2021/2022
Pendidikan Teknologi Agroindustri
PROTEIN
Kjehdahl, Biuret, dan Lowry
ABOUT TEAM
Emilia Putri 2004627
Mahema Riana S2005397
Rizfa Aulia N 2008614
TABLE OF CONTENTS
05 Metode Lowry
01
PROTEIN
Pengertian Protein
Globulin, tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan garm
encer, dan mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi (salting out). Contohnya
adalah, miosinogen dalam otot, ovoglobulin dalam kuning telur, amandin dari buah
almonds, legumin dalam kacang-kacangan.
Glutelin, tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam/basa encer.
Contohnya glutenin dalam gandum dan orizenin dalam beras.
Prolamin atau gliadin, larut dalam alkohol 70-80% dan tak larut dalam air maupun
alkohol absolut. Contohnya gliadin dalam gandum, hordain dalam bakery, dan zein
pada jagung.
Berdasarkan Kelarutannya
Histon, larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer, dapat mengendap dalam
pelarut protein lainnya. Histon yang terkoagulasi karena pemanasan dapat larut lagi
dalam larutan asam encer. Contohnya globin dalam hemoglobin.
• Metode ini cocok digunakan secara semi mikro, sebab hanya membutuhkan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit serta waktu analisis yang pendek.
• Metode Kjeldahl cocok untuk menetapkan kadar protein yang tidak larut atau protein yang sudah
mengalami koagulasi akibat proses pemanasan maupun proses pengolahan lain yang biasa
dilakukan pada makanan.
• Prinsip kerja metode Kjeldahl adalah mengubah senyawa organik menjadi anorganik
Destruksi Titrasi
1 2 3
Destilasi
Alat-alat yang digunakan dalam metode Kjeldahl
● Setelah homogen dan dingin dipipet sebanyak 5 mL, masukkan ke dalam labu
destilasi.
● Cek hasil destilasi dengan kertas lakmus, jika hasil sudah tidak bersifat basa
lagi maka penyulingan dihentikan.
3 Titrasi
● Hasil destilasi yang ditampung dalam erlemeyer berisi asam klorida 0,1 N
ditetesi indikator metil merah sebanyak 5 tetes langsung dititrasi dengan
menggunakan larutan natrium hidroksida 0,1 N.
● Titik akhir titrasi ditandai dengan warna merah muda menjadi kuning.
Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk tiap sampel.
Keterangan :
V sampel = ml titar sampel
V blanko = ml titar blanko
N H2SO4 = normalitas H2SO4 ( 0,05 N )
bst N = berat setara nitrogen ( 14,008 )
100 = konversi ke persen
Sebelum melakukan penetapan kadar protein secara Kjeldahl,
dilakukan uji kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui sampel
mengandung protein dengan menggunakan metode biuret ditandai
dengan warna ungu, metode ninhidrin ditandai dengan warna biru
dan metode xantoprotein ditandai dengan terbentuknya endapan
kuning. Kemudian dilakukan penetapan kadar air.
04
METODE
BIURET
Metode Biuret
• Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang
berada bersama gugus amida yang lain.
• Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru
violet.
• Pembentukan bahan-bahan kimia tertentu pada larutan protein kemungkinan dapat mengakibatkan
larutan protein yang semula tidak berwarna menjadi berwarna.
• Reaksi pembentukan warna protein sering dipakai untuk menunjukkan adanya protein atau protein
tertentu, walaupun beberapa diantara reaksi – reaksi tidak spesifik karena beberapa zat lain dengan
reagen yang sama memberikan hasil yang sama.
05
METODE
LOWRY
Metode Lowry
Metode Lowry merupakan uji protein secara kuantitatif secara modern,
yaitu dengan spektrofotometer visible. Metode ini digunakan untuk
menguji kadar protein terlarut atau protein yang dapat diserap oleh
tubuh. Dalam metode Lowry dikenal dua reagen yaitu reagen Lowry A
dan reagen Lowry B.
Dalam uji protein dengan metode lowry yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan reagen lowry A dan lowry B harus dalam kondisi baru,
karena mudah sekali rusak teroksidasi juga waktu pendiamannya harus
tepat.
Prinsip kerja dari metode Lowry adalah reaksi antara protein dengan asam
fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan warna
biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang ditera.
Prosedur ini sebenarnya mengukur nitrogen, dan telah divalidasi untuk protein penentuan
daging, telur atau produk susu dan biji-bijian, menggunakan faktor konversi khusus untuk
makanan yang berbeda dengan asumsi bahwa semua nitrogen yang ada dalam bentuk
protein (Merrill & Watt, 1973).
Dengan demikian, studi rinci akan diperlukan untuk mengembangkan faktor konservasi N
spesifik untuk setiap serangga spesies dan untuk setiap umur/tahap dari setiap spesies.
Jansen dkk. (2017) memulai pekerjaan yang solid dengan larva dari tiga spesies serangga.
Namun berbagai macam serangga yang dapat dimakan (sebagaimana dinyatakan,
setidaknya 1900 spesies mengikuti van Huis, 2013) pada tahap perkembangan yang
berbeda, dan heterogenitas dalam komposisi sehubungan dengan kitin dan protein kutikula
akan membuatnya menjadi tugas yang mustahil.
Nitrogen yang tidak dapat dicerna kutikula diharapkan ada dalam sampel akhir dan
jumlahnya dapat diketahui mengikuti metode Kjeldahl.
Mengevaluasi kandungan protein yang dapat dicerna serangga. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengurangkan jumlah N dari bahan berserat dan bahan yang tidak dapat dicerna
lainnya dari total kandungan N dari serangga. Faktor konversi N untuk fraksi yang dapat
dicerna harus serupa pada semua serangga.
Kandungan N yang tidak dapat dicerna yang terdiri dari kitin dan protein yang terkait
dengan matriks kutikula, harus diukur dengan metode Kjeldahl setelah prosedur enzimatik,
berdasarkan Metode AOAC (Prosky et al., 1988): secara singkat, setelah penggilingan
serangga, dan ekstraksi lipid, tepung serangga diperlakukan langkah demi langkah, dengan
alfa-amilase, protease, dan amiloglukosidase, dengan cara yang tepat. larutan mengenai pH
dan suhu, serat kemudian diendapkan, disaring, dikeringkan dan tertimbang.
THANKS!
Do you have any questions?