Anda di halaman 1dari 32

Saat hamil ataupun setelah melahirkan, seorang

wanita akan mengalami berbagai macam bentuk


emosi seperti antisipasi, kegembiraan,
kebahagiaan, kepuasan, serta kecemasan,
frustrasi, kebingungan, atau kesedihan / rasa
bersalah.
(Rai, Sashi, et al., 2015)
Pada periode nifas, wanita akan mengalami
gangguan kesehatan mental sebesar 22 kali
dibanding pada periode lainnya. Hal ini
dikarenakan pada periode ini, terjadi banyak
perubahan, baik itu secara fisik, psikologi,
maupun biologi.
(RE, Kendell, et al., 1987; Rai, Sashi, et al., 2015)
Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada
tubuh ibu nifas, maka tak heran pada hari – hari
pertama postpartum, mereka akan mengalami
stres, tetapi sering disebut stres fisiologis. Stres
fisiologis terjadi karena adanya perubahan yang
terdapat pada diri ibu dan adanya peran menjadi
“ibu” dan tentunya melewati proses menyusui.
Adapun cara yang dapat meminimalisir stres yang
terjadi pada ibu nifas, antara lain :
a. Memberikan dukungan pada ibu nifas
b. Adanya pendengar yang baik, terkait keluhan
yang dialami oleh ibu nifas
c. Adanya kunjungan rumah
d. Membantu meringankan pekerjaan ibu
e. Pemeriksaan kehamilan secara rutin, atau
konsultasi via chatting
Persepsi dukungan emosional, instrumental, dan
informasional meliputi akses dan ketersediaan
dukungan pengasuhan formal maupun informal
(baik untuk ibu dan ayah), sangat berkaitan erat
dengan perasaan kesepian dan merupakan
faktor pelindung lain untuk perkembangan
depresi dan stres perinatal
Depresi dan stres perinatal yang terus
berkembang, maka akan berdampak bagi
psikologis ibu dan tentunya pengeluaran ASI
untuk bayinya. Jika tidak dihentikan, hal ini akan
menimbulkan berbagai macam bentuk gangguan
psikologis, yang tentunya akan berkaitan erat
dengan kejiwaan ibu.
GANGGUAN PSIKOLOGI PADA
MASA NIFAS
TAHUKAH KALIAN APA ITU GANGGUAN
PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS?
PENGERTIAN
Gangguan kejiwaan pada masa nifas adalah gangguan
yang terjadi pada nifas, yang mencakup depresi,
kecemasan setelah persalinan, gangguan obsesif
kompulsif (Pikiran berlebihan yang menyebabkan
perilaku repetitif), gangguan stres pasca-trauma, dan
gangguan makan.

(Meltzer brody, Samantha, et al., 2018)


Dengan banyaknya jenis gangguan yang mungkin terjadi dalam
gangguan kejiwaan pada masa nifas, kira – kira hal apa yang dapat
memicu terjadinya gangguan ini pada masa nifas ?
FAKTOR RISIKO
Primigravida Hamil diluar nikah
(Ibu yang mengalami kehamilan (Ibu yang tidak menikah)
pertama)
Operasi sesar atau mengalami Riwayat penyakit psikotik masa lalu
komplikasi saat kehamilan ataupun (Terutama riwayat kecemasan dan
persalinan depresi masa lalu)
Riwayat keluarga dengan penyakit Mengalami gangguan pascapersalinan
kejiwaan sebelumnya
(Terutama ibu dan saudara perempuan
yang mengalami gangguan postpartum)
Mengalami keadaan yang penuh Riwayat pelecehan seksual
tekanan terutama selama kehamilan
dan menjelang persalinan

Rendahnya dukungan, baik itu dukungan Mengalami komplikasi dan atau depresi
sosial, maupun dukungan emosional saat hamil

(S, Causey , et al., 2001 ; V, Sharma, et al., 2003)


Selain beberapa hal diatas, terdapat terdapat beberapa hal yang dapat memicu terjadinya
stres, seperti menyudutkan ibu nifas, tidak memberika dukungan secara penuh, dan selalu
membebani ibu, baik itu terkait pekerjaan rumah maupun dalam mengurus bayinya.
Selain itu, pada wanita yang telah menjadi “ibu”
pasti akan menjadi sosok yang lebih sensitif,
maka keluarga dan orang terdekat,harus dapat
menghindari beberapa kata – kata, seperti:
a) ASInya sudah keluar?
b) Ih, kok ASInya sedikit sekali
c) Kok anaknya nangis terus, kamu gak
menyusui ya?
d) Sudah, kamu gak usah sok-sokan, kamu kasih
susu botol aja keanakmu, “ibu” lebih
berpengalaman dibanding kamu
Bentuk Gangguan Psikologi Masa Nifas
a) Postpartum Blues
 Terjadi antara hari ke-3 dan ke-13 setelah melahirkan
 Bersifat sementara
 Gejala : mood swing, ketakutan, kecemasan, menangis, penurunan
konsentrasi, iritabilitas, susah tidur, perasaan kesepian, dan
kelelahan
b) Depresi Postpartum
 Dapat mengakibatkan depresi berat
 Terjadi pada minggu pertama sampai dengan 4 bulan pertama
postpartum
 Gejala : sedih, takut, kehilangan minat dalam aktivitas sehari – hari,
perasaan tidak berharga atau tidak kompeten, perasaan bersalah,
kelelahan, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, konsentrasi yang
buruk, pikiran bunuh diri, kurangnya kesenangan pada peran ibu
c) Postpartum Psikosa
 Postpartum blues atau depresi postpartum yang tidak
tertangani
 48 sampai 72 jam timbul gejala awal dan dalam 2 minggu
timbul gejala kompleks
 Gejala : gejala awal postpartum blues atau depresi
postpartum, delusi, halusinasi, kebingungan, delirium,
panik, bunuh diri atau pembunuhan bayi, kegelisahan,
iritabilitas, mood swing, perilaku tidak teratur.

(V Ronad, Susheelkumar, et al., 2018)


Penyebab
a) Faktor biologis
 Keturunan : keturunan dari wanita yang dirawat karena psikosis nifas
memiliki prevalensi gangguan psikiatri yang lebih tinggi secara
signifikan.  
 Perubahan Endokrin:   
i. Pada hipotalamus : Periode postpartum awal ditandai dengan
penurunan steroid gonad. Adanya penurunan pada kadar
progesteron antara kala pertama dan kedua persalinan, dan
kadar estrogen turun setelah pengeluaran plasenta.  Hal ini
akan mempengaruhi gejala afektif dan gejala psikotik masing-
masing. Kadar progesteron dan estrogen turun tiba-tiba selama
7-10 hari pertama pascapersalinan, sedangkan kadar prolaktin
meningkat pada hari ketiga.  
ii. Kortisol: Kadar kortisol abnormal sering dikaitkan dengan
postpartum blues. Tingkat kortisol meningkat selama kehamilan,
puncaknya saat lahir dan menurun tiba-tiba setelah melahirkan. 
b) Faktor biokimia
 Cyclic adenosine monophosphate (cAMP): tingkat cAMP yang rendah
menyebabkan represi postpartum.  
 Amina: Kadar serotonin dan triptofan yang rendah dan kadar nor-
metanephrine yang tinggi ditemukan pada postpartum blues.  
 Endorfin: Penurunan tingkat endorfin dikaitkan dengan perubahan
suasana hati.  
 Perubahan pola tidur : Perubahan pola tidur dapat menyebabkan
kerentanan pasien pascapersalinan. Sesaat sebelum melahirkan,
keadaan tidur NREM 4 berkurang dan kembali normal sampai
minggu kedua pascapersalinan.

c) Faktor sosial dan interpersonal


 Adanya kekerasan terhadap perempuan, Keterbatasan ekonomi,
peran dan praktik suportif suami mempengaruhi kebutuhan
psikologis ibu, dukungan sosial yang buruk.  
d) Faktor psikososial
 Penentu kepribadian: Peningkatan jumlah sifat kekanak-
kanakan dan belum dewasa dalam kepribadian
pramorbid. 
 Kehamilan dan transisi menjadi ibu melahirkan berbagai
tekanan psikologis. Seorang wanita harus menyesuaikan
diri dengan perubahan citra tubuhnya, hubungannya
dengan suami dan anggota keluarganya, tanggung
jawabnya dan cara dia dipersepsikan oleh masyarakat

(LP, Shah, et al., 1999 ; Rai, Sashi, et al., 2015 ; V Ronad, Susheelkumar, et al., 2018)
Penatalaksanaan
a) Non-farmakologis
 Debrifing : dengan melakukan kunjungan selama
8 minggu, menjadi pendengar yang baik dan
bersikap empati terhadap apa yang dirasakan
oleh ibu
 Terapi kognitif : pendekatan psikoterapi
 Terapi interpersonal : mengajak berbicara dan
memberikan dukungan
 Konseling dan dukungan pengawasan yang baik

(V Ronad, Susheelkumar, et al., 2018)


b) Farmakologis
 Obat antidepresan : Fluoxetine, setraline, fluvoxamine
amitriptyline dan venlafaxine.  
 Stabilisator suasana hati : litium, karbamazepin dan asam
valporat  
 Benzodiazepin obat anti ansietas : clonazepa, Lorazepam  
 Antidepresan trisiklik: impipramine, clomipra mine  
 Terapi kejang : dengan menggunakan arus listril
 Terapi Hormon 
 Progesteron saja  
 Kombinasi estrogen dan antidepresan: 17 estradiol
200mg setiap hari dan dydrogesterone 10 mg 
 Konsultasikan jenis terapi ke psikiater

(V Ronad, Susheelkumar, et al., 2018)


Pengaruh Gangguan Psikologi Postpartum
Terhadap Pengeluaran ASI
Perasaan ibu dapat menghambat atau
meningkatkan pengeluaran oksitosin, bila ibu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya
diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional
maupun penurunan fisik seperti karena
kelelahan dapat menurunkan produksi ASI,
sehingga ibu yang sedang menyusui sebaiknya
jangan terlalu banyak dibebani oleh urusan
pekerjaan rumah tangga (Sulistyoningsih, 2011).
Ibu yang mengalami depresi pada masa nifas akan
terjadi blokade dari refleks letdown. Hal ini
disebabkan karena adanya pelepasan dari adrenalin
(epinefrin) yang menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah alveoli sehingga akan menghambat
oksitosin untuk dapat mencapai target organ
mioepitelium. Refleks letdown yang tidak sempurna
akan menyebabkan penumpukan air susu di dalam
alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar
(Soetjiningsih, 2001).
Karena tidak sempurnanya kinerja dari refleks letdown,
maka secara otomatis, produksi ASI akan terhambat.
Selain itu, produksi ASI yang tidak lancar, pasti akan
menyebabkan beberapa masalah pada payudara
diantaranya :
a) Bendungan payudara
 Gejala :
 Nyeri payudara dan tegang
 Payudara yang mengeras dan membesar (pada
kedua payudara)
 Biasanya terjadi antara hari 3 -5 pasca
persalinan

(Prawirohardjo, Sarwono, 2014)


 Penatalaksanaan :
 Bila ibu menyusui bayinya : susukan sesering
mungkin, kedua payudara disusukan, kompres hangat
payudara sebelum disusukan, bantu dengan memijat
payudara untuk permulaan menyusui, sangga
payudara, kompres dingin pada payudara diantara
waktu menyusui, bila diperlukan berikan parasetamol
500 mg per oral setiap 4 jam, dan lakukan evaluasi
setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
 Bila ibu tidak menyusui : sangga payudara, kompres
dingin pada payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa sakit, bila diperlukan berikan
parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, jangan
dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2014)
b) Mastitis
 Gejala :
 Nyeri payudara dan tegang / bengkak
 Ada inflamasi yang didahului bendungan
 Kemerahan yang batasnya jelas pada payudara
 Biasanya hanya satu payudara
 Biasanya terjadi antara 3 - 4 minggu pasca persalinan
 Penatalaksaan : berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam
selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses
biasanya keluhannya akan berkurang, sangga payudara,
kompres dingin, bila diperlukan berikan parasetamol 500
mg per oral setiap 4 jam, ibu harus didorong menyusui
bayinya walau ada pus, ikuti perkembangan 3 hari setelah
pemberian pengobatan
c) Abses payudara
 Gejala :
 Payudara yang tegas dan padat
 Kemerahan
 Pembengkakan dengan adanya fluktuasi
 Mengalir nanah
 Penatalaksanaan : diperlukan anestesi umum (ketamin),
insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir
supaya tidak memotong saluran ASI, pecahkan kantung
pus dengan tissue forceps atau jari tangan, pasang
tampon dan drain, berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6
jam selama 10 hari, sangga payudara, kompres dingin,
berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila
diperlukan, ibu didorong tetap memberikan ASI walau
ada pus (pengeluaran berupa nanah), lakukan follow up
setelah pemberian pengobatan selama 3 hari
Pada ibu nifas, terdapat dua hormon yang paling
berperan periode ini, seperti hormon oksitosin
dan adrenalin. Kedua hormon ini sangat
berkaitan erat dengan psikologis ibu. Jika ibu
dalam keadaan stres, maka hormon adrenalin
lah yang meningkat, sehingga menyebabkan
hormon oksitosin menurun dan tentunya akan
merusak mood ibu, mengganggu produksi ASI,
dan sebagainya.
Pentingnya Hormon Oksitosin

a) Merupakan hormon kasih sayang


b) Dapat membuat otot relax
c) Pikira menjadi tenang
d) Membantu uterus untuk berkontraksi
e) Menurunkan rasa nyeri
f) Menumbuhkan rasa kasih sayang
g) Penyebab : merasa dicintai, dilindungi, diberikan
dukungan, rahasia dilindungu dan sebagainya
Efek adrenalin
a) Merupakan hormon penyemangat atau menjatuhkan
b) Membuat otot menjadi keras
c) Meningkatkan sensitifitas (akan mudah marah)
d) Meningkatkan kekuatan lengan (lebih mudah
memukul)
e) Tanda : mudah marah, bersuara tinggi
f) Penyebab : kurangnya dukungan sosial maupun
emosional, selalu direndahkan, dicemooh, takut, tidak
bisa mengontrol diri
MANFAAT MENYUSUI PADA PSIKOLOGIS IBU

a. Ibu menyusui akan mampu mengurangi terjadinya stres


fisiologis
b. Untuk pola tidur, ibu menyusui akan mendapatkan 45 menit
waktu tidur yang lebih lama dan akan mengalami
penurunan gangguan tidur
c. Ibu menyusui akan mempu mengelola emosional terhadap
orang lain, sehingga dapat meningkatkan interaksi dan
hubungan sosial. 
d. Mengurangi terjadinya depresi postpartum
e. Menyusui akan mengurangi menekan respons neuro-
endokrin terhadap stres

(M. Krol, Kathleen, et al., 2018)

Anda mungkin juga menyukai