Anda di halaman 1dari 20

PRESENTAS

E
KELOMPOK
KELOMP
OK 1
1. ANDIKA SAPUTRA
2. ANDI MUHAMMAD USAMAH DWI
PUTRA
3. RAHIM PUJI PAMUNGKAS
4. MUH FAIZALA
5. ANDI ASWAR
6. RAHIM
7. ACHMAD FAIZ FANZURI
8. MASYHURI DAMIS
9. M. FAYYADH
RIVIEW
JURNAL
TOREFAKSI
JUDUL JURNAL
● Peningkatan Nilai Kalor Pellet Biomassa Cocopeat sebagai Bahan
Bakar Terbarukan dengan Aplikasi Torefaksi (Rizal Alamsyah, Nobel
Christian Siregar, dan Fitri Hasanah )
● Peningkatan Nilai Kalor Pellet Biomassa Cocopeat sebagai Bahan
Bakar Terbarukan dengan Aplikasi Torefaksi (Anton Irawan, Tubagus
Riadz dan Nurmalisa )
KONTEN PEMBAHASAN

01 LATAR
BELAKANG
02 TEORI
UTAMA

03 METODE
DAN HASIL 04 KESIMPULA
N
PENELITIAN
01
LATAR
BELAKANG
JURNAL 1

Torefaksi adalah suatu proses termokimia yang dilakukan pada temperatur 200-
300°C dengan kondisi tanpa udara. Proses ini berfungsi untuk mengubah
biomassa menjadi bahan bakar padat yang relatif mempunyai kandungan energi
yang lebih tinggi dari sebelumnya. Torefaksi dapat meningkatkan kerapatan
energi, tahan air, memudahkan penggilingan, membuatnya aman dari degradasi
biologis, memudahkan transportasi dan penyimpanan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan energi pellet biomassa cocopeat dengan penerapan
proses torefaksi, dan membandingkan hasil pembakaran (emisi) pellet cocopeat
biomassa yang mengalami torefaksi dengan pellet biomassa non-torefaksi.
JURNAL 2
Torefaksi adalah proses pengolahan secara termokimia untuk bahan baku yang
mengandung karbon seperti biomassa TKKS. Torefaksi berlangsung pada
tekanan atmosfir dengan rentang temperatur 200-3500C. Dengan temperatur
akhir torefaksi meningkat akan berakibat gas volatil yang dihasilkan akan
bertambah dari hasil dekomposisi hemisellulosa, lignin, dan selulosa. Secara
umum, kualitas produk torefaksi biomassa adalah densitas energi dan
hydrophobic meningkat. Proses torefaksi memiliki manfaat tambahan
mengurangi atau menghilangkan bahan mudah menguap yang tidak diinginkan,
seperti oksida nitrogen dan oksida sulfur. Dengan kandungan oksigen lebih
rendah maka rasio oksigen terhadap karbon akan menurun sehingga biomassa
memiliki karakteristik mendekati batubara.
02
TEORI
UTAMA
Penulis menggunakan teori utama berupa
Torefaksi yang berlangsung pada tekanan
atmosfir dengan rentang temperatur 200-3500C
pada karya ilmiah ini. Torefaksi merupakan salah
satu metode pengolahan awal untuk peningkatan
kualitas biomassa dengan temperatur proses
sekitar 200-350oC tanpa adanya oksigen.
03
METODE DAN
HASIL
PENELITIAN
Jurnal ini menggunakan
pendekatan kuantitatif pada
penelitiannya. Seluruh data
yang terkumpul kemudian
dianalisis dengan metode
penelitian yakni dalam
METODE
penelitian ini terdiri dari
pendahuluan, pembuatan pellet, UMUM
perlakuan torefaksi,
pembakaran pellet cocopeat
(dengan torefikasi dan tanpa
torefikasi) dan analisis
proksimat.
HASIL PENELITIAN JURNAL 1

● Pada pellet cocopeat yang tertorefikasi maka terjadi perubahan struktur internal
dengan berubahnya senyawa hidro karbon (HC) menjadi karbon dan
mengakibatkan peningkatan densitas energi pellet. Keuntungannya adalah tidak ada
bahan organic atau biomassa yang terbuang percuma dengan indikasi bahwa
konsentrasi HC (hidrokarbon) yang dihasilkan pada gas buang dalam jumlah kecil.
Peran torefaksi menguntungkan jika ditinjau pemanfaatan energi bukan hanya
untuk pembakaran namun juga untuk pemanasan (pengeringan) dengan
memanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya yang dibuktikan dengan
lamanya bara yang terbentuk setelah pembakaran.
HASIL PENELITIAN JURNAL 1
Hal yang menguntungkan lainnya adalah bahwa konsentrasi CO yang merupakan
senyawa yang sangat berbahaya dan mempunyai afinitas sangat tinggi pada darah manusia
adalah sangat rendah pada gas buang hasil pellet biomassa tertorefaksi (0%) dibanding
pellet biomassa non- torefaksi (0,42%). Walaupun konsentrasi relative kecil (0,42%), hal
ini sangat berbahaya pada lingkungan jika biomassa yang dibakar berada pada jumlah
yang sangat besar.
Berdasarkan persyaratan gas buang yang ditentukan dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. KEP-13/ MENLH3/1965, semua hasil parameter mutu gas buang
cocopeat memenuhi persyaratan. Dengan demikian, perlakuan torefaksi dari aspek emisi
gas buang lebih baik dan unggul dibandingkan biomassa non-torefaksi.
HASIL PENELITIAN JURNAL 2
Kandungan energi dari biomassa merupakan parameter penting sebelum
suatu bahan bakar dipergunakan. Pada penelitian ini kandungan bahan
bakar untuk seluruh variasi temperatur dan waktu dianalisa dengan
menggunakan Adiabatic Bomb Calorimeter. Hasil analisa kandungan energi
ditampilkan pada Gambar 3 bahwa pada proses torefaksi dengan
temperatur tinggi (350°C), produk hasil torefaksi TKKS memiliki kandungan
energi (kkal/kg) tertinggi dibandingkan temperatur lainnya hingga mencapai
kandungan energi 5430 kkal/kg dari nilai awal kandungan energi TKKS
sebesar sekitar 4000 kkal/kg. Kondisi ini menunjukkan bahwa torefaksi
dapat meningkatkan kandungan energi TKKS hingga 30% tetapi proses
torefaksi pada temperatur 350°C menghilangkan massa TKKS hingga
mencapai 55%. Kondisi ini menyebabkan kandungan energi total produk
hasil torefaksi pada temperatur 350°C lebih rendah dibandingkan pada
temperatur 250 dan 300°C.
HASIL PENELITIAN JURNAL 2
Kondisi ini disebabkan ada sebagian komponen mengandung energi
dari TKKS mengalami proses oksidasi serta komponen-komponen
mudah terbakar dari zat terbang ikut terbawa keluar dari dalam TKKS.
Parameter lainnya dari proses torefaksi TKKS adalah kandungan
hemiselulosa. Pada proses torefaksi hemiselulosa akan
terdekomposisi lebih cepat dibandingkan selulosa dan liginin. Gambar
5 memperlihatkan penurunan kandungan hemiselulosa seiring dengan
kenaikan temperatur dan lama waktu torefaksi. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa pada temperatur rendah (250oC) terjadi penurunan lebih
tajam dari waktu torefaksi 15 menit ke waktu torefaksi 30 menit
dibandingkan pada temperatur 300 dan 350oC. Kondisi ini disebabkan
bahwa pada proses torefaksi rendah dan waktu torefaksi rendah maka
hemiselulosa lebih banyak hilang dibandingkan temperatur tinggi (di
atas 300oC) dengan kandungan selulosa dan lignin mulai hilang
(Bergman, 2005).
KESIMPUL
04 AN
Kesimpulan dari kedua jurnal kali ini adalah Pellet biomassa cocopeat yang
diperoleh dari proses torefaksi mempunyai densitas energi yang lebih besar. Hal
ini menguntungkan karena energi yang disimpan menjadi lebih besar daripada
biomassa yang tidak ditorefaksi. Peningkatan nilai kalori pada pross torefaksi
pada pada pellet cocopeat hasil torefaksi mengalami peningkatan energi sebesar
36%.
Pellet cocopeat yang mengalami torefaksi menunjukan waktu nyala bara yang
lebih lama setelah pembakaran yang berarti energi yang tersimpan dalam pellet
biomassa yang mengalami torefaksi lebih besar. Walaupun emisi gas buang pada
pembakaran biomass yang jumlahnya kecil (0,5 kg) pada semua jenis biomassa
baik itu biomassa hasil torefaksi dan non-torefaksi masih dalam batas aman,
namun emisi gas berbahaya pada pembakaran pellet hasil torefaksi menghasilkan
gas buang berbahaya (terutama CO) dengan konsentrasi (kadar) yang jauh lebih
kecil daripada biomassa non-torefaksi.
Percobaan Torefaksi TKKS untuk pengamatan kandungan
hemiselulosa dan kemampuan menyerap air telah dilakukan.
Semakin tinggi temperatur dan waktu tahan torefaksi semakin
tinggi nilai kalor TKKS yang dihasilkan dengan kehilangan massa
lebih besar. Kondisi terbaik diitunjukan pada temperatur 300oC
waktu torefaksi 30 menit. Pada kondisi tersebut didapatkan nilai
kalor sebesar 4660 kkal/kg serta jumlah massa yang hilang sekitar
32%, kandungan hemiselulosa 7,64% dan sifat hidrofobik TKKS
dilihat dari jumlah air yang terserap.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai