Anda di halaman 1dari 20

KASUS WANPRESTASI

DALAM PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG DAN
JASA
Studi Putusan
403/PDT/2016/PT.B
DG
HUKUM
PERIKATAN
FEIRUZ RACHMITA A.
8111420408
PIERO RIDWAN S.
KELOMPO 8111420409
KKERTANEGA
4 MUHAMMAD TIO Y.
8111420410
RA BARA SETIADI P.
8111420411
LAELI WAHYUNINGRUM
8111420413
Kasus Posisi
Dalam pengadaan barang atau jasa terjadilah suatu perikatan yaitu perjanjian kontrak
antara pihak vendor penyedia barang/jasa yaitu PT. Lewih Mentari dan pihak dari Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK). Dalam perjanjian kontrak tersebut pihak PPK menyewa jasa
kepada PT. Lewih Mentari yaitu pelayanan air bersih melalui Pemboran Air Tanah
sebanyak 11 titik di daerah Nusa Tenggara Timur. Jangka waktu dari pemboran air tanah
tersebut adalah 180 hari. Dimulai dari tanggal 9 April 2013 hingga 17 Juli 2013. Namun
menjelang tanggal 17 Juli PT. lewih Mentari belum mampu menyelesaikan prestasinya
sehingga PT. lewih Mentari meminta permohonan ke pihak PPK untuk memperpanjang
menjadi 50 hari kerja supaya PT lewih Mentari dapat menyelasikan prestasinya. kemudian
pihak dari PPK menyetujuinya. Setelah 50 hari kedepan Sumur bor yang di kerjakan PT
Lewih Mentari hanya 70 % hingga 80% belum mencapai 100 %. Karena penyelesaian
proyek yang melewati tenggat waktu (deadline) yang telah ditentukan. Dalam kasus ini
Putusan Nomor. 403/PDT/2016/PT.BDG PT. lewih Mentari terbukti melakukan
wanprestasi dan pihak PPK memutus kontrak secara sepihak pada tanggal 27 November
2013.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada putusan
403/PDT/2016/PT.BDG?
2. Bagaimana tanggung jawab hukum atas perkara
wanprestasi dalam pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa pada putusan No. 403/PDT/2016/PT.BDG?
3. Bagaimana penyelesaian hukum perkara wanprestasi
dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada
putusan 403/PDT/2016/PT.BDG?

2
itle. P5
Book T
Tinjauan Pustaka
1. Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa diartikan sebagai Dasar hukum kegiatan pengadaan barang
sebuah kegiatan yang dilaksanakan dalam dan jasa bersumber dari Peraturan Presiden
rangka pemenuhan kebutuhan dari suatu Nomor 12 tahun 2021 tentang penyediaan
perusahaan atau intansi pemerintahan akan barang dan jasa yang mengubah Peraturan
suatu barang dan jasa untuk meningkatkan Presiden Nomor 16 tahun 2018 dan
efisiensi dan efektifitas dalam pekerjaan peraturan-peraturan lain sebelumnya.
mereka (Yahya,dkk: 2012 : 3). Pendapat lain Berdasar kepada peraturan tersebut, ada
mengartikan pengadaan barang dan jasa perubahan pada pihak-pihak yang terdapat
sebagai upaya yang dilakukan oleh pihak dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa
pengguna untuk mendapatkan barang dan seperti yang tercantum pada pasal 8.
jasa yang diinginkannya dengan cara dan
sistem tertentu untuk mencapai kesepakatan
terhadap pihak penyedia.
Tinjauan Pustaka
2. Wanprestasi

DalamBW, pada buku ketiga bab kedua Agar sebuah pihak bisa dinyatakan
menyatakan bahwa perikatan bisa tercipta wanprestasi, harus memenuhi unsur-unsur
dari adanya kontrak dan perjanjian. Pada berikut:
Pasal 1313 KUHPerdata perjanjian a). Perjanjian yang sah sesuai pasal 1320
didefinisikan sebagai suatu perbuatan KUH Perdata;
dimana satu orang atau lebih mengikatkan b). Adanya pihak yang dirugikan;
dirinya terhadap satu orang atau lebih. c). Adanya sanksi. Sanksi disini bisa berupa
Wanprestasi menurut Yahya Harahap (1986: ganti rugi, pembatalan perjanjian, dll.
60) adalah perjanjian yang tidak Sesuai kepada kesepakatan pihak-pihak
dilaksanakan tepat pada waktunya, tidak yang bersangkutan.
selayaknya dan bahkan tidak dilaksanakan
sama sekali.
01
Bagaimana hak dan kewajiban
para pihak dalam pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa pada
putusan 403/PDT/2016/PT.BDG?
Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
403/PDT/2016/PT.BDG

Dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa “Kontrak Eksplorasi dan


Pelayanan Air Bersih melalui Pemboran Air Tanah pada putusan No.
403/PDT/2016/ PT.BDG” terdapat dua subjek perikatan yang mempunyai
hak dan kewajiban masing-masing dan memiliki kesetaraan kedudukan,
yaitu Pengguna barang atau jasa yang kemudian disebut dengan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), yaitu pemerintah/instansi yang membutuhkan
barang/jasa sebagai kreditur, Penyedia barang atau jasa yaitu Badan Usaha
atau Orang perorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Konsultansi/atau Jasa Lainnya, atau juga Penyedia melalui
swakelola (PT. Lewih Mentari) sebagai debitur.
Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
403/PDT/2016/PT.BDG
Hak dan kewajiban di dalam kasus pengadaan barang dan jasa “Kontrak Eksplorasi dan
Pelayanan Air Bersih melalui Pemboran Air Tanah pada putusan No. 403/PDT/2016/ PT.BDG”
yaitu:

a). Hak dan kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
mempunyai hak untuk menerima barang atau jasa sesuai dengan kontrak dalam pengadaan barang
dan jasa. Kemudian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mempunyai kewajiban untuk menetapkan
rencana pelaksanaan pengadaan barang atau jasa, menerbitkan surat penunjukan penyedia barang
atau jasa dan menyusun, menandatangani, melaksanakan serta mengendalikan kontrak.

b). Hak dan kewajiban penyedia barang atau jasa yakni PT Lewih Mentari. Penyedia barang atau
jasa mempunyai hak untuk mendapat gaji (sesuai kontrak yang telah disepakati) dari prestasi
yang telah dikerjakan. Kemudian mempunyai kewajiban untuk melakukan pekerjaan yang telah
direncanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Apabila kedua subjek hukum tidak
melaksanakan kewajiban masing-masing maka dia telah melakukan wanprestasi.
02
Tanggung Jawab Hukum atas Perkara
Wanprestasi dalam Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pada
Putusan No. 403/PDT/2016/PT.BDG
Tanggung Jawab Hukum atas Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
No. 403/PDT/2016/PT.BDG

Berdasarkan hukum perikatan, tanggung jawab antara lain tanggung jawab hukum
karena perjanjian/hubungan kontraktual seperti yang tercantum dalam pasal 1338 BW.
Dalam perkara wanprestasi, yang dilakukan oleh debitur menimbulkan suatu akibat
hukum/tanggung jawab hukum/sanksi hukum yang harus diterimanya, yakni debitur
diwajibkan membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau yang dinamakan
membayar ganti rugi; pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian; peralihan
risiko; debitur wajib membayar biaya perkara, apabila sampai diperkarakan di muka
pengadilan, dan debitur terbukti melakukan wanprestasi.
Tanggung Jawab Hukum atas Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
No. 403/PDT/2016/PT.BDG

Pada putusan No. 403/PDT/2016/PT.BDG, dari PT Lewih Mentari dinyatakan


wanprestasi karena tidak mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan sesuai jadwal
pelaksanaan kontrak. Dengan demikian, menurut analisa kami wanprestasi yang
dilakukan oleh PT Lewih Mentari dianggap telah melakukan apa yang tekah
dijanjikan dalam perjanjian, tetapi terlambat. Oleh karena itu, tanggung jawab atau
akibat hukum yang harus dilakukan oleh PT Lewih Mentari antara lain:

1). Pihak penyedia jasa, dalam hal ini PT Lewih Mentari dapat bertanggung jawab
atas pembatalan kontrak dengan disertai pembayaran ganti rugi berupa biaya, rugi,
dan bunga, apabila telah dibuktikan adanya wanprestasi di muka pengadilan;
Tanggung Jawab Hukum atas Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
No. 403/PDT/2016/PT.BDG
2). Dalam pasal 1338 BW dijelaskan bahwa perjanjian yang memenuhi syarat sah
menurut undang-undang, maka berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya. Jadi, perjanjian tidak dapat dibatalkan secara sepihak, sebab jika
dibatalkan secara sepihak, maka perjanjian itu tidak mengikat para pihaknya. Namun,
pada pemutusan perjanjian dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa yang
bilamana pihak pengguna jasa selaku kreditur yang memutuskan kontrak maka dasar
yang dijadikan untuk dapat memutuskan kontrak adalah pada pihak penyedia jasa
mengalami kegagalan dalam mengerjakan tugasnya. Kemudian, jika dihubungkan
dalam perkara wanprestasi yang sesuai dengan putusan No. 403/PDT/2016/PT.BDG,
pihak kreditur yang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dapat melakukan pembatalan
kontrak dengan sebabnya pihak debitur yakni PT Lewih Mentari mengalami
kegagalan atas tidak menyelesaikannya pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
kontrak. Dengan demikian, tanggung jawab yang dibebankan hanya pembatalan
kontrak saja;
Tanggung Jawab Hukum atas Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
No. 403/PDT/2016/PT.BDG
3). PT Lewih Mentari dapat bertanggung jawab dengan PPK meminta pemenuhan
prestasi saja sesuai dengan kontrak yang dibuat;

4). PT Lewih Mentari dapat dimintai tanggung jawab atas pemenuhan prestasi sesuai
dengan kontrak yang dibuat disertai dengan tuntutan ganti rugi oleh PPK, hal ini telah
diatur dalam Pasal 1267 BW;

5). PT Lewih Mentari dapat dimintai tanggung jawab atas kerugian saja oleh pihak
PPK.
03
Penyelesaian Hukum Perkara
Wanprestasi dalam Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pada
Putusan 403/PDT/2016/PT.BDG
Penyelesaian Hukum Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
403/PDT/2016/PT.BDG
Karena wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus
ditetapkan lebih dahulu apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan
kalau hal itu disangkal olehnya, maka harus dibuktikan di muka hakim. Pengajuan ke
pengadilan tentang wanprestasi dimulai dengan adanya somasi yang dilakukan oleh
seorang jurusita dari pengadilan, yang membuat proses verbal tentang pekerjaannya
itu, atau juga cukup dengan surat tercatat atau surat kawat, asal saja jangan sampai
dengan mudah dimungkiri oleh si berutang (Subekti 2005:147). Pengadaan barang
dan jasa sebagai salah satu perjanjian yang sangat mempengaruhi infrastruktur sebuah
negara memiliki aturan main utama terbaru yang ada pada Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 yang telah menggantikan posisi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 yang cukup lama berperan menjadi aturan main perjanjian tersebut. Tetapi pada
dasarnya, perjanjian pengadaan barang dan jasa dalam pembuatannya tetap mengikuti
apa yang telah ada dalam Burgerlijk Wetboek.
Penyelesaian Hukum Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
403/PDT/2016/PT.BDG
Perjanjian pengadaan barang dan jasa, keabsahan menjadi hal yang penting dalam
pembuatan perjanjian tersebut. Keabsahan dalam hal ini tetap mengikuti apa yang ada
pada Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek. Pasal 1238 menegaskan bahwa Debitur
dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan
kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus
dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Berdasarkan Pasal 1238 KUH
Perdata debitur dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan
dalam perikatan. Jika debitur lalai dalam melaksanakan kewajibannya, maka cara
untuk memperingatkan. debitur supaya memenuhi prestasinya yaitu, debitur perlu
diberi peringatan tertulis yang isinya menyatakan bahwa debitur wajib memenuhi
prestasi.
Penyelesaian Hukum Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
403/PDT/2016/PT.BDG
Berdasarkan hasil pekerjaan yang dilakukan Penggugat, setelah melampaui jangka
waktu perpanjangan yang telah diberikan pun, ternyata Penggugat masih tidak mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan sebagaimana yang telah diperjanjikan. Oleh
karenanya sebagai konsekuensi terhadap kondisi-kondisi tersebut kemudian dilakukan
pemutusan kontrak paket SB-7. Pemutusan kontrak paket tersebut disampaikan
melalui surat Nomor: 187/91/BGE.P2K/2013 tanggal 27 November 2013, dengan
ketentuan:

1). PT. Lewih Mentari dinyatakan Wanprestasi karena tidak mampu menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan dalam kontrak;

2). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Surat Perjanjian No.


79/91/BGE/P2K/SPK/SB.7/2013 tanggal 9 April 2013 dinyatakan Putus Kontrak
secara sepihak;
Penyelesaian Hukum Perkara Wanprestasi dalam
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Putusan
403/PDT/2016/PT.BDG
3). Sebagai tindak lanjut dari point a dan b, maka:

(a). PT. Lewih Mentari menghentikan seluruh pekerjaan yang tidak selesai dan
membuat laporan untuk pekerjaan yang sudah selesai dan akan ditagihkan;

(b). Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke kas negara;

(c). Uang muka dilunasi dengan cara dikurangi dari pembayaran pekerjaan yang sudah
selesai dan membayar denda keterlambatannya; dan

(d). PT. Lewih Mentari dimasukan dalam Daftar Hitam.


Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai