Anda di halaman 1dari 33

SURVEILANS MASALAH GIZI

1. Yohanes Paulus Ruda Bedan


2. Johan Primarcho Ngange
3. Elisabeth H. Aswan
4. Konstantinus F. Tapo
5. Nurul Azizah S.S
6. Elti Yolitma Masus

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERITAS NUSA CENDANA
Pengertian Masalah Gizi
Gangguan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang,kelompok orang atau masyarakat sebagai
adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan
kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi
penyakit(infeksi).(Prof. Soekirman Ph.D)
Transisi Masalah Gizi
Terdapat dua masalah gizi yang umumnya terjadi
dimasyarakat yaitu masih masyarakat yang mengalami
gizi kurang dan terjadinya peningkatan masyarakat
dengan gizi lebih. Gaya hidup masyarakat yang berubah
membuat permasalahan gizi mengalami perubahan baik
dari segi bentuknya maupun akibat penyakit yang akan
ditimbulkan. Transisi gizi ini membuat beberapa
masyarakat mengalami gizi lebih ( over nutrition ).
Disamping itu, jumlah orang yang mengalami gizi lebih
juga semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
kasus penyakit degenerative.
Pengelompokan Masalah Gizi di Indonesia
1. Masalah yang dapat di Kendalikan
• Kekurangan Vit. A

Prevalensi kurangnya Vit.A tertinggi terjadi pada balita. Hal ini


disebabkan oleh intake makanan yang mengandung
vitamin A kurang atau rendah.
 Akibat kekurangan vitamin A :
 Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
infeksi ( misalnya sakit batuk, diare dan campak ).
 Rabun senja ( anak dapat melihat suatu benda , jika ia tiba-tiba
berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap ). Rabun
senja dapat berakhir pada kebutaan.
 Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A :
 Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung
vitamin A, seperti hati ayam.
 Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan
buah-buahan berwarna.
 Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau
dimasak dengan santan, sebab vitamin A larut dalam
minyak santan
 Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap
6 bulan di Posyandu
• Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency
Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh
kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon tiroid.
Akibat dari Kurangnya Iodium :
1. Menyebapkan penyakit gondok,
2. Gangguan pada pertumbuhan,
3. Gangguan pada kelangsungan hidup.
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :

 a. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess


 Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
 b.  Faktor Geografis dan Non Geografis
 GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada
umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan
Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di
pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
 c. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
 Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah
bahan pangan yang bersifat goiterogenik.
Lanjutan…
• Anemia Gizi Besi
kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga cadangan zat
besi untuk eritropoesis berkurang yang menyebabkan kadar
Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Penyebab anemia gizi besi bisa disebabkan oleh beberapa
hal Seperti :
 kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
 menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga
menggangu penyerapan zat besi.
 Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar,
persalinan, menstruasi, atau cacingan
• Akibat dari Anemia gizi besi :
1. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Meningkatkan angka kesakitan pada remaja khusunya
putri,
3. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada ibu
hamil.
Lanjut…
• Kekurangan Energi Kronis (KEK) gangguan gizi saat
hamil
kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup
lama, hitungan tahun. Kondisi kurang energi kronik
(KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu
wanita yang berusia 15-45 tahun.
Faktor yang menyebapkan KEK :
1. Asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan,
2. Usia ibu hamil terlalu muda atau terlalu tua,
3. Beban kerja Ibu terlalu berat,
4. Penyakit infeksi yang dialami ibu saat hamil.
Lanjut…
 Cara mencegah kekurangan energy kronis yaitu dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang
bervariasi dan cukup mengandung kalori dan
protein.Minyak dari kelapa dan mentega dapat
ditambahkan pada makanan guna mendapatkan
tambahan pasokan kalori.Selain itu juga dapat dicegah
secara bertahap dengan mencegah cacingan,infeksi,dan
muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan
kesehatan,terutama mencegah cacingan
Lanjut…
• Malnutrisi Energi Protein
Sejumlah gejala yang bisa menandakan terjadinya
malnutrisi energi protein pada seseorang adalah badan
terlihat lemah dan lelah, Diare, Suhu tubuh menjadi lebih
rendah, Kulit kering, Kerontokan rambut, Mudah kesal,
Perubahan sikap, misalnya gelisah, apatis, atau kurang
perhatian, Pernapasan menjadi lebih lambat, Kaki dan
tangan menjadi kaku atau kesemutan.
Lanjut…
 Terdapat dua jenis kondisi yang menandai gangguan
malnutrisi energi protein, yaitu :
 Kwashiokor adalah defisiensi protein yang parah, di mana
terdapat kekurangan asupan makanan yang menjadi
sumber protein. Kwashiorkor ditandai dengan
penumpukan cairan (edema) dan lemah pada anggota
tubuh.
 Marasmus merupakan kondisi gizi buruk yang parah di
mana tubuh mengalami defiensi protein, karbohidrat,
lemak serta nutrisi penting lainnya. Marasmus ditandai
dengan berat badan yang rendah.
2. Masalah yang belum selesai (un-finished agenda)
• Balita pendek ( stunting )
suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang tidak
sesuai dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan
menghitung skor Z-indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks
TB/Unya di bawah -2 SD (standar deviasi).
Penyebap stunting :
faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita.
 Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting
dapat digambarkan sebagai berikut :
 1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
 2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante
Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan)
 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai
 3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan
bergizi. Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia
masih tergolong mahal.
 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
Lanjut…
• Balita gizi kurang dan gizi buruk
gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan.
Faktor risiko :
1. Bersumber dari masyarakat
 a) Ketahanan pangan
 Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan
baik mutunya
 b) Pelayanan kesehatan
 Pelayanan kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan
sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga
2. Bersumber pada keluarga
 Tingkat Pengetahuan
 Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan
terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta
kesadaran terhadap kesehatan.
 b) Tingkat Pendidikan
 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada balita relatif tinggi bila pendidikan gizi ibu
tinggi Dan balita yang mengalami pertumbuhan yang lambat/balita dengan status gizi
buruk juga berisiko 3 kali lebih besar berasal dari ibu yang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah.
 c) Tingkat Pekerjaan
 Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian
penuh terhadap anak balitanya, apalagi untuk mengurusnya.
 (d) Tingkat Pendapatan
 Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan,
karena dengan pendapatan yang memadai dapat menyediakan semua kebutuhan anak
balita yang primer maupun yang sekunder. yang baik
3. Faktor yang bersumber dari individu anak
 a) Usia
 b) Jarak Kelahiran
 c) Pemberian ASI Eksklusif
 d) Penyakit Infeksi
 e) Riwayat Berat Lahir
 f) Riwayat Imunisasi
 g) Pemberian Vitamin A
Penanganan Gizi Kurang dan gizi buruk
1. Pemberian makanan tambahan (PMT)
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah salah satu
bentuk intervensi langsung untuk menyediakan jenis makanan
yang penting contohnya makanan tambahan pemulihan untuk
balita gizi buruk dan gizi kurang
3. Menjadiakan KADARZI (keluarga sadar gizi)
4. KADARZI adalah keluarga yang setiap anggotanya
menerapkan perilaku gizi yang baik (Depkes,
2012).KADARZI merupakan sikap dan perilaku keluarga yang
dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-
baiknya tercermin dari konsumsi pangan yang beraneka ragam
dan bermutu gizi seimbang .Bahwaada hubungan antara
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan status Gizi Balita.
3. Masalah baru yang mengancam kesehatan masyarakat
(emerging problem)

Obesitas  
 Obesitas adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori
dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebih
 Penyebab
 • Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga
dan lingkungan
 • Aktifitas fisik yang rendah
 • Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
 • Laju pertumbuhan yang sangat cepat
 • Genetik atau faktor keturunan
 • Gangguan hormone diseluruh tubuh.
 Resiko/dampak obesitas
 • Gangguan respon imunitas seluler
 • Penurunan aktivitas bakterisida
 • Kadar besi dan seng rendah.
Gambar
Surveilans Masalah Gizi
 Surveilans gizi adalah proses pengamatan berbagai
masalah yang berkaitan dengan upaya perbaikan gizi
masyarakat secara terus-menerus. (Depkes RI (2008))
 Tujuan surveilans gizi :

1. Menentukan status gizi


2. Menyediakan informasi bagi pemerintah untuk
menentukan prioritas yang sesuai,
3. Memberikan peramalan tentang perkembangan masalah
gizi yang akan datang.
4.Melakukan pemantauan atau monitoring program-program
gizi serta menilai evaluasi tentang efektifitasnya.
Surveilans Masalah Gizi
 Kegiatan Surveilans Gizi
 Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian
serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi dari surveilans gizi
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera
maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang
serta untuk perumusan kebijakan
 1. PENGUMPULAN DATA
 Pengumpulan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari berbagai kegiatan
surveilans gizi sebagi sumber informasi, yaitu:
 a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi
buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan
pemberian ASI Eksklusif.
 b. Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti konsumsi
garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak dan
ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronis (KEK) atau studi
yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.
  
Surveilans Masalah Gizi
 Tabel berikut menunjukkan berbagai data dan sumbernya
pada kegiatan surveilans gizi.
Surveilans Masalah Gizi

2. PENGOLAHAN DATA DAN PENYAJIAN


INFORMASI
 Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun
analitik, yang disajikan dalam bentuk,narasi ,tabel ,grafik
dan peta, atau bentuk penyajian informasi lainnya,
 a. Contoh penyajian data dalam bentuk grafik
 Proporsi status gizi pendek dan sangat pendek pada
balita,2013-2018
b. Contoh penyajian data dalam bentuk
tabel
Surveilans Masalah Gizi
 ANALISIS DATA
 Setelah data diolah, maka akan dilakukan analisis data.
Hasil analisis ini digunakan untuk sebagai bahan bagi para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan untuk
melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan.
 sesuai dengan tujuan surveilans, maka analisis data harus
dapat menyediakan informasi, yaitu besaran masalah terkait
indikator input, proses, output dan outcome pengelolaan
program gizi (Kemenkes (2014)).
 Analisis yang dilakukan bisa dalam bentuk analisis
perbandingan, analisis hubungan dan analisis
kecenderungan
LAPORAN HASIL SURVEILANS GIZI
 Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil
pelaksanaan surveilans gizi secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau
tenaga surveilans gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekap laporan
pelaksanaan surveilans gizi dari Puskesmas/Kecamatan, rumah sakit dan
masyarakat/media kemudian melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
 Ada beberapa jenis laporan hasil pelaksanaan surveilans gizi baik yang
bersifat rutin maupun laporan khusus sesuai dengan situasi dan kondisi,
laporan berbasis kinerja, dan diseminasi laporan.
 Laporan rutin, misalnya: laporan hasil penimbangan bulanan, laporan
cakupan distribusi tablet tambah darah (Fe), laporan cakupan distribusi
kapsul vitamin A, laporan perawatan balita gizi buruk, laporan ASI
Eksklusif, dan laporan pemantauan konsumsi garam beriodium.
 Termasuk dalam laporan khusus misalnya: laporan pelacakan kasus gizi
buruk, laporan surveilans gizi darurat atau bencana, laporan hasil
pemantauan status gizi (PSG), dan laporan cakupan MP-ASI.
  
  
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
ALUR PELAPORAN
 DISEMINASI HASIL SURVEILANS GIZI
Diseminasi hasil surveilans gizi dilakukan untuk menyebarkan informasi
surveilans gizi kepada pemangku kepentingan. Kegiatan diseminiasi hasil
surveilans gizi dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik,
sosialisasi, atau advokasi. Umpan balik merupakan respons tertulis
mengenai informasi surveilans gizi yang dikirimkan kepada pemangku
kepentingan pada berbagai kesempatan baik pada pertemuan lintas program
maupun lintas sektor.
Hasil surveilans gizi dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan sebagai
tindak lanjut atau respons terhadap informasi yang diperoleh. Tindak lanjut
atau respons dapat berupa tindakan segera, perencanaan jangka pendek,
menengah dan panjang, dan perumusan kebijakan pembinaan gizi masyarakat
baik di kabupaten/kota, provinsi maupun pusat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai