Anda di halaman 1dari 21

Rheumatoid Atritis

Disusun Oleh :

Abdurrachman Taufiq P27240020183


Irsan Setiamukti P27240020194
Muhamad N Ikhsan P27240020199
Siti Johariyah P27240020202
Pendahuluan
• Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang
berarti sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara
harfiah, arthritis berarti radang pada sendi.
• Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang
persendian dan struktur di sekitarnya yang terdiri lebih
dari 100 jenis. Salah satu jenis dari penyakit reumatik
adalah Rheumatoid Arthritis.
• Di dunia : angka kejadian 0,3-5 persen semua etnis dan
usia, cenderung meningkat : usia dewasa muda atau
usia pertengahan dan usia produktif.
• Di Indonesia, diperkirakan:
Kelompok dewasa > 18 tahun : 0,1-0,3 persen anak-
anak dan remaja < 18 tahun : 1 dari 100 ribu penduduk.
Definisi & Etiologi
• DEFINISI
• Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun
progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang sistem
muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan
sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan
pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan
sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti
dengan kematian prematur.

• ETIOLOGI
• Penyebab RA masih belum diketahui secara pasti, namun
banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan angka
kejadian RA. Diantaranya adalah faktor genetik, usia
lanjut, jenis kelamin perempuan, faktor sosial ekonomi,
faktor hormonal, etnis, dan faktor lingkungan seperti
merokok, infeksi, faktor diet, polutan, dan urbanisasi
Faktor Resiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus
RA dibedakan menjadi dua yaitu :
• Tidak dapat dimodifikasi
- Faktor genetik
Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam
perkembangan RA.
- Usia
RA biasanya timbul antara usia 40 tahun sampai 60
tahun.
- Jenis Kelamin
RA jauh lebih sering pada perempuan dibanding
laki-laki dengan rasio 3:1.
Faktor Resiko
• Dapat dimodifikasi
– Gaya hidup
a. Status sosial ekonomi penelitian di Swedia yang
menyatakan terdapat kaitan antara tingkat pendidikan
dan perbedaan paparan saat bekerja dengan risiko RA.
b. Merokok  Sejumlah studi cohort dan case-control
menunjukkan bahwa rokok tembakau berhubungan
dengan peningkatan risiko RA.
c. Diet  menurut Pattison dkk, menyebutkan daging
merah dapat meningkatkan risiko RA sedangkan buah-
buahan dan minyak ikan memproteksi kejadian RA.
d. Infeksi  infeksi Epstein Barr virus (EBV) sering
ditemukan dalam jaringan synovial pada pasien RA.
Parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus,
Bartonella, dan Chlamydia juga meningkatkan risiko RA.
e. Pekerjaan  petani, petambang dan pekerjaan yang
sering kontak dengan zat kimia. Resiko pekerjaan
tertinggi terdapat pada orang yang bekerja dengan
paparan silica.
Faktor Resiko
- Faktor Hormonal
Hanya faktor reproduksi yang meningkatkan
risiko RA yaitu pada perempuan dengan
sindrom polikistik ovari, siklus menstruasi
ireguler, dan menarche usia sangat muda.
- Bentuk tubuh
Risiko RA meningkat pada obesitas atau yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih
dari 30.
Gejala Klinis
• Gejala klinis utama adalah poliartritis  kerusakan rawan
sendi dan tulang sekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai
sendi perifer tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris.
• Gejala-gejala umum :Sendi terjadi pembengkakan, warna
kemerahan, terasa hangat, bila ditekan terasa lunak dan
disertai rasa sakit. Datang sebelum gejala-gejala sendi
sehingga kadang gejala awal seperti sedang terkena flu atau
penyakit yang serupa seperti malaise.
• Gejala-gejala sendi biasanya meliputi: 
– Kekakuan: sendi tidak dapat digerakkan secara
normal. Area gerak sendi mungkin berkurang. Gejala yang
paling sering terlihat adalah kekakuan di pagi hari yang
nantinya dapat berkembang menjadi semakin parah. 
– Peradangan (kemerahan, empuk, dan terasa)
– Pembengkakan di daerah di sekitar sendi
– Nodul
– Nyeri
Patofisiologi
• Proses autoimun dalam patogenesis RA
masih belum tuntas diketahui.
• Dikatakan terjadi berbagai peran yang
saling terkait, antara lain peran genetik,
infeksi, autoantibodi serta peran
imunitas selular, humoral, peran sitokin,
dan berbagai mediator keradangan.
• Semua peran ini, satu sama lainnya
saling terkait dan pada akhirmya
menyebabkan keradangan pada
sinovium dan kerusakan sendi
disekitarnya atau mungkin organ
lainnya.
Patofisiologi
• Rheumatoid factor (antibodi pasien terdiagnosa RA) mengaktiflkan
komplemen kemudian memicu kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan
sitokin oleh sel mononuklear sehingga dapat mempresentasikan
antigen kepada sel T CD4+. Kunci terjadinya inflamasi pada RA yaitu
disebabkan pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1, IL-6 dan
IL-17.
• Aktivasi sel T CD4+ akan memicu sel-sel inflamasi datang ke area
inflamasi:
1. Makrofag  prostaglandin dan sitotoksin  memperparah inflamasi
2. Histamine dan kinin edema, eritema, nyeri, rasa panas.
3. Aktivasi makrofag, limfosit dan fibroblas  angiogenesis  peningkatan
vaskularisasi sinovial penderita RA.
• Inflamasi kronis  membran sinovial mengalami proliferasi berlebih
terbentuk pannus  erosi tulang dan akhirnya kerusakan sendi.
Diagnosis
• Menurut ARA (American Rheumatism
Association) yang direvisi tahun 1987
untuk mendiagnosis RA:
1. Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya,
sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal.
2. Pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (arthritis) pada 3 daerah sendi
atau lebih secara bersamaan.
3. Artritis pada persendian tangan sekurang-
kurangnya terjadi satu pembengkakan
persendian tangan yaitu PIP (proximal
interphalangeal), MCP
(metacarpophalangeal), atau pergelangan
tangan.
Diagnosis
4. Artritis simetris, keterlibatan sendi yang
sama pada kedua belah sisi misalnya PIP
(proximal interphalangeal), MCP
(metacarpophalangeal), atau MTP
(metatarsophalangeal).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan
pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler.
6. Rheumatoid Factor serum positif
7. Perubahan gambaran radiologis yang khas
pada RA pada sendi tangan atau
pergelangan tangan yaitu erosi atau
dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat
Klasifikasi Rheumatoid Atritis
• Klasifikasi berdasarkan tingkat kerusakan pada sendi
(Steinbroker) yaitu :
• Stadium I : hasil radiografi menunjukkan tidak adanya
kerusakan pada sendi.
• Stadium II : terjadi osteoporosis dengan atau tanpa kerusakan
tulang yang ringan disertai penyempitan pada ruang sendi.
• Stadium III: terjadi kerusakan pada kartilago dan tulang
tertentu dengan penyempitan ruang sendi; sehingga terjadi
perubahan bentuk sendi.
• Stadium IV: imobilisasi menyeluruh pada sendi karena
menyatunya tulang-tulang
Prognosis
 Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat
membahayakan pasien. Sekitar 40% pasien rheumatoid arthritis
ini menjadi cacat setelah 10 tahun. Akan tetapi, hasilnya
sangatlah bervariasi.
 Prognosis yang buruk  hasil tes yang menunjukkan adanya
cedera tulang pada tes radiologi awal, adanya anemia persisten
yang kronis, dan adanya antibodi anti-CCP (Temprano, 2011).
 Rheumatoid arthritis (RA) yang aktif terus-menerus selama
lebih dari satu tahun deformitas sendi serta kecacatan.
 Morbiditas dan mortalitas karena masalah kardiovaskular
meningkat pada penderita RA.
Komplikasi
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit sistemik, sehingga peradangannya
dapat mempengaruhi organ-organ area tubuh lain
• Sindrom Sjogren (Kekeringan kelenjar mata dan mulut).
• Pleuritis peradangan (rheumatoid nodules) berkembang dalam paru-paru.
• Pericarditis
• Berkurangnya jumlah sel-sel darah merah (anemia) dan sel-sel darah putih.
Sel-sel putih yang berkurang pembesaran limpa (sindrom Felty) 
meningkatkan risiko infeksi-infeksi.
• Benjolan-benjolan keras di bawah kulit (rheumatoid nodules)  sekitar siku-
siku dan jari-jari tangan  dapat terinfeksi.
• Peradangan pembuluh darah (vasculitis) kematian jaringan (Serius & jarang)
• Gastritis dan ulkus peptik  efek samping utama obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying antirhematoid drugs, DMARD )
• Komplikasi saraf  ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
• Terima Kasih
• Hatur Nuhun
• Matur Suwun

Anda mungkin juga menyukai