Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 10

Penguasaan Pasar
dr. Ahmad Fauzi, MARS
dr. Martina Stephani, M.P.H.
Drg. Wahyu Prabowo
dr. Rosmauli, M.P.H.
dr. Wiwi Endang Susanti
dr. Taufan Nugroho
dr. Bimasena Trisnaragung Nugroho
dr. Yuliana, Sp.PM.
Latar Belakang
 Dalam kehidupan perekonomian yang factual, sangat jarang mendapat penjual yang tidak
menghadapi persaingan dari penjual lain. Meskipun dalam suatu pasar misalnya hanya
terdapat satu penjual sehingga tidak ada persaingan secara langsung dari penjual lain,
tetapi penjual tunggal tersebut akan menghadapi persaingan secara tidak langsung dari
penjual lain yang menghasilkan produk yang dapat merupakan alternative produk
pengganti yang tidak sempurna.
 Perlunya pengaturan terhadap kegiatan pelaku usaha di dalam persaingan.
 Perbedaan Kegiatan yang dilarang dengan perjanjian yang dilarang menurut UU
No.5/1999?
Pasal 19 Penguasaan Pasar
 Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
a) menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan; atau
b) menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha
dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
c) membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau
d) melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
{Pasal 19 UU No.5/1999}
Bentuk Penguasaan Pasar yang dilarang yaitu;
Menolak pesaing (refusal to deal).

Menghalangi konsumen untuk tidak melakukan atau meneruskan hubungan usaha dengan pihak usaha
pesaing tersebut.

Pembatasan peredaran produk.

Diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu pesaingnya.

Melakukan jual rugi (predatory pricing).

Penetapan biaya secara curang.


Pasal 19 Penguasaan Pasar
Bahan diskusi:
Sampai saat ini produk minyak pelumas (Oli) Mesran produksi dari
Pertamina masih menguasai pangsa pasar terbesar (±50%) dalam
bisnis minyak pelumas di Indonesia. Saat ini Pertamina untuk produk
Oli Mesran, memiliki ±200 agen pemasaran diseluruh Indonesia dan ±
3000 pompa bensin (SPBU) Pertamina yang juga menjual Oli Mesran.
Tetapi seandainya dalam rangka mempertahankan pangsa pasarnya di
dalam pasar tersebut kemudian Pertamina meminta kepada setiap
pompa bensin milik Pertamina untuk tidak menjual minyak pelumas
pesaing dari Mesran. pertanyaannya apakah perbuatan dari Pertamina
tersebut diperbolehkan oleh UU No.5/1999?
Pasal 19 Penguasaan Pasar

Jual Rugi (Predatory Pricing)


 Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau
jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang
sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau
mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat
(Pasal 20 UU No.5/1999)
Jual Rugi (Predatory Pricing)
Upaya menjual produk pada harga yang sedemikian
rendah dalam jangka pendek agar pelaku usaha lain tidak
dapat masuk pasar.
Dalam jangka pendek praktik ini menguntungkan
konsumen, namun dalam jangka panjang pelaku usaha
yang melakukan praktik predatory pricing akan dapat
bertindak sebagai pelaku usaha monopoli.
Jual Rugi (Predatory Pricing)
Pelaku usaha yang menjual dengan harga lebih rendah dari SRMC
(short run marginal cost) untuk mendepak pesaingnya keluar dari
industri dan mendorong pelaku usaha baru untuk tidak masuk ke
industri, kemudian dalam jangka panjang ia akan meningkatkan
labanya.
Tujuan: mengurangi persaingan dengan membangkrutkan pesaing
dan menciptakan penghalang masuk (barrier to entry) bagi pelaku
usaha potensial yang ingin masuk ke industri
Penguasaan Pasar
Kecurangan menentukan Biaya Produksi
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang
menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat
(Pasal 21 UU No.5/1999)
Kasus

 MAFIA ALAT KESEHATAN


 Sejak masa Pandemi Covid 19 banyal alat kesehatan dan obat obatan yang hilang dari
pasaran, dan kalaupun ada dengan harga yang melambung tinggi
 Contoh kasus oxymetri, oksigen ,masker, obat obatan seperti azytromicin, bahkan sampai
suplemen dimana harga bisa melebihi HET
Kasus

 Industri alat kesehatan di Indonesia bisa dikatakan dikuasai pihak asing.


 Porsi produk luar negeri yang beredar di Indonesia bahkan mencapai 94 persen, sementara produk dalam negeri hanya 6 persen. "Izin edar saat ini
alat kesehatan 94 persen masih dikuasai alkes asing," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo, di sela peresmian alat
kesehatan di Semarang, Rabu (19/7/2017).
 Industri alat kesehatan dalam negeri, kata dia, perlu terus didorong agar porsi pangsa pasarnya bisa lebih besar. Hal ini juga sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan negara di bidang kesehatan. Yulianto mengatakan, pasar alkes di Indonesia nilainya mencapai Rp 12 triliun per tahun. Jateng
sendiri mendapat porsi 10 persen, yaitu Rp 1,2 triliun. Porsi pembiayaan bidang kesehatan lebih banyak untuk obat dan alat kesehatan. Porsi pasar
obat alkes di Jateng cukup besar karena ada 276 rumah sakit dan ribuan klinik kesehatan. "Dulu pengadaan Alkes suram, banyak terlibat masalah, dan
persaingan tidak sehat. Makanya, kami mendorong agar semua dibuka, harga dimasukkan dalam e-kalatog sehingga semua pihak diuntungkan,"
ujarnya.
 Yulianto mendorong pabrikan untuk memproduksi alat kesehatan agar diproduksi di dalam negeri. Beberapa fasilitas kesehatan mulai laboratorium,
radiologi, meja operasi, kursi roda, hingga bed untuk pasien saat ini telah mulai diproduksi. Namun porsinya masih terlampau kecil. "Kita memang
butuh kualitas, tapi tak harus impor. Kami mendorong agar bisa diproduksi dalam negeri," tambahnya. Yulianto mengingatkan agar pabrikan
memproduksi alat yang aman dan bermanfaat. Semua produk kesehatan juga harus punya ijin edar. "Di Jateng, hingga Juni 2017 ini ada 30 alkes
dengan 146 penyalur kesehatan, 86 diantaranya sebagai distributor barang," tambahnya. 
Analisa Kasus

 Permasalahan mafia alkes dan obat hadir selama pandemi COVID 19 dikarenakan
permintaan yang lebih tinggi daripada pasokannya
 Ada kelangkaan supply, dan ekspor import yang tidak berjalan mulus karena hampir semua
negara melakukan pembatasan.
 Tingginya kebutuhan import bahan baku dikarenakan tak tersedianya bahan baku dasar
obat obatan di Indonesia
 masih banyak mafia mafia yang melakukan penimbunan terhadap alkes dan obat obatan.
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai