Anda di halaman 1dari 19

Pemaparan tentang type kontrak PPP's (Public Private Partnerships) atau

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) KBPU yang menggunakan


metode kontrak  Build Operation Transfer (BOT) atau dengan Design BOT
(DBOT), dengan kasus pada kontrak infrastruktur Ke Teknik Sipilan

Achmeddyo Pratama (1881511029)


I Made Dewantara (1881511034)

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam


meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Roda perekonomian dapat berputar
dengan adanya infrastruktur yang dibutuhkan. Sehingga diperlukan sumber
pembiayaan lain yang berfungsi untuk mengcover kekurangan anggaran dari
pemerintah. Konsep pembiayaan ini dikenal dengan istilah sumber
pembiayaan non konvensional, di mana pembiayaann tidak hanya berasal dari
pemerintah tetapi melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Lanjutan….

Salah satu sistem pembiayaan non konvensional yang dilakukan pemerintah


dalam pengadaan infrastruktur disebut dengan istilah Public Private
Partnership atau PPP atau dikenal di Indonesia dengan nama Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU). Kerjasama pemerintah dan swasta
dalam penyediaan infrastruktur publik di Indonesia juga telah dikenal sejak
jaman Hindia Belanda seperti pembangunan rel kereta dan pelabuhan.
Proyek yang pertama kali dijalankan dengan skema ini adalah pembangunan
pembangkit listrik Paiton pada tahun 1990-an dengan dukungan dari
World Bank. Setelah proyek Paiton, hingga tahun 1998, beberapa proyek
jalan tol hingga air minum dibangun dengan menggunakan skema ini.
lt563a2c1d472ca.webp

Pengertian Kontrak PPP's (Public Private Partnerships) atau


Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) KBPU
PPP's (Public Private
Partnerships) atau Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha)
KBPU adalah kerjasama antara
pemerintah dan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan
Insert Your Image
mengacu kepada spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh
Menteri/ Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/ BUMN/BUMD, yang
sebagian atau seluruhnya menggu-
nakan sumber daya Badan Usaha
dengan memperhatikan pembagian
risiko antara para pihak.
Sebuah perjanjian kontrak antara
swasta dan pemerintah, yang
keduanya bergabung bersama
dalam sebuah kerjasama untuk
menggunakan keahlian dan ke-
mampuan masing-masing untuk
meningkatkan pelayanan
Insert Your Image kepada
publik dimana kerjasama tersebut
dibentuk untuk menyediakan
kualitas pelayananterbaik dengan
biaya yang optimal untuk publik
(America’s National Council on
Public Private Partnership, 2010).
Tujuan Menggunakan Skema PPP's (Public Private Partnerships)
atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) KBPU
Mencukupi kebutuhan pendanaan penyediaan infrastruktur secara
1
berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta.

Mendorong prinsip pakai-bayar oleh pengguna, atau dalam hal tertentu


2
mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna.

Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran dan


3
tepat waktu

Menciptakan iklim investasi yang mendorong partisipasi Badan Usaha dalam


4
penyediaan infrastruktur.

Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha melalui


5
pembayaran secara berkala oleh pemerintah kepada Badan Usaha.
Kesalahpahaman Terhadap PPP's (Public Private Partnerships)
atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) KBPU
1 Bukan pengalihan kewajiban pemerintah dalam penyediaan layanan kepada
masyarakat, tetapi merupakan pembiayaan untuk merancang, membangun, dan
mengoperasikan proyek-proyek infrastruktur kepada swasta

2 Investasi swasta bukan sumbangan gratis kepada pemerintah dalam penyediaan


pelayanan publik

3 Bukan merupakan privatisasi barang publik

4 Bukan merupakan sumber pendapatan pemerintah yang akan membebani


masyarakat dalam pemberian pelayanan umum

5 Bukan merupakan pinjaman (utang) pemerintah kepada swasta


Jenis Infrastruktur Berdasarkan Perpres No. 38 / 2015 Tentang PPP's (Public Private
Partnerships) atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) KBPU

10. Kawasan
1. Transportasi
11. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat
2. Konservasi Energi
12. Pariwisata
3. Jalan
13. Lembaga Pemasyarakatan
4. Fasilitas Perkotaan
Insert Your Image
14. Telekomunikasi Dan Inforrmatika
5. Sumber Daya Air Dan Irigasi
15. Kesehatan
6. Fasilitas Pendidikan
16. Sistem Pengelolaan Perrsampahan
7. Air Minum
17. Perumahan Rakyat
8. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat
18. Ketenagalistrikan
9. Fasilitas Sarana dan Prasarana Olahraga
Serta Kesenian 19. Minyak, Gas Bumi Dan Energi Terbarukan.
Kontrak PPP's (Public Private Partnerships) atau Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha) KBPU Dengan Skema Pembiayaan BOT (Build – Operate - Transfer).
Pada dasarnya BOT adalah suatu bentuk pembiayaan proyek
pembangunan dimana pelaksana proyek harus menyediakan sendiri
pendanaan untuk proyek tersebut serta menanggung pengadaan
material, peralatan, jasa lain yang dibutuhkan untuk kelengkapan proyek.
Dalam konteks pengadaan proyek infrastruktur, maka BOT tidak lain
adalah sebuah kontrak atau perjanjian antara pemilik proyek
(pemerintah) dengan pihak lain sebagai operator atau pelaksana proyek
Build Operate Transfer contract didesain untuk membawa investasi sektor
swasta membangun infrastruktur baru.
Lanjutan…

Pada BOT, sektor swasta akan membangun, membiayai,


dan mengoperasikan infrastruktur baru dan sistem baru
yang sesuai standar pemerintah. Periode operasinya
cukup lama agar sektor swasta dapat menerima kembali
biaya-biaya konstruksi dan mendapatkan keuntungan.
Jangka waktu operasi tersebut adalah 10-30 tahun.
Setelah periode operasi selesai, seluruh infrastruktur
diserahkan kepada pemerintah.
Keuntungan sistem Build, Operate and Transfer (BOT) adalah sebagai berikut:

Bagi Pemerintah Daerah, Bagi investor, pembangunan infrasruktur


pembangunan infrastruktur dengan dengan pola BOT merupakan pola yang
metode BOT menguntungkan, karena menarik, karena memiliki hak penguasaan
dapat membangun infrasturktur yang tinggi terhadap infrastruktur yang
dengan biaya perolehan dana dan dibangunnya, adanya kesempatan untuk
tingkat bunga yang relatif rendah, memasuki bidang usaha dengan hak
dapat mengurangi pengunaan dana ekslusif yang hanya dimiliki oleh
anggaran publik dan juga men- pemerintah atau BUMN atau juga BUMD
gurangi jumlah pinjaman publik, yang bersangkutan serta mendapatkan
serta setelah masa konsensi bangunan keuntungan saat pengoperasian. Namun
dan fasilitas yang ada akan diser- dengan kerja sama ini dapat
ahkan kepada pemerintah. Pemer- menguntungkan para pihak yang berjanji.
intah Daerah juga tidak menang-
gung resiko kemungkinan
terjadinya perubahan kurs.
Kerugian sistem perjanjian Build, Operate and Transfer (BOT) adalah
sebagai berikut:

Bagi pemerintah melepaskan hak Bagi investor usaha yang


ekslusif beserta hak untuk dilakukan mengandung resiko
mengelola untuk jangka waktu yang tinggi karena memerlukan
tertentu. Terkadang pemerintah perhitungan dan pertimbangan
masih dilibatkan dalam masalah yang matang selain itu juga
pembebasan tanah, relokasi menggunakan dana yang sangat
lahan atau pemindahan lokasi, besar dan pembangunan proyek
masalah pencemaran atau tersebut juga memiliki resiko
kerusakan lingkungan akibat kegagalan bangunan yang dapat
pembangunan oleh swasta yang saja disebabkan karena salah
melanggar amdal (Analisis perhitungan, salah pengerjaan,
Dampak Lingkungan) dan lain-lain.
Contoh Kasus Kontrak PPP's (Public Private Partnerships) atau Kerjasama Pemerin-
tah dan Badan Usaha) KBPU Dengan Skema Pembiayaan BOT (Build-Operate-
Transfer).
Salah satu contoh skema pembiayaan Build
Operate Transfer (BOT) yaitu pembangunan jalan
tol Cinere -- Jagorawi. Pada kasus ini, biaya pem-
bangunan selurunya ditanggung oleh pihak investor
(PT. Trans Lingkar Kita Jaya) senilai Rp
420.000.000.000,-. Sedangkan pemerintah memi-
liki hak atas tanah yang akan dibangun. Pemban-
gunan proyek tol Cinere - Jagorawi dimulai tahun
2005 dan diresmikan tahun 2012, lamanya
masa konstrruksi dikarenakan terhambatnya pem-
bebasan tanah oleh masyarakat yang tidak sepakat
dengan harga kompensasi tanah yang
ditawarkan untuk pembangunan jalan tol
ini dan berbagai pertimbangan lain.
Lanjutan…

Proyek pembangunan ini dipegang oleh 4 perusahaan sebagai


pemilik saham yaitu PT. Transindo Karya Investama dengan saham
sebesar Rp 327.634.000.000, PT. Waskita Karya (Persero) dengan
saham sebesar Rp 76.208.000.000, PT. Jalan Lingkarluar Jakarta
dengan saham sebesar Rp 3.158.000.000, dan PT. Kopnatel Jaya
dengan saham sebesar Rp 3.158.000.000. Masa konsensi
perusahaan ini dalam pengoperasian jalan tol untuk mengembalikan
modal dan mendapatkan fee yaitu selama 35 tahun.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai