Anda di halaman 1dari 11

Penyusunan Algoritma

Oleh: Fauzan Ishlakhuddin, S.Kom., M.Cs.


Algoritma dalam Dunia Nyata
Algoritma  Prosedure/tata cara
Contoh:

Kuliah ATM Kartu Remi

Prosedure yang diterjemahkan ke Bahasa Komputer agar dikenali


Dasar Penyusunan Algoritma
Dalam menyusun algoritma tidak ada standarisasi khusus, namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Finiteness
Algoritma harus memiliki kondisi akhir jika proses sudah selesai
2. Definiteness
Setiap langkah dalam algoritma harus dinyatakan dengan jelas (tidak rancu atau memiliki arti yang mendua)
3. Masukan
Algoritma bisa saja tidak memiliki masukan atau bahkan memiliki lebih dari satu masukan. Masukan yang
dimaksud adalah besaran yang diberikan di awal sebelum algoritma dijalankan.
4. Keluaran
Setiap algoritma harus memiliki paling tidak 1 keluaran. Keluaran merupakan hasil masukan setelah diproses pada
algoritma tersebut.
5. Efektivitas
Algoritma yang dikembangkan atau dibangun diharapkan bersifat efektif, baik dari segi perintah yang sederhana
maupun waktu yang lebih singkat (cepat).
Hal yang Perlu Dihindari
Dalam sebuah algoritma adakalanya membutuhkan untuk loncat ke
proses tertentu pada tahap sebelumnya, namun hal tersebut perlu
dihindari dan digantikan dengan perulang, karena dalam pemrograman
saat ini sudah jarang ada bahasa pemrograman yang menerapkan hal
tersebut. Contoh:
1 2
Narasi Algoritma Bilingan Faktor Persekutuan Terbesar Pseudocode Algoritma Bilingan Faktor Persekutuan
1. [Cari sisa pembagian]  r = hasil pembagian m dengan n Terbesar
2. [Apakah r bernilai 0?]  Apabila r bernilai 0, hasil r 1. r  sisa pembagian m dengan n
dan program selesai 2. ULANG SELAMA r ≠ 0
3. [Tukar nilai ]  Jika r tidak sama dengan 0, m n
maka tukar nilai m = n dan n r
n = r, lalu kembali ke poin AKHIR ULANG
no. 1 3. tampilkan(n)
Pedoman Menyusun Pseudocode
1. Notasi “” digunakan untuk memberikan nilai ke suatu variable, contoh:
a  10, b  5 //dapat dibaca variable a = 10 dan b = 5
2. Setiap pernyataan atau perintah yang dapat berdiri sendiri ditulis dalam 1 baris utuh, contoh:
hasil  a + b
3. Setiap variable (nama sesuatu yang digunakan untuk menyimpan nilai dan nilainya dapat diubah) ditulis
dengan awalan huruf.
1. Huruf kecil untuk non larik, contoh:
c  8, dll
2. Huruf besar untuk larik, contoh:
A  Larik bilangan bulan [1…10]
* Larik merupakan jenis variable yang dapat menyimpan banyak data yang sejenis
4. Tipe data majemuk (mengandung data berbeda dengan nama berbeda) akan dinyatakan dengan notasi berikut:
simpul = KUMPULAN
data1
data2
dst…
AKHIR-KUMPULAN
Pedoman Menyusun Pseudocode Lanjut…
5. Identasi atau penjorokan ke kanan digunakan untuk menyatakan pernyataan berbeda yang masih dalam 1
blok, contoh:
JIKA x > 1 MAKA
pernyataan1
pernyataan2
dst…
AKHIR-JIKA
6. Simbol “//” digunakan untuk menyatakan komentar (keterangan), contoh:
a  10, b  5 //dapat dibaca variable a = 10 dan b = 5
7. Notasi “masukan()” dan “keluaran()” digunakan untuk perintah memperoleh masukan dan menampilkan
keluaran, contoh:
masukan(panjang, tinggi)
keluaran(hasil)
8. Ada 2 hasil logika yang digunakan, yaitu: TRUE (BENAR) dan FALSE (SALAH). Sedangkan operator
logika yang dapat digunakan adalah: <, >, ≤, ≥, =, ≠, OR (ATAU), dan AND (DAN).
9. Notasi seperti “A[i]” menyatakan elemen ke-i pada larik A dimulai dari 0, contoh:
A  Larik huruf kecil [a…e]
Keluaran(A[2]) //maka akan mencetak huruf “c”, karena dihitung dari 0
Pedoman Menyusun Pseudocode Lanjut…
10. Notasi jumlahElemen(A) menyatakan panjang dari lari A, contoh:
A  Larik huruf kecil [a…e]
keluaran(jumlahElemen(A)) //maka akan mencetak 5, karena a sampe e ada 5 huruf
11. Bentuk pernyatakan kondisi, dengan 1 kondisi:
JIKA kondisi MAKA
Pernyataan1
dst…
AKHIR-JIKA
12. Bentuk pernyatakan kondisi, dengan multi kondisi:
JIKA kondisi MAKA COCOK nilai JIKA nilai < 40 MAKA
Pernyataan1 DENGAN nilai1 MAKA
huruf  “D”
dst… Pernyataan1
dst… ATAU-JIKA nilai < 60 MAKA
ATAU-JIKA kondisi MAKA
DENGAN nilai2 MAKA huruf  “C”
Pernyataan1
Pernyataan1 ATAU-JIKA nilai < 80 MAKA
dst… dst…
JIKA-TIDAK MAKA huruf  “B”
LAINNYA
Pernyataan1 LAINNYA
Pernyataan1
dst… dst… huruf  “A”
AKHIR-JIKA AKHIR-COCOK AKHIR-JIKA
Bentuk 1 Bentuk 2 Penerapan
Pedoman Menyusun Pseudocode Lanjut…
13. Bentuk pernyataan Perulangan (Looping)
a. Kondisi di awal
b. Kondisi di akhir
c. Banyak tertentu

ULANG SELAMA UNTUK var = nilai_awal S/D nilai_akhir LANGKAH


ULANG
kondisi kenaikan
Pernyataan-1
Pernyataan-1 Pernyataan-1
… …

Pernyataan-n Pernyataan-n
Pernyataan-n
SAMPAI kondisi; AKHIR-UNTUK
AKHIR-ULANG
Kondisi a Kondisi b Kondisi c
Pedoman Menyusun Pseudocode Lanjut…
14. Prosedure/fungsi (sejumlah larik kode sudah menjadi satu-kesatuan)
PROSEDURE namaProcedure(daftar-parameter)
Pernyataan-1

Pernyataan-n
AKHIR-PROSEDURE Bentuk 1

PROSEDURE namaProcedure(daftar-parameter)
Pernyataan-1

Pernyataan-n
NILAI-BALIK nama_varaiable
AKHIR-PROSEDURE
Bentuk 2
Sekilas tentang Larik (Array)
• Macam: Larik 1 dimensi dan Larik Multi Dimensi (2 dan 3 diemnsi)
0 1 2 3 0, 0 0, 1 0, 2 0, 3
1, 0 … … …
Baris
Kolom 2, 0 … … …
a. Larik 1 Dimensi 3, 0 3,1 … 3, 3

Kolom
c. Larik 3 Dimensi
b. Larik 2 Dimensi

Anda mungkin juga menyukai