Anda di halaman 1dari 25

KE

HIPOPITUITARISME

1. PUTRI SELMAYENTI
2. EGIA ZAHRA TUNISA
3. FIDINI IZZATU RAHMI
NAMA
KELOMPOK 3
4. DHEA ELVARANI
5. ADRIAN RAGIL R
6. ADE RAMADHAN S
7. YOL SAPUTRA
8. RISKY ADRIANSYAH
HIPOPITUITARISME

DEFINISI :
Adalah suatu gambaran
penyakit akibat insufisiensi
kelenjer hipofisis, terutama
bagian anterior. Gangguan ini
menyebabkan munculnya masalah
dan manifestasi klinik yang
berkaitan dengan defisiensi
hormon- hormon yang
dihasilkannya.
ETIOLOGI

 Penyakit pada kelenjar


hipofisis atau pada
hipotalamus
 Infeksi : ensefalitis
 Kraniokaringoma
viral dan bakteremia
(tumor pada hipofisis
 Kerusakan pada
serebri) dan tumor
hipofisis akibat terapi
hipofisis non secreting
radiasi
 Perubahan iskemik
 Trauma termasuk
karena perdarahan
pembedahan atau
pascapartum (sindrom
benturan
sheena) atau akibat syok
septik, menimbulkan
infrak pada hipofisis
Klasifikasi

 Hypophyseal Cachexia (Penyakit


Simmonds)

a. Dapat terjadi pada semua usia, lebih


sering pada usia dewasa
b. Lebih sering pada wanita dengan
perbandingan 2 : 1
c. Penderita dapat hidup bertahun-
tahun dengan penyakitnya, kadang-
kadang sampai 30-40 tahun
Lanjutan..

 Hypophyseal Dwarfism
( Jenis Lorain-Levi )

a. Pada anak yang sedang


tumbuh
b. Terjadi dwarfisme yang
simetrik
 Sindrom Froehlich ( Dystrophia
Adiposogenitalis )

a. Obesitas jenis eunuchoid


b. Pertumbuhan yang tidak sempurna
daripada gonad dan genital
c. Ciri-ciri sex sekunder tidak ada,
disfungsi seksual, dan kulit yang
halus
d. Terjadi pada usia muda
e. Dapat menyerang baik laki-laki
maupu wanita dengan perbandingan
yang sama
Patofisiologi

Beberapa proses patologik dapat mengakibatkan infusiensi


hipofisis dengan cara merusak sel-sel hipofisis normal: (1) tumor
hipofisis, (2) thrombosis vascular yang mengakibatkan nekrosis
kelenjar hipofisis normal, (3) penyakit granulomaltosa
infiltrative, dan (4) idiopatik atau mungkin penyakit yang bersifat
autoimun. hipopituitarisme pada anak-anak dan orang dewasa
berbeda. Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatic
akibat defisiensi pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis (kerdil)
merupakan kosenkuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anak-
anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual
sekunder dan genetalia eksterna gagal berkembang.
Kalau hipopituitarisme terjadi pada orang dewasa, kehilangan fungsi
hipofisis sering mengikuti kronologi sebagai berikut: defisiensi GH,
hipogonadisme, hipotiroidisme dan insufisiensi adrenal. Karena orang
dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi
tubuh pasien dewasa dengan hipopituitarisme adalah normal.
Pria menunjukkan penurunan libido,impotensi dan pengurangan
progresif pertumbuhan rambut dan bulu di tubuh, jenggot dan
berkurangnya perkembangan otot. Pada wanita, berhentinya siklus
menstruasi atau amenorea, merupakan tanda awal dari kegagalan
hipofisis.
Pasien dengan hipopituitarisme, selain memiliki tingkat hormon
basal yang rendah, juga tidak merespons terhadap pemberian hormon
perangsang sekresi. Uji fungsi hipofisis kombinasi dapat dilakukan
pada pasien ini dengan menyuntikkan (1)insulin untuk menghasilkan
hipoglikemia, (2) CRH, (3) TRH, dan (4) GnRH
Manifestasi Klinis

 Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH)


pada wanita pre-menopause
 Pada pria, kekurangan gonadotropin
 Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada
sindroma Kallmann
 Kekurangan hormon pertumbuhan
 Kekurangan TSH menyebabkan
hipotiroidisme
 Kekurangan kortikotropin
 Kekurangan prolaktin
 Sindroma Sheehan
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Radiologik /
Rontgenologis
 Pemeriksaan
Laboratorik Ditemukan Sella Tursika
a. Foto polos kepala
Ditemukan Pengeluaran b. Poliomografi berbagai arah
17 ketosteroid dan 17 (multi direksional)
hidraksikortikosteroid c. Pneumoensefalografi
dalam urin menurun, d. CTScan
BMR menurun e. Angiografi serebral
 Pemeriksaan
 Pemeriksaan Lapang Diagnostik
Pandang
a. Pemeriksaan kartisol, T3
a. Adanya kelainan dan T4, serta esterogen
lapangan pandang atau testosteron
mencurigakan b. Pemeriksaan ACTH,
b. Adanya tumor hipofisis TSH, dan LH
yang menekankiasma c. Tes provokasi dengan
optik menggunakan stimulan
atau supresan hormon, dan
dengan melakukan
pengukuran efeknya
terhadap kadar hormon
serum
d. Tes provokatif
Penatalaksanaan

3. Testosteron pada penderita laki


 Kausal Bila disebabkan
- laki berikan suntikan
oleh tumor, umumnya
testosteron enantot atau
dilakukan radiasi, bila
testosteron siprionat 200 mg
gejala gejala tekanan oleh
intramuskuler tiap 2 minggu
tumor progresif dilakukan
4. Esterogen diberikan pada
operasi
wanita secara siklus untuk
mempertahankan siklus haid
 Terapi substitusi
1. Hidrokortison Antara 20-
 Tumor hipofisis, diobati
30 mg selama 5 hari,
dengan pembedahan
diberikan per-O
radioterapi atau obat
2. Puluis tiroid / tiroksin
 Desmopressin dengan
diberikan setelah terapi
insuflasi masal dalam dosis
dengan hidrokortison
terukur
 Musculoskeletal
 Kardiovaskuler pelisutan otot,
hipertensi, kesembuhan luka yang
tromboflebitis, jelek, osteoporosis
tromboembolisme, dengan fraktur kompresi
percepatan vertebra, fraktur
aterosklerosis patologik tulang
Komplikasi

panjang, nekrosis
aseptic kaput femoris
 Imunologi  Metabolic
peningkatan risiko perubahan pada
infeksi dan metabolism glukosa
penyamaran tanda- sindrom penghentian
tanda infeksi steroid
 Perubahan mata  Perubahan
glaucoma, lesi penampilan
kornea Muka, badan, jerawat
Diagnosa kep

1. Gangguan pola seksual b/d defisit hormon


gonadotropin
2. Intoleransi aktivitas b/d menurunnya kelemahan otot
3. Ansietas b/d koping individu tidak efektif
4. Defisit perawatan diri b/d menurunnya kekuatan otot
5. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur tubuh dan
fungsi tubuh
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian ( identitas lengkap )


2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Nyeri, Pertumbuhan lambat, Ukuran otot dan tulang kecil, Tanda –
tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan
rambut axila, payudara dan penis tidak berkembang, tidak mengalami
haid, Interfilitas, Impotensi, Libido menurun, Nyeri senggama pada
wanita.
b. Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita
klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
hipopituitarisme.
3. Pola Fungsi Kesehatan
d. Makanan/cairan
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : muntah, mual,
1) Gejala : kelelahan, malaise,
penurunan berat badan
kelemahan, ketidakmampuan
melakukan aktivitas
e. Neurosensori
2) Tanda : kelelahan otot,
2) Gejala : pusing, sakit kepala
peningkatan kebutuhan tidur
f. Nyeri/kenyamanan
b. Eliminasi
1) Gejala : sakit kepala
1) Gejala : penurunan
2) Tanda : gelisah, perilaku
pengeluaran urin dan feses
berhati-hati
c. Integritas ego
g. Keamanan
1) Gejala : perasaan tak
3) Gejala : riwayat jatuh
berdaya
h. Seksualitas
2) Tanda : ansietas, takut
1) Gejala : perubahan libido,
perubahan aliran menstruasi
4. Pemeriksaan Fisik

a. B1 : vesikuler, tidak h. Palpasi kulit, pada


terjadi sesak napas. RR wanita biasanya
: 20-24x/menit menjadi kering dan
b. B2 : hipotensi kasar
c. B3 : normal i. Kaji pula dampak
d. B4 : poliuri perubahan fisik
e. B5 : konstipasi j. Data penunjang dari
f. B6 :lemah, cepat hasil pemeriksaan
lelah diagnostik
g. Amati bentuk dan a) Foto kranium
ukuran tubuh b) Pemeriksaan serta
serum darah
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
1. Gangguan pola Tujuan : 1. Pertahankan 1. Agar klien
seksual b/d Setelah privasi dan tidak malu
defisit hormon dilakukan kerahasiaan
gonadotropin tindakan 2. Observasi pasien 2. Agar perawat
keperawatan 1x mengenai pola dapat
24 jam seksualitas yang mengetahui
diharapakan biasa dilakukan perkembangan
pola seksual pola
kembali normal seksualitas
KH : terhadap jalan
Mendiskusikan Penyakitnya
terkait 3. Komunikasi
seksualitas terbuka dapat
pasangan mengidentifika
si area
penyesuaian
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
/masalah dan
meningkatkan diskusi
dan resolusi

4. Untuk membuat
klien nyaman
dengan perawat
saat pengkajian

2. Intoleransi Tujuan : Setelah 1. Observasi tingkat 1. Untuk melakukan


aktivitas dilakukan toleransi aktivitas intervensi
berhubungan tindakan klien selanjutny
dengan keperawatan
menurunnya 1x24 jam 2. Berikan lingkungan 2. Menghemat energi
kelemahan otot diharapkan tenang dan perlu untuk aktivitas dan
mengalami istirahat regenerasi seluler
peningkatan atau penyambung
jaringan
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
aktivitas. 3. Anjurkan klien untuk atau penyambungan
beristirahat bila jaringan
Kriteria Hasil : pasien merasa lelah
Klien beraktifitas dan nyeri 3. Mengurangi rasa
secara mandiri, nyeri yang di rasakan
klien tidak lemah 4. Observasi klien
kemampuan untuk
berpartisipasi pada 4. Mengidentifikasi
aktifitas yang kebutuhan individual
diinginkan atau
dibutuhkan 5. Untuk
memaksimalkan
5. Batasi aktivitas energi
dengan penghematan
energi
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
3. Ansietas Tujuan : 1. Observasi sejauh 1. Untuk menentukan
berhubungan Setelah mana klien intervensi selanjutnya
dengan koping dilakukan mengetahui tentang
individu tidak tindakan penyakitnya 2. Di harapkan
efektif keperawatan1x2 2. Beri dapatmemberikan
4 jam diharapkan kesempatanklien gambaran sejauh
ansietas teratasi. untuk mana klien
mengekspresikan mengetahui tentang
Kriteria Hasil : perasaanya penyakitnya
Klien tidak 3. Jelaskan pada klien
cemas lagi. tentang penyakitnya 3. Agar klien
dan prosedur mengetahui
pengobatanya penyakitnya dan
4. Kolaborasikan prosedur
dengan tim medis pengobatanya
dengan pemberian
obat anti ansietas, 4. Meningkatkan
misal diazepam relaksasi dan
menurunkan
kecemasan
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
4. Defisit Tujuan : 1. Tingkatkan partisipasi 1. Partisipasi optimal
perawatan diri Setelah optimal. dapat
berhubungan dilakukan memaksimalkan
dengan tindakan 2. Evaluasi kemampuan perawatan diri.
menurunnya keperawatan untuk berpartisipasi
kekuatan otot. 1x24 jam dalam setiap aktivitas 2. Dapat
diharapkan klien perawatan. menumbuhkan rasa
dapat aktif dalam percaya diri klien.
aktivitas 3. Beri dorongan untuk
perawatan diri. mengekspresikan 3. Dapat
perasaan tentang kurang memberikan
Kriteria Hasil : perawatan diri. kesempatan pada
1. Mengidenti klien untuk
fikasi melakukan perawatan
kemampuan diri.
aktifitas
perawatan.
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
2. Melakukan
kebersihan
optimal setelah
bantuan dalam
perawatan
diberikan

5. Gangguan citra Tujuan : 1. Observasi perasaan 1. Mengkaji sejauh


tubuh klien tentang mana tingkat
berhubungan Setelah gambaran dan harga penolakan terhadap
dengan dilakukan diri kenyataan akan
perubahan tindakan 2. Motivasi individu kondisi fisik tubuh
struktur tubuh keperawatan untuk bertanya untuk mempercepat
dan fungsi tubuh 1x24 jam mengenai masalah, teknik penyembuhan
diharapkan klien penanganan,
memiliki perkembangan dan
kembali citra prognosa kesehatan
tubuh yang
positif.
Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o kep KH
Kriteria Hasil : 3. Tingkatkan komunikasi 2. pengetahuan tentang
Klien dapat terbuka, hindari proses perjalanan
menerima kritik/penilaian terhadap penyakit memudahkan
perubahan. perilaku klien klien secara bertahap
menerima keadaannya
4. Berikan dukungan
klien untuk 3. membantu tiap
mengungkapkan individu untuk
kekhawatirannya memahami area dalam
program sehingga
salah pemahaman
tidak terjadi.

4. Mengidentifikasi
kekhawatirannya
merupakan satu
tahapan penting dalam
mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai