Anda di halaman 1dari 137

NORMA K3 PENANGULANGAN

KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

 Oleh : Nashruddin Anwar, ST


FAKTA PERMASALAHAN
» 80% kasus kebakaran ditempat kerja
» 34% Disebabkan api terbuka
» 31 % Disebabkan listrik
» 20% kasus kebakaran habis total
» Sarana K3 kurang memadai
- Peralatan proteksi kebakaran kurang
- Petugas tidak terlatih / tidak ada
- Tidak memiliki prosedur
- Hambatan Access bantuan darurat

2
Pasal 3 ayat (1).
DASAR HUKUM Dengan peraturan perundangan

K3
ditetapkan syarat syarat
keselamatan kerja untuk:
b. mencegah, mengurangi, dan
memadamkan kebakaran,

PENANGGULANGAN c. mencegah, mengurangi peledakan

KEBAKARAN d. memberikan kesempatan


jalan menyelamatkan diri
dalam bahaya kebakaran
g. pengendalian penyebaran
asap, gas dan suhu

UU NO 1 TH 1970
Pasal 4 ayat (1).
DASAR HUKUM Dengan peraturan perundangan

K3
ditetapkan syarat syarat
keselamatan kerja dalam :
• perencanaan, pembuatan
pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan,
PENANGGULANGAN pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan
KEBAKARAN bahan, barang, produk teknis dan
aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan
Pasal 9 ayat (3).
UU NO 1 TH 1970 Pengurus wajib membina K3
penanggulangan kebakaran
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
•PERMENAKER 12/2015 K3 LISTRIK
•PERMENAKER 02/89 Ins Penyalur Petir
Pengendalian
•KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
ENERGI
•PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

SARANA •PERMENAKER 04/80 APAR


PROTEKSI •PERMENAKER 02/83 ALARM
KEBAKARAN
•INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997

• PERMENAKER 04/87 P2K3


MANAJEMEN • PP 50 THN 2012 SMK3
K3 • KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
TEORI API

PA
EN

N
IG

AS
S
OK

BAHAN BAKAR
DIFININSI
API ADALAH SUATU REAKSI KIMIA CEPAT ATAU OKSIDASI YANG
DIIKUTI OLEH PENGELUARAN CAHAYA DAN PANAS. REAKSI KIMIA
MENGANDUNG PENGERTIAN ADANYA PROSES YANG SEDANG
BERLANGSUNG SECARA “KIMIA” YANG MEMERLUKAN ADANYA
OKSIGEN, BB DAN PANAS.

FU
GE

EL
Y
CHAIN

OX
REACTION
HEAT
1. API TERBUKA
2. LISTRIK
3. LISTRIK STATIK
4. SAMBARAN PETIR
5. MEKANIK :
- GESEKAN,
- SPARK,
SOURCE - KOMPRESI, DLL)
ENERGY 6. REAKSI KIMIA
7. PENANGASAN >> BROEING
(PERAGIAN)
INTENSITAS Fenomena kebakaran

Flashover
3 - 10 menit

STEDY
TH Fully development fires
W

DE
O

(600-1000 o C)
GR

CA
Initiation

Y
TIME

Source
Energy
Fenomena Kebakaran
1. Source Energy tidak terkendali,tidak diketahui
kapan dan dimana.

2. Initiation: Ketika Source energy tidak terkendali


kontak dengan zat yang dapat terbakar terjadi
penyalaan api tahap awal (api kecil).

3. Growth: Tahapan api tidak terdeteksi akan lebih


besar dan akan menjalar ke media disekelilingnya.
4.Intensitas meningkat menyebar
(rambatan panas) Flashover: Penyalaan
api serentak (setelah 3-10 menit atau
300 derajat celcius)

5.Full Fire: Kebakaran mantap (600-1000


derajat celcius)

6.Decoy: Api surut, bahan bakar habis


PERAMBATAN PANAS (HEAT TRANSFER)

Radiasi :
Benda dapat terbakar bila diletakkan didekat sumber panas yang
menyala.Energi panas akan berpindah melalui
gas / udara secara langsung.
PERAMBATAN PANAS (HEAT TRANSFER)

KONVEKSI

Penyebaran api dapat terjadi dari tingkat yang lebih


rendah ke tingkat lebih tinggi sejalan dengan
meningkatnya gas panas yang diproduksi sumber api
tersebut
PERAMBATAN PANAS (HEAT TRANSFER)

KONDUKSI

Peristiwa perpindahan panas melalui benda padat


dari bahan logam yang tak terlindung
PERAMBATAN PANAS (HEAT TRANSFER)

KONTAK LANGSUNG
Material yang mudah terbakar mengeluarkan asap
panas yang mampu meningkatkan kebakaran dan
terus terbakar apabila kontak langsung dengan nyala
api yang tidak terlindung
Kepmenaker No. 186/Men/1999,

Unit Penanggulangan Kebakaran di


Pasal 2 (1) dan (2) mewajibkan kepada pengurus/
pengusaha untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, melalui :
No Kep 186/Men/1999

a) Pengendalian setiap bentuk energi


KEPMENAKER

Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam


Tempat Kerja
b)
kebakaran dan sarana evakuasi
Tentang

c) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas


d) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja
e) Penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala
f) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan
darurat kebakaran bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh )orang
tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi
bahaya kebakaran sedang dan berat.
KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

Parameter :
1.Jumlah dan kemudahan terbakar
2.Volume bahan
3.Tingkat pelepasan panas
4.Tingkat penjalaran api
Note : Lihat di lampiran 1 kep.menteri
Pasal 7
Pasal 8

Sehat jasmani & rohani,min SLTA, usia 25 – 45 thn,telah ikut


kursus PK tingkat I (Klas D ) dan tingkat dasar II ( klas C )
Pasal 9
TEKNIK PEMADAMAN API

1. STARVATION :
mengambil, menyingkirkan atau memotong suplai bahan
bakar.
2. SMOTHERING :
mengurangi, mengambil, atau memisahkan udara
terhadap bahan yang ternakar.
3. COOLING :
mengurangi panas bahan sampai mencapai di bawah titik
nyala.
4. BREAKING CHAIN REACTION :
memutus rantai reaksi pembakaran baik secara kimiawi
atau mekanis
STARVATION/
MENSTOP SUPLAY BAHAN BAKAR
BAHAN BAKAR

RANTAI
OKSIG
EN REAKSI
KIMIA

Menutup kerangan pada


Tangki yang terbakar
SMOTHERING/ MENGISOLASI OKSIGEN

BAHAN BAKAR

RANTAI
OKSIG
EN REAKSI
KIMIA

Menutup drum yang terbakar


COOLING/PENDINGINAN
BAHAN BAKAR

RANTAI
OKSIGEN
REAKSI
KIMIA

Memadamkan api dengan air


BREAKING CHAIN REACTION
MEMECAHKAN RANTAI REAKSI KIMIA
BAHAN BAKAR

AI
RANT
OKSIG I
EN REAKS
KIMIA

Memadamkan API dengan APAR type HALON


Prinsip
PEMADAMAN Udara
Dilution

Smothering

Starving Cooling

API
Bahan bakar Heat

34
Perencanaan Sistem Proteksi
Kebakaran
• Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk medeteksi dan
memadamkan kebakaran.
Contoh : Sistem deteksi dan alarm, APAR, Hydrant, Springkler, dll.

• Sarana Proteksi kebakaran Pasif


Alat atau sarana atau metode mengendalikan penyebaran asap
panas dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran.
Contoh : sistem kompertamentansi, fire retardant, sarana
pengendalian asap ( smoke control system ), sarana evakuasi,
sistem pengendali asap dan api ( smoke damper, fire damper, fire
stopping), alat bantu evakuasi dan rescue dll.

• Fire Safety Manajeman


 DETEKSI

AKTIF
 ALARM
 APAR
 SPRINKLER
 HYDRAN
PASSIF

 MEANS OF ESCAPE
 KOMPARTEMEN
 SMOKE CONTROL
 FIRE DAMPER
 FIRE RETARDANT/TREATMENT
INSTALASI ALARM
TANDA BAHAYA KEBAKARAN
TUJUAN
PEMASANGAN INSTALASI ALARM
KEBAKARAN OTOMATIK BERTUJUAN UNTUK
MENDETEKSI KEBAKARAN SEAWAL
MUNGKIN, SEHINGGA TINDAKAN
 PENGAMANAN YANG DIPERLUKAN DAPAT
SEGERA DILAKUKAN.

Tindakan dalam keadaan Emergency Kebakaran


harus sudah berhasil diatasi.
sebelum 10 menit sejak penyalaan
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. PER-02/MEN/1983
TENTANG
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK

Ruang lingkup
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
A. SYSTEM DETEKSI dan ALARM
KEBAKARAN
Strategi pertama dalam menghadapi kebakaran
adalah berpacu dengan waktu, karena itu perlu
adanya sistem pendetaksian dini dan sistem
tanda bahaya serta sistem kondisi darurat.

Dengan perkembangan teknologi, peran


penjagaan tempat dapat digantikan dengan
memasang sistem instalasi deteksi dan alarm
kebakaran otomatik
Klasifikasi sistem alarm
• Manual
• Otomatik ( semi addresable atau fully addresable )
• Otomatik integrated system ( deteksi, alarm, dan
pemadam )

Komponen sistem alarm kebakaran otomatik

• Detektor dan tombol manual ( input signal )


• Panel indikator kebakaran ( sistem control )
• Alarm audible atau visible
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
•ULTRA VIOLET
Nyala
•INFRA RED

Panas •FIXED TEMPERATURE


•RATE OF RISE

Asap •IONIZATION
•OPTIC
Manual
•Push bottom
•Full down
•break glass
• Detektor
Alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik, yang
dapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan,
diharapkan dapat mendeteksi secara cepat, akurat dan tidak
memberikan informasi palsu.

Jenis detektor :
1. Detektor panas (Heat Detector )
2. Detektor asap ( Smoke Detector )
3. Detektor nyala ( Fire Detector )

Detektor dipasang ditempat yang tepat sehingga memiliki jarak


jangkauan pengindraan yang efektif sesuai spesifikasinya
• Tombol manual
Alat yang dapat dioperasikan secara manual yang
dilindungi dengan kaca, yang dapat diaktifkan secara
manual dengan memecahkan kaca terlebih dahulu,
apabila ada yang melihat kebakaran tetapi detektor
otomatik belum bekerja.

• Panel kendali
Pusat pengendali sistem deteksi dan alarm, yang dapat
mengindikasi status standby normal, mengindikasi
singnal input dan detektor maupun tombol manual
dan mengaktifkan alarm tanda kebakaran. Dapat
diketahui alamat atau lokasi datangnya panggilan
detektor yang aktif atau tombol manual yang
diaktifkan.

DETEKTOR AUDIBLE ALARM

INPUT
Nyala

Panas VISIBLE ALARM

Asap
OUTPUT

HYDRANT
ALAT PEMADAM API RINGAN
Portable Fire Extinguisher
Alat Pemadam Api Ringan ( APAR )
B. ALAT PEMADAM API RINGAN
Direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain konstruksinya dapat
dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang.

Syarat Pemasangan alat pemadaman api ringan :

1. Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil ( tidak diikat mati atau
digembok )

2. Tinggi maksimum 120 cm

3. Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api

4. Dilakukan pemeriksaan secara verkala

5. Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan

6. Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai ketentuan

7. Dipasang Tanda Pemasangan APAR


Penempatan
Perencanaan tepat
Petugas
kompeten
Pengadaan
Sertifikat

Kebijakan

Fire risk
Assessment •Efektif
Jenis •Aman
Pemeliharaan dan •Tidak Merusak
teratur ukuran
tepat

Hal. 53
ALAT PEMADAM API RINGAN

• DAPAT DIBAWA SATU ORANG DAN


DIOPERASIKAN SATU ORANG
• UNTUK PEMADAMAN AWAL
KEBAKARAN
• SEBATAS VOLUME API KECIL

Hal. 54
N2
CO2
ALAT PEMADAM API RINGAN
(HAND FIRE EXTINGUISHER)
 Jenis- jenis alat pemadam api ringan dan konstruksinya
adalah sebagai berikut
 
Bahan Jenis Type Konstruksi Tekanan dalam
Pemakaian (ATM)
Padat Tepung Kering Cartridge CO2 15 – 16
Store Pressure 17 – 23
Cair Air Cartridge CO2 13 – 17
Store Pressure 17 – 23
Busa Busa Kimia Sealed 7 – 16
Valve 7 – 16
Busa Mekanik Cartridge CO2 10 – 19
 Store Pressure 17 – 23
Gas Carbon Dioxide
Store Pressure --
Catatan :
 
Gas cartridge biasanya memakai CO2 yang bertekanan
antara 10 – 17 atm.
Store Pressure dapat menggunakan N2 bertekanan.
 
Multi purpose dry chemical mempunyai daya
pemadaman terhadap jenis kebakaran kelas A sebesar 3 X
daya yang dikeluarkan oleh Busa untuk kelas yang sama.
 
Multi purpose dry chemical mempunyai daya
pemadaman terhadap jenis kebakaran kelas C sebesar 2 X
daya yang dikeluarkan oleh Carbon Dioxide untuk kelas
yang sama.
MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API

Utamakan keselamatan
1. Turunkan APAR dari tempatnya
2. Putuskan segel pengaman dan cabut pen penahan
3. Buka selang dari jepitannya, pegang nosel dan lakukan
tes, arahkan nosel ke bagian atas atau ke arah yang
aman (APAR di tes di tempat pengambilan APAR)
4. Bawa APAR ke tempat kebakaran dari arah angin (cukup
ruang gerak untuk mendekati api).
5. Bergerak agak menunduk
6. Padamkan api dengan jarak maksimum antara nosel
mengarah ke dasar api.
7. Posisi selalu bersiap mundur ke belakang untuk
menghindari api.
8. Setelah api padam, jangan membelakangi tempat yang
terbakar tetapi berjalan mundur ke daerah yang aman.
Bagaimana Menggunakan APAR
Mudah untuk mengingat bagaimana menggunakan
APAR jika ingat singkatan PASS dalam bahasa
Inggris yang merupakan kependekan dari
 Pull (Tarik),
 Aim (Arahkan/Bidik),
 Squeeze (Tekan),
 Sweep (Sapu),
Sebelumnya perhatikan terlebih dahulu arah angin.
Lakukan pemadaman dari arah datangnya angin.
02/22/22 59
Bagaimana Menggunakan APAR
Tarik pin.
Ini memungkinkan anda untuk
menyemprotkan APAR.

Arahkan ke dasar api.


Jika anda arahkan ke nyala/lidah
api (yang seringkali menggiurkan),
media pemadaman akan terbang
dan tidak dapat memadamkan api.
Anda harus mengenai bahan bakar.
02/22/22 60
Bagaimana Menggunakan APAR
Tekan pegangan bagian atas.
Ini akan melepaskan tombol yang
mengeluarkan media pemadaman
bertekanan dalam silinder.

Sapu dari sisi ke sisi


Sampai kebakaran benar-benar
padam. Mulai menggunakan APAR
dari jarak jauh yang aman, lalu maju
kedepan. Begitu kebakaran padam,
tetap perhatikan sumber kebakaran
mungkin api menyala kembali.
02/22/22 61
ALAT PEMADAM API RINGAN
Ref :
Pert. Menaker No Per-04/Men/1980

HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA

• JENIS DAN UKURANNYA SESUAI


• MUDAH DILIHAT DAN MUDAH DIAMBIL
• KONDISI BAIK
• SETIAP ORANG DAPAT MENGOPERASIKAN
DENGAN BENAR, TIDAK MEMBAHAYAKAN
DIRINYA.

Hal. 62
KEGAGALAN APAR

WATER
HALON
POWDER
2

FOAM
Jenis tidak sesuai

Ukuran tidak sesuai Tidak bertekanan


- bocor
Macet/tidak berfungsi
Menggumpal
Salah penempatan - tunda refill
• belum ditunjuk
Petugas

• tidak trampil
Hal. 63
KEGAGALAN APAR
Daya pemadamannya (fire ratting) lebih
rendah dari volume api/kebakaran (Fire load)

STANDAR KLASIFIKASI DAYA PEMADAMAN


Notasi : Nilai & Klas D
B C
A
Notasi Fire ratting didasarkan dari hasil pengujian
laboratories
STANDAR UJI
A. : Tumpukan kayu dengan volume
tertentu dibakar 10 menit
B. : Premium dengan jumlah dan luas
tertentu dibakar 3 menit
C. : Sasaran bertegangan 10.000 Volt
D. : Tidak dilakukan pengujian
Rating : Nilai angka
KLASIFIKASI

A
1A 1B
2A 2B
3A
5B
B 4A
6A 10B
10A 20B
C 20A
40A
30B
40B
80B
D
STANDAR UJI
Rating A

STANDAR UJI Rating B


Perkiraan Rating (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATING
(LITER) PANCARAN (DETIK)
(METER)

AI R 5 L 10- 1 3 M 45 1 A
10 L 10- 1 3 M 60 2 A
15 L 10- 1 3 M 120 3 A
A SA M 5 L 10- 1 3 M 30 1 A
S OD A 10 L 15 M 60 2 A
65 L 15 M 120 10 A
Perkiraan Rating (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATING
(KG) PANCARAN (DETIK)
(METER)

D RY 0,5 3 10 1 B,C
POW DER 1 3 10 2 B,C
2 3 10 4B,C
5 7 20 7B,C
15 15 25 20B,C
Perkiraan Rating (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATING
(KG) PANCARAN (DETIK)
(METER)

DRY 0,5 2 8 1 B,C


POW D ER 2 4 10 2 B,C
AMMONIUM 4 4 12 3B,C
PHOSPATE
5 7 13 1A,5B,C
(ABC) 10 7 20 2A,10B,C
15 7 20 4A,20B,C
37,5 10 30 8A,40B,C
Perkiraan Rating (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATING
(KG) PANCARAN (DETIK)
(METER)

DRY 0,5 2 8 1 B,C


POW D ER 2 4 10 2 B,C
AMMONIUM 4 4 12 3B,C
PHOSPATE
5 7 13 1A,5B,C
(ABC) 10 7 20 2A,10B,C
15 7 20 4A,20B,C
37,5 10 30 8A,40B,C
Perkiraan Rating (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATING
PANCARAN (DETIK)
(METER)

BU SA 5 L 10-1 3 M 45 1 A, 1B
10 L 10-1 3 M 60 2 A, 2B
15 L 10-13 M 120 3 A,3B
C O2 2 KG 3 M 30 1 B,C
7K G 3 M 30 2B,C
10 K G 3 M 30 2B,C
25 K G 4 M 30 10B,C
Perkiraan Rating (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATING
(KG) PANCARAN (DETIK)
(METER)

HAL ON 1 3 8 2B, C
121 1 2 4 12 4B, C
5 5 15 10B, C
HAL ON 1 2 10 2B,C
130 1
TANDA PEMASANGAN
STANDAR APAR

APAR
Dirancang dengan tekanan > 14kg/cm2
dapat mendorong seluruh medianya
(sisa mak 15%) dalam waktu min. 8 detik

Syarat :
- Angka keamanan min 4,13 x WP (65 oC)
- Test pressure 1,5 x WP(65 oC)
- Pengujian ulang tiap 5 tahun
APAR
Sebagai sarana K3 (Safety Equipment)
Pengandung Potensi Bahaya
Refilling & Testing
Ref. : Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Per 04/Men/1980

Jenis Refilling Testing


Water 5 th 5 th

Mechanical Foam 3 th 5 th

Chemical Foam 2 th 5 th

Dry powder 5 th 5 th
Halogen 5 th 5 th

CO2 5-10 th 10-5-5 th

76
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA

Jenis media pemadam

si
ka Jenis kebakaran Tipe basah Tipe kering
if i
as

Clean
Air Busa Powder
Kl

Agent
Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb. VVV V VV V*)
Klas A
Bahan berharga XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV V*)
Klas B
Bahan gas X X VV V *)

Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV

Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan :

VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat


VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif
• Catatan khusus :
Hal yang harus anda perhatikan adalah jenis,
dan tipe konstruksinya, yaitu : tipe stored
pressure atau tipe gas cartridge. Dalam
Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No Per 04/Men/1980 terdapat
petunjuk pemeriksaan dan pengujian yang
dapat menyesatkan, yaitu tidak semua jenis
APAR dapat diperiksa dengan membukan
tutup kepalanya. Yang dapat dilakukan dengan
cara ini adalah jenis tabung tipe gas Cartridge.
Syarat APAR
• Dilarang memasang Apar berlubang atau cacat
Ditempatkan/digantung dgn konstruksi yang kuat
• ditempatkan dalam lemari atau box yang tidak dikunci
• Lemari dikunci dg kaca aman (safety glass) tebal max.
2mm lebar disesuaikan dg besar apar, mudah
dikeluarkan.
• Ditempatkan pada ketinggian 1.2 m dari lantai
• Diatas lantai min. 15 cm
• suhu ruangan tidak boleh lebih 49oC atau -44 oC
kecuali dibuat khusus.
• APAR di alam terbuka gunakan tutup pengaman.
Pemeliharaan
• Pemeriksaan 6 bulanan
• Pemeriksaan 12 bulanan / 1 tahunan
Pemeriksaan 6 bulanan
• Isi : media pemadam & tekanan
• Pengaman cartridge, mekanik penembus
segel
• bagian luar tabung, handel dan label
• Mulut pancar tdk tersumbat dan pipa pancar
tidak rusak/retak
Pemeriksaan 12 bulanan
• Selain yang dilakukan pada pemeriksaan 6
bulanan
• APAR Jenis cairan dan busa (Cartridge)
– isi sampai batas permukaan yg ditentukan
– pipa pelepas isi dan saringan tidak tersumbat
– ulir tutup kepala tidak rusak
– peralatan yang bergerak bisa digerakkan dg
bebas
– Pemeriksaan segel jika ada
– penunjuk tekanan.
HYDRANT
Instalasi Pemadam kebakaran yang dipasang permanen
berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus
menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran.

Komponen Utama Sistem Hydrant :


1.Persediaan air yang cukup.
2.Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri 3 macam
pompa, yaitu : pompa jockey, pompa utama, dan pompa
cadangan.
3.System connection, yaitu sambungan untuk mensuplai air
dari mobil kebakaran
4.Jaringan pipa yang cukup
5.Slang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan
• POMPA PEMADAM KEBAKARAN ( FIRE PUMP )

KAPASITAS.

• - FIXED FIRE PUMP : MULAI 625 GPM /2365,8 Liter per menit ( 28
M³/JAM )
• HINGGA 3.700 GPM ( 1.000 M³/JAM )

• - PORTABLE FIRE PUMP : MULAI 50 GPM ( 225 L/MENIT)


• HINGGA 400 GPM ( 2.000 L/MENIT)

• - JOCKEY FIRE PUMP : MULAI 50 GPM ( 225 L/MENIT )


• HINGGA 100 GPM ( 450 L/MENIT )
Klasifikasi sistem hydrant

Kriteria
Klas I Klas II Klas III

500 US GPM 500 US GPM 500 US GPM


Debit air minimal 1892,7 liter/min

Tekanan pada nosel 4,5 – 7 kg/Cm2 4.5 – 7 kg/Cm2 4.5 – 7 kg/Cm2


terjauh

Ukuran Slang 1 ½ Inc 2 ½ Inc 1 ½ dan 2 ½ Inc

Persediaan air 45 menit 60 menit 90 menit


A. PERENCANAAN HYDRANT

KLASIFIKASI HUNIAN
Tingkat resiko bahaya kebakaran

Resiko Ringan Luas 1000-2000 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 1000M2

Resiko Sedang Luas 800-1600 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 800M2

Resiko Berat Luas 600-1200 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 600M2
B. Gambar Instalasi Hidrant
Setiap perencanaan instalasi hidrant harus ada
gambar diagram instalasi hidrant yang
menggambarkan tentang :
a.Sumber air dan kapasitas reservoir
b.Jenis dan sistem pompa
c.Jaringan pipa dan ukurannya
d.Jenis valve
e.Letak dan jumlah hidrant gedung.
f.Letak dan jumlah hidrant halaman
g.Letak dan jumlah seamese connection /
sambungan pemadam kebakaran
87
C.  Pemasangan
Pemasangan instalsi hidrant harus sesuai dengan
gambar rencana yang sebelumnya sudah disahkan
oleh Disnaker.
Pelaksanaan pemasangannya dilakukan oleh
instalatir yang telah mendapat penunjukan dari
Kemenakertrans RI.

D. Pemeriksaan dan pengujian


Pemeriksaan dilakukan :
a.Pada instalasi sistem hidrant yang baru / sebelum
dioperasikan
b.Pada instalasi hidrant yang sudah ada / sudah terpasang
c.Pada insalasi hidarnt yang direnovasi / perbaikan /
perluasan / penggantian pipa.

88
E. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian
a. Pemeriksaan yang harus dilakukan :
 Shaft dan pintunya.
 Hidrant box beserta isinya
 Sistem penggantung dan penyangga pipa
 Ukuran pipa tegak dan cabang
 Cara penyambungan pipa, ulir / las.

89
b. Harus dilakukan flusing untuk membersihkan
pipa, termasuk melalui seamese connection
c. Sambungan seamese connection harus
disesuaikan dengan milik Dinas Pemdam
Kebakaran setempat.
d. Diyakinkan bahwa kondisi pipa bersih dan
katub / valve dalam keadaan baik.
e. Semua kopling sambungan slang harus
diperiksa dan dicoba untuk meyakinkan
kesesuaian terutama dengan milik Dinas
Pemadam Kebakaran.

90
D. Sprinkler.
Instalasi Pemadam kebakaran yang dipasang
permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran akan bekerja secara otomatik.

Komponen Utama Sistem Sprinkler :


1.Persediaan air.
2.Pompa.
3.System connection.
4.Jaringan pipa .
5.Kepala Springkler
Data input :
Klasifikasi hunian : Ringan
Sedang I, II, III,
Berat

Variabel : Peruntukan bangunan


Jumlah dan sifat penghuni
Konstruksi bangunan
Flammability dan Quantity Material
(Fire loads)

Standard klasifikasi sistem : Ukuran kepala sprinkler


Kepadatan pancaran
PERSYARATAN PEMAKAIAN SPRINKLER
JENIS BANGUNAN KAPAN SPRINKLER DIPERLUKAN

Semua kelas bangunan, termasuk lap. parkir ter-buka Pada bangunan yg tinggi efektifnya > dari 14m atau
dalam bangunan campuran, tidak termasuk yang jumlah lantai melebih 4 lantai
merupakan bangunan terpisah
Bangunan pertokoan (Kelas 6) Dalam kompartemen kebakaran dengan salah
satu ketentuan berikut :
1. Luas lantai lebih dari 3500 m2
2. Volume ruangan lebih dari 21.000m3
Bangunan rumah sakit Lebih dari 2 lantai

Ruang pertemuan umum, ruang pertunjukan, teater Luas panggung dan belakang panggung lebih dari 200 m2

Konstruksi atrium Tiap bangunan ber-atrium

Bangunan berukuran besar yang terpisah 1. Bangunan kelas 5 s/d 9 dengan luas maks. 18.000
m2 dan volume 108.000 m3
2. Semua bangunan dng luas lantai > 18.000 m2 dan
volume 108.000 m3
Ruang parkir, selain ruang parkir terbuka Bila menampung lebih dari 40 kendaraan

Bangunan dengan resiko bahaya kebakaran amat 1. Luas lantai melebihi 2000 m2
tinggi 2. Volume lebih dari 12.000 m3
Klasifikasi Kepala Sprinkler
Standar ukuran kepala springkler sesuai klasifikasi hunian :

Ringan : 10 mm – 3/8 inch


Sedang : 15 mm – ½ inch
Berat : 20 mm – 17/32 inch

Standar kode warna dan suhu kerja kepala springkler :

Jingga : 53° C
Kuning : 79° C
Biru : 141° C
Hitam : 201° - 260° C
Merah : 68° C
Hijau : 93° C
Ungu : 182° C
53o C
141o C

68o C
182o C

79o C

201o C
260o C
93o C
Ukuran kepala sprinkler
Klas hunian :
• Ringan: 10 mm - 3/8 in
• Sedang : 15 mm - ½ in
• Berat : 20 mm - 17/32 in

Kapasitas aliran
Q Kapasitas,gpm
Tekanan
Psi 3/8 in 1/2 in 17/32 in

10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25,5 36
25 14,5 28,5 40
35 17 34 47
50 20 40 56,5
75 25 49,5 69
100 28,5 57 80
Syarat teknis perencanaan instalasi springkler
berpedoman pada perhitungan hydrolik kebutuhan
tekanan dan debit air ( kepadatan pancaran ) sesuai
klasifikasi bahaya pada bangunan atau objek yang
dilindungi

Tekanan kerja maksimum kepala springkler 10 kg/cm2


dan minimal 2.2 kg/m2
Kapasitas aliran pada kepala springkler seperti
pada tabel ….
Tekanan Kapasitas Aliran ( Q : gpm )
(Psi)

3/8 " 1/2 " 17/32 "

10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25.5 36
25 14.5 28.5 40
35 17 34 47
50 20 40 56.5
75 25 49.5 69
100 28.5 57 80
E. Sarana Evakuasi
Evakuasi
Usaha menyelamatkan diri sendiri dari tempat berbahaya menuju ke
tempat aman

Sarana Evakuasi
Sarana dalam bentuk konstruksi dan bagian bangunan yang dirancang
aman sementara ( minimal 1 jam ) untuk jalan menyelamatkan diri bila
terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni didalamnya tanpa dibantu
orang lain.
EMERGENCY EXIT
EXIT
EVAKUASI
USAHA MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI DARI TEMPAT
BERBAHAYA MENUJU TEMPAT YANG AMAN

TEMPAT AMAN SEMENTARA AMAN


BERBAHAYA MUTLAK
SARANA PADA BANGUNAN YANG
DIRANCANG
DENGAN KONSTRUKSI YANG AMAN
UNTUK DIGUNAKAN SEBAGAI
JALUR/JALAN
(Horizontal/vertical) UNTUK DILALUI
PADA SAAT
TERJADI KEADAAN BAHAYA
1 Aman sementara, terjamin kedap asap & panas;
2 Tidak dikunci, tidak terhalang oleh benda apapun;
3 Memiliki lampu darurat;
4 Bukaan pintu ke arah pelarian;
5 Mudah dijangkau (panjang jarak tempuh sekecil
mungkin)
6 Ada petunjuk arah yang dapat dilihat dalam keadaan
gelap.
KLASIFIKASI HUNIAN
FIRE HAZARD
• Hunian bahaya kebakaran ringan;
• Hunian bahaya kebakaran sedang;
• Hunian bahaya kebakaran berat;

PARAMETER
• Jenis hunian (Pabrik, Perkantoran, Hotel, Rumah sakit, Mall
dll.;
• Tinggi bangunan;
• Bahan konstruksi (primer-skunder)
• Sifat dan Jumlah penghuni;
FAKTOR PERENCANAAN
MEANS OF ESCAPE
KLASIFIKASI RESIKO WAKTU PANJANG
BAHAYA KEBAKARAN EVAKUASI JARAK TEMPUH
-RESIKO RINGAN 3 Menit X 36 m
-RESIKO SEDANG 2,5 Menit X 30 m
-RESIKO BERAT 2 Menit
X 24 m

BUNTU 18M

PJT : 12 M X WAKTU
FAKTOR PERENCANAAN MEANS OF ESCAPE

4. LEBAR UNIT EXIT


- RATE OF FLOW 40 orang/menit

- UNIT OF EXIT WIDTH 21”


FAKTOR PERENCANAAN MEANS OF ESCAPE

4. LEBAR UNIT EXIT


JUMLAH PENGHUNI
= ….. UNIT
40 X WAKTU

1 UNIT OF EXIT WIDTH = 21”


2 UNIT OF EXIT WIDTH = 21” + 21”
Ketentuan Hukum
• Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu keluar-masuk utama untuk

menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus membuka keluar dan tidak

boleh dikunci

• Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas pada waktu keadaan gelap

• Berapa unit exit yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak 350 orang dalam waktu

2 ½ menit.

o Jumlah orang dibagi 40 kali 2 ½ menit

o 350/40 x 2 ½ = 3 ½ unit exit

o Bila hasilnya pecahan harus dibulatkan ke atas, seperti pada contoh diatas harus dibulatkan

menjadi 4 unit exit

• Untuk menjamin keamanan minimal 1 jam maka konstruksinya harus dirancang tahan api dan

dilengkapi sarana pengendalian asap dengan tekanan udara positif ( pressurized fan )
F. Kompartementasi
Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran kebakaran ke
bagian lain. Metode dapat menerapkan jarak tertentu atau dengan dinding
pembatas dan mengatur posisi bukaan tidak saling berhadapan

Daerah untuk menyimpan atau mengolah bahan yang dapat meledak atau
terbakar harus terpisah dengan ruangan yang menggunakan alat yang dapat
menimbulkan sumber panas

Jarak aman harus diperhitungkan agar apabila terjadi kebakaran tidak mudah
merambat ke tempat lain

Bukaan antar bangunan agar tak saling berhadapan

Sistem kompartemenisasi juga dapat dengan cara dibatasi dengan tembok


yang tahan api
G. Sistem pengendalian asap dan panas

Asap dan panas pada waktu kejadian kebakaran adalah salah satu produk kebakaran
yang sangat membahayakan bagi manusia. Kecenderungan asap dan gas akan
menyebar keatas, karena itu terutama pada gedung bertingkat harus direncanakan
sedemikian rupa. Jalur atau bukaan vertikal merupakan cerobong asap, karena itu
harus ada sistem mekanik yang dapat mengendalikan asap dan gas.

Pada bangunan gedung dengan sistem AC sentral, apabila terjadi kebakaran akan
menyebarkan asap keseluruh ruangan. Karena itu harus ada sistem deteksi asap yang
dapat mengontrol mekanik pentup asap ( smoke damper ) dan atau mematikan AC
sentral.
H. Pressurized Fan

Pada ruangan atau pada bagian proses yang


terdapat emisi gas atau uap dapat terbakar,
perlu adanya sistem mekanik pressurized fan
untuk memecah konsentrasi uap berada
dibawah flammable range, sehingga terhindar
dari resiko penyalaan.
I. BAHAN PENIMBUNAN BAHAN CAIR ATAU
GAS MUDAH TERBAKAR
Setiap tanki penimbun diatas tanah harus
dilindungi dengan tanggul dengan
persyaratan
- 1 tanki volume tanggul 80 %
- 2 tanki volume tanggul 60% dan
- 3 tanki atau lebih volume tanggul 40%
EFEK AIR DALAM
MEMADAMKAN API KLAS B

BOIL OVER
Suatu proses yang terjadi secara spontan, biasanya terjadi pada
kebakaran
tanki yang terbuka berisi minyak bumi (crude oil). Air dan emulsi
yang berada didasar tanki, menerima gelombang panas selama
proses pembakaran berlangsung dipermukaan tanki. Panas yang
diterima akan merubah air menjadi uap air atau steam yang
pengembangannya +/- 1700 x.Uap ini akan terlontar ke udara
sambil membawa bahan bakar yang berada dipermukaan.
KASUS LEDAKAN TANGKI GAS

BLEVE
Boiling Liquid Expanding Vapor
Explotion
BLEVE
(Boiling Liquid Expanding
Vapor Explosion)

peledakan tangki gas cair


yang mendidih akibat paparan panas

PAPARAN TANKI BAHAN BAKAR


PANAS GAS CAIR
MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1. Konsep Penanggulangan Kebakaran

Berdasarkan pendekatan teknik dengan


mencermati fenomena kebakaran, adalah
mencakup semua aktifitas dari prakondisi
sampai dengan pasca kejadian.
FIRE PREVENTION
(Pengendalian kebakaran)

PRE FIRE POST FIRE


CONTROL IN CASE FIRE CONTROL CONTROL

FIRE SAFETY MANAGEMENT


Ref. Kepmennaker No 186/1999

PRE FIRE CONTROL

Identifikasi potensi bahaya kebakaran


Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
Identifikasi skenario kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran (Aktif/Pasif)
Perencanaan tanggap darurat (FEP)
Pembentukan organisasi
Organisasi, Personel, Pelatihan/Sertifikasi Psl. 2 (1) (2) & (3)
IN CASE
FIRE CONTROL

FIRE EMERGENCY PLAN

Deteksi
Alarm
Padamkan-Lokalisir
Evakuasi
Rescue & P3K
Amankan
POST
FIRE CONTROL

•INVESTIGASI

• ANALISIS

• REKOMENDASI

• REHABILITASI
 Setiap terjadi kebakaran baik besar maupun

kecil, termasuk hampir terbakar harus

dilakukan langkah :

-> INVESTIGASI -> ANALISIS -> REKOMENDASI

-> REHABILITASI
PENDEKATAN PENERAPAN
MANAJEMEN K3
• Pendekatan Hukum : Peraturan,wajib

• Pendekatan ekonomi : mencegah rugi

• Perndekatan kemanusiaan : kecelakaan


2. RUJUKAN
- UU No 1 Tahun 1970
- Peraturan Meneker No per 04/Men/1987
tentang P2K3
- Peraturan Menaker No Per05/Men/1996
tentang SMK3
- Kep Menaker No Kep 186/Men/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
ditempat kerja
3 Untuk menangani masalah K3 penanggulangan
kebakaran diperlukan adanya petugas, atau unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap usaha
pencegahan kebakaran, pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dan melakukan usaha
pemadaman, pertolongan koran dan penyelamatan
harta berada apabila terjadi kebakaran
4.Tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
tinggi mutlak diperlukan adanya unit khusus yang
mengelola masalah kebakaran secara manajerial
( Fire Safety Management )
SISTEM TANGGAP DARURAT

System tanggap darurat penanggulangan


Kebakaran tertuang dalam buku panduan
Yang berisi siapa berbuat apa.

Penyusunan FEP (Fire Emergency Procedure)


harus dikerjakan oleh tim yang melibatkan
semua unsur.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN

Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan


sesuai dengan Instruksi KepMenaker No Inst
11/M/BW/1997
EMERGENCY RESPONSE PLANNING

RENCANA PENANGGULANGAN

KEADAAN DARURAT
SCOPE EMERGENCY RESPONSE PLANNING

Untuk memberikan instruksi kepada karyawan tertentu dalam


tugas yang diperlukan untuk penanggulangan suatu emergency
dengan berpedoman pada Emergency Response Planning.
( SIAPA BERBUAT APA)

 Tujuan Emergency Response Planning.


 Untuk mengidentifikasikan Emergency Scenario
 Untuk mengindentifikasikan tugas dan perlengkapan yang diperlukan untuk
penanggulangan.
 Untuk menentukan suatu organisasi penanggulangan yang lengkap dan baik.
 Memberikan pedoman dalam melakukan latihan, training dan lain-lain.
Kenapa dilakukan perencanaan penanggulangan
Emergency ?

 Emergency akan terjadi.


 Bila terjadi, diusahakan agar kerugian sekecil mungkin
(manusia, peralatan dan produksi )
 Perencanaan Tugas dan Tanggung Jawab dan Training.
 Mencegah jangan sampai menjadi disaster atau bencana.
OBJECTIVE EMERGENCY RESPONSE PLANNING

 I. Aspek Kemanusiaan.

 Melindungi pegawai dan penduduk sekitarnya


 Menolong penyelamatan dan pengobatan pada yang terluka
 Membantu pihak lain bila diperlukan

 II. Aspek Pencegahan Kerugian

 Memperkecil kerugian pada barang perusahaan, Produksi serta


Lingkungan
 Mengindentifikasikan bahaya-bahaya yang berpotensi menjadi
disaster dan sebisa mungkin pengontrolannya
 Mempersiapkan sarana, prosedure dan pengontrolan bahaya dan
sebagainya
OBJECTIVE EMERGENCY RESPONSE PLANNING

• III. Aspek-aspek Komersial


– Memperkecil akibat dari suatu kejadian pada manusia maupun fasilitas
Perusahaan.
– Pertimbangan terhenti / berkurangnya produksi

• IV. L e g a l
– Memperkecil kerugian, kerusakan harta benda perorangan yang mungkin
mengakibatkan klaim pada perusahaan
– Untuk memenuhi Target tentang produksi atau bisnis di Indonesia
EMERGENCY

 Adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan di


dalam Daerah atau Unit itu sendiri yang
disebabkan oleh sesuatu dari dalam atau luar,
dimana sumber daya manusia dan sarana dari
Unit tersebut mampu untuk menanggulangi
akibat dari kondisi yang tidak normal itu dengan
prosedure yang ada.
DI SASTER

 Adalah suatu kejadian besar atau bencana


yang bisa datang dari dalam atau luar Unit
tersebut yang mengancam nyawa, harta,
benda dimana sumber daya manusia dan
sarana yang ada tidak cukup atau mampu
untuk menanggulanginya
MACAM-MACAM EMERGENCY
 1. Kebakaran
 2. Peledakan (Bleve)
 3. Kebocoran
 Bahan yang beracun / berbahaya
 Bahan yang mudah terbakar
 4. Pencemaran
 5. Banjir, Gempa
 6. dan lain-lain
GOAL EMERGENCY RESPONSE PLANNING
 Mengindentifikasikan tindakan yang diperlukan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya suatu emergency

 Memastikan adanya suatu organisasi yang lengkap dengan


semua sarana untuk menanggulanginya

 Mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang perlu untuk


memperkecil akibatnya

 Sebagai masukan pada pembuat keputusan


EMERGENCY RESPONSE PROSEDURE

• Adalah suatu koodinasi tugas dan tanggung jawab untuk


masing-masing Bagian di dalam menanggulangi Keadaan
Darurat yang mungkin terjadi di daerah tersebut

• Meliputi :
– Indentifikasi scenario yang berpotensi Emergency
– Mengenali bahaya dan akibatnya
– Tugas dan tanggung jawab dalam Organisasi
– Training personel atau petugas
– Sarana yang ada
– dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai