Anda di halaman 1dari 23

Batu buli

Pengampu:
dr. Zulfikar Ali, Sp.U
dr. Kindy Aulia

Elvi Suci Rahmadani


031032100022
KASUS
ID: Tn. S 55th
KU : Tidak bisa BAK sejak 1 bulan SMRS
RPS: Tn. S 55th datang ke poliklinik urologi dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan mendadak, nyeri ketika BAK, tidak ada keluar darah pada urin. 3 minggu yang lalu pasien
sempat memeriksaan keluhanya ke RS. Mitra keluarga dan telah melakukan pemeriksaan lab dan USG
Abdomen dengan diagnosis Vesikolithiasis, Nefrolithiasis, Sistitis. 2 minggu yang lalu pasien sempat di
rawat dengan keluhan yang sama namun dipaksa pulang stelah tranfusi darah dan perbaikan KU, 3 hari
yang lalu pasien datang dengan keluhan yang sama lalu dirujuk untuk rawat inap dan rencana tindakan
operasi
RPD: Anemia anaplastik, DM (+), riwayat urolithiasis 10 th yang lalu
Pemeriksaan fisik
 Kesadaran : composmentis
 Kesan sakit : tampak sakit ringan
 Tanda vital:
- TD : 125/80
- Nadi : 84X/menit
- RR : 16X/menit
- Suhu : 36c
 Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
 Pemeriksaan status urologis : tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang

Kesan : Cardiomegali Kesan :


- Nefrolithiasis multiple ginjal ka/ki 0.98cm
- Hidronefrosis moderate kiri
- Vesikolithiasis 1,91cm
- Sistitis
- Splenomegali dengan pendesakan struktur ginjal kiri
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa : Batu buli multipel
Tatalaksana :
o IvFD NaCL 0,9% 500ml/ 12 jam
o Ceftriaxone 1g /IV
o Paracetamol 3x1g/IV
o Transfusi PRC
o Sistoskopi + litotripsi batu buli
ANATOMI SALURAN KEMIH

Batas maksimal Buli-buli


dewasa 300-450 ml, anak-anak
= {umur (tahun) +2} x 30ml

Saat kosong, buli terletak


dibelakang simfisis pubis dan
saat penuh diatas simpisis
sehingga dapat dipalpasi dan
diperkusi
DEFINISI

Batu buli buli atau vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya
pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu
kandung kemih, terbentuknya batu disebabkan oleh pengendapan substansi yang
terdapat dalam air kemih.  

( Smeltzer and Bare, 2005)


EPIDEMIOLOGI
● Batu buli meliputi 5% dari semua kasus batu saluran kemih.
● Kasus batu buli pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan terutama diderita
oleh pria
● sedangkan pada anak-anak insidensinya sekitar 2-3%.
● Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika, neurogenic
bladder, infeksi saluran kemih, adanya benda asing, divertikel kandung kemih.
● Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa daerah
yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemik yang
disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.
ETIOLOGI
Obat

Batu akibat infeksi


- Karbonat
- Magnesium amonium fosfat
- Amonium urat
Kelainan genetic Batu akibat tanpa infeksi
- hypersistinuria - Kalsium oksalat
- Xantin - Kalsium fosfat
- Asam urat

Syaifuddin, 1996
Klasifikasi batu buli

Batu buli primer terjadi pada Batu buli sekunder terjadi


Batu buli migrasi adalah batu
akibat kelainan pada traktus
keadaan tidak ditemukannya yang berasal dari saluran kemih
urinarius, seperti pada obstruksi
bagian atas yang lewat dan turn
patologi pada saluran urinarius. saluran kencing akibat prostat,
hingga ke buli-buli, kemudian
neurogenic bladder, infeksi
Umumnya sering terjadi pada batu ini menjadi inti dari
saluran kemih kronis,
pertumbuhan batu buli. Pasien
anak- anak pada daerah yang sulit pemasangan kateter urin, dan
dengan batu buli migrasi
divertikula buli-buli. Bladder
air bersih, diare yang berulang, umumnya memiliki riwayat batu
Outlet Obstruction (BOO)
pada saluran kemih bagian atas
atau kekurangan diet protein merupakan penyebab tersering
dan faktor risikonya.
batu buli.
hewani.
FAKTOR RISIKO

1.Batu saluran kemih yang terjadi pada usia muda

2.Memiliki keluarga dengan riwayat batu

3. Batu asam urat atau batu yang mengandung urat

4.Batu infeksi

5.Hiperparatiroid: berhubungan dengan peningkatan penyerapan kalsium

6.Sindrom metabolik

7.Polycystic kidney disease

8.Buli-buli neurogenik

9. Kelainan anatomi yang menyebabkan stasis urin

10. Faktor lingkungan seperti daerah beriklim tropis dan terpapar air tinggi kalsium
PATOFISIOLOGI
Gejala klinis
Gejala yang paling umum terjadi merupakan dominan gejala iritatif, Seperti;
● Frekuensi
● Disuria
● nyeri suprapubik yang memberat pada akhir kencing
● kencing yang tiba-tiba berhenti dan lancar kembali setelah perubahan posisi tubuh.
● Sering juga dirasakan nyeri (referred pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang,
hingga kaki
● Pada anak sering ditemukan mengeluh adanya enuresis nokturna, pada anak laki-laki sering
menarik-narik penisnya, atau menggosok-gosok vulva pada anak perempuan.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

• Nyeri pinggang (nyeri kolik ataupun bukan • Febris, anemia, syok


kolik)
• CVA : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran
• Distal ureter : nyeri saat kencing, sering ginjal 
kencing 
• Suprasimfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-
• Hematuria buli penuh 

• Mual muntah • Genitalia eksterna : teraba batu di uretra 

• Urosepsis : Demam, hipotensi, dan vasodilatasi • Colok dubur : teraba batu pada buli-buli
kutaneus  (palpasi bimanual)
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Foto polos abdomen : batu radio-opak atau radio lusen di saluran kemih 

• Pielografi Intra Vena (IVP/IVU) : anatomi dan fungsi ginjal. batu semi-opak
ataupun batu non opak 

• USG : jika pasien tidak bisa melakukan IVP


Karakteristik pencitraan X-ray
Komposisi batu dan hasil pemeriksaan laboratorium
N komposisi Laboratorium
o
1. Batu kalsium oksalat pH urin normal atau rendah, kalsium urin tinggi, as. Sitrat urin rendah, as. Urat dan
as. oksalat tinggi, magnesium urin rendah
2. Batu as. Urat pH urin < 6, as. Urat rin tinggi, serum as. Urat tinggi

3. Batu kalsium fosfat Kalsium dan fosfat urin tinggi, pH urin perhari 5.8, RTA, infeksi, Kalsium serum tinggi

4. Batu struvit pH urin > 7, ammonium urin tinggi, as. Sitrat urin rendah

5. Batu cysteine Cystine urin tinggi

6. Batu xanthine As. Urat serum rendah

7. Batu ammonium urat pH urin 6-7,7 (infeksi), urat ammonium tinggi, fosfat urin rendah

Hesse A, Goran T, Hans J, Andre. Urinary Stone Diagnosis Treatment and Prevention of Recurrence. Medicine Today. 2002
Tatalaksana
Konservatif: 
Batu migrasi asimptomatik yang ada di buli umumnya kecil dan dapat diterapi secara
konservatif. Sebagian besar batu di buli dengan ukuran < 1 cm umumnya dapat keluar
spontan, apabila tidak ada Bladder Outlet Obstruction (BOO). Batu primer atau sekunder
umumnya simptomatik dan jarang dapat keluar secara spontan, sehingga perlu tindakan aktif
untuk mengeluarkan batu.
TATALAKSANA

Vesikolitotomi
Batu diambil melalui operasi terbuka. Biasanya masih dilakukan pada batu yang ukurannya besar yang sulit
untuk dilakukan melalui endoskopi. Namun, pasien yang dilakukan vesikolitotomi perl waktu pemulihan di
rumah sakit lebih lama, dan penyembuhan luka yang lebih lama.
Transurethral cystolithotripsy
Menggunakan endoskopi langsung menghancurkan batu di dalam buli-buli. Waktu penyembuhan yang cukup
pendek. Memiliki angka bebas batu yang tinggi.
Percutaneous cystolithotripsy
Dinding abdomen ditembus menggunakan jarum, dan diperlebar dengan trocar, kemudian peralatan endoskopi dimasukkan, batu
dipecahkan dan diambil keluar. Dapat dipertimbangkan bila akses melalui uretra sulit, misalnya akibat stenosis uretra.
ESWL
Menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan batu. Merupakan tindakan paling tidak invasif, namun memiliki stone free
rate yang lebih rendah dibandingkan tindakan endoskopi.
Laparoskopik
Jika memungkinkan operasi terbuka dapat digantikan dengan menggunakan alat laparoskopi agar dapat mengeluarkan batu
dengan minimally invasive.
Referensi
1. Noegroho B, Daryanto B, Soebhali B, et al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. Ikatan Ahli
Urologi Indonesia. Jakarta. 2018
2. Nahdi T. Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra dengan Infeksi Saluran Kemih Atas. Medula. 2013;1(4)
3. Simanullang P. Karateristik Pasien Batu Saluran Kemih di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Medan tahun
2015 s/d 2017. Jurnal Darma Agung. 2019;27:807-13
4. Saputra R, Alvarino, Bachtiar H. Hubungan batu Saluran Kemih bagian Atas dengan Karsinoma Sel Ginjal dan
Karsinoma Sel Transisional Pelvis Renalis. Jurnal Kesehatan Andalas. 2019;8
5. Zamzami Z. Penatalaksanaan Terkini Batu Saluran Kencing di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Indonesia. Jurnal
Kesehatan Melayu. 2018l1(2)
6. Türk C, Neisius A, Petrik A, Seitz C, Skolarikos A, Tepeler A, et al. European Association of Urology Guidelines on
Urolithiasis. 2018.
7. Chung MJ. Urolithiasis and nephrolithiasis. JAAPA; official journal of the American Academy of Physician
Assistants. 2017. [PubMed PMID: 28858017]
8. Thakore P. Urolithiasis. Statpearls. 2020 Nov;
https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/74865#ref_19911682
9. Basiri A, et al. Comparison of safety and efficacy of laparoscopic pyelolithotomy versus per cutaneous
nephrolithotomy in patients with renal pelvic stones: a randomized clinical trial. Urol J. 2014;11:1932.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai