0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan22 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengelolaan emisi gas sulfur dioksida (SOx) dari pembakaran, termasuk injeksi pelarut di furnace dan scrubbing basah.
2. Metode injeksi pelarut melibatkan injeksi kapur ke dalam furnace untuk bereaksi dengan SO2, sedangkan scrubbing basah melibatkan kontak gas buang dengan cairan alkali di absorber.
3. Kedua metode dapat men
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengelolaan emisi gas sulfur dioksida (SOx) dari pembakaran, termasuk injeksi pelarut di furnace dan scrubbing basah.
2. Metode injeksi pelarut melibatkan injeksi kapur ke dalam furnace untuk bereaksi dengan SO2, sedangkan scrubbing basah melibatkan kontak gas buang dengan cairan alkali di absorber.
3. Kedua metode dapat men
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengelolaan emisi gas sulfur dioksida (SOx) dari pembakaran, termasuk injeksi pelarut di furnace dan scrubbing basah.
2. Metode injeksi pelarut melibatkan injeksi kapur ke dalam furnace untuk bereaksi dengan SO2, sedangkan scrubbing basah melibatkan kontak gas buang dengan cairan alkali di absorber.
3. Kedua metode dapat men
Combustion Control Injeksi Pelarut pada Furnace (Furnace Sorbent Injection) Dengan cara menginjeksikan bubur kapur kering (CaO, limestone) ke dalam burner multistage, secara pneumatic melalui burner, overfire port atau port yang dipasang dalam furnace, atau melalui dinding jet atau lances yang terpenetrasi ke dalam furnace. Di dalam burner, limestone bereaksi dengan SO2 dan oksigen membentuk kalsium sulfat (CaSO4). Transport udara 1-5% dari total udara pembakaran. Reagen yang mungkin digunakan adalah limestone, dolomite, lime dan lime hidrat, pada sekitar 1600 - 2200 oF Dalam kasus dolomite limestone atau lime, faksi magnesium tidak bereaksi dengan SO2. Penagkapan SO2 dengan cara FSI sangat dipengaruhi oleh temperatur, waktu tinggal, distribusi reagen, rasio Ca/S, serta luas dan tipe permukaan reagen. FSI secara komersial diterapkan pada boiler 15MW – 700MW. Sebagai contoh adalah proses di Tampella Power Corporation's limestone injection furnace activation of calcium (LIFAC) (Gambar 7.1). Pada model ini, penghilangan SO2 dapat mencapai 10-15%. Secara signifikan penghilangan SO2 dengan metode FSI dapat meningkatkan beban partikulat, sehingga perlu ditiup dan perlu tambahan instalasi blower. Proses FGD kering LIFAC yang dikembangkan oleh divisi boiler Tampela LTD Sistem injeksi pelarut Furnace (furnace sorbent injection) (dari Babcock & Wilcox) Sistem LIDS (dari Babcock & Wilcox) Postcombustion control– Wet Scrubbing Wet scrubbing adalah metode FGD (Flue Gas Desulfurization) yang paling umum di dunia. Proses ini digunakan untuk boiler sulfur tinggi sampai rendah. Pada proses FGD wet scrubbing, kontak gas buang dengan cairan alkali atau lumpur absorber. Gas SO2 diserap ke dalam cairan dan membentuk asam belerang, H2SO3, yang terurai menjadi ion hidrogen (H+) dan bisulfit (HSO3-), yang terdisosiasi menjadi ion sulfit (SO32) dan ion hidrogen yang lain (H+) FGD dapat menghilangkan SO2 secara konsisten sekitar 95%-98% untuk berbagai jenis batu bara Persiapan Reagen Sistem persiapan reagen terdiri dari peralatan untuk membongkar, menyimpan, mentransport dan mempersiapkan reagen. Penanganan reagen tergantung pada frekuensi pengiriman, potensi ganguan, lokasi ruang, iklim, persyaratan penyimpanan dan biaya. Untuk memperoleh luas permukaan dan reaktivitas yang memenuhi desain reaksi, limestone harus memiliki ukuran 90% - 95% lolos pada saringan 325-mesh. Ball mill digunakan untuk menggiling batu kapur agar sesuai n ukuran yang dibutuhkan. Pada sistem ball mill, batu kapur dicampur dengan air membentuk bubur halus yang kemudian diklasifikasikan sesuai ukuran partikel dalam hydroclones. Sistem wet limestone FGD Diagram alir untuk system wet limestone grinding Absorber Gas buang kontak dengan cairan yang disemprotkan (scrubbing) dalam absorber. Beberapa proses oksidasi paksa wet FGD menggunakan absorber tower spray terbuka dengan aliran gas buang tipe countercurrent. Campuran kapur dan produk reaksi secara kontinyu didaur ulang oleh pompa dari tangki reaksi melalui absorber yang terhubung dengan gas buang. Bubur ini didistribusikan oleh pipa dengan nosel yang menyemprotkan cairan ke bawah melalui absorber. Nozel menghasilkan luas permukaan yang dibutuhkan cairan dengan mengubah bubur menjadi tetesan ukuran sekitar 2.000 mikron. Bubur limestone, udara oksidasi, dan air makeup ditambahkan ke tangki reaksi untuk mempertahankan pH, level air dan kandungan padatan lumpur untuk mencapai laju reaksi optimal dan karakteristik gypsum sebagai hasil samping. Sulfur dioksida diserap dari gas buang menjadi bubur cair dalam absorber dengan reaksi berikut: Beberpa faktor yang menentukan terjadinya reaksi adalah pH, temperatur, jumlah udara oksidasi, dan konsentrasi cairan kimia seperti natrium, magnesium, kalsium, kalium, karbonat, sulfat, klorida, dan fluorida. Konversi gypsum ini memiliki tujuan untuk meminimalkan terjadinya endapan keras dari kalsium sulfit pada permukaan penyerap internal. Di samping itu, CaSO4 sebagai hasil samping berbentuk kristal dengan ukuran yang lebih mudah dihilangkan airnya (dewatering). Hasil gypsum ini dapat dibuang ke landfill atau dijual sebagai wallboard dan bahan semen. Alternatif lain untuk mengurangi terjadinya scaling (kerak) adalah dengan menggunakan tiosulfat atau cairan sulfur. Bagian absorber pada FGD (dari Babcock & Wilcox) Tetesan lumpur (slurry droplet) yang masuk ke gas buang dihilangkan oleh mist eleminator dekat absorber outlet. Kecepatan gas buang pada mist eleminator adalah sekitar 15 ft/s. Sistem pencuci berisi nozzle yang berlokasi antara stage pada mist eliminator untuk mencegah penumpukan kerak. Sistem pencucian dibagi menjadi beberapa bagian, yang biasanya dicuci secara terpisah. Desain FGD spesifik, laju alir SO2 inlet, dan efisiensi penyisihan SO2 menentukan jumlah pereaksi yang dibutuhkan. Rasio stoikiometri (rasio mol reagen umpan yang diperlukan per mol SO2) berkisar antara 1,02 sampai 1,06 untuk scrubber wet limestone. Transfer massa volume SO2 (termasuk L / G ratio), laju alir volumetrik gas buang, dan kecepatan gas buang maksimum menentukan luas penampang absorber METAdek-mist eliminator (dari Munters: the Incentive Group) Dewatering Hasil samping FGD dikeluarkan dari absorber melalui aliran blowdown. Aliran blowdown mengandung padatan produk samping terutama gipsum dan sejumlah kecil kalsium sulfit, kalsium karbonat yang tidak bereaksi, dan kapur inerts bersama dengan sejumlah padatan terlarut dalam fase cair. Daur ulang (recycle) cairan, menjadikan lebih rendahnya kebutuhan limestone dan laju air makeup dan recovery air. Biasanya digunakan dua langkah dewatering, pertama hydroclones mendaur ulang sejumlah kecil padatan kapur yang tidak bereaksi dengan cairan primer overflow dan kedua pada konsentrat gipsum dengan padatan yang lebih banyak pada underflow. Underflow ini kemudian masuk ke penyaring vakum atau sentrifugasi untuk pemisahan cairan akhir dan recycle. Pendekatan dua-langkah ini mengurangi keseluruhan ukuran dan biaya dewatering. Sistem teroksidasi ini menghasilkan padatan gipsum yang lebih banyak, dan lebih mudah untuk menstabilkan padatan gypsum dengan hydroclones sebagai langkah primer. Pada langkah kedua, belt filter dan sentrifugal dapat mencuci klorida dari gypsum sehingga memenuhi spesifikasi dan lebih mengurangi kelembaban. Jumlah klorida adalah 100 ppm dan kelembaban mencapai < 10% atau >90% padatan, yang dibutuhkan untuk spesifikasi gypsum. Manajemen Byproduct FGD Biaya pembuangan padatan FGD dapat bervariasi tergantung pada metode pembuangan dan lokasi pabrik. Metode pembuangan termasuk penjualan produk, penimbunan (landfilling), penggenangan (ponding), atau reklamasi tambang. Karakteristik gypsum memungkinkan dilakukan penimbunan tanpa pretreatment khusus. Jika FGD menghasilkan leachate dengan TDS tinggi, maka desain landfill atau pond perlu liners khusus, atau pengumpulan & pengolahan lindi, atau keduanya. Penanganan Emisi Gas Buang Dengan sistem single absorber tanpa spares atau gas buang bypass, sistem penanganan gas buang sederhana. Sistem penyerap (absorber) multiple memerlukan saluran inlet dan outlet dan peredam untuk setiap modul penyerap (absorber) per unit untuk mendistribusikan dan mengendalikan gas buang. Peredam dan buangan multiple tidak diperlukan untuk model tunggal. Cairan pada saluran kerja (ductwork) dan penyerap biasanya dilakukan untuk memastikan distribusi gas. Gas distribusi antara beberapa multiple atau dalam peredam dapat mengurangi kinerja. TERIMA KASIH