorta descendend dengan
intima)

2 DS : Gangguan Pola Tidur


• Klien mengatakan tidak bisa tidur ketika
malam hari karena nyeri
DO :
• Pola tidur klien tampak berubah kurang dari 8
jam
3. DS : Pola napas tidak efektif
Klien mengatakan sedikit sesak
DO :
• TD : 140/96 mmHg
• SPO2 : 95 %
• N : 86x/menit
• RR : 23x/menit
• Suhu : 36,3ºC
• Terpasang 02 nasal 21pm
• Nafas dangkal
DIAGNOSA

• nyeri akut b/d aneurisma diseksi


1. aorta di tandai dengan nyeri skala 5

• Gangguan pola tidur b.d hambatan


2. lingkungan

• Pola Nafas tidak efektif b.d


3. hambatan upaya nafas
Diagnosa SLKI SIKI

nyeri akut b/d aneurisma diseksi Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri I.08238
aorta di tandai dengan nyeri skala keperawatan 3x24 jam diharapkan • Identifikasi lokasi, karakteristik,
5 1. Tingkat nyeri L.08066 frekuensi, kualitas, skala nyeri,
• Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
• Meringis menurun • Berikan teknik nonfarmakologi
• Gelisah menurun untuk mengurangi nyeri,( terapi
• Mual dan muntah berkurang pijat, aromaterapi, dll)
• Frekuensi nadi membaik • Kontrol lingkungan yang
• Pola nafas membaikt memperberat rasa nyeri (suhu
• Tekanan darah membaik ruangan, pencahayaan dan
kebisingan)
• Fasilitasi istirahat tidur
• Kolaborasi pemberian analgetik
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
(SDKI)

1 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Tidur (I.05174)
hambatan lingkungan d.d selama 1x24 jam diharapkan pola tidur klien Observasi
klien sulit tidur kembali normal, dengan K.H : • Identifikasi pola aktivitas dan
Pola Tidur (L.05045) tidur
• Keluhan sulit tidur menurun • Identifikasi faktor
• Keluhan sering terjaga menurun pengganggu tidur
• Keluhan istirahat tidak cukup menurun Terapeutik
• Keluhan tidak puas tidur menurun • Modifikasi lingkungan
• Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi
• Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
• Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
(SDKI)
3 Pola Nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Pola Nafas
hambatan upaya nafas d.d selama 1x24 jam diharapkan pola nafas I.01011
pasien mengeluh sesak kembali normal dengan KH : Observasi
Pola Nafas L.01004 • Monitor pola nafas
• Ventilasi semenit meningkat • Monitor bunyi nafas
• Kapasitas vital meningkat Terapeutik
• Dipsnea menurun • Berikan minum
• Tidak adanya penggunaan otot bantu hangat
pernapasan • Posisikan semi-fowler
• Tidak ada pernapasan cuping hidung atau fowler
• Frekuensi nafas membaik Edukasi
• Kedalaman nafas membaik • Ajarkan teknik batuk
efektif
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai