Anda di halaman 1dari 47

Dinamika dan Tantangan

dalam kajian sejarah


Bangsa Indonesia

PENDIDIKAN
PANCASILA
KELOMPOK 4
Anggota Kelompok

DANIEL EVANDA RENO KRISTIANTO (21043010005)


SAID SHALMAN ASSWAT ALMAHDALI (21043010031)
HERDHANI AHMAD HAIKAL (21043010001)
ELANG APRILIANSYAH P.N (21043010041)
SINDHY NURHALIZA (21043010048)
RENSA APRILLIYAH (21043010030)
ERIC RAYNALDO HANDY SAPUTRA (21043010033)
NABILA FRIKA IZZA SABRINA (21043010032)
SHINTA SRI WIJAYANTI (21043010008)
Materi 1

Dinamika dan Tantangan Pancasila


dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia
01
Dinamika dan tantangan
pada masa orde lama dan
dampak dari tantangan
tersebut

Speaker :
Herdhani Ahmad Haikal
01
A. Periodesasi Penerapan Pancasila Pada Masa Orde Lama

Periode 1945 – 1950. Pemberontakan sekelompok masyarakat yang bertujuan untuk mengubah
dasar negara dan pandangan hidup bangsa yang semula Pancasilla menjadi ideologi yang lain.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 18 September 1948. Dipimpin
oleh Muso dan bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia dengan ideologi komunis,
pemberontakan yang kedua yaitu Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DII) yang
dipimpin Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengganti
Pancasila dengan syariat Islam.
Periode 1950 – 1959. Pada periode ini Pancasila diarahkan menjadi ideologi liberal.
Pemberontakan masih ada pada periode ini, antara lain: Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI), Republik Maluku Selatan (RMS), dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

01 – A1
A. Periodesasi Penerapan Pancasila Pada Masa Orde Lama

Periode 1956 – 1965. Periode ini dikenal dengan periode Demokrasi Terpimpin. Demokrasi yang
ada pada kekuasaan pribadi Presiden, bukan kekuasaan rakyat. Demokrasi terpimpin ini
menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam penafsiran Pancasila. Pada periode ini, keinginan
presiden Soekarno untuk diangkat menjadi presiden seumur hidup membuatnya dianggap menjadi
otoriter. Penggabungan Nasakom (nasionalis, agama, dan komunis) oleh presiden Soekarno
ternyata tidak cocok dengan NKRI.

01 – A2
B. Dua Pandangan Besar terhadap Pancasila
Pada periode 1950 – 1959, munculnya Dekrit Presiden yang dipengaruhi oleh Pancasila sebagai
Dasar Negara menimbulkan dua pandangan besar terhadap Pancasila. Pandangan tersebut yaitu:

Mereka memenuhi “anjuran” presiden / Pihak lainnya menyetujui “kembali ke Undang-


pemerintah untuk “kembali ke Undang- Undang Dasar 1945” tanpa cadangan, artinya
Undang Dasar 1945” dengan Pancasila. dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai
Dasar Negara.
01 – B1
Namun, kedua usulan tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang
konstituante (Anshari, 1981: 99). Majelis ini menemui jalan buntu pada bulan
Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan
sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet tanggal 3 Juli 1959, yang
kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli 1959 dan diumumkan
secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana
Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).

01 – B2
Isi Dekrit Presiden

01. Pembubaran 02. UUD 1945


Konstituante Kembali berlaku

03. Pembentukan Majelis


Permusyaratan Sementara

01 – B3
Kesimpulan #01

Situasi demokrasi politik pada periode


1950-1959 berjalan lebih baik, hal ini
ditunjukkan dengan adanya pemilu
dalam memilih anggota konstituante.
Namun, konstituante gagal menjalankan
tugasnya hingga Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang isinya membubarkan
Konstituante dan kembali memakai
UUD 1945.
01 – K
02
Dinamika dan tantangan
pada masa orde baru dan
dampak dari tantangan
tersebut

Speaker :
Elang Apriliansyah P. N.
02
A. Pelaksanaan Pencasila pada Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru, pemerintah berkehendak melaksanakan Pancasila dan


UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap Orde Lama
yang menyimpang dari Pancasila, melalui program P4 (Pedoman
Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila). Pemerintahan Orde Baru berhasil
mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus
berhasil memberantas paham komunis di Indonesia. Tetapi, kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila.
Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah sehingga
tertutup bagi tafsiran lain. Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi.

02 – A1
B. Terjadinya Indoktrinasi Pancasila pada Masa Orde
Baru

Presiden Soeharto menggunakan


Pancasila sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaannya.

02 – B1
B. Terjadinya Indoktrinasi Pancasila pada Masa
Orde Baru
Melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui
pembekalan.

Presiden Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk


organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan Pancasila,
atau yang disebut sebagai asas tunggal.

Presiden Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang


dapat menjatuhkan pemerintah dengan alasan stabilitas, karena
Presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan terhadap
pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam negeri.

02 – B2
B. Terjadinya Indoktrinasi Pancasila pada Masa Orde
Baru

Oleh karena itu, untuk menjaga


stabilitas negara, Presiden Soeharto
menggunakan kekuatan militer
sehingga tidak ada pihak-pihak
yang berani untuk mengkritik
pemerintah.

02 – B3
C. Sistem Pemerintahan yang Menyeleweng dari Nilai-nilai Pancasila

Presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam penerapan


Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang
berpusat pada pemerintah. Selain itu, Presiden Soeharto juga memegang
kendali terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sehingga
peraturan yang dibuat harus sesuai dengan persetujuannya. Presiden
Soeharto juga melemahkan aspek-aspek demokrasi, terutama pers, karena
dinilai membahayakan kekuasaannya. Maka, Presiden Soeharto membentuk
Departemen Penerangan sebagai lembaga sensor secara besar-besaran agar
setiap berita yang dimuat di media tidak menjatuhkan pemerintah.

02 – C1
C. Sistem Pemerintahan yang Menyeleweng dari Nilai-nilai Pancasila

Penyelewengan lainnya yang sangat buruk dan menyimpang dari nilai-nilai


luhur Pancasila adalah bahwa Presiden Soeharto melanggengkan Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sehingga pada masa ini dikenal sebagai rezim
terkorup di Indonesia. Puncaknya adalah saat terjadinya krisis ekonomi dan
moneter di tahun 1997 yang menyebabkan perekonomian Indonesia anjlok
sehingga memicu gerakan besar-besaran untuk menggulingkan rezim Orde
Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Selama rezim Orde Baru
berkuasa, terdapat beberapa tindakan penguasa yang melenceng dari nilai-
nilai luhur Pancasila

02 – C2
Tindakan Penguasa yang melenceng dari nilai luhur Pancasila

Melanggengkan Presiden Soeharto berkuasa selama 32 tahun.


Terjadi
penafsiran sepihak terhadap Pancasila melalui program P4.
Adanya penindasan
ideologis sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan
kreatif dan kritis menjadi takut bersuara.
Adanya penindasan secara fisik, seperti
pembunuhan di Timor Timur, Aceh, Irian Jaya, kasus di
Tanjung Priok, kasus pengrusakan pada 27 Juli, dan lain
sebagainya. Perlakuan
diskriminasi oleh negara terhadap masyarakat non-pribumi
(keturunan) dan golongan minoritas.
02 – C3
03
Dinamika dan tantangan
pada masa Reformasi dan
dampak dari tantangan
tersebut

Speaker :
Sindhy Nurhaliza
03
A. Pancasila Era Reformasi

Pancasila seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana
Negara, digunakan sebagai alat legitimasi politik. Keadaan tersebut memuncak ditandai
dengan hancurnya ekonomi nasional, maka muncullah berbagai gerakan masyarakat yang
dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik
yang menuntut adanya “reformasi” di segala bidang politik, ekonomi dan hukum. Ketika
Orde Baru runtuh, muncul fobia terhadap Pancasila. Untuk sementara waktu, Dasar Negara
seolah dilupakan karena hampir identik dengan rezim Orde Baru.

03 – A1
A. Pancasila Era Reformasi

Dasar negara itu berubah menjadi ideologi tunggal dan satu- satunya sumber nilai dan
kebenaran. Negara menjadi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Nilai-nilai itu
selalu ditanam ke benak masyarakat melalui indoktrinasi.

Dengan seolah-olah “dikesampingkannya” Pancasila pada Era Reformasi ini, pada awalnya
memang tidak nampak suatu dampak negatif yang berarti.

03 – A2
A. Pancasila Era Reformasi

Namun semakin lama dampaknya


semakin terasa dan berdampak sangat
fatal terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia diantaranya dalam
kehidupan sosial, budaya, ekonomi,
dan politik.

03 – A3
04
Argumen Kesimpulan
dari 3 Era sebelumnya

Speaker :
Rensa Aprilliyah
04
Situasi demokrasi politik pada periode 1950-1959 berjalan lebih baik, hal ini
ditunjukkan dengan adanya pemilu dalam memilih anggota konstituante. Namun,
konstituante gagal menjalankan tugasnya hingga Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya membubarkan Konstituante dan kembali
memakai UUD 1945.

“ Orde Lama”

04 - 01
Pemerintahan Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
sekaligus berhasil memberantas paham komunis di Indonesia. Akan tetapi, Pancasila justru dijadikan
sebagai indoktrinasi. untuk menjaga stabilitas negara, Presiden Soeharto menggunakan kekuatan
militer sehingga tidak ada pihak-pihak yang berani untuk mengkritik pemerintah. Dalam sistem
pemerintahannya, Presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam penerapan Pancasila
sehingga pada masa ini dikenal sebagai rezim terkorup di Indonesia. Puncaknya adalah saat terjadinya
krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997 yang menyebabkan perekonomian Indonesia anjlok sehingga
memicu gerakan besarbesaran untuk menggulingkan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Soeharto.

“ Orde Baru”

04 - 02
Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana Negara,
digunakan sebagai alat legitimasi politik. Dasar negara itu berubah menjadi ideologi tunggal dan satu-
satunya sumber nilai dan kebenaran. Negara menjadi sangat tahu mana yang benar dan mana yang
salah. Nilai-nilai itu selalu ditanam ke benak masyarakat melalui indoktrinasi. Dengan seolah-olah
“dikesampingkannya” Pancasila pada Era Reformasi. Adapun dampaknya semakin terasa dan
berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia Dari bidang
kehidupan sosial, bidang budaya, bidang ekonomi, bidang politik

“ Reformasi ”

04 - 03
Materi 2

Esensi dan Urgensi Pancasila dalam


kajian sejarah Bangsa Indonesia
untuk masa depan
05
Urgensi Pendidikan
Pancasila
(Yuridis & Objektif)

Speaker :
Nabila Frika I. S.
05
A. Urgensi Pendidikan Pancasila

Tujuan Pendidikan pancasila untuk


memberikan pemahaman yang benar akan
Pancasila. Tanpa disadari, sering Pancasila
yang diajarkan bukanlah Pancasila yang
benar, yang merupakan bentuk tersamar dari
ideology yang justru bertentangan dengan
Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila yang
diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah
Pancasila yang dapat dipertanggungjawabkan
secara Juridis-Konstitusional dan Obyektif-
Ilmiah.

05 – A1
Yuridis & Objektif

Yuridis Objektif
Konstitusional Pancasila adalah Ilmiah Pancasila adalah paham
dasar Negara yang merupakan filsafat yang dapat diuraikan dan
dasar dalam penyelenggaraan diterima secara rasional.
pemerintahan Negara.

05 – A2
06
Tujuan Pendidikan
Pancasila

Speaker :
Shinta Sri W.
06
A. Tujuan Pendidikan Pancasila

Pendidikan pancasila Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila


membantu peserta didik untuk untuk mengajak untuk membentuk peserta
membentuk pola pikir dan mahasiswa atau pelajar didik agar memiliki
pola sikap sebagai seorang untuk mengamalkannya. kesadaran bela negara.
warga negara yang
mencerminkan atau sesuai
dengan nilai-nilai
kemanusiaan

06 – A1
Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
No. 43/DIKTI/Kep/2006
Tujuan pendidikan pancasila menurut UU No.2 tahun 1989
tentang sistem pendidikan
nasional yang juga tercantum di dalam SK Dirjen Dikti.
No.38/DIKTI/kep/2003.
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi
 

06 – A2
07
Menggali sumber Historis,
Sosiologis, Politis
Pendidikan Pancasila

Speaker :
Eric Raynaldo H. S.
07
A. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”


Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting dalam
membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan. Implikasinya,
pengayaan materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis sangat amat penting
dan tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari. Kita
diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik
sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain.

07 – A1
B. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji,


antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan
kelompok masyarakat, disamping itu juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat. Presiden Soekarno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila
digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.

07 – B1
C. Sumber Politis Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena
kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar kita mampu mendiagnosa dan mampu
memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik
yang ideal
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

07 – C1
Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu
menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam
mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan, dan pembagian sumber daya negara, baik di
pusat maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, kita diharapkan lebih
termotivasi berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik kepada
infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.

07 – 2
08
Esensi dan Urgensi
Pendidikan Pancasila
Untuk Masa Depan

Speaker :
Said Shalman A. A.
08
A. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkanakan


mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan
konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dalam hubungan internasional serta memiliki
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh
dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

08 – A1
A. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan


wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga negara Republik Indonesia. Selain itu
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

08 – A2
A. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan kepada peserta didik di
Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,
Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai
dalam kehidupan) yang disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MKPK) dalam komponen kurikulum perguruan tinggi. Hak dan kewajiban warga negara,
terutama kesadaran bela negaraakan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat
merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh– sungguh merupakan
sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.

08 – A3
A. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


yang berhasil akan membuahkan sikap mental
yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari
peserta didik. Sikap ini disertai dengan
perilaku yang,

08 – A4
Tindakan Penguasa yang melenceng dari nilai luhur Pancasila

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta


menghayati nilai–nilai falsafah bangsa
Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai
warga negara.
Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara

08 – A5
A. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia


diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan
dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini disemua aspek
kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia agar memiliki daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta mandiri.

08 – A6
Sekian dari Presentasi Kelompok
4
QnA Open Session
Bibliographic References

- Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.2016. Pendidikan Pancasila untuk


Perguruan Tinggi Tahun 2016. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan.Jakarta

- R Afrinida - 2021 - osf.io https://books.google.co.id/books?


hl=id&lr=&id=_R1QDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=tujuan+pendidikan+pancasila+per
guruan+tinggi&ots=p4YVWkqWk1&sig=71K1oPGYGhpT4HNtwQjP5PS6gkw&redir_esc=
y#v=onepage&q=tujuan%20pendidikan%20pancasila%20perguruan%20tinggi&f=false
- FS Pahlevi - Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains. https …, 2017 - core.ac.uk
- K Rindjin - 2013 - books.google.com

- H Darmadi - 2020 - books.google.com

Anda mungkin juga menyukai