1
Landasan Hukum ADR
HIR pasal 130 dan Rbg pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian. Hakim
wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum
perkaranya diperiksa.
SEMA No 1 tahun 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian dalam
pasal 130 HIR/154 Rbg.
PERMA No 02 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
PERMA No 01 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur mediasi di Pengadilan.
Mediasi atau APS di luar Pengadilan diatur dalam pasal 6 UU No. 30 tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. UU mengatur
dua hal:
Arbitrase, dan
APS.
Landasan Hukum ADR
• UU No. 14/1970 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir hal sbb:
“ Penyelesaian perkara di luar pengadilan, atas dasar perdamaian atau
melalui wasit (arbitrase) (Penjelasan atas Pasal 3).
• UU No. 4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir hal sbb:
“Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian perkara
dilakukan di luar peradilan negara melalui perdamaian atau arbitrase”
(Penjelasan atas Pasal 3 ayat (1)).
• UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir hal ini
dalam Bab XII PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN
(Pasal 58 s.d. Pasal 61). Pasal 58 UU No. 48/2009 menyatakan: “Upaya
penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di luar pengadilan negara
melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa”. Penjelasn Pasal 58
ayat (1) UU No. 48/2009 sbb: “Yang dimaksud dengan “arbitrase” dalam
ketentuan ini termasuk juga arbitrase syariah”.
Landasan sosiologis
7
APS MENGENYAMPINGKAN LITIGASI
8
KONSULTASI
(DALAM WAKTU 14 HARI)
18
Electoral Justice, The International IDEA Handbook
19
20
Mediasi
Teguh .S
SKEMA MEDIATION
PIHAK A PIHAK B
MEDIATOR
■ Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan baik. Hal ini
sangat baik bagi hubungan bisnis karena pada dasarnya bertumpu
pada good relationship dan mutual trust
■ Lebih murah dan cepat
■ Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul tidak sampai
diketahui oleh pihak luar, penting untuk menjaga reputasi pengusaha
karena umumnya tabu untuk terlibat sengketa
■ Hasil-hasil memuaskan semua pihak
■ Kesepakatan-kesepakatan lebih komrehensif
■ Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan
MEDIATOR
• adalah Pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
• Sebagai pihak yang netral, mediator merancang dan memimpin diskusi serta bertindak
sebagai penengah untuk memfasilitasi kemajuan ke arah penyelesaian.
MEDIATOR
• Di samping itu mediator harus memenuhi syarat yaitu:
• disetujui oleh pihak yang bersengketa
• tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat kedua
dengan salah satu pihak yang bersengketa
• tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa
• tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain terhadap
kesepakatan para pihak
• tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan maupun hasilnya
FUNGSI MEDIATOR
• Proses mediasi pada asasnya tidak bersifat terbuka untuk umum, kecuali para pihak
menghendaki lain
• Setelah penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotocopy dokomen, surat-
surat yang diperlukan, dan hal-hal yang terkait dengan sengketa kepada mediator dan
para pihak
• Mediator menentukan jadwal pertemuan.
• Mediator dapat mengundang ahli dalam bidang yang disengketakan
• Mediator dapat melakukan kaukus jika diperlukan
• Pada prinsipnya proses mediasi harus dihadiri oleh para pihak sendiri, namun tidaklah
dilarang apabila para pihak tersebut didampingi oleh kuasa hukumnya (bertindak secara
pasif)
• Dalam hal para pihak memberikan kuasa kepada kuasa hukum setiap keputusan yang
diambil oleh kuasa hukumnya wajib memperoleh persetujuan tertulis dari para pihak,
(surat kuasa khusus) agar tindakannya dalam proses mediasi mengikat pihak prinsipal
• Jika terjadi kesepakatan, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara
tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak.
PROBLEM-DEFINING PREPARATORY
STAGES DEFINING MATTERS
DEFINING
THE
THE
PROBLEM
PROBLEM
EXPLORING
EXPLORING
PROBLEM-SOLVING “SOLUTIONS” POST MEDIATION
STAGES “SOLUTIONS” ACTIVITIES
PEMBUKAAN
MEMBINGKAI ULANG
PENYELESAIAN MASALAH
PENYAMPAIANKESEPAKATAN AKHIR
TAHAPAN MEDIASI
Pertemuan Terpisah (Separate Sessions)
Tahap 1 : Pertemuan dengan pihak 1
Tahap 2 : Pertemuan dengan pihak 2
Pertemuan Bersama (Join Meeting)
Tahap 3 : Melakukan penilaian mengenai cara terbaik untuk melanjutkan
proses/ persiapan untuk melakukan pertemuan bersama
Tahap 4: Mengatur suasana dan mendengarkan issues
Tahap 5: Mengelaborasi dan bekerja pada issues
Tahap 6: Mengembangkan kesepakatan
Tahap 7: Penutupan
PERTEMUAN TERPISAH
TUJUAN:
menjalin hubungan dengan para pihak
Membangun kepercayaan antara para pihak
Menyediakan ruang bagi para pihak untuk dapat merefleksikan
persoalan secara individual dan privat mengenai:
Apa yang sedang terjadi
Apa yang dirasakan
Bagaimana hal ini bisa diselesaikan (move forward)
Apakah proses mediasi dan pendekatan win-win bisa membantu
KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN
1. Membangun kepercayaan (rapport)
2. Mendengarkan secara sungguh-sungguh
3. Mengajak para pihak untuk “keluar dari area konflik”
4. Mendorong para pihak untuk mediasi
5. Netralitas dan imparsialitas
1. BGM MEMBANGUN KEPERCAYAAN
(RAPPORT)
Memahami perannya sebagai mediator
Ramah dan percaya diri
Mampu mendengarkan dan penuh perhatian (empati)
pada proses dan mampu menangani pertanyaan serta
tantangan secara konstruktif
2. MENDENGARKAN SECARA SUNGGUH-
SUNGGUH
Memberikan atensi dan selalu terbuka untuk menghadapi
berbagai hal
Mendengarkan secara “terbuka” seperti kertas putih
Buat kesimpulan yang akurat dan tepat (appropriate) dari
informasi yang diterima dan perasaan yang diekspresikan
Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat
3. MENGAJAK PARA PIHAK UNTUK “KELUAR
DARI AREA KONFLIK”
Menghindari para pihak terjebak dari
situasi yang saling menyalahkan
A B
3. MENGAJAK PARA PIHAK UNTUK “KELUAR
DARI AREA KONFLIK”
PROBLEM
A B
4. MENDORONG PARA PIHAK UNTUK
MEDIASI
Tidak semua orang pada awalnya mau melakukan mediasi
Pertemuan terpisah di awal proses sangat membantu dalam
rangka memotivasi para pihak
Jelaskan apa keuntungan dari proses mediasi (keputusan di
tangan para pihak)
Gunakan bahasa yang mudah dipahami (plain language)
5. NETRALITAS DAN IMPARSIALITAS
Alasan kebijakan mediasi di pengadilan
Proses mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih. cepat dan murah
dibandingkan dengan proses litigasi. Di Indonesia memang belum ada penelitian yang
membuktikan asumsi bahwa mediasi merupakan proses yang cepat dan murah dibandingkan
proses litigasi. Akan tetapi, jika didasarkan pada logika seperti yang telah diuraikan pada
alasan pertama bahwa jika prkara diputus, pihak yang kalah seringkali mengajukan upaya
hukum, banding maupun kasasi, sehingga membuat penyelesaian atas perkara yang
bersangkutan dapat memakan waktu bertahun-tahun, dari sejak pemeriksaan di Pengadilan
tingkat pertama hingga pemeriksaan tingkat kasasi Mahkamah Agung. Sebaliknya, jika perkara
dapat diselesaikan dengan perdamaian, maka para pihak dengan sendirinya dapat menerima
hasil akhir karena merupakan hasil kerja mereka yang mencerminkan kehendak bersama para
pihak. Selain logika seperti yang telah diuraikan sebelumnya, literatur memang sering
menyebutkan bahwa penggunaan mediasi atau bentuk-bentuk penyelesaian yang termasuk ke
dalam pengertian alternative dispute resolution (ADR) merupakan proses penyelesaian
sengketa yang lebih cepat dan murah dibandingkan proses litigasi.
Alasan kebijakan mediasi di pengadilan
Pemberlakuan mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak untuk
memperoleh rasa keadilan. Rasa keadilan tidak hanya dapat diperoleh melalui proses litigasi,
tetapi juga melalui proses musyawarah mufakat oleh para pihak. Dengan diberlakukannya
mediasi ke dalam sistem peradilan formal, masyarakat pencari keadilan pada umumnya dan
para pihak yang bersengketa pada khususnya dapat terlebih dahulu mengupayakan
penyelesaian atas sengketa mereka melalui pendekatan musyawarah mufakat yang dibantu
oleh seorang penengah yang disebut mediator. Meskipun jika pada kenyataannya mereka
telah menempuh proses musyawarah mufakat sebelum salah satu pihak membawa sengketa
ke Pengadilan, Mahkamah Agung tetap menganggap perlu untuk mewajibkan para pihak
menempuh upaya perdamaian yang dibantu oleh mediator, tidak saja karena ketentuan
hukum acara yang berlaku, yaitu HIR dan Rbg, mewajibkan hakim untuk terlebih dahulu
mendamaikan para pihak sebelum proses memutus dimulai, tetapi juga karena pandangan,
bahwa penyelesaian yang lebih baik dan memuaskan adalah proses penyelesaian yang
memberikan peluang bagi para pihak untuk bersama-sama mencari dan menemukan hasil
akhir.
Alasan kebijakan mediasi di pengadilan