Anda di halaman 1dari 23

TETANUS

Oleh : Riris Marlina Siagian

Pembimbing : Prof. Dr. dr. A A Raka Sudewi Sp.N (K)


Dr. dr. Ni Made Susilawathi Sp.N (K)
dr. A. A. A Suryapraba Sp.N (K)
Agenda Style
1. Pendahuluan
2. Epidemiologi

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinis

5. Diagnosis
6. Tatalaksana
7. Prognosis
PENDAHULUAN

• Tetanus  trismus, risus sardinicus, rigiditas general


dan spasme otot
• Neurotoksin tetanospasmin  Clostridium Tetani
• Ditemukan  tanah, feses dari kuda, domba, anjing,
kucing dan ayam
EPIDEMIOLOGI
• Kasus  1 juta /tahun
• Trauma akut pada kulit  luka tusuk, laserasi
• Penyalagunaan obat obat, tindik lidah, hidung,
umbilikus
• Tetanus neonatus  infan saat proses persalinan ibu
tidak steril  imunisasi pada ibu hamil bersifat protektif
• Kasus tetanus pada usia lebih tinggi dikarenakan kadar
antioksidan antibodi tetanus menurun
• Kasus tetanus lebih tinggi 7 kali lipat pada dewasa > 60
tahun dibandingkan usia 5-19 tahun
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
 Neonatus  spastisitas, kurang menghisap,
trismus, demam, iritabilitas, risus sardonicus,
opistotonus
 Generalis  kekakuan pada otot otot kepala dan
leher, disertai trismus dan disfagia
 Lokal  terbatas pada ekstremitas yang
mengalami luka dan terkontaminasi kuman
 Sefalik  luka pada bagian wajah, kepala, leher
(inkubasi 1-2 hari)
DIAGNOSIS

• Diagnosis  Klinis
• DD  intoksikasi strichnin, rekasi dystonia akibat
obat obat penghambat dopamine, kejang dan
sindroma stiff man
GRADING TETANUS

 Kriteria I : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia


dan kekakun otot tulang belakang
 Kriteria 2 : spasme saja tanpa melihat frekuensi
dan derajatnya
 Kriteria 3 : inkubasi antara 7 hari atau kurang
 Kriteria 4 : waktu onset adalah 48 jam atau
kurang
 Kriteria 5 : kenaikan suhu rektal sampai 100° F
atau aksila 37.6 ° C
KLASIFIKASI ABLETT`S

 Grade I (mild) : mild to moderate trismus, general spasticity, no


respiratory embarrassment, no spasms, little or no dysphagis
 Grade II (moderate) : moderate trismus, well marked rigidity, mild to
moderate, but short lasting spasms, moderate respiratory
embarrassment with tachypnea
 Grade III (severe) : severe trismus, generalized spasticity, reflex and
often spontaneous prolonged spasms, respiratoty embarrassment with
tachypnoea, apnoeic spells, severe dysphagia, tachhicardia, a steady
moderate increase in autonomic nervous system activity
 Grade IV (very severe) : features of grade 3 plus violent autonomiv
distrubances often resulting in what may be aptly termed ” autonomic
strom”
TATALAKSANA

• General
• Menghilangkan sumber infeksi
• Menetralisir toksin yang bersirkulasi dengan
imunoglobulin tetanus pada manusia
• Mengatasi spasme otot
• Mencegah gagal nafas
• Mengatasi disfungi otonom
- Bersihkan luka
- Ruangan khusus
- Pasien diposisikan dengan hati-hati untuk
mencegah pneumonia aspirasi.
- Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi
suportif sampai efek dari toksin yang telah terikat
habis. Semua pasien yang dicurigai tetanus
sebaiknya ditangani di ICU, dimana mereka bisa
dimonitoring dan diobservasi secara kontinu.
- Meminimalisir efek toksin yang sudah berikatan
pada sistem saraf dan memberikan terapi suportif.
Antibiotik
• Prinsip pemberian antibiotic agar tidak terbentuk toksin
baru
• Metronidazole 500mg iv /6 jam (30mg/kgBB/hari : 4
dosis pemberian ) selama 7 hingga 10 hari, atau
• Penisilin G (100.000 U/kgBB/ hari : 4-6 dosis
pemberian) selama 7 hingga 10 hari
Antitoksin
• Human tetanus immunoglobulin (HTIg) 3000-6000 iu IM 
menurunkan angka mortalitas  menetralkan toksin tetanus
yang telah mencapai medulla spinalis.
- aktif toksoid tetanus  tambahan HTIg  untuk menjaga
status imunitas (3x injeksi) interval < 1 bulan. 2 dosis pertama
diberikan setidaknya 4 minggu dan dosis ketuga dengan jarak
6 bulan setelah dosis kedua
Anti spasme
• Mencegah komplikasi dehidrasi, pasien kelelahan, robekan otot
dan ligament, fraktur, spasme otot otot pernafasan dan spasme
laring yang dapat menyebabkan kematian.
• Benzodiazepin (diazepam atau lorazepam)  GABA 
menghambat inhibitor endogen reseptor GABA
• Efek maksimal dalam darah 30-90 menit
• Dosis 0.5 -10mg/kg
- spasme ringan: 5-20 mg po setiap 8 jam bila perlu
- spasme sedang : 5-10 mg iv bila perlu, tidak melebihi dosis
80-120mg dalam 24 jam atau dalam bentuk drip
- spasme berat : 50-100mg dalam dekstrose 5% dan diinfuskan
dengan kecepatan 10-15mg/jam dibeikan dalam 24 jam
KOMPLIKASI
Sistem Komplikasi

Kardiovaskular • Hipertensi
• Takikardia, bradikardia, asistol
• Infark myokard
• Toxic pericarditis

Respirasi • Obstruksi jalan nafas (spasme laring, peningkatan sekresi bronkial


dan saliva)
• Gagal nafas tipe I karena pneumonia aspirasi, nosocomial
• Gagal nafas tipe II karena apnea, sedasi berlebihan, spasme otot
generalisata
Muskuloskleletal Avulsi tendon, fraktur vertebra, rhabdomyolisis

Gastrointestinal Stasis gastrointestinal, diare, perdarahan


Lain - lain Gagal ginjal akut, thrombosis vena, penurunan berat badan
PENCEGAHAN

• Merawat luka
• Vaksinasi
- vaksinasi Tetanus (TT) pada Wanita subur dan ibu hamil dapat
menurunkan angka kejadian tetanus neonatorum
- hasil terbaik 12x vaksin selama masa anak anak, dilanjutkan
booster setiap 10 tahun sekali
- Usia > 7 tahun belum mendapat vaksin dapat diberikan jadwal
sebagai berikut
PENCEGAHAN

Dosis Interval

Primer 1 Dosis pertama

Primer 2 4-8 minggu setelah dosis pertama

Primer 3 6-12 bulan setelah dosis kedua

Booster Setiap 10 tahun


Profilaksis Tetanus
Imunisasi Tetanus
PROGNOSIS
• Kematian  6-60%
• Tergantung dari fasilitas Kesehatan
• Derajat beratnya  Abletts score
Baik Buruk

Masa inkubasi > 10 hari Masa inkubasi < 10 hari


Onset > 48 jam Onset < 48 jam
Derajat keparahan ringan – sedang Derajat keparahan berat – sangat berat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai