KEJANG DEMAM
Preseptor :
Disusun Oleh : dr.Diah Astika Rini,Sp.A
CORRYNA RIVA DESTRADO
21360058
FARAH ULYA SURYADANA
MASA KKM : 21360066
4 Oktober 2021
hingga RIMA PUSPITA SARI
29 Desember 2021 21360193
Pokok pembahasan
1 2 3
pendahuluan tinjauan pustaka kesimpulan
Definisi
Latar belakang Anatomi Venus has a beautiful
Etiologi name, but it’s hot
Klasifikasi
Prevalensi
Patofisiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Gambar Wilm’s Tumor
01
Pendahuluan
Latar belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologi paling sering pada anak usia di bawah 5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang
pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (di atas 38°C dengan metode pengukuran suhu apa
pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial. Bangkitan kejang demam paling banyak terjadi pada usia 6 bulan hingga 22 bulan,
insidens tertinggi pada usia 18 bulan. Hasibuan. Secara umum kejang demam memiliki prognosis yang baik, namun sekitar 30 sampai
35% anak dengan kejang demam pertama akan mengalami kejang demam berulang. hutama
Hasibuan, D.K. and Dimyati, Y., 2020. Kejang Demam sebagai Faktor Predisposisi Epilepsi pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran,
47(11), pp.668-672.
Angka kejadian kejang demam bervariasi di berbagai negara. Di daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat sebanyak 2-4% angka
kejadian kejang demam per tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%. Dari semua kasus tersebut hampir 80%
kasus adalah kejang demam sederhana. Di Asia dilaporkan angka kejadian kasus lebih tinggi dari Negara-negara lain dan sekitar 80% -
90% dari seluruh kasus adalah kejang demam sederhana. hutama
Angka kejadian kejang demam di Indonesia (2008) 2% sampai 4% setiap tahun; 80% disebabkan infeksi saluran pernapasan.4 Angka
kejadian per tahun di wilayah Jawa Tengah sekitar 2% sampai 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.2,4 Sekitar 25% sampai 50%
kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang.
hasibuan
02
Tinjauan
pustaka
Definisi Epidemiologi
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling
sering, biasanya merupakan kejadian tunggal dan tidak
Kejang demam merupakan suatu bangkitan berbahaya. Berdasarkan studi populasi, angka kejadian kejang
demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya
(suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya
oleh suatu proses ekstrakranial, tanpa adanya demam, dan 22% lebih dari 24 jam.2 Sekitar 30% pasien akan
mengalami kejang demam berulang dan kemudian meningkat
gangguan elektrolit atau riwayat kejang dan menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1
tanpa demam sebelumnya. (Hutama) tahun. Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah
kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang
ke arah epilepsi. Arief, 2015
Etiologi
Penyebab kejang demam hingga kini belum di ketahui
dengan pasti.Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi, kadang kadang demam tidak terlalu tinggi
dapat menyebabkan kejang 5 Adapun penyebab terjadinya
kejang demam, antara lain : obat-obatan,
ketidakseimbangan kimiawi seperti hiperkalemia,
hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak,
eklampsia (ibu yang mengalami hipertensi prenatal,
toksimea gravidarum). Selain penyebab kejang demam
diantara infeksi saluran pernapasan atas adapun penyakit
yang menyertainya kejang demam. zulmeliza
Klasifikasi & manifestasi ● Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2016 membuat klasifikasi
kejang demam pada anak menjadi :
a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
- Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
- Bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik)
- Serta tidak berulang dalam 24 jam.
● Klasifikasi kejang demam (KD) yaitu kejang demam sederhana (KDS) b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
dan kejang demam kompleks (KDK). Kejang demam sederhana (KDS) - Kejang lama (lebih dari 15 menit)
yang paling umum, mencakup 65% sampai 90% total kasus kejang - Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
demam. parsial.
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
● Kejang demam sederhana (KDS) memiliki prognosis baik, tidak
didapatkan peningkatan mortalitas, hemiplegia, keterlambatan ● Kejang demam berkepanjangan merupakan faktor risiko serangan
perkembangan kognitif, atau retardasi mental. Risiko utama terkait KDS berulang. Kejang berulang adalah kejang dua kali atau lebih dalam
adalah kekambuhan pada sepertiga anak kejang demam. Sekitar 20% satu hari, di antara dua bangkitan kejang anak sadar. Kejang
sampai 30% kasus KDS dapat berkembang menjadi kejang demam berulang terjadi pada 16% anak yang mengalami kejang demam.
kompleks (KDK). Status epileptikus merupakan bagian dari KDK. Penelitian lain menyatakan durasi kejang demam kurang dari 10
Kejang demam kompleks (KDK) sering dikaitkan dengan prognosis menit tercatat pada 87% anak, 9% anak dilaporkan mengalami
buruk, risiko tinggi epilepsi, dan berhubungan dengan lesi struktural atau kejang hingga lebih dari 15 menit dan sekitar 5% kasus dapat
disfungsi otak lainnya. berlangsung hingga di atas 30 menit. hasibuan
patofisiologi
(Cendhikalistya, 2018), menjelaskan bahwa kejang demam Pada kondisi demam, kenaikan suhu 1°C bisa
bisa terjadi karena terjadi peningkatan suhu tubuh sehingga mengakibatkan peningkatan metabolisme basal
menyebabkan meningkatnya metabolisme tubuh meskipun
tidak sedang melakukan kegiatan. Dengan adanya
sebanyak 10-15% ( jumlah energi yang diperlukan
peningkatan metabolisme tubuh maka pasokan oksigen untuk mempertahankan fungsi tubuh) serta
menuju otak menjadi menurun. Pada anak yang memiliki kebutuhan oksigen juga meningkat menjadi 20%.
kepekaan tertentu bisa terjadi kejang demam. Berkurangnya Ketika terjadi peningkatan suhu tubuh tertentu
oksigen ke otak juga menyebabkan peningkatan tekanan intra maka akan mengakibatkan perubahan
kranial (TIK) yang bisa menyebabkan gangguan perfusi
(suplai) nutrisi kejaringan yang ada di seluruh tubuh yang
keseimbangan dari membran sel saraf dan pada
nantinya akan mengakibatkan gangguan pada tumbuh waktu yang singkat bisa terjadi difusi ion Kalium
kembang anak. Terdapat beberapa perkiraan yang ataupun ion natrium melalui mebran tersebut
mengakibatkan anak mengalami kejang pada saat demam sehingga akan menyebabkan lepasnya muatan
yaitu: listrik. Lepasnya muatan listrik yang besar bisa
menyebar ke seluruh sel maupun membran sel
a. Terjadi penurunan nilai ambang kejang pada suhu tertentu.
disekitanya melalui bantuan bahan yang disebut
dengan neurotransmiter dan akhirnya bisa
b. Kenaikan suhu secara cepat.
menyebabkan kejang. (Lusia, 2015)
c. Mengalami gangguan keseimbangan cairan dan retensi
cairan.
d. Meningkatnya metabolism
Faktor risiko
B) Usia
- Umumnya terjadi pada usia 6 bulan –
6 tahun
A) Demam
Demam yang berperan pada kejang - Puncak tertinggi pada usia 17-23 bulan
demam, akibat :
- Infeksi Saluran Pernafasan - Kejang demam sebelum usia 5-6 tahun,
- Infeksi saluran pencernaan perlu dipertimbangkan febrile seizure plus
- Infeksi THT (FS+).
- Infeksi saluran kencing
- Roseola infactum/infeksi virus akut C) Gen
lain - Risiko meningkat 2-3x bila
- Paska imunisasi saudara sekandung mengalami kejang
Derajat Demam demam
- 75 % dari anak dengan demam 39ºC
- Risiko meningkat 5% bila orang tua
- 25% dari anak dengan demam 40ºC
mengalami kejang demam ppk
dianosis
a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak rutin pada kejang demam, dapat untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah.
b. Pungsi Lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko meningitis bakterialis adalah 0,6–6,7%. Pada bayi, sering sulit menegakkan
atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi
lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan
2. Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan
3. Bayi >18 bulan – tidak rutin Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
dianosis
c. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (electroencephalography/EEG) tidak direkomendasikan karena tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan epilepsi pada pasien kejang demam.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya pada kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
d. Pencitraan MRI diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan CT scan,
namun belum tersedia secara luas di unit gawat darurat. CT scan dan MRI dapat mendeteksi perubahan fokal
yang terjadi baik yang bersifat sementara maupun kejang fokal sekunder. Foto Xray kepala dan pencitraan
seperti Computed Tomography scan (CTscan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dan hanya
atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema. Arief, 2015
Differential diagnosis
• KEJANG DEMAM
EPILEPSI
Penatalaksanaan
A) Penatalaksanaan saat kejang Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau
waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah
datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat usia 8-3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3
untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang
adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan sama dengan interval waktu 5 menit.
1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat
diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi .
B) Pemberian obat pada saat demam
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah Antipiretik
sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan
fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien parasetamol yang digunakan adalah 10 –15
harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali
kejang demam apakah kejang demam sederhana atau sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat
kompleks dan faktor risikonya. menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam
asetilsalisilat tidak dianjurkan (level III, rekomendasi
E).
Practical Uses Antikonvulsan
35% 65%
30%
Mars is a cold
place
A Pi c
Reinf ture
orces
C o n c t he
e pt
Data Review
a b e autiful
h as
Venus and is the
name net fro
m
n d p la
seco Despite being red, Mars is
the Sun actually a cold place
Thanks!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com +91
620 421 838 yourcompany.com CREDITS:
This prese
template w ntation
as created
including i by Slidesg
co o,
infographic ns by Flaticon, and
s & image
s by Freep
ik.
p
Please kee
r
this slide fo
.
attribution
Alternative
Resources
Resources
VECTORS:
For more information about editing slides, please read our FAQs or visit Slidesgo School:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Fonts & colors used
This presentation has been made using the following fonts:
Concert One
(https://fonts.google.com/specimen/Concert+One)
Roboto Mono
(https://fonts.google.com/specimen/Roboto+Mono)
PHASE 1
Task 1
Task 2
PHASE 2
Task 1
Task 2
PHASE
1
Task 1
Task 2
...and our sets of editable icons
You can resize these icons without losing quality.
You can change the stroke and fill color; just select the icon and click on the paint bucket/pen.
In Google Slides, you can also use Flaticon’s extension, allowing you to customize and add even more icons.
Educational Icons Medical Icons
Business Icons Teamwork Icons
Help & Support Icons Avatar Icons
Creative Process Icons Performing Arts Icons
Nature Icons
SEO & Marketing Icons