Anda di halaman 1dari 111

HUKUM ADAT

OLEH
I NYOMAN SIRTHA
POKOK BAHASAN
1; PENGERTIAN ADAT
2. PEMGERTIAN HUKUM ADAT
3. KARAKTERISTIK HUKUM ADAT
4. CORAK DAN SIFAT HUKUM ADAT
5. HUKUM ADAT SEBAGAI ASPEK
KEBUDAYAAN
6.SEJARAH P0LITIK HUKUM ADAT
ADAT
 Adat merupakan pencerminan daripada
kepribadian suatu bangsa, yang merupakan
salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa ybt
dari abad ke abad.
 Adat dapat dilihat dalam tingkah laku, tutur kata
sehari-hari dari bangsa ybt.
 Adat yang hidup serta yang berhubungan
dengan tradisi rakyat ini merupakan sumber
bagi hukum adat Indonesia.
 Adat itu bersifat normatif, berwujud aturan
tingkah laku dan dipertahankan oleh
masyarakat.
 Pelanggaran terhadap tingkah laku tsb
belum mempunyai sanksi yang tegas,
sanksinya berupa celaan, dikucilkan dsb.
 Adat adalah norma-norma yang tumbuh
dalam masyarakat, yang berfungi untuk
mengatur dan mengendalikan perilaku
warga masyarakat.

 Adat menjadi pedoman berperilaku bagi


warga masyarakat.
PRINSIP ADAT
 Ketentuan adat: yang baik dipakai yang buruk dibuang

 Adat tumbuh dalam masyarakat, dilaksanakan oleh


masyarakat, dan digunakan untuk masyarakat

 Adat meletakkan sesuatu pada tempatnya (sasana


manut linggih).

 Adat menggunakan sesuatu sesuai waktunya (hari


baik), dan berperilaku sesuai dengan keadaan.

 Prinsip-prinsip adat menjadi bahan dalam


pembentukan hukum nasional.
TUJUAN ADAT
 Tujuan adat bermuara pada Cita-cita untuk
mewujudkan kesejahteeaan, ketertiban
dan ketentraman masyarakat serta
mewujudkan masyarakat adil makmur,
 Cita-cita itu tercapai bila norma adat
menjadi pedoman, dihayati dan
diamalkan, dalam masyarakat.
TUTORIAL
 TUJUN ADAT UNTUK MENCIPTAKAN
KETERIBAN DAN KETENTERAMAN.
ADAT MINANGKABAU
 Adat yang sebenar adat,
 Adat yang diadatkan,
 Adat yang teradat,
 Adat istiadat.
ADAT YANG SEBENAR ADAT
 Tidak lapuk kena hujan
 Tidak lekang kena panas
 Kalau dicabut tidak mati
 Kalau dipindahkan tidak layu.
 Adat yang sebenar adat berdasarkan sumber
firman Tuhan. Tidak bisa diubah. Peradilan
adat berpedoman dari kitab itu.
ADAT YANG DIADATKAN
 Adat yang diadatkan disusun berdasarkan
Adat yang sebenar adat, yang didukung
dengan kesepakatan para pemuka adat.
 Adat yang diadatkan
 Kalau dicabut akan mati
 Kalau digeser akan layu.
Maknanya, kalau ada pihak-pihak yang mencoba
menghapus atau mengubahnya, akan
menghancurkan adat Minangkabau
ADAT YANG TERADAT
 Dimana sumur digali disitu ranting dipatah
 Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung
 Dimana nagari dihuni disana adat dipakai.
 Adat yang teradat bersumber dari adat diatasnya,
dan tidak boleh bertentangan,.
 Adat yang teradat, tidak sama pada setiap nagari.
 Kalau memang perlu diubah, harus ninik
mamak/penghulu mengadakan musyawarah .
 Lain padang lain belalangnya
 Lain lubuk lain ikannya
 Lain nagari lain adatnya.
ADAT ISTIADAT
 Sekali air gedang sekali tepian beranjak
 Sekali musim bertukar sekali cara berganti.

 Adat istiadat yang datang dari nagari, dapat


berubah.
 Adat istiadat bisa berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat/jaman.
ADAT BERBUHUL MATI
 Adat yang tidak boleh diubah, yaitu
 adat yang sebenar adat, dan adat yang
diadatkan.

 Berbungkus diikat erat


 Berbuhul dengan buhul mati
 Bungkus yang tidak akan dibuka
 Buhul yang tidak akan diungkai
ADAT BABUHUL SENTAK
 Buhul sentak ialah simpul hidup yang kalau dibuka
tidak sulit melepaskannya.
 Artinya adat yang teradat dan adat istiadat ini dinilai
dapat diubah ditambah atau dikurangi. Namun yang
dapat mengubah hanya kesepakatan, melalui
musyawarah.

Ikatan sekeliling berbuhul sentak


Jarang sekali orang mau membukanya
Datang yg empunya lepas dengan sendirinya.
CARA MELAKSANAKAN ADAT

Cara melaksanakan adat ialah dengan


kebiasaan menepati nazar, atau ikrar,
janji, sumpah, dan amanah,
Ikrar sama-sama dimuliakan
buatan sama-sama diteguhkan
amanah sama-sama dipegang
janji perlu dituruti
TUTORIAL KE 1
 Cara-cara melaksanakan adat agar
tercapai tujunnya.
KULIAH KE 2
 Pengertian Hukum adat
 Pandangan sarjana barat
 Teori keputusan
 Teori receptio in complexu
 Manfaat mempelajari hukum adat
ISTILAH HUKUM ADAT
 Istilah hukum adat terjemahan dari adat recht,
yang pertama kali dikemukakan oleh Prof. Dr.
Christian Snouck Hurgronje, di dalam bukunya
De Atjehers (1893-1894).
 Istilah adat recht ini kemudian diperkenalkan
oleh Prof. Dr. Cornelis Van Vollenhoven sebagai
ilmu pengetahuan sejak 3 Oktober 1901 di
dalam bukunya Het Adatrecht van Nederland
Indie (1901).
HUKUM ADAT

 Menurut Van Vollenhoven adalah hukum yang


tidak bersumber dari peraturan pemerintah
Hindia Belanda, merupakan aturan tingkah laku
yang bersanksi dan tidak dikodifikasikan, atau
tidak tertulis dalam bentuk kitab undang-undang.

 Menurut Ter Haar, hukum adat itu lahir dari


keputusan-keputusan kepala adat (para
fungsionaris hukum).
PANDANGAN SARJANA BARAT

1. Prof. Dr Christian Snouck Hurgronye,


nama muslimnya Abdul Al Ghaffar, bahwa
hukum adat adalah adat yang
mempunyai sanksi (reaksi),
Hukum adat merupakan kebiasaan
normatif, yaitu kebiasan yang berwujud
tingkah laku dalam masyarakat.
2. Prof. DR. Cornelis Van Vollenhoven,
orang pertama yang menjadikan hukum
adat sebagai ilmu pengetahuan, sehingga
hukum adat menjadi sejajar
kedudukannya dengan hukum lain di
dalam ilmu hukum.
3. Roulof Van Dijk: adat dan hukum adat
bergandengan tangan (seiring) yang tidak
dapat dipisahkan, hanya dapat dibedakan
Yaitu adat yang mempunyai akibat hukum
dan adat yang tidak mempunyai akibat
hukum.
4. Prof.Dr. Barend Ter Haar Bzn,
Hukum adat lahir dan dipelihara oleh
keputusan-keputusan, keputusan dari
kepala masyarakat, keputusan para hakim
yang bertugas mengadili sengketa.
Fungsionaris disini yaitu kekuasan
eksekutif dan yudikatif.
5. L Pospisil.
ada 4 (empat) ciri hukum adat, yaitu
1. Attribute of authority: kekuasan.
2. Atribute of intention of universal
application: berlaku universal.
3. Attrube of obligation : hak dan kewajiban
4. Attrube of sanction mempunyai sanksi.
TEORI KEPUTUSAN
1. Ciri otorita (keputusan) iatu keputuan-
keputusan melalui mekanisme yang diberi
wewenang dan kekuasaan di dalam
masyarakat.
2. Keputusan penguasa itu mempunyai waktu
panjang berlakunya thd peristiwa yang sama
dimasa yang akan datang.
3. Keputusan itu mengandung hak dan kewajiban.
4. Keputusan itu mempunyai sanksi.
JENIS SANKSI SOSIAL
 E.ADAMSON HOEBEL, tidak semua
kebiasaan (adat ) itu bersifat hukum.
 Sanksi positif adalah penguat atau
pengukuhan, seperti pemberian tanda
jasa.
 Sanksi negatif (ancaman) seperti hukum
kurungan
PUTUSAN KONGRES PEMUDA 28-10-1928

1. Kami poetra poetri Indonesia mengaku


bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.
2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami poetra dan poetri Indonesia
menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia
DASAR PERSATUAN
1.Kemauan
2.Sejarah
3.Bahasa
4.Hukum adat
5.Pendidikan dan kepanduan.
Hukum adat di dalam putusan kongres adalah
sebagai dasar persatuan bangsa, sebagai
dasar hukum yang menjiwai pembentukan
hukum nasional
TEORI RECEPTIO IN COMPLEXU

LWC. VAN DEN BERG;


Hukum adat adalah resepsi seluruhnya
dari agama yang dianut oleh golongan
masyarakat itu.

Hukum adat suatu golongan masyarakat


adalah penerimaan secara bulat-bulat
hukum agama yang dianutnya.
SANGGAHAN TEORI RECEPTIO IN COMPLEXU

 Sanggahan para sarjana terhadap teori


receptioi in complexu:
 Tidak semua bagian dari hukum agama
diterima /direcepsi ke dalam hukum adat.
 Hanya beberapa bagian hukum adat
dipengaruhi oleh hukum agama, hanya
yang berhubungan erat dengan
kepercayaan, seperti hukum keluarga,
hukum perkawinan dan hukum waris.
SEMINAR HUKUM ADAT 1975 DI YOGYAKARTA

 Hukum adat adalah hukum Indonesia asli


yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia
yang disana-sini mengandung unsur
agama.
 Hukum adat terdiri dari unsur adat (asli
Indonesia) dan beberapa unsur agama
MANFAAT MEMPELAJARI HUKUM ADAT

 Dengan mempelajari hukum adat, kita akan


memahami budaya hukum Indonesia.
 Kita tidak menolak budaya asing, sepanjang
tidak bertentangan dengan budaya hukum
Indonesia.
 Dengan mempelajari hukum adat, kita
mengetahui budaya hukum yang diperlukan
dalam pembentukan hukum nasional
TUTORIAL KE 2

 Pandangan para sarjana tentang hukum


adat
 Teori keputusan
 Teori receptio in complexu
 Hukum Adat menurur Hasil Seminar
Hukum Adat Yogyakarta 1975
 Manfaat mempelajari hukum adat
KULIAH KE 3
 Karakteristik hukum adat
 Corak dan sifat hukum adat
 Sistem hukum adat
Karakteristik (Sifat Umum)
hukum adat
 1. Religius magis
 2. Komunal
 3. Kontan
 4. Konkrit (visual)
RELEGIO MAGIS
 Alam pikiran relegio magis mempunyai unsur-
unsur sbb:
1. Kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus,
rohk-rohk yang menempati alam semesta.
2. Kepercayaan kepada kekuatan sakti, seperti
benda-benda luar biasa.
3. Magis krach untuk menolak bahaya gaib.
4. Adanya bahaya gaib, dapat dihindari dengan
berbagai pantangan.
SIFAT KOMUNAL
 Corak yang khas masyarakat Indonesia
ialah adanya sifat mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan
individu. Kepentingan pribadi selalu
diimbangi oleh kepeningan umum.
 Setiap individu terikat kepada sesamanya,
kepada adatnya, kepada masyarakatnya.
SIFAT KONTAN (TUNAI)
 Sifat kontang atau tunai, mengandung arti
bahwa dengan suatu perbuatan nyata
atau suatu perbuatan simbolis, maka
tindakan hukum yang dimaksud sudah
selesai.
 Contoh. Jual lepas, begitu uang
diserahkan dan barang diserahkan, jual
lepas sudah selesai.
SIFAT KONKRIT (VISUAL)
 Hal-hal yang direncanakan, diberi wujud
benda sebagai tanda yang kelihatan.
 Contoh.
 Dalam jual beli, ada penjer.
 Dalam pertunangan ada paningset.
CORAK ATAU SIFAT HUKUM ADAT
 Corak atau sifat hukum adat menunjukkan
keaslian dari masyarakat Indonesia, yakni:
1. Tradisional, artinya bersifat turun-temurun dari
nenek moyang sampai ke anak cucu,
keadaannya masih tetap berlaku dan
dipertahankan oleh masyarakat ybt.
2. Keagamaan, artinya perilaku hukum atau
kaedah-kaedah hukumnya berkaitan dengan
kepercaayaan yang gaib dan atau percaya
dengan ajaran Ketuahan YME.
3. Kebersamaan (komunal), artinya
mengutamakan kepentingan bersama daripada
kepentingan pribadi. Hubungan hukum antara
anggota masyarakat didasarkan oleh rasa
kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong,
dan gotong royong.
4. Konkrit dan Visual, artinya jelas, nyata dan
berwujud visual atau dapat dilihat, berlaku
terang dan tunai.
5. Terbuka dan sederhana, sifat terbuka artinya
dapat menerima masuknya unsur-unsur dari
luar, misalnya masuknya pengaruh agama
Hindu, Islam, Kristen.
Sifat sederhana artinya bersahaja, tidak rumit,
tidak banyak administrasinya, mudah
dimengerti, dan dilaksanakan berdasarkan
saling percaya.
6. Dapat berubah dan menyesuaikan diri, Hukum adat
mengalami perubahan sesuai dengan keadaan, waktu,
dan tempat (desa, kala, patra). Misalnya dalam
perjanjian, dahulu tidak diperlukan surat-surat, sekarang
alat bukti sangat diperlukan dalam suatu perjanjian.

7. Tidak dikofikasikan atau tidak tertulis, Hukum adat tidak


tertulis dalam bentuk perundang-undangan, tetapi ada
yang dicatat dalam huruf atau bahasa daerah, bahkan
ada yang dibukukan sebagai pedoman.
8. Musyawarah dan mufakat. Hukum adat
mengutamakan musyawarah dan mufakat
dalam keluarga maupun dalam hubungan
kemasyarakatan, pada waktu mulai atau
mengakhiri pekerjaan.
Dalam menyelesaikan masalah selalu
mengutamakan kerukunan dan perdamaian bagi
para pihak, oleh para kepala adat atau sesepuh
desa.
SISTEM HUKUM ADAT
1. Mendekati sistem hukum Inggris. Dalam
negara Anglo Saxon sistem common law
sama dengan sistem hukum adat.
Bedanya hukum adat bahannya hukum
asli, sedangkan common law bahannya
hukum Romawi Kuno.
Di Inggris ada juru damai, di Indonesia ada
peradilan adat, yang menyelesaikan
perselisihan dengan damai.
2. Tidak membedakan hukum publik dan hukum
privat.
Pembagian hukum publik dan hukum privat
berasal dari hukum Romawi. Hukum publik
dipertahankan oleh pemerintah, huku privat
dipertahaankan oleh pribadi-pribadi individu.
Menurut hukum adat, yang berkewajiban
menjaga keamanan adalah masyarakat adat
dan juga anggota masyarakat.
3 Tidak membedakan hak kebendaan dan
hak perorangan.
Menurut hukum barat, hak seseorng atas
benda, berarti ia berkuasa untuk berbuat
atas benda itu.
Menurut hukum adat, hak seseorang atas
sebidang sawah, masih terkait dengan
kepentimgan krabatnya.
4. Tidak membedakan pelanggaran perdata
dan pidana.
Hukum barat bercorak libralisme.
Hukum adat bercorak kosmis, tidak ada
pembatas antara dunia lahir dan dunia
gaib, dunia manusia berhubungan dengan
segala mahkluk hidup di alam ini
TUTORIAL KE 3

 Karakteristik, Corak dan sifat hukum adat


 Sistem hukum adat
KULIAH KE 4
 MEMPELAJARI HUKUM ADAT
 Mempelajari hukum adat, Ilmu untuk Ilmu,
dan Ilmu untuk masyarakat
 Sifat praktis dan nasional
 Pembinaan hukum nasional
 Memupuk kebudayaan
 Praktek peradilan
MEMPELAJARI HUKUM ADAT

 Dalam mempelajari hukum adat ada dua tugas utama,


1. sebagai bahan penelitian, ilmu untuk ilmu,
 2. sebagai bahan penelitian , ilmu untuk masyarakat.

1. Ilmu untuk Ilmu.


Pandangan ilmu untuk ilmu menjadi penghalang untuk
memanfaatkan hasil penyelidikan ilmiah bagi kemajuan
bangsa dan hukum adat itu sendiri.
2. Ilmu untuk masyarakat.
Ilmu hukum adat salah satu ilmu yang sangat diperlukan
untuk pembangunan masyarakat Indonesia, ditujukan
untuk mencari dan menemukan unsur-unsur
kepribadiannya dalam adat istidadat dan hukum adat.
Tujuannya dijadikan bahan pembangunann nasional,
meningkatkan kemakmuran, dan membangun tertib
hukum nasional.
SIFAT PRAKTIS DAN NASIONAL

 Mempelajari ilmu hukum adat haruslah bersifat


praktis dan nasional, yaitu:
 A. dari sudut pembinaan hukum nasional
 B. dari sudut memupuk kebudayaan Indonesia.
 C. dari praktek peradilan.
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

 Pembentukan perundangan-undangan
baru harus sebanyak mungkin
mendapatkan bahan-bahan dari
penelitian hukum adat.
 Hukum adat menjadi modal dasar dalam
pembangunan hukum nasional
SOEPOMO
Soepomo menegaskan bahwa:
A. dalam lapangan kekeluargaan, hukum adat
masih menguasai masyarakat Indonesia.
B.hukum pidana adat memberikan bahan dalam
pembentukan KUHP.
C.bahwa hukum adat akan tetap menjadi
sumber hukum baru dalam hal-hal yang
belum /tidak ditetapkan oleh undang-undang
MEMUPUK KEBUDAYAAN

 Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama


yang menghasilkan kebudayaan.
 Manusia adalah mahluk yang berbudaya, sebab segala
tingkah laku, perbuatan, dan tutur katanya mengandung
nilai-nilai budaya.
 Adat istiadat dan hukum adat merupakan wujud ideal
kebudayaan.
 Mempelajari hukum adat dapat mempertebal harga diri
bangsa, rasa kebangsaan, dan rasa kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia.
PRAKTEK PERADILAN
 Ter Haar tahun 1937 dalam pidatonya yang
berjudul:”Asas-asas dan susunan hukum adat”
ada 4 hal yang harus diketahui:
1. Mengetahui sistem dan susunan hukum adat.
Hakin saat mengadili dan memutus perkara
hukum adat, harus menguasai sistem dan
susunan hk adat setempat, supaya
keputusannya benar-benar adil.
2. Mengenal perubahan-perubahan hukum dalam
masyarakat.
Dalam masyarak terjadi perubahan-perubahan
yang dinamis, yang diikuti perubahan kesadaran
hukum dan norma-norma yang lainnya.
Hakim dalam memutus perkara harus benar dan
tepat, menerapkan sesuatu yang relevan
3. Asas keadilan dan perikemanusisaan.
Perasaan keadilan dan perikemanusiaan
dari hakim merupakan suatu unsur yang
mutlak diperlukan dalam memutus
perkara.
Hakim dituntun oleh jiwa dan rasa
keadilan dan rasa kemanusiaan
4. Memperhatikan putusan hakim terdahulu
(yurisprudensi).
Hakim harus memperhatikan putusan-putusan hakim
terdahulu,
Hakim dalam mengadili menurut hukum adat harus
sadar akan struktur rohani masyarakat, agar
putusannya selaras dengan tingkah laku yang berpola
pada sistem hukum adat dan kehidupan masyarakat.
Kedudukan hakim adat adalah bebas dan terikat, terikat kepada
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
TUTORIAL KE 4

 Deskripsi ilmu untuk ilmu dan ilmu untuk


masyarakat.
 Pembinaan Hukum Naional
 Memupuk Kebudayaan Nasional
 Hakim bebas dan terikat
KULIAH KE 5
 Hukum adat sebagai aspek kebudayaan
 Nilai-nilai universal hukum adat
Pengetian
 Hukum adat merupakan wujud nilai
budaya , yang berfungsi untuk mengatur
peilaku manusia dalam pergaulan hidup
bermasyarakat.
HUKUM ADAT SEBAGAI ASPEK
KEBUDAYAAN
1. Hukum adat sebagai aspek kebudayaan
mempunyai nilai-nilai universal.
2. Hukum adat menjadi pedoman berperilaku.
HUKUM ADAT SEBAGAI ASLI INDONESIA

 Menurut van Vollenhoven di indonesia ada 19


lingkaran hukum adat yang mempunyai ciri
khusus dari wilayah-wilayah tsb.
 Tiap-tiap lingkaran hukum adat masih dapat
dibagi-bagi lagi menjadi kukuban-kukuban yang
lebih kecil.
 Hukum adat merupakan budaya bangsa,
pancaran jiwa, struktur, dan mentalitet
masyarakat Indonesia.
 F.D. Holleman Guru besar Hukum Adat di Leiden
berpidato tentang “Corak kegotong-royongan di
dalam kehidupan Hukum Indonesia”.,
mengungkap karakteristik hukum adat.
NILAI-NILAI UNIVERSAL
HUKUMADAT
 Nilai-nilai Universal hukum adat, yaitu:
1. Asas gotong royong: asas gorong royong ini sudah
mentradisi dalam masyarakat.
2. Fungsi sosial manusia dan milik dalam masyarakat.
3. Asas persetujuan sebagai dasar kekuasan umum.
Contohnya rembug desa yang diambil secara
musyawarah, semua warga mentaatinya.
4. Asas perwakilan dan musyawarah dalam sistem
pemerintahan.
KULIAH KE 6
 Sejarah politik hukum adat
TATA HUKUM NASIONAL
 Sejak 17 Agustus 1945, Indonesia sudah
terbebas dari belenggu penjajah; Dari
sudut ilmu hukum, merupakan saat tidak
berlakunya hukum kolonial, dan saat itu
berlaku tertib hukum nasional.
 Sejak tanggal 18 Agustus 1945, UUD
1945 disahkan.
 UUD 45 asli sebagai pencerminan
kepribadian bangsa Indonesia.
 Pembangunan hukum nasional
berlandaskan hukum adat dengan tujuan
mencapai tata hukum nasional.
 Hukum adat menentukan sifat dan corak
dan kepribadian bangsa Indonesia dari
abad ke abad.
 Hukum adat merupakan petunjuk identitas
bangsa.
 Hukum adat merupakan unsur yang
esensiil dalam pembangunan nasional.
Sifat hukum nasional
 Pengayoman
 Kekeluargaan.
 Gotong royong
 Toleransi
TUTORIAL ke 6
1. Hukum adat sebagai masalah politik hukum nasional.
2. Hukum adat unsur esensiil dalam pembangunan hukum
nasional.
3. Hukum adat merupakan pencerminan jiwa bangsa.
4. Kemerdekaan Indonesia bermakna mengganti hukum
kolonial dengan hukum asli Indonesia.
5. Jasa Van Vollenhoven memperjuangkan hukum adat
Indonesia
.
 KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM
SISTEM HUKUM INDONESIA
Pembukaan
UUD 1945

HK DASAR TERTULIS HUKUM DASAR TAK TERTULIS


UUD HUKUM ADAT

UU HUKUM ADAT BALI

PERDA AWIG-AWIG
PENGERTIAN HUKUM ADAT
 Hukum adat adalah ”hukum Indonesia asli
yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia
yang disana sini mengandung unsur
agama”.

 (Seminar Hukum Adat dan Pembinaan Hukum


Nasional, Yogyakarta, 17-1-1975
HUKUM ADAT BALI
 Hukum adat Bali adalah kompleks norma-
norma , yang terdiri dari perintah dan
larangan, baik tertulis maupun tidak
tertulis, ditaati oleh orang Bali-Hindu,
terutama krama desa dan krama tamiu di
Bali, karena pelanggaran atas kompeks
norma tersebut, dapat dikenakan sanksi
adat.
AWIG-AWIG
 Awig-awig merupakan aturan-aturan yang
hidup dalam masyarakat hukum adat
(desa pakraman)
 Awig-awig sebagai hukum adat
mengandung unsur tradisi dan agama
 Awig-awig disusun berdasarkan ajaran

Tri Hita Karana


DESA ADAT ATAU DESA PAKRAMAN

 Desa pakraman adalah kesatuan


masyarakat hukum adat di Provinsi Bali
yang mempunyai kesatuan tradisi dan tata
krama pergaulan hidup masyarakat Umat
Hindu secara turun temurun dalam ikatan
khayanan tiga (khayangan desa) yang
mempunyai wilayah tertentu dan harta
kekayaan sendiri serta berhak mengurus
rumah tangganya sendiri.
DESA PAKRAMAN
 DESA PAKRAMAN MERUPAKAN
MASYARAKAT HUKUM ADAT
MEMPUNYAI OTONOMI UNTUK
MENGATUR RUMAH TANGGANYA
SENDIRI
 DESA PAKRAMAN BERHAK MEMBUAT
AWIG-AWIG SEBAGAI HUKUM ADAT
 HUKUM ADAT BERPERAN UNTUK
MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN
KESATUAN MASYARAKAT
HUBUNGAN DESA DENGAN WARGA

 MASYARAKAT DESA MEMBERI PERLINDUNGAN


TERHADAP WARGANYA.

 SETIAP INDIVIDU MEMPUNYAI KEWAJIBAN UNTUK


MENANAMKAN JASA DAN NAMA BAIK BAGI
MASYARAKATNYA

 SETIAP WARGA MEMPUNYAI RASA MALU, SEHINGGA


BERUSAHA UNTUK MENGEJAR KETINGGALAN
DALAM PERGAULAN

 SETIAP INDIVIDU WAJIB MENYESUAIKAN DIRI


DENGAN KEADAAN: DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU
LANGIT DIJUNJUNG
PERDA PROVINSI BALI
 Perda No. 06 Th 1986 tentang
Kedudukan, Fungsi, dan Peranan desa
Adat

 Perda No. 3 Th 2001 yo Perda No. 3 Th


2003 tentang Desa Pakraman
Pasal 18 B UUD 45
 Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.

 Negara mengakui dan menghormati kesatuan-


kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indodnesia,
yang diatur dalam undang-undang.
POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDA
INDONESIA 28 OKTOBER 1928 DI DJAKARTA

SOEMPAH PEMOEDA
 KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERTOEMPAH DARAH SATOE, TANAH INDONESIA,
 KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERBANGSA SATOE, BANGSA INDONESIA
 KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA.

 DASAR PERSATUAN:
 Kemauan
 Sejarah
 Bahasa
 Hukum Adat
 Pendidikan dan Kepanduan
AWIG-AWIG BERDASARKAN TRI HITA KARANA

Parihyangan

AWIG-AWIG
DESA
PAKRAMAN

Pawongan Palemahan
KOMPONEN AWIG-AWIG

 AWIG-AWIB MENGATUR HUBUNGAN MANUSIA


DENGAN TUHAN YME, MENGATUR HUBUNGAN
MANUSIA DG SESAMANYA, DAN MENGATUR
HUBUNGAM MANUSIA DG ALAM / LINGKUNGAN

 FUNGSIONARIS (PRAJURU) HUKUM ADAT SEBAGAI


PENEGAK AWIG-AWIG BERDASARKAN PRINSIP ARIF
DAN BIJAKSANA.

 MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA AWIG-AWIG


UNTUK MENCAPAI KETENTERAMAN DAN
KETERTIBAN
DASAR BERLAKUNYA AWIG-AWIG

 MASYARAKAT MENERIMA AWIG-AWIG SEBAGAI


HUKUM ADAT KARENA DAPAT MEWUJUDKAN
KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN

 MASYARAKAT MENTAATI AWIG-AWIG KARENA


KAEDAH-KAEDAH ITU MENGANDUNG SANKSI
SOSIAL, SEHINGGA ORANG MERASA MALU JIKA
TIDAK MENTAATINYA
BEKERJANYA AWIG-AWIG

AWIG-AWIG

PRAJURU MASYARAKAT
PEMBENTUKAN AWIG-AWIG
 PEMBENTUKAN AWIG-AWIG
BERSUMBER DARI NILAI-NILAI YANG
HIDUP DALAM MASYARAKAT DAN
MERUPAKAN BUDAYA HUKUM
MASYARAKAT BERSANGKUTAN
 AWIG-AWIG TAK TERTULIS TERJADI
DALAM MASYARAKAT
 AWIG-AWIG TERTULIS DISUSUN OLEH
WARGA DESA PAKRAMAN
PELAKSANA AWIG-AWIG
 FUNGSIONARIS HUKUM ADAT (PRAJURU)
SEBAGAI PENEGAK AWIG-AWIG
BERPEDOMAN PADA PRINSIP RUKUN DAN
PATUT

 PRAJURU DESA DENGAN DIBANTU


PECALANG SELAKU PENJAGA KEAMANAN
DESA DALAM MENEGAKKAN AWIG-AWIG
SECARA ARIF DAN BIJAKSANA MENJADI
PANUTAN BAGI WARGA MASYARAKAT GUNA
MEWUJUDKAN KETENTERAMAN DAN
KETERTIBAN
BUDAYA HUKUM

 BUDAYA HUKUM MERUPAKAN NILAI-NILAI YANG


HIDUP DALAM MASYARAKAT

 BUDAYA HUKUM BERFUNGSI SEBAGAI JIWA


YANG MENYEMANGATI WARGA MASYARAKAT

 BUDAYA HUKUM MENJADI ROH DARI AWIG-


AWIG
TERJADINYA PENYIMPANGAN
TERHADAP AWIG-AWIG

JIKA AWIG-AWIG TIDAK SESUAI DENGAN DINAMIKA


MASYARAKAT DAN TIDAK MEMENUHI KEPENTINGAN
MASYARAKAT, MAKA DAPAT TERJADI PERILAKU WARGA
MASYARAKAT YANG MENYIMPANG DARI AWIG-AWIG

JIKA PRAJURU DESA TIDAK MEMAHAMI ISI AWIG-AWIG, MAKA


DAPAT TERJADI AROGANSI DALAM MELAKSANAKAN AWIG-
AWIG

KONFLIK ADAT DAPAT TERJADI, JIKA PRAJURU DAN WARGA


MASYARAKAT BERPERILAKU TIDAK SESUAI DENGAN AWIG-AWIG
AWIG-AWIG DAPAT
BERLAKU SECARA EFEKTIF

 Jika awig-awig sesuai dengan


perkembangan masyarakat dan
memenuhi kepentingan masyarakat
 Jika awig-awig dilaksanakan secara
tegas dan konsekuen, arif dan bijaksana
 Jika masyarakat sadar dan taat terhadap
awig-awig guna mewujudkan
ketenteraman dan ketertiban
PENEGAKAN HUKUM ADAT BALI

 Fungsionaris hukum adat / prajuru desa adalah


penegak hukum adat berdasarkan atas prinsip:
rukun, patut, dan laras.
 Penerapan sanksi adat dilakukan dihadapan
rapat desa
 Jenis sanksi adat:
 Peringatan
 Upacara prayascita
 Denda
 Kerampag (dirampas harta bendanya)
 Kesepekang (dikucilkan tak diajak bicara)
 Kenorayang (diberhentikan sebagai warga desa)
PERKEMBANGAN MASYARAKAT
 MASYARAKAT SELALU BERKEMBANG SESUAI
DENGAN KEMAJUAN IPTEKS
 HUKUM ADAT BERKEMBANG SESUAI DENGAN
PERKEMBANGAN MASYARAKAT.
 FUNGSI HUKUM ADAT ADALAH UNTUK
MENGATUR DAN MENGENDALIKAN PERILAKU
MANUSIA
KASUS DAN CARA
PENYELESAIANNYA
 Bidang hukum keluarga, perkawinan,
perceraian, dan waris
 Kasus dalam bidang hukum tanah
HUKUM KELUARGA
1. Anak kandung:
-Prati sentana = laki-laki
-Sentana Rajeg = anak perempuan
2. Anak Angkat
-Sentana peperasan
3. Anak luar kawin.
-Bebinjat/astra
-Hanya ada hubungan dengan ibunya
 HUBUNGAN ANAK DG KERABAT: menurut
garis purusa
 Anak yatim piatu: tanggungjawab

keluarga purusa.
 Hukum keluarga:

1. Menentukan status perkawinan


2. Dasar pembagian waris
HUKUM PERKAWINAN
 Hukum perkawinan mengandung:
1.Unsur Agama
2.Adat
 PERKAWINAN HINDU:
merupakan sakramen Weda yang dilakukan dengan upacara
agama.
 TUJUANNYA: Untuk mendapatkan anak “suputra” guna
menebus “Rina” hutang yang membebaskan arwah
leluhurnya dari PUT (neraka).
 SAHNYA PERKAWINAN:
1. Upacara Agama
2. Saksi adat
SYARAT PERKAWINAN
1. Usia kawin:
A. Pria: kuat gawe (19 th)
B. Wanita: menstruasi (16 th)
2. Persetujuan orang tua:
A..Direstui orang tua
B..Ada kehendak bebas kedua calon mempelai
C.Segala jenis paksaan dilarang
3.Agama calon menpelai:
A. Keduanya beragama hindu
B. Jika beda agama, harus didahului upacara sudi
wadhani
C. Peralihan agama berpura-pura adalah
penyelundupan hukum.
LARANGAN PERKAWINAN
 Karena ada hubungan darah yang sangat dekat

 GAMIA =SUMBANG
 Perkawinan seorang laki-laki dengan bibi atau neneknya;
 Maknanya: panas bagi dirinya
 Upaya agama: mebayuh
 Upaya hukum: dihindari.

 GAMIA GEMANA: perkawinan yg dilakukan oleh pria dan


wanita bersaudara kandung.
 Maknanya: amanasi rat
 Upaya agama:-
 Upaya hukum:dilarang.
BENTUK PERKAWINAN
 Meminang/memadik
 Ngerangkat/ngerorod; lari bersama
 Melegandang
BENTUK PERKAWINAN
HUNDU
1. Brahmana wiwaha: sebelum upacara
dilangsungkan anak gadis disucikan oleh orang
tuanya.
2. Daiwa Wiwaha anak gadis dirias sebelum upacara
dilangsungkan.
3. Rsi (arsa) wiwaha: seorang ayah mengawinkan
anak gadisnya setelah calon pria memenuhi
aturan dharma (menyerahkan seekor lembu).
4. Prajapati wiwaha: seorang ayah berpesan kepada
kedua mempelai, dengan mengucapkan mantra
5. Asura wiwaha: mempelai pria menerima
mempelai wanita setelah memberi emas
kawin.
6.Gandharwa wiwaha: perkawinan pria dan
wanita atas dasar suka sama suka yang
didorong oleh hawa nafsu
7. Raksasa wiwaha: melarikan anak gadis
dg paksaan walaupun anak gadis
menangis
8. Paisaca wiwaha: seorang laki-laki terlebih
dahulu memperkosa seorang wanita.
MAKNA PERKAWINAN
Nomor 1,2,3,4 = terpuji
Nomor 5, 6 = normal
Nomor 7, 8 = tercela

Dari perkawinan terpuji lahir anak yg


berbudi, sedangkan dari perkawinan
tercela lahir anak durhaka
KASUS GAMIA GEMANA
 Kakak Hamili Adik Kandung, Kedua Pelaku di”aben”. Bali Post,18
Mei 2006.
 INyoman Triaman (27) menghamili adik kandungnya Ni Nengah
Kariani (17), dan telah melahirkan bayi laki-laki, di Br. Kebon Kaja
Bangli
 Menurut pengakuan pelaku, keduanya lupa diri, dan telah
melakukan hubungan badan sebanyak tiga kali.
 Sanksinya: dilakukan upacara “ngaben”, biayanya 2/3 dipikul pihak
keluarga, dan 1/3 dipikul oleh desa pakraman.
 Pelaksanaan upacara Kamis 18 Mei 2006. Pembakaran perbuatan
cabul, dilanjutkan nganyut ke laut, Ibu dan bayinya ditelanjangi,
 Ibu dan bayi tidak boleh tinggal dirumah semula, rencananya akan
diangkat oleh keluarga lain,
 Upacara lanjutan:Penyapuhan, ngaturang guru piduka, pada karang
dan sanggah. Pada hari ke 42 ngaturang malik sumpah dan guru
piduka di Kahyangan Tiga.
KASUS GAMIA GEMANA
 Ayah menghamili anak kandung di Desa Seraya
Karangasem.
 Duduk masalahnya. Seorang ayah (W) bertahun-
tahun tidak berhubunganbadan dengan istrianya,
karena istrianya sakit. Kerena kebutuhan seknya, W
menuduri anak kandungnya (S) yang berusian 18
tahun,yang dilakukannya berulang-ulang sehingga S
hamil.
 Kasus itu hanya diselesaikan berdasarkan hukum
adat saja,yang diputuskan secara sekala niskala.
Dikenakan denda dan upacara mecaru bersih desa
berdasarkan awig-awig.
CARA PENYELESAIAN KONFLIK

 Penyelesaian dengan mekanisme internal: penyelesaian


konflik secara berjenjang mulai dari tempekan, banjar, dan
desa, sampai MDP. Dasarnya: hukum adat Bali (awig-awig).
Tujuannya: mengembalikan keseimbangan alam nyata
(sekala) maupun alam gaib (niskala).

 Penyelesaian dengan mekanisme eksternal: penyelesian


konflik dilakukan oleh lembaga di luar desa pakraman, seperti
pengadilan, kejaksaan dan kepolisian.

 Penyelesaian dengan mekanisme gabungan:


penyelesian konflik adat secara terkoordinasi antara prajuru
desa, lembaga pemerintah, dan organisasi lain yang
bernafaskan agama Hindu dan adat. Hukumnya: awig-awig,
perundang-undangan dan ajaran Hindu.
SUKSMA
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om

Anda mungkin juga menyukai