Anda di halaman 1dari 15

KASUS HIPERTENSI

KRISIS

LILIK SUKESI
DEFINIS
I
• HIPERTENSI KRISIS :
• peningkatan mendadak tekanan darah sistolik (TDS) lebih
dari 180 mmHg dan / atau peningkatan tekanan darah
diastolik (TDD) lebih dari 120 mmHg.
• Berdasarkan adanya kerusakan target organ yang akut
(sedang berlangsung), krisis hipertensi dapat dibagi
menjadi :
• hipertensi emergensi
• hipertensi urgensi

Mako K. Journal of Cardiovascular Emergencies 2018;4(2):73-83


What Constitutes a Hypertensive Emergency?

1
Varon and Marik. Chest 2000;118:214-27.
2
Rynn et al. J Pharm Prac 2005;18:363-76.
HIPERTENSI EMERGENSI

• Sering kali mengancam jiwa


• Memerlukan penanganan segera dan seksama
• Tingkat kematian dalam 1 tahun lebih dari 79%
• Median periode survival : 10,4 bulan bila hipertensi emergensi ini tidak
ditangani dengan baik
• Subjek dengan hipertensi kronis secara signifikan dapat mentolerir
nilai TD yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang sebelumnya
memiliki nilai TD normal
• Untuk menurunkan tekanan darah memerlukan obat intravena

Mako K. Journal of Cardiovascular Emergencies 2018;4(2):73-83


HIPERTENSI URGENSI

• Peningkatan TD yang tinggi pada pasien hipertensi kronis tanpa


disertai adanya kerusakan target organ yang sedang berlangsung.
• Tidak patuh terhadap rejimen anti-hipertensi yang ditentukan
• Tidak menunjukkan tanda-tanda klinis atau laboratorium dari cedera
target organ akut
• Penurunan TD dengan penggunaan obat oral
• Pasien tidak memerlukan perawatan di rumah sakit
• Harus ditindaklanjuti di rawat jalan

Mako K. Journal of Cardiovascular Emergencies 2018;4(2):73-83


Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi
• Konfirmasi organ target terdampak, tentukan penatalaksanaan spesifik
selain penurunan tekanan darah
• Tentukan kecepatan dan besaran penurunan tekanan darah yang aman
• Tentukan obat antihipertensi yang diperlukan
• Obat intravena dengan waktu paruh pendek merupakan pilihan ideal
untuk titrasi tekanan darah secara hati-hati, dilakukan di fasilitas
kesehatan yang mampu melakukan pemantauan hemodinamik kontinyu
Treatment Goal Decision-algorithm in Hypertensive Crisis.

Acute elevations in BP
(Hypertensive Crisis)
Physical exam
Laboratory tests
Diagnostic exams
Signs of End-organ Dysfunction?
Yes No

Hypertensive Emergency Hypertensive Urgency

Exception to General No General Hypertensive


Treatment Goal? Emergency

Aortic Preeclampsia
Dissection Stroke & Eclampsia
Scott. CCSAP 2018 Book 1 • Medical Issues in the ICU
Whelton PK. Hypertension. 2018;71:12691324
BP Treatment Goals for Hypertensive Emergency
Goal Timea BP Target

First hour Reduce MAP by 25% (while maintaining goal DBP ≥ 100 mm Hg)

Hours 2–6 SBP 160 mm Hg and/or DBP 100–110 mm Hg

Hours 6–24 Maintain goal for hours 2–6 during first 24 hr

Outpatient BP goals according to the 2017 Guidelines for


24–48 hr
Management of High Blood Pressure in Adults

See exceptions to these goals for conditions that qualify.


a

BP = blood pressure; JNC = Joint National Committee

Mancia G. European Heart Journal (2018) 00,1–9


Stroke akut
• Stroke Hemoragik
• Peningkatan TD pada stroke hemoragik akut  menyebabkan
perluasan hematoma, perdarahan berulang, meningkatkan
mortalitas dan meningkatkan kecacatan
• Penurunan TD hingga <140/90 mmHg dalam 6 jam pertama
terbukti aman dan mengurangi ekspansi hematoma, dan mungkin
dapat memperbaiki luaran klinis
• Jika TDS >220 mmHg, harus diturunkan segera 15-20% dengan obat
intravena dalam 1 jam pertama

Konsensus pengelolaan hipertensi INASH 2019


Pemeriksaan Spesifik Berdasarkan Indikasi

• Troponin, CK-MB atau NT-proBNP (bila ada kecurigaan masalah jantung,


misalnya nyeri dada akut atau gagal jantung akut)
• Foto toraks (bila ada tanda bendungan di paru)
• Ekokardiografi (bila ada kecurigaan diseksi aorta, gagal jantung atau iskemi
miokard)
• CT angiografi toraks dan/atau abdomen bila ada kecurigaan diseksi aorta akut)
• CT atau MRI otak (bila ada kecurigaan masalah system saraf)
• USG ginjal (bilaada kecurigaan gangguan ginjal atau stenosis arteri renalis)
• Penapisan obat dalam urin (bila adqa kecurigaan penggunaan metamfetamin
atau kokain)
The Stanford classification divides dissections by the most proximal
involvement:
type A: A affects ascending aorta and arch
accounts for ~60% of aortic dissections
surgical management
may result in:
coronary artery occlusion
aortic incompetence
rupture into pericardial sac with resulting cardiac tamponade
type B: B begins beyond brachiocephalic vessels
accounts for ~40% of aortic dissections
dissection commences distal to the left subclavian artery
medical management with blood pressure control
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai