Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN EMISI GAS SULFUR

DIOKSIDA (SOx)

Tina Mulya Gantina


Combustion Control
Injeksi Pelarut pada Furnace (Furnace Sorbent
Injection)
Dengan cara menginjeksikan bubur kapur kering (CaO,
limestone) ke dalam burner multistage, secara pneumatic
melalui burner, overfire port atau port yang dipasang
dalam furnace, atau melalui dinding jet atau lances yang
terpenetrasi ke dalam furnace.
Di dalam burner, limestone bereaksi dengan SO2 dan
oksigen membentuk kalsium sulfat (CaSO4).
Transport udara 1-5% dari total udara pembakaran.
Reagen yang mungkin digunakan adalah limestone,
dolomite, lime dan lime hidrat, pada sekitar 1600 - 2200 oF
Dalam kasus dolomite limestone atau lime, faksi
magnesium tidak bereaksi dengan SO2.
Penagkapan SO2 dengan cara FSI sangat dipengaruhi
oleh temperatur, waktu tinggal, distribusi reagen, rasio
Ca/S, serta luas dan tipe permukaan reagen.
FSI secara komersial diterapkan pada boiler 15MW –
700MW. Sebagai contoh adalah proses di Tampella
Power Corporation's limestone injection furnace
activation of calcium (LIFAC) (Gambar 7.1). Pada
model ini, penghilangan SO2 dapat mencapai 10-15%.
 Secara signifikan penghilangan SO2 dengan metode
FSI dapat meningkatkan beban partikulat, sehingga
perlu ditiup dan perlu tambahan instalasi blower.
Proses FGD kering LIFAC yang dikembangkan oleh divisi boiler Tampela LTD
Sistem injeksi pelarut Furnace (furnace sorbent injection)
(dari Babcock & Wilcox)
Sistem LIDS (dari Babcock & Wilcox)
Postcombustion control–
Wet Scrubbing
Wet scrubbing adalah metode FGD (Flue Gas
Desulfurization) yang paling umum di dunia. Proses
ini digunakan untuk boiler sulfur tinggi sampai
rendah.
Pada proses FGD wet scrubbing, kontak gas buang
dengan cairan alkali atau lumpur absorber. Gas SO2
diserap ke dalam cairan dan membentuk asam
belerang, H2SO3, yang terurai menjadi ion hidrogen
(H+) dan bisulfit (HSO3-), yang terdisosiasi menjadi
ion sulfit (SO32) dan ion hidrogen yang lain (H+)
FGD dapat menghilangkan SO2 secara konsisten
sekitar 95%-98% untuk berbagai jenis batu bara
Persiapan Reagen
Sistem persiapan reagen terdiri dari peralatan untuk
membongkar, menyimpan, mentransport dan mempersiapkan
reagen.
Penanganan reagen tergantung pada frekuensi pengiriman,
potensi ganguan, lokasi ruang, iklim, persyaratan
penyimpanan dan biaya.
Untuk memperoleh luas permukaan dan reaktivitas yang
memenuhi desain reaksi, limestone harus memiliki ukuran
90% - 95% lolos pada saringan 325-mesh.
Ball mill digunakan untuk menggiling batu kapur agar sesuai
n ukuran yang dibutuhkan. Pada sistem ball mill, batu kapur
dicampur dengan air membentuk bubur halus yang kemudian
diklasifikasikan sesuai ukuran partikel dalam hydroclones.
Sistem wet limestone FGD
Diagram alir untuk system wet limestone
grinding
Absorber
 Gas buang kontak dengan cairan yang disemprotkan
(scrubbing) dalam absorber.
Beberapa proses oksidasi paksa wet FGD menggunakan
absorber tower spray terbuka dengan aliran gas buang
tipe countercurrent.
Campuran kapur dan produk reaksi secara kontinyu
didaur ulang oleh pompa dari tangki reaksi melalui
absorber yang terhubung dengan gas buang.
Bubur ini didistribusikan oleh pipa dengan nosel yang
menyemprotkan cairan ke bawah melalui absorber. Nozel
menghasilkan luas permukaan yang dibutuhkan cairan
dengan mengubah bubur menjadi tetesan ukuran sekitar
2.000 mikron.
Bubur limestone, udara oksidasi, dan air makeup
ditambahkan ke tangki reaksi untuk mempertahankan
pH, level air dan kandungan padatan lumpur untuk
mencapai laju reaksi optimal dan karakteristik
gypsum sebagai hasil samping.
Sulfur dioksida diserap dari gas buang menjadi bubur
cair dalam absorber dengan reaksi berikut:
Beberpa faktor yang menentukan terjadinya reaksi
adalah pH, temperatur, jumlah udara oksidasi, dan
konsentrasi cairan kimia seperti natrium, magnesium,
kalsium, kalium, karbonat, sulfat, klorida, dan fluorida.
 Konversi gypsum ini memiliki tujuan untuk
meminimalkan terjadinya endapan keras dari kalsium
sulfit pada permukaan penyerap internal. Di samping
itu, CaSO4 sebagai hasil samping berbentuk kristal
dengan ukuran yang lebih mudah dihilangkan airnya
(dewatering).
Hasil gypsum ini dapat dibuang ke landfill atau dijual
sebagai wallboard dan bahan semen. Alternatif lain
untuk mengurangi terjadinya scaling (kerak) adalah
dengan menggunakan tiosulfat atau cairan sulfur.
Bagian absorber pada FGD (dari Babcock & Wilcox)
Tetesan lumpur (slurry droplet) yang masuk ke gas buang
dihilangkan oleh mist eleminator dekat absorber outlet.
Kecepatan gas buang pada mist eleminator adalah sekitar 15
ft/s.
 Sistem pencuci berisi nozzle yang berlokasi antara stage
pada mist eliminator untuk mencegah penumpukan kerak.
Sistem pencucian dibagi menjadi beberapa bagian, yang
biasanya dicuci secara terpisah.
Desain FGD spesifik, laju alir SO2 inlet, dan efisiensi
penyisihan SO2 menentukan jumlah pereaksi yang
dibutuhkan. Rasio stoikiometri (rasio mol reagen umpan
yang diperlukan per mol SO2) berkisar antara 1,02 sampai
1,06 untuk scrubber wet limestone. Transfer massa volume
SO2 (termasuk L / G ratio), laju alir volumetrik gas buang,
dan kecepatan gas buang maksimum menentukan luas
penampang absorber
METAdek-mist
eliminator (dari
Munters: the
Incentive Group)
Dewatering
Hasil samping FGD dikeluarkan dari absorber melalui aliran blowdown. Aliran
blowdown mengandung padatan produk samping terutama gipsum dan sejumlah
kecil kalsium sulfit, kalsium karbonat yang tidak bereaksi, dan kapur inerts
bersama dengan sejumlah padatan terlarut dalam fase cair. Daur ulang (recycle)
cairan, menjadikan lebih rendahnya kebutuhan limestone dan laju air makeup
dan recovery air.
Biasanya digunakan dua langkah dewatering, pertama hydroclones mendaur
ulang sejumlah kecil padatan kapur yang tidak bereaksi dengan cairan primer
overflow dan kedua pada konsentrat gipsum dengan padatan yang lebih banyak
pada underflow.
Underflow ini kemudian masuk ke penyaring vakum atau sentrifugasi untuk
pemisahan cairan akhir dan recycle. Pendekatan dua-langkah ini mengurangi
keseluruhan ukuran dan biaya dewatering. Sistem teroksidasi ini menghasilkan
padatan gipsum yang lebih banyak, dan lebih mudah untuk menstabilkan
padatan gypsum dengan hydroclones sebagai langkah primer. Pada langkah
kedua, belt filter dan sentrifugal dapat mencuci klorida dari gypsum sehingga
memenuhi spesifikasi dan lebih mengurangi kelembaban.
Jumlah klorida adalah 100 ppm dan kelembaban mencapai < 10% atau >90%
padatan, yang dibutuhkan untuk spesifikasi gypsum.
Manajemen Byproduct FGD
Biaya pembuangan padatan FGD dapat bervariasi
tergantung pada metode pembuangan dan lokasi pabrik.
Metode pembuangan termasuk penjualan produk,
penimbunan (landfilling), penggenangan (ponding), atau
reklamasi tambang. Karakteristik gypsum memungkinkan
dilakukan penimbunan tanpa pretreatment khusus.
Jika FGD menghasilkan leachate dengan TDS tinggi, maka
desain landfill atau pond perlu liners khusus, atau
pengumpulan & pengolahan lindi, atau keduanya.
Penanganan Emisi Gas Buang
Dengan sistem single absorber tanpa spares atau gas buang
bypass, sistem penanganan gas buang sederhana.
Sistem penyerap (absorber) multiple memerlukan saluran
inlet dan outlet dan peredam untuk setiap modul penyerap
(absorber) per unit untuk mendistribusikan dan
mengendalikan gas buang.
Peredam dan buangan multiple tidak diperlukan untuk
model tunggal. Cairan pada saluran kerja (ductwork) dan
penyerap biasanya dilakukan untuk memastikan distribusi
gas.
Gas distribusi antara beberapa multiple atau dalam peredam
dapat mengurangi kinerja.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai