Anda di halaman 1dari 27

OM SWASTYASTU

-KELOMPOK 4-
Nama anggota kelompok:

■ I Dewa Ayu Diah Pradnya Pramita (03)


■ I Komang Krisna (09)
■ Ida Ayu Nyoman Prabaswari (18)
■ Kadek Viskha Eka Mei Dwipayanti (21)
■ Ni Putu Diah Neva Tirani (34)
■ Putu Ryandika Putra (35)
STURKTUR TEKS
SEJARAH
Struktur Teks Sejarah

1. Pengenalan situasi cerita 2. Pengungkapan Peristiwa


(exposition, orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang
Dalam bagian ini disajikan
memperkenalkan setting cerita
peristiwa awal yang menimbulkan
baik waktu, tempat, maupun
berbagai masalah, pertentangan,
peristiwa. Selain itu, orientasi juga ataupun kesukaran- kesukaran
dapat disajikan disajikan dengan bagi para tokohnya.
mengenalkan para tokoh, menata
adegan, dan hubungan antartokoh.
Struktur Teks Sejarah

3. Menuju konflik (rising action) 4. Puncak konflik (turning point, komplikasi)

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks.


Terjadi peningkatan perhatian Inilah bagian cerita yang paling besar dan
kegembiraan, kehebohan, ataupun mendebarkan. Pada bagian ini pula,
keterlibatan berbagai situasi yang ditentukannya perubahan nasib beberapa
menyebabkan bertambahnya tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudia
kesukaran tokoh. berhasil menyelesaikan masalahnya atau
gagal.
MENGANALISIS TEKS
SEJARAH

“ GAJAH MADA BERGELUT DALAM


KEMELUT TAKHTA DAN ANGKARA”
Orientasi
Pengungkapan
peristiwa
Menuju konflik
Puncak konflik
Resolusi

*tidak ada dalam teks Koda


KAIDAH
KEBAHASAAN
1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis,
temporal), seperti: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
2. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata kerja
material).
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Misalnya, mengatakan bahwa,
menceritakan tentang, menurut, menggungkapkan, menanyakan, menyatakan,
menuturkan.
5. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (‘..”) dan kata
kerja yang menunjukkan tuturan langsung
6. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental). Misalnya, merasakan, mengingikan,
mengharapkan, mendambakan, menganggap.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat, atau suasana
KATA KERJA
DASAR
Kata kerja dasar adalah kata kerja yang belum
mendapatkan imbuhan. Kata kerja ini menjadi
dasar pembentukan kata yang lebih besar.
Kata kerja dasar

 Turun ■ Maklum
 Gumam ■ Terbang
 Minta ■ Pandang
 Sepak ■ Datang
 Terjang
KATA
BERIMBUHAN
Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata kerja yang
telah terfiksasi atau telah mendapat imbuhan. Imbuhan
tersebut dapat berupa awalan, akhiran, sisipan, dan awalan
– akhiran.
Kata berimbuhan

■ Berkembang ■ Disengaja ■ Menuturkan

■ Bercerita ■ Memberikan ■ Memergoki

■ Disengaja ■ Terpilih ■ Mengambil

■ Dipergoki ■ Menurunkan ■ Menjadi

■ Memberikan ■ Menyembunyikan ■ Menebar


■ Membawa
KATA KERJA
TRANSITIF
Kata kerja transitif adalah jenis kata kerja
yang selalu memerlukan objek.
Kata kerja transitif

■ Menyebabkan ■ Memperhatikan ■ Mengetahui

■ Meredam ■ Menelan ■ Memikirkan

■ Menebas ■ Mengusir ■ Mendadak

■ Melayang ■ Mengurangi ■ Merasakan

■ Dibacakan ■ Mengganggu ■ Melihat


KATA KERJA
INTRASITIF
Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak
memerlukan objek. Karena tidak adanya objek,
kalimat dengan kata kerja ini tidak bisa dipasifkan.
Kata kerja intrasitif

■ Menjadi
■ Melayang
■ Mendadak
■ Menggonggong
■ Menengadah
KATA SIFAT
Definisi kata sifat (adjektiva) yaitu kata yang dipakai untuk
menjelaskan sifat atau kondisi suatu hal, baik pada makhluk
hidup, benda mati, tempat waktu dan lain-lain. Pada suatu
kalimat, kata sifat biasa dipakai untuk menerangkan kondisi
subjek (S) atau objek (O) kalimat tersebut.
Kata sifat

■ Tebal ■ Terakhir ■ Luas


■ Cantik ■ Utama ■ Buta
■ Besar ■ Mirip ■ Ramai
■ Tua ■ Sendiri ■ Kecewa
■ Jelek ■ Jauh ■ Berkhianat
■ Marah ■ Lebih ■ Licik
■ Sakti ■ Sama ■ Sedikit
■ Menentukan ■ Khusus ■ Terbatas
KONJUNGSI
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
konjungsi atau kata hubung didefinisikan sebagai kata
atau ungkapan penghubung antar kata, antar frasa,
antar klausa, dan antar kalimat. Maka dapat kita
simpulkan bahwa konjungsi adalah penghubung antar
kata sampai antar kalimat.
1. KONJUNGSI KOORDINATIF
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa,
klausa, atau kalimat yang mempunyai secara makna sederajat atau setara. Definisi
tersebut senada dengan definisi konjungsi koordinatif menurut laman
id.wikipedia.org. Menurut laman tersebut, konjungsi koordinatif diartikan sebagai
konjungsi yang menghubungkan dua kalimat atau lebih yang maknanya sama atau
sederajat. Adapun jenis konjungsi adalah Konjungsi koordinatif
penambahan: merupakan konjungsi koordinatif yang menerangkan bahwa salah
satu kalimat, kata, frasa, atau klausa adalah penambahan atau pelengkap dari
kalimat atau klausa lainnya. Adapun kata yang termasuk konjungsi ini adalah dan.
2. KONJUNGSI KRONOLOGIS
Konjungsi kronologis adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah
klausa atau lebih yang menggambarkan adanya urutan waktu kejadian.
Contoh konjungsi kronologis adalah kemduian, lalu, setelah itu, pada
akhirnya, dst. 
Contoh Konjungsi dalam Teks Sejarah
“Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara”
Jenis Konjungsi Kalimat
 …… cerita itu dan mengaku memergoki para
Konjungsi bidadari itu.
Koordinatif  ….. anak kakek tua itu perempuan dan jelek
semua
 …. Penyihir dari Ghirah maran dan menebar
tenung,…

 ……. Para bidadari itu,lalu mengambil salah


Konjungsi seorang di antara mereka…..
Kronologis

Anda mungkin juga menyukai