Anda di halaman 1dari 77

KEDUDUKAN DAN TEKNIK MEDIASI

SEBAGAI CARA ALTERNATIF DALAM


MENYELESAIKAN SENGKETA

1
Landasan Hukum ADR
 HIR pasal 130 dan Rbg pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian. Hakim
wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum
perkaranya diperiksa.
 SEMA No 1 tahun 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian dalam
pasal 130 HIR/154 Rbg.
 PERMA No 02 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
 PERMA No 01 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
 PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur mediasi di Pengadilan.
 Mediasi atau APS di luar Pengadilan diatur dalam pasal 6 UU No. 30 tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. UU mengatur
dua hal:
 Arbitrase, dan
 APS.
Landasan Hukum ADR
• UU No. 14/1970 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir hal sbb:
“ Penyelesaian perkara di luar pengadilan, atas dasar perdamaian atau
melalui wasit (arbitrase) (Penjelasan atas Pasal 3).
• UU No. 4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir hal sbb:
“Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian perkara
dilakukan di luar peradilan negara melalui perdamaian atau arbitrase”
(Penjelasan atas Pasal 3 ayat (1)).
• UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir hal ini
dalam Bab XII PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN
(Pasal 58 s.d. Pasal 61). Pasal 58 UU No. 48/2009 menyatakan: “Upaya
penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di luar pengadilan negara
melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa”. Penjelasn Pasal 58
ayat (1) UU No. 48/2009 sbb: “Yang dimaksud dengan “arbitrase” dalam
ketentuan ini termasuk juga arbitrase syariah”.
Landasan sosiologis

 Faktor-faktor politik, budaya, dan adat, seperti badamai.


 ADR bukan merupakan hal baru
 ADR sejalan dengan pengembangan peran serta masyarakat
 Dasar Hukum NEGOSIASI, MEDIASI, KONSILIASI belum ada pengaturan
secara tegas, hanya berpedoman pada ETIKA BISNIS
Landasan filosofis Sila ke-4 Pancasila

 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
APS Menurut Hukum Indonesia

■ Diatur di dalam UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa;
– UU mengatur dua hal:
■ Arbitrase, dan
■ APS.
■ APS adalah alternatif jalan yang dapat ditempuh sebelum masuk ke jalur
arbitrase.
■ Cara-cara yang bisa ditempuh dalam APS:
– Konsultasi
– Negosiasi
– Mediasi
– Konsiliasi atau penilaian ahli

Miko Kamal (APS)


6
Pengertian APS

‘Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian


sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli’ (Pasal 1 angka 10
UU No. 30/1999).

7
APS MENGENYAMPINGKAN LITIGASI

‘Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh


para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang
didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri’ (Pasal 6
ayat (1) UU No. 30/1999)

8
KONSULTASI
(DALAM WAKTU 14 HARI)

‘Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif


penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam
waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya
dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis’ (Pasal 6 ayat (2)
UU No. 30/1999).
- Pertemuan langsung;
- Waktu 14 hari;
- Dituangkan dalam kesepakatan tertulis.

Miko Kamal (APS) 9


PENASEHAT AHLI DAN MEDIATOR
(NON-LEMBAGA)

‘Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud


dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan
tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan
melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun
melalui seorang mediator’ (Pasal 6 ayat (3) UU No. 30/1999).
- Kesepakatan tertulis para pihak;
- Bantuan penasehat ahli;
- Bantuan mediator.

Miko Kamal (APS) 10


MEDIATOR LEMBAGA
(SETELAH 14 HARI)
‘Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang
mediator tidak berhasil mencapai kata sepakat, atau mediator tidak berhasil
mempertemukan kedua belah pihak, maka para pihak dapat menghubungi
sebuah lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa
untuk menunjuk seorang mediator’ (Pasal 6 ayat (4) UU No. 30/1999).
- 14 hari bantuan panasehat ahli atau mediator non-lembaga tidak berhasil;
- Menghubungi lembaga arbitrase atau lembaga APS untuk menunjuk
seorang mediator.

Miko Kamal (APS) 11


DALAM 7 HARI MEDIASI
DIMULAI
‘Setelah penunjukan mediator oleh lembaga arbitrase atau
lembaga alternatif penyelesaian sengketa, dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari usaha mediasi harus sudah dapat dimulai’
(Pasal 6 ayat (5) UU No. 30/1999).
- Penunjukan mediator;
- Dalam 7 hari mediasi dimulai.

Miko Kamal (APS) 12


Kesepakatan dalam 30 hari
‘Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dengan
memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling lama 30
( tiga puluh ) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk
tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang terkait’
(Pasal 6 ayat (6) UU No. 30/1999).
- Kesepakatan harus dicapai dalam 30 hari;
- Kesepakatan tertulis;
- Ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.

Miko Kamal (APS) 13


FINAL DAN MENGIKAT DAN 14

WAJIB DAFTAR DALAM 30 HARI


‘Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis
adalah final dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik
serta wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak penandatanganan’ (Pasal 6 ayat (7) UU No. 30/1999).
- Keputusan final dan mengikat;
- Wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri;
- 30 hari sejak penandatanganan.

Miko Kamal (APS)


MENYELESAIKAN
KESEPAKATAN DALAM 30 HARI

‘Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda


pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling
lama 30 ( tiga puluh) hari sejak pendaftaran’ (Pasal
6 ayat (8) UU No. 30/1999).

Miko Kamal (APS) Miko Kamal (APS) 15


16
Mengajukan ke lembaga arbitrase atau arbitrase ad-hoc

‘Apabila usaha perdamaian sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) sampai dengan ayat (6) tidak dapat
dicapai, maka para pihak berdasarkan kesepakatan
secara tertulis dapat mengajukan usaha
penyelesaiannya melalui lembaga arbitrase atau
arbitrase ad–hoc’ (Pasal 6 ayat (9) UU No. 30/1999).

Miko Kamal (APS)


Alur APS
(UU No. 30/1999)
 Konsultasi
↓ tidak ada kesepakatan
 Penasehat Ahli -Mediator (Non-lembaga)
↓ tidak ada kesepakatan
 Mendiator (Lembaga)
↓ tidak ada kesepakatan
 Lembaga Arbitrase atau Arbitrase ad-hoc.

Miko Kamal (APS) 17


Landasan hukum lainnya …..
 UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, diganti dengan
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 UUNo. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 UU No. 28/2014 tentang Hak Cipta
 UU No. 13/2016 tentang Paten
 UU No. 20/2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
 UU No. 30/2000 tentang Rahasia Dagang
 UU No. 31/2000 tentang Desain Industri
 UU No. 21/2008 tentang Perbankan Syariah
 Dan seterusnya
 PP No. 54/2000 tentang lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian
sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan

18
Electoral Justice, The International IDEA Handbook
19
20
Mediasi

Dalam proses mediasi di Pengadilan, Hakim berkewajiban


menawarkan para pihak berdamai atau melakukan mediasi di
luar ataupun dihadapan pengadilan
Mediasi: cara penyelesaian sengketa melalui perundingan
dibantu oleh Mediator
Hasil: win-win solution
Kekuatan: harus dituangkan dalam akta perdamaian
APA ITU MEDIASI?
 Christopher W. Moore:
“Mediasi adalah intervensi dalam sebuah sengketa atau negosiasi oleh
pihak ketiga yang bisa diterima pihak yang bersengketa, bukan
merupakan bagian dari kedua belah pihak dan bersifat netral. Pihak
ketiga ini tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan.
Dia bertugas untuk membantu pihak-pihak yang bertikai agar secara
sukarela mau mencapai kata sepakat yang diterima oleh masing-
masing pihak dalam sebuah persengketaan”
APA ITU MEDIASI?
Kamus Hukum Ekonomi ELIPS:
•“Mediation, mediasi: salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar
pengadilan dengan menggunakan jasa seorang mediator atau penengah; sama
seperti konsialiasi”.
•“Mediator, penengah: seseorang yang menjalankan fungsi sebagai penengah
terhadap pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan sengketanya”.
APA ITU MEDIASI?

Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberikan batasan bahwa:


•“Mediasi: proses pengikutsertakan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu
perselisihan sebagai penasihat”.
MEDIASI SEBAGAI MODEL
ADR
• ADR Training AUS AID:
“Mediasi merupakan proses yang diarahkan untuk para yang bersengketa dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri melalui konsensus/persetujuan yang diperoleh
pihak ketiga yang netral dan mampu mendorong para pihak yang bersengketa untuk
masuk dalam suatu proses untuk membentuk sebuah tujuan, aturan , dan
persetujuan yang disepakati bersama guna menuju suatu kesepakatan bersama”.

• Australia Legal Development Facility :


“Mediasi merupakan proses sistematik untuk mengisolasikan masalah yang
diperkarakan guna menentukan opini-opini penyelesaiannya dengan berbagai
pertimbangan dan memperhatikan bermacam kebutuhan dan kepentingan para
pihak yang berperkara”.
• Court Based Mediation:
“Proses mediasi merupakan wadah untuk membangun solusi yang mengarah pada
rasa kepuasan bersama dengan sesama relasi sosial yang lebih baik dan
dimungkinkan terbentuknya nuansa social Harmony yang kondusif bagi semua
kepentingan para pihak dan/atau kebutuhan yang lebih luas”.
• Court Dispute Resolution:
“Proses evaluasi dan fasilitasi dalam penyelesaian masalah antar para pihak yang
bersengketa dengan terlebih dahulu dimintakan pertimbangan dan persetujuan
dari para pihak yang bersangkutan guna menjadi pilihan kepentingan yang akan
didiskusikan dalam bimbingan konsiliator”.

Teguh .S
SKEMA MEDIATION

PIHAK A PIHAK B

MEDIATOR

Hukum Bisnis (Mediasi) 27


Karakteristik mediasi
 Perpanjangan atau pengembangan proses negosiasi yang dibantu oleh pihak
ketiga
 Intervensi dari pihak ketiga (mediator) yang imparsial dan dapat diterima
oleh kedua belah pihak melalui perundingan
 Pihak ketiga (mediator) tidak berwenang untuk membuat keputusan
 Pihak ketiga (mediator) membantu para pihak untuk mencapai atau
menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima para pihak
 Proses bersifat rahasia dan keberadaan mediator disetujui oleh para pihak
KEKUATAN DAN KELEMAHAN
29 MEDIASI
KEKUATAN
- Tertutup dan rahasia tidak dipublikasikan
- Penyelesaiannya luwes dan tidak formal seperti litigasi
- Pihak2 dapat berperan langsung dan aktif dalam perundingan, tanpa perlu didampingi
advokat, ahli hukum
- Dalam penyelesaiannya tidak selalu mengunakan aspek hukum tetapi bisa aspek sosial,
ekonomi, moral para pihak ikut berperan misalnya ganti kerugian tetap diberikan untuk
menjaga hubungan sosial
KELEMAHAN
- Jika para pihak mempunyai kekuatan yang tidak seimbang seperti kekuatan financial,
ekonomi, politik Contoh: korban pencemaran lingkungan, nasabah bank
- Pihak2 belum sepenuhnya memahami mediasi
- Tidak final, jika ada wanprestasi (ada kemajuan dalam PERMA No 1 Tahun 2008)
- Masih ada pihak yang sengaja beritikad buruk

Badan Mediasi Indonesia/BaMI


KEUNTUNGAN MEDIASI

■ Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan baik. Hal ini
sangat baik bagi hubungan bisnis karena pada dasarnya bertumpu
pada good relationship dan mutual trust
■ Lebih murah dan cepat
■ Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul tidak sampai
diketahui oleh pihak luar, penting untuk menjaga reputasi pengusaha
karena umumnya tabu untuk terlibat sengketa
■ Hasil-hasil memuaskan semua pihak
■ Kesepakatan-kesepakatan lebih komrehensif
■ Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan

Hukum Bisnis (Mediasi) 30


31

MEDIATOR
• adalah Pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
• Sebagai pihak yang netral, mediator merancang dan memimpin diskusi serta bertindak
sebagai penengah untuk memfasilitasi kemajuan ke arah penyelesaian.

Hukum Bisnis (Mediasi)


32

MEDIATOR
• Di samping itu mediator harus memenuhi syarat yaitu:
• disetujui oleh pihak yang bersengketa
• tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat kedua
dengan salah satu pihak yang bersengketa
• tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa
• tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain terhadap
kesepakatan para pihak
• tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan maupun hasilnya

Hukum Bisnis (Mediasi)


33

FUNGSI MEDIATOR

• Sebagai katalisator (mendorong suasana yang kondusif).


• Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja, dan kendala
usaha para pihak).
• Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan
pihak yang satu kepada pihak yang lain).
• Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).
• Sebagai penyandang berita jelek (para pihak dapat emosional).
• Sebagai agen realitas (terus terang dijelaskan bahwa sasarannya tidak mungkin
dicapai melalui suatu proses perundingan).
• Sebagai kambing hitam (pihak yang dipersalahkan)

Hukum Bisnis (Mediasi)


PERAN DAN FUNGSI MEDIATOR
• Menyelenggarakan pertemuan.
• Memimpin diskusi rapat. Pengertian tidak semua kasus dapat diselesaikan
melalui proses mediasi
• Memelihara/penjaga agar proses perundingan berlangsung secara baik
• Mengendalikan emosi para pihak
• Mendorong pihak yang segan mengemukakan pandangannya.
• Mempersiapkan dan membuat notulen pertemuan.
• Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak.
• Menyadarkan bahwa sengketa bukanlah sebuah pertarungan untuk menang
• Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah.
• Membantu para pihak menganalisa alternatif pemecahan masalah.
• Membujuk para pihak untuk menerima usulan tertentu.

Badan Mediasi Indonesia/BaMI 34


HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN OLEH MEDIATOR
 Mediator harus sepenuhnya memahami dan menerangkan SEjujurnya kepada klien bahwa
fungsinya hanya terbatas sebagai mediator, bukan sebagai penasehat hukum
 Memberikan gambaran resiko bahwa mereka berproses tanpa didampingi oleh pengacara
mereka
 Jika ada Pengacara diberikan kesempatan memberikan advis hukum hanya apabila diminta
oleh pihak berperkara
 Pengacara diwajibkan memberikan informasi kepada para pihak bahwa mereka diminta
untuk berkonsultasi dng pengacaranya sebelum menandatangani penyelesaian hasil mediasi
 Ada beberapa aspek legal yang harus diperhatikan dalam proses mediasi, seperti faktor
kerahasiaan.
 Kemungkinan ada para pihak yang tidak mempunyai itikad baik yang mungkin melihat
proses ini sebagai peluang untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin sebelum
akhirnya memutuskan untuk berlitigasi.

Badan Mediasi Indonesia/BaMI 35


PROSES MEDIASI 36

• Proses mediasi pada asasnya tidak bersifat terbuka untuk umum, kecuali para pihak
menghendaki lain
• Setelah penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotocopy dokomen, surat-
surat yang diperlukan, dan hal-hal yang terkait dengan sengketa kepada mediator dan
para pihak
• Mediator menentukan jadwal pertemuan.
• Mediator dapat mengundang ahli dalam bidang yang disengketakan
• Mediator dapat melakukan kaukus jika diperlukan
• Pada prinsipnya proses mediasi harus dihadiri oleh para pihak sendiri, namun tidaklah
dilarang apabila para pihak tersebut didampingi oleh kuasa hukumnya (bertindak secara
pasif)
• Dalam hal para pihak memberikan kuasa kepada kuasa hukum setiap keputusan yang
diambil oleh kuasa hukumnya wajib memperoleh persetujuan tertulis dari para pihak,
(surat kuasa khusus) agar tindakannya dalam proses mediasi mengikat pihak prinsipal
• Jika terjadi kesepakatan, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara
tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak.

Badan Mediasi Indonesia/BaMI


BEBERAPA TIPE MEDIATOR
- Social Network Mediator - Mereka yang dipercaya oleh pihak
yang bertikai - untuk mempertahan-kan keserasian atau
hubungan baik dalam komunitas dimana para pihak menjadi
bagiannya tetua adat, pemimpin agama, lurah asosiasi, anak
beru-Batak Karo
- Authoritatif Mediator - Mediator memiliki posisi kuat dan
berpengaruh dan berpotensi untuk mempengaruhi hasil akhir
dari proses mediasi - hakim mediator, polisi, gubernur
- Mediator Independent - Mediator yang menjaga jarak terhadap
masalah maupun pihak yang bersengketa - perburuhan,
mediator profesional

Badan Mediasi Indonesia/BaMI 37


Itikad baik menempuh MEDIASI
 Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh Mediasi engan itikad
baik.
 Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan
tidak beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan:
1. tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam
pertemuan Mediasi tanpa alasan sah
2. menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada
pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali
berturut-turut tanpa alasan sah;
3. ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan mediasi
tanpa alasan sah;
4. menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak
menanggapi Resume Perkara pihak lain; dan/atau
5. tidak menandatangani konsep Kesepakatan Perdamaian yang telah disepakati
tanpa alasan sah.

Badan Mediasi Indonesia/BaMI 38


TAHAP MEDIASI
1. Memulai proses mediasi
2. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
3. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi
4. Mengembangkan pilihan penyelesaian sengketa
5. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa
6. Proses tawar-menawar akhir
7. Mencapai kesepakatan
MEDIATION TRIANGLES

PROBLEM-DEFINING PREPARATORY
STAGES DEFINING MATTERS
DEFINING
THE
THE
PROBLEM
PROBLEM

EXPLORING
EXPLORING
PROBLEM-SOLVING “SOLUTIONS” POST MEDIATION
STAGES “SOLUTIONS” ACTIVITIES

BOULLE, MEDIATION:PRICIPLES PROCESS PRACTICE (1996)


1. MEMULAI PROSES MEDIASI
• MEDIATOR MEMPERKENALKAN DIRI DAN PARA PIHAK
• MENEKANKAN ADANYA KEMAUAN PARA PIHAK UTK. MENYELESAIKAN
MASALAH MELALUI MEDIASI
• MENJELASKAN PENGERTIAN MEDIASI DAN PERAN MEDIATOR
• MENJELASKAN PROSEDUR MEDIASI
• MENJELASKAN PENGERTIAN KAUKUS
• MENJELASKAN PARAMETER KERAHASIAAN
• MENGURAIKAN JADWAL DAN LAMA PROSES MEDIASI
• MENJELASKAN ATURAN PERILAKU DALAM PROSES PERUNDINGAN
• MEMBERIKAN KESEMPATAN KPD. PARA PIHAK UTK. BERTANYA DAN
MENJAWABNYA
2. MERUMUSKAN MASALAH
DAN MENYUSUN AGENDA

 MENGIDENTIFIKASI TOPIK2 UMUM PERMASALAHAN,


MENYEPAKATI SUBTOPIK PERMASALAHAN YG. AKAN
DIBAHAS DAN MENENTUKAN URUTAN SUBTOPIK YG. AKAN
DIBAHAS DLM. PROSES PERUNDINGAN
 MENYUSUN AGENDA PERUNDINGAN
3. MENGUNGKAPKAN
KEPENTINGAN TERSEMBUNYI

DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA:


1. CARA LANGSUNG
MENGEMUKAKAN PERTANYAN LANGSUNG KPD PARA PIHAK
2. CARA TIDAK LANGSUNG
MENDENGARKAN ATAU MERUMUSKAN KEMBALI PERNYATAAN2 YG.
DIKEMUKAKAN OLEH PARA PIHAK
4. MEMBANGKITKAN PILIHAN
PENYELESAIAN SENGKETA
MEDIATOR MENDORONG PARA PIHAK
UTK. TIDAK BERTAHAN PADA POLA
PIKIRAN YANG POSISONAL TETAPI HARUS
BERSIKAP TERBUKA DAN MENCARI
ALTERNATIF PENYELESAIAN PEMECAHAN
MASALAH SECARA BERSAMA
5. MENGANALISA PILIHAN
PENYELESAIAN SENGKETA
 MEDIATOR MEMBANTU PARA PIHAK MENENTUKAN UNTUNG
DAN RUGINYA JIKA MENERIMA ATAU MENOLAK SUATU
PEMECAHAN MASALAH
 MEDIATOR MENGINGATKAN PARA PIHAK AGAR BERSIKAP
REALISTIS DAN TIDAK MENGAJUKAN TUNTUTAN ATAU
TAWARAN YANG TIDAK MASUK AKAL
6. PROSES TAWAR-MENAWAR
AKHIR
 PADA TAHAP INI PARA PIHAK TELAH MELIHAT
TITIK TEMU KEPENTINGAN MEREKA DAN
BERSEDIA MEMBERI KONSESI SATU SAMA
LAINNYA
 MEDIATOR MEMBANTU PARA PIHAK AGAR
MENGEMBANGKAN TAWARAN YG. DAPAT
DIPERGUNAKAN UTK. MENGUJI DAPAT ATAU
TIDAK TERCAPAINYA PENYELESAIAN MASALAH
7. MENCAPAI
KESEPAKATAN FORMAL

PARA PIHAK MENYUSUN KESEPAKATAN DAN PROSEDUR ATAU


RENCANA PELAKSANAAN KESEPAKATAN MENGACU PADA
LANGKAH2 YG. AKAN DITEMPUH PARA PIHAK UTK.
MELAKSANAKAN BUNYI KESEPAKATAN DAN MENGAKHIRI
SENGKETA
TAHAPAN MEDIASI
PERSIAPAN

PEMBUKAAN

PENJAJAGAN PERSOALAN DAN PENYUSUNAN AGENDA

MEMBINGKAI ULANG

PENYELESAIAN MASALAH

PENYAMPAIANKESEPAKATAN AKHIR
TAHAPAN MEDIASI
 Pertemuan Terpisah (Separate Sessions)
 Tahap 1 : Pertemuan dengan pihak 1
 Tahap 2 : Pertemuan dengan pihak 2
 Pertemuan Bersama (Join Meeting)
 Tahap 3 : Melakukan penilaian mengenai cara terbaik untuk melanjutkan
proses/ persiapan untuk melakukan pertemuan bersama
 Tahap 4: Mengatur suasana dan mendengarkan issues
 Tahap 5: Mengelaborasi dan bekerja pada issues
 Tahap 6: Mengembangkan kesepakatan
 Tahap 7: Penutupan
PERTEMUAN TERPISAH
TUJUAN:
 menjalin hubungan dengan para pihak
 Membangun kepercayaan antara para pihak
 Menyediakan ruang bagi para pihak untuk dapat merefleksikan
persoalan secara individual dan privat mengenai:
 Apa yang sedang terjadi
 Apa yang dirasakan
 Bagaimana hal ini bisa diselesaikan (move forward)
 Apakah proses mediasi dan pendekatan win-win bisa membantu
KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN
1. Membangun kepercayaan (rapport)
2. Mendengarkan secara sungguh-sungguh
3. Mengajak para pihak untuk “keluar dari area konflik”
4. Mendorong para pihak untuk mediasi
5. Netralitas dan imparsialitas
1. BGM MEMBANGUN KEPERCAYAAN
(RAPPORT)
 Memahami perannya sebagai mediator
 Ramah dan percaya diri
 Mampu mendengarkan dan penuh perhatian (empati)
pada proses dan mampu menangani pertanyaan serta
tantangan secara konstruktif
2. MENDENGARKAN SECARA SUNGGUH-
SUNGGUH
 Memberikan atensi dan selalu terbuka untuk menghadapi
berbagai hal
 Mendengarkan secara “terbuka” seperti kertas putih
 Buat kesimpulan yang akurat dan tepat (appropriate) dari
informasi yang diterima dan perasaan yang diekspresikan
 Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat
3. MENGAJAK PARA PIHAK UNTUK “KELUAR
DARI AREA KONFLIK”
 Menghindari para pihak terjebak dari
situasi yang saling menyalahkan

A B
3. MENGAJAK PARA PIHAK UNTUK “KELUAR
DARI AREA KONFLIK”

PROBLEM

A B
4. MENDORONG PARA PIHAK UNTUK
MEDIASI
 Tidak semua orang pada awalnya mau melakukan mediasi
 Pertemuan terpisah di awal proses sangat membantu dalam
rangka memotivasi para pihak
 Jelaskan apa keuntungan dari proses mediasi (keputusan di
tangan para pihak)
 Gunakan bahasa yang mudah dipahami (plain language)
5. NETRALITAS DAN IMPARSIALITAS

 Adanya kecenderungan bahwa:


 sudah “menghakimi” seseorang
 Mempunyai asumsi-asumsi
 Mempunyai stereotype tertentu
 Mediator perlu menjaga netralitas dan independensi dan
“step back”
Beberapa prinsip yang dapat membantu
menjaga netralitas
1. Pahami karakteristik diri, sesuatu yang membuat marah atau
freze
2. Perhatikan gaya tubuh anda, sejauh mana perasaan
mempengaruhi sikap
3. Hati-hati terhadap pola perilaku yang akan membawa anda ke
keadaan sulit
4. Perhatikan orang yang sedang berinteraksi dengan anda
5. Gunakan bahasa yang netral
6. Datang sebagai orang yang “baru” yang ingin tahu segala
sesuatunya
7. Ambil “break’ bila merasa lelah/ kesulitan
SIKAP MEDIATOR UNTUK MENJAGA
NETRALITAS & IMPARSIALITAS
 Tunjukan atensi terhadap persoalan dan terhadap para pihak
 Berikan pihak-pihak waktu yang seimbang untuk menyampaikan
persoalannya
 Memahami perasaan para pihak tanpa terlibat di dalamnya
 Mendorong maksimum partisipasi
 Kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang konstruktif
 Terbuka pada kritik jika ada
PERTEMUAN BERSAMA
 Melakukan penilaian mengenai cara terbaik untuk melanjutkan
proses/ persiapan untuk melakukan pertemuan bersama
 Mengatur suasana dan mendengarkan issues
 Mengelaborasi dan bekerja pada issues
 Mengembangkan kesepakatan
 Penutupan
MEMULAI SIDANG MEDIASI
 MEDIATOR MEMPERKENALKAN DIRI DAN PARA PIHAK
 MENEKANKAN ADANYA KEMAUAN PARA PIHAK UTK. MENYELESAIKAN MASALAH MELALUI
MEDIASI
 MENJELASKAN PENGERTIAN MEDIASI DAN PERAN MEDIATOR
 MENJELASKAN PROSEDUR MEDIASI
 MENJELASKAN PENGERTIAN KAUKUS
 MENJELASKAN PARAMETER KERAHASIAAN
 MENGURAIKAN JADWAL DAN LAMA PROSES MEDIASI
 MENJELASKAN ATURAN PERILAKU DALAM PROSES PERUNDINGAN
 MEMBERIKAN KESEMPATAN KPD. PARA PIHAK UTK. BERTANYA DAN MENJAWABNYA
MERUMUSKAN MASALAH DAN
MENYUSUN AGENDA
 MENGIDENTIFIKASI TOPIK2 UMUM PERMASALAHAN, MENYEPAKATI
SUBTOPIK PERMASALAHAN YG. AKAN DIBAHAS DAN MENENTUKAN
URUTAN SUBTOPIK YG. AKAN DIBAHAS DLM. PROSES
PERUNDINGAN

 MENYUSUN AGENDA PERUNDINGAN


MENGUNGKAPKAN KEPENTINGAN
TERSEMBUNYI PARA PIHAK

DAPAT DILAKUKAN DENGAN 2 CARA:


1. CARA LANGSUNG

MENGEMUKAKAN PERTANYAAN LANGSUNG KEPADA


PARA PIHAK
2. CARA TIDAK LANGSUNG

MENDENGARKAN ATAU MERUMUSKAN KEMBALI


PERNYATAAN2 YG. DIKEMUKAKAN OLEH PARA PIHAK
MEMBANGKITKAN PILIHAN2
PENYELESAIAN SENGKETA
 MEDIATOR MENDORONG PARA PIHAK
 UTK. TIDAK BERTAHAN PADA POLA
 PIKIRAN YG. POSISONAL TETAPI HARUS
 BERSIKAP TERBUKA DAN MENCARI
 ALTERNATIF PENYELESAIAN PEMECAHAN
 MASALAH SECARA BERSAMA
MENGANALISA PILIHAN2
PENYELESAIAN SENGKETA
 MEDIATOR MEMBANTU PARA PIHAK MENENTUKAN
UNTUNG DAN RUGINYA JIKA MENERIMA ATAU
MENOLAK SUATU PEMECAHAN MASALAH
 MEDIATOR MENGINGATKAN PARA PIHAK AGAR
BERSIKAP REALISTIS DAN TIDAK MENGAJUKAN
TUNTUTAN ATAU TAWARAN YANG TIDAK MASUK AKAL
PROSES TAWAR-MENAWAR AKHIR
 PADA TAHAP INI PARA PIHAK TELAH MELIHAT TITIK TEMU
KEPENTINGAN MEREKA DAN BERSEDIA MEMBERI KONSESI
SATU SAMA LAINNYA
 MEDIATOR MEMBANTU PARA PIHAK AGAR MENGEMBANGKAN
TAWARAN YG. DPT. DIPERGUNAKAN UTK. MENGUJI DAPAT
ATAU TIDAK TERCAPAINYA PENYELESAIAN MASALAH
MENCAPAI KESEPAKATAN FORMAL
 PARA PIHAK MENYUSUN KESEPAKATAN DAN
PROSEDUR ATAU RENCANA PELAKSANAAN
KESEPAKATAN MENGACU PADA LANGKAH2 YG. AKAN
DITEMPUH PARA PIHAK UTK. MELAKSANAKAN BUNYI
KESEPAKATAN DAN MENGAKHIRI SENGKETA


Alasan kebijakan mediasi di pengadilan

 Proses mediasi diharapkan dapat mengatasi masalah penumpukan perkara.


Jika para pihak dapat menyelesaikan sendiri sengketa tanpa harus diadili oleh
hakim, jumlah perkara yang harus diperiksa oleh hakim akan berkurang pula.
Jika sengketa dapat diselesaikan melalui perdamaian, para pihak tidak akan
menempuh upaya hokum kasasi karena perdamaian merupakan hasil dari
kehendak bersama para pihak, sehingga mereka tidak akan mengajukan
upaya hukum. Sebaliknya, jika perkara diputus oleh hakim, maka putusan
merupakan hasil dari pandangan dan penilaian hakim terhadap fakta dan
kedudukan hukum para pihak. Pandangan dan penilaian hakim belum tentu
sejalan dengan pandangan para pihak, terutama pihak yang kalah, sehingga
pihak yang kalah selalu menempuh upaya hukum banding dan kasasi. Pada
akhirnya semua perkara bermuara ke Mahkamah Agung yang mengakibatkan
terjadinya penumpukan perkara.
Alasan kebijakan mediasi di pengadilan

 Proses mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih. cepat dan murah
dibandingkan dengan proses litigasi. Di Indonesia memang belum ada penelitian yang
membuktikan asumsi bahwa mediasi merupakan proses yang cepat dan murah dibandingkan
proses litigasi. Akan tetapi, jika didasarkan pada logika seperti yang telah diuraikan pada
alasan pertama bahwa jika prkara diputus, pihak yang kalah seringkali mengajukan upaya
hukum, banding maupun kasasi, sehingga membuat penyelesaian atas perkara yang
bersangkutan dapat memakan waktu bertahun-tahun, dari sejak pemeriksaan di Pengadilan
tingkat pertama hingga pemeriksaan tingkat kasasi Mahkamah Agung. Sebaliknya, jika perkara
dapat diselesaikan dengan perdamaian, maka para pihak dengan sendirinya dapat menerima
hasil akhir karena merupakan hasil kerja mereka yang mencerminkan kehendak bersama para
pihak. Selain logika seperti yang telah diuraikan sebelumnya, literatur memang sering
menyebutkan bahwa penggunaan mediasi atau bentuk-bentuk penyelesaian yang termasuk ke
dalam pengertian alternative dispute resolution (ADR) merupakan proses penyelesaian
sengketa yang lebih cepat dan murah dibandingkan proses litigasi.
Alasan kebijakan mediasi di pengadilan

 Pemberlakuan mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak untuk
memperoleh rasa keadilan. Rasa keadilan tidak hanya dapat diperoleh melalui proses litigasi,
tetapi juga melalui proses musyawarah mufakat oleh para pihak. Dengan diberlakukannya
mediasi ke dalam sistem peradilan formal, masyarakat pencari keadilan pada umumnya dan
para pihak yang bersengketa pada khususnya dapat terlebih dahulu mengupayakan
penyelesaian atas sengketa mereka melalui pendekatan musyawarah mufakat yang dibantu
oleh seorang penengah yang disebut mediator. Meskipun jika pada kenyataannya mereka
telah menempuh proses musyawarah mufakat sebelum salah satu pihak membawa sengketa
ke Pengadilan, Mahkamah Agung tetap menganggap perlu untuk mewajibkan para pihak
menempuh upaya perdamaian yang dibantu oleh mediator, tidak saja karena ketentuan
hukum acara yang berlaku, yaitu HIR dan Rbg, mewajibkan hakim untuk terlebih dahulu
mendamaikan para pihak sebelum proses memutus dimulai, tetapi juga karena pandangan,
bahwa penyelesaian yang lebih baik dan memuaskan adalah proses penyelesaian yang
memberikan peluang bagi para pihak untuk bersama-sama mencari dan menemukan hasil
akhir.
Alasan kebijakan mediasi di pengadilan

 Institusionalisasi proses mediasi ke dalam sistem peradilan dapat memperkuat dan


memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa. Jika pada masa-
masa lalu fungsi lembaga pengadilan yang lebih menonjol adalah fungsi memutus, dengan
diberlakukannya PERMA tentang Mediasi diharapkan fungsi mendamaikan atau memediasi
dapat berjalan seiring dan seimbang dengan fungsi memutus. PERMA tentang Mediasi
diharapkan dapat mendorong perubahan cara pandang para pelaku dalam proses peradilan
perdata, yaitu hakim dan advokat, bahwa lembaga pengadilan tidak hanya memutus, tetapi
juga mendamaikan. PERMA tentang Mediasi memberikan panduan untuk dicapainya
perdamaian. Inspirasi Prosedur Mediasi Dalam rangka menindaklanjuti keputusan MARI
merevisi PERMA Nomor 2 Tahun 2003, telah dibentuk sebuah Kelompok Kerja untuk mengkaji
berbagai kelemahan pada PERMA dan mempersiapkan draf PERMA hasil revisi, yang hasilnya
adalah PERMA No. 1 Tahun 2008. Kelompok Kerja ini diketuai oleh Dr. Harifin A. Tumpa,
SH.MH. yang dilanjutkan oleh Atja Sondjaja, SH.
 Dalam setiap perkara perdata, apabila kedua belah pihak hadir di
persidangan, hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak.
Usaha mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara tidak
terbatas pada hari sidang pertama saja, melainkan dapat
dilakukan dalam sidang sidang berikutnya meskipun taraf
pemeriksaan lebih lanjut (Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg).
 Jika usaha perdamaian berhasil, maka dibuat akta perdamaian,
yang harus dibacakan terlebih dahulu oleh hakim dihadapan para
pihak sebelum hakim menjatuhkan putusan yang menghukum
kedua belah pihak untuk mentaati isi perdamaian tersebut.
 Khusus untuk gugatan perceraian, Hakim wajib mendamaikan kedua belah
pihak yang bersengketa, yang sedapat mungkin dihadiri sendiri oleh suami-
istri tersebut.
 Apabila usaha perdamaian berhasil, maka gugatan penceraian tersebut harus
dicabut, apabila usaha perdamaian gagal maka gugatan perceraian diperiksa
dalam sidang yang tertutup untuk umum.
 Dalam mengupayakan perdamaian digunakan PERMA Nomor 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang mewajibkan agar semua perkara
yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk diselesaikan melalui
perdamaian dengan bantuan mediator (Pasal 2 ayat (3) PERMA).
 Akta/ putusan perdamaian mempunyai kekuatan yang sama
dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap dan apabila
tidak dilaksanakan, eksekusi dapat dimintakan kepada Ketua
Pengadilan yang bersangkutan.
  Akta/ putusan perdamaian tidak dapat dilakukan upaya hukum
banding, kasasi dan peninjauan kembali.
 Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal tersebut harus dicatat
dalam berita acara persidangan, selanjutnya pemeriksaan perkara
dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan dalam bahasa yang
dimengerti oleh para pihak, jika perlu dengan menggunakan
penterjemah (Pasal 131 HIR/Pasal 155 RBg
 Akta/ putusan perdamaian mempunyai kekuatan yang sama
dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap dan apabila
tidak dilaksanakan, eksekusi dapat dimintakan kepada Ketua
Pengadilan yang bersangkutan.
  Akta/ putusan perdamaian tidak dapat dilakukan upaya hukum
banding, kasasi dan peninjauan kembali.
 Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal tersebut harus dicatat
dalam berita acara persidangan, selanjutnya pemeriksaan perkara
dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan dalam bahasa yang
dimengerti oleh para pihak, jika perlu dengan menggunakan
penterjemah (Pasal 131 HIR/Pasal 155 RBg
77

Anda mungkin juga menyukai