Anda di halaman 1dari 29

 Present by Retno Sulistiyowati, S.

Pd
Nama: Retno Sulistiyowati, S.Pd
Alamat : Jl.Blimbing 5 No.8
Perum Pasekaran Indah Batang
Jml Anak : 4
Jabatan : Kasi PP.PAUD
Disdikbud Kab.Batang
 suatu proses interaksi antara orang tua dan
anak, yang meliputi kegiatan seperti
memelihara, mendidik, membimbing serta
mendisplinkan dalam mencapai proses
kedewasaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik
anak yang dilakukan orang tua dengan
menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-
batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak
tanpa kompromi dan memperhitungkan
keadaan anak.
Orang tualah yang berkuasa menentukan segala
sesuatu untuk anak dan anak hanyalah objek
pelaksana saja. Jika anak membantah, orang
tua tidak segan-segan akan memberikan
hukuman, biasanya hukumannya berupa
hukuman fisik.
 Memiliki keterampilan sosial yang buruk
 Takut berpendapat dan sulit menentukan keputusan
 Tingkat harga diri anak menjadi lebih rendah
 Kurang merasakan aman dan mendapat kasih sayang
 Tidak merasa bahagia sehingga mengganggu
kesehatan mentalnya
 Munculnya masalah perilaku pada anak jika orangtua
cenderung menggunakan kekerasan sebagai
hukuman
 Anak akan menganggap bahwa kekerasan merupakan
hal yang normal
 Melampiaskan kemarahan di luar rumah bahkan dapat
berperilaku agresif terhadap teman-temannya
Pola asuh demokratis merupakan
suatu bentuk pola asuh yang
memperhatikan dan menghargai kebebasan
anak, namun kebebasan itu tidak mutlak,
orang tua memberikan bimbingan yang
penuh pengertian kepada anak.
Pola asuh ini memberikan kebebasan
kepada anak untuk mengemukakan
pendapat, melakukan apa yang
diinginkannya dengan tidak melewati batas-
batas atau aturan-aturan yang telah
ditetapkan orang tua
 ANAK MEMPUNYAI JIWA BERTANGGUNG
JAWAB
 PERCAYA DIRI
 KREATIF
 INISIATIF
 MAMPU MENYESUAIKAN DIRI
 PATUH TERHADAP ATURAN
Pola asuh permisif yaitu orang tua
serba membolehkan anak berbuat apa saja.
Orang tua membebaskan anak untuk
berperilaku sesuai dengan keiginannya
sendiri. Orang tua memiliki kehangatan dan
menerima apa adanya. Kehangatan,
cenderung memanjakan, dituruti
keinginnannya.
 KURANGNYA KASIH SAYANG
 KURANGNYA PERHATIAN
 KURANGNYA KEDISIPLINAN
 KERAS KEPALA
1. Latar belakang pola pengasuhan orang
tua
Maksudnya para orang tua belajar dari
metode pola pengasuhan yang pernah
didapat dari orang tua mereka sendiri.
2. Tingkat pendidikan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi berbeda pola
pengasuhannya dengan orang tua yang
hanya memiliki tingkat pendidikan yang
rendah.
3. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua
Orang tua yang cenderung sibuk
dalam urusan pekerjaannya terkadang
menjadi kurang memperhatikan keadaan
anak-anaknya. Keadaan ini mengakibatkan
fungsi atau peran menjadi “orang tua”
diserahkan kepada pembantu, yang pada
akhirnya pola pengasuhan yang
diterapkanpun sesuai dengan pengasuhan
yang diterapkan oleh pembantu.
4. Lingkungan sosial dan fisik tempat dimana
keluarga itu tinggal
Pola pengasuhan suatu keluarga turut
dipengaruhi oleh tempat dimana keluarga
itu tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal
di lingkungan yang otoritas penduduknya
berpendidikan rendah serta tingkat sopan
santun yang rendah, maka anak dapat
dengan mudah juga menjadi ikut
terpengaruh.
 Responding adalah merespon anak dengan
tepat. Anak sangat membutuhkan respon
yang tepat dan benar terhadap apa yang
mereka tanyakan atau mereka ketahui,
sehingga orang tua harus responding
terhadap anaknya.
 Preventing adalah mencegah anak
berperilaku yang bermasalah atau beresiko.
Orang tua juga perlu preventing terhadap
anak, mencegah dan mengawasi anak agar
tidak berperilaku yang negatif atau beresiko
terhadap diri anak itu sendiri
 Monitoring adalah mengawasi anak
berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau
perhatian secara penuh. Pengawasan orang
tua terhadap anak yang berusaha beinteraksi
dengan lingkungannya sangat dibutuhkan,
jika interaksi yang terjadi negatif maka anak
itu akan berperilaku negatif pada orang tua
dan keluarganya.
 Mentoring adalah membantu secara aktif
dalam tindak anak atau pada peliku anak.
Membantu anak agar tidak berperilaku
negatif dengan memberikan pendidikan yang
baik dan benar terhadap anak dan anak-anak
akan berperilaku baik atau sopan.
 Modelling adalah menjadi orang tua sebagai
contoh yang positif pada anak. Orang tua
adalah modelling untuk anak-anak nya
sehingga menjadi orng tua dituntut untuk
selalu memberikan contoh yang baik pada
anak-anaknya.
1. Orang Tua Memberikan Contoh yang Baik
Anak selalu melihat dan mencontoh apa yang
dilakukan oleh orang tuanya. Berikan contoh
yang baik agar anak tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang baik. Ajarkan anak
tentang perilaku yang seharusnya dan tidak
seharusnya. Berikan pujian atas tindakan
anak yang baik dan diskusikanlah dengan
anak apabila dia bertindak tidak baik.
Berikan pemaparan yang bisa dimengerti
dengan mudah agar anak tidak mengulangi
hal tersebut lagi.
2. Komunikasi Efektif
Pola Asuh Anak Usia Dini yang efektif
juga ditumpu oleh komunikasi efektif.
Komunikasi adalah kunci utama dari setiap
hubungan. Komunikasi yang intensif dan
efektif membantu perkembangan anak dari
segi sosialnya. Semakin sering orang tua
berkomunikasi dengan anak, anak menjadi
lebih percaya diri, lebih ceria, dan
mempengaruhi kecerdasan anak. Sering-
seringlah ajak anak untuk berkomunikasi bisa
melalui menceritakan apa yang dilakukan di
sekolah, melatih anak memberikan pendapat
tentang hal hal di sekitarnya, ataupun
membuka pertanyaan terbuka agar anak aktif
bercerita.
3. Disiplin
Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam
mengasuh anak. Anda bisa mengajarkannya
dari hal hal kecil seperti merapikan
mainannya setelah digunakan, membersihkan
tempat tidur, menaruh barang pada
tempatnya dengan rapi, atau lainnya. Pola
disiplin ini sesuai dengan tahap usia anak.
Pada anak dengan usia sekolah, orang tua
bisa mengajarkannya membuat jadwal harian
dan memberikan reward misal stiker pada
kegiatan yang sudah dilakukan. Penerapan
pola disiplin membentuk anak untuk menjadi
pribadi yang mandiri.
4. Bersifat Terbuka dan Update
Perbedaan generasi orang tua dengan
generasi anak patut dipertimbangkan. Pada
generasi masa kini, banyak hal yang justru
dulunya dianggap tidak penting namun saat
ini justru berkembang baik. Berbagai profesi
kreatif juga bermunculan dan lebih memiliki
prospek yang tinggi dari hanya sekedar
pegawai kantoran atau pegawai negeri yang
dulunya sangat diimpikan semua orang tua.
Orang tua harus bersikap terbuka
terhadap keinginan, bakat, dan cita- cita
anak. Orang tua juga harus senantiasa
mendukung dan membantu anak dalam
meraih cita- citanya. Semua itu tentu tidak
terlepas dari pengawasan orang tua.
5. Ajarkan Berbagi
Mengajarkan cara dan manfaat berbagi
dengan orang lain juga perlu ditanamkan sejak
dini agar anak tumbuh dengan tidak egois dan
juga memperdulikan orang lain. Kepuasan akan
berbagi perlu dirasakan oleh anak menjadi suatu
hal yang membawa kebahagiaan bagi dirinya
maupun orang lain.

6. Orang Tua Harus Tegas


Hal ini hampir mirip dengan melatih
kedisiplinan pada anak. Terkadang anak saat
menginginkan sesuatu merasa harus dituruti,
berlaku seenaknya, manja, melakukan kesalahan
disengaja, menangis tanpa alasan, bertengkar
dengan teman, atau situasi lainnya. Orang tua
harus tegas dan siap mengambil langkah ketika
situasi seperti ini terjadi.
7. Ayah dan Ibu Harus Kompak
Ayah dan ibu sebaiknya sering
berdiskusi mengenai tumbuh kembang anak.
Tetapkan nilai nilai dalam keluarga secara
bersama. Diskusikan setiap kebutuhan
tumbuh kembang anak Anda. Ayah dan Ibu
harus sependapat dan sejalan dalam
mendidik anak. Jangan sampai salah satu
berkata boleh dan yang satunya berkata
tidak. Hal tersebut bisa membuat anak Anda
semakin bingung. Kekompakan ayah ibu juga
melatih anak untuk baik dalam lingkungan
berkelompok dan kemampuan kerja sama
dengan orang lain yang lebih baik.
8. Orang Tua Harus Konsisten
Orang tua harus konsisten terhadap
ppenjelasan yang diberikan pada anak.
Misalnya apabila batuk tidak boleh minum es.
Namun ketika tidak batuk anak
diperbolehkan minum es sebanyak apapun.
Berikan penjelasan yang sesuai sehingga
dalam beberapa situasi Anda tidak perlu
mencari alasan- alasan lain untuk anak bisa
mengerti. Berikan penjelasan yang akurat
dan dimengerti anak. Dalam beberapa situasi
yang sama, pada akhirnya anak akan
mengerti dan bisa membedakan mana yang
boleh dan mana yang tidak tanpa harus
memaksakan diri.
9. Berikan Pujian dan Sentuhan Sayang
Apabila anak berbuat baik, berikan
pujian, pelukan, atau ciuman agar anak
merasa senang dan bangga melakukan hal
tersebut. Penghargaan seperti demikian akan
memicu anak untuk melakukan hal- hal baik
lainnya. Perhatikan setiap respon yang
diberikan anak meski hal tersebut sangat
kecil, dan berikan pujian. Menurut penelitian
otak anak akan berkembang baik dari setiap
pujian yang diberikan orang tua dan
sebaliknya sel syaraf anak mengalami
kematian setiap anak dimarahi atau merasa
tertekan.
 Hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk anak-
anak kita adalah mengizinkan mereka untuk
melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri,
mengizinkan mereka untuk menjadi kuat,
mengizinkan mereka untuk merasakan hidup
versi mereka sendiri.
 Biarkan mereka menjadi orang yang lebih
baik,dan biarkan mereka percaya pada diri
mereka sendiri

Anda mungkin juga menyukai