Anda di halaman 1dari 25

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

PERTEMUAN KE-11

ANGGARA
N LABA
RUGI
LANJUTAN
• Menghitung Nilai Persediaan Akhir Barang

PERTEMUA Jadi
• Metode Penyusunan Anggaran Laba
• Menyusun Anggaran Laba Rugi

N 11
Cakupan Pembahasan Materi :
Menghitung nilai persediaan
akhir barang jadi
Salah satu informasi yang disajikan dalam anggaran produksi adalah kuantitas
persediaan barang jadi yang akan dipegang oleh persediaan di akhir periode atau
yang biasa kita kenal sebagai persediaan akhir barang jadi.
Perhitungan biaya persediaan akhir barang jadi memerlukan informasi tentang
asumsi arus biaya persediaan (cost flow assumption) yang digunakan oleh
perusahaan.
Dua asumsi arus biaya persediaan yang dibahas disini adalah:
1. FIFO (first in, first out),
2. Average
METODE FIFO DAN
AVERAGE
FIFO AVERAGE
Metode FIFO mengasumsikan bahwa biaya persediaan barang jadi Metode Average mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir
yang diproduksi pertama kali dalam satu periode akan menjadi barang jadi adalah biaya rata-rata yang diperoleh dari biaya
beban pokok penjualan untuk barang jadi yang dijual pertama produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan biaya
dalam periode yang sama. Jika perusahaan menggunakan metode persediaan barang jadi awal yang sudah tersedia di awal periode.
FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadinya berasal dari
persediaan barang jadi yang terakhir dibuat dalam suatu periode.
PERBEDAAN CARA MENGHITUNG PERSEDIAAN AKHIR
METODE FIFO DAN AVERAGE

Total biaya persediaan barang jadi pada 1 Juli 2019 adalah Rp 40.000.000 atau Rp 200.000 per unit.
Biaya produksi per unit untuk setiap barang jadi yang diproduksi di bulan Juli 2019 adalah Rp 220.000.
Berdasarkan anggaran produksi dan informasi tentang biaya persediaan per unit PT ABC, Hitunglah
biaya persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode arus biaya:
1. FIFO
2. average.
1. FIFO
Metode FIFO mengasumsikan bahwa biaya persediaan barang jadi yang diproduksi pertama kali dalam satu
periode akan menjadi beban pokok penjualan untuk barang jadi yang dijual pertama dalam periode yang
sama. Jika perusahaan menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadi yang berasal
dari persediaan barang jadi yang terakhir dibuat dalam suatu periode.
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN AKHIR FIFO?

2. AVERAGE
Metode Average mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir barang jadi adalah biaya rata-rata yang
diperoleh dari biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan biaya persediaan barang jadi awal yang
sudah tersedia di awal periode.

TOTAL BIAYA PERSEDIAAN AKHIR AVERAGE


METODE
PEYUSUNAN
ANGGARAN
LABA
METODE A
POSTERIORI
Metode a posteriori adalah metode penyusunan anggaran
laba dimana jumlah laba ditetapkan sesudah proses
perencanaan secara keseluruhan, termasuk penyusunan
anggaran operasional.
Berikut peraga Prosedur penyusunan anggaran laba metode a
posteriori :
CONTOH METODE A POSTERIORI
PT Rakindo adalah sebuah perusahaan produsen rak buku yang beralokasi di Malang-Jawa Timur. Pada akhir tahun
2019,perusahaan ini menyusun anggaran operasional untuk tahun 2020. Dari anggaran operasional yang telah
disusun,dapat diringkas beberapa hal penting sebagai berikut :
• Perusahaan merencanakan menjual sebanyak 5.300 unit rak dengan harga jual sebesar Rp 300.000 per unit,
sehingga nilai penjualan dianggarkan sebesar Rp 1.590.000.000
• Biaya bahan baku dianggarkan sebesar Rp 776.500.000
• Biaya tenaga kerja langsung dianggarkan sebesar Rp 152.000.000
• Biaya overhead dianggarkan sebesar Rp 148.000.000.
• Sedangkan untuk biaya operasional dianggarkan sebesar Rp 198.000.000 untuk biaya pemasaran
Rp 90.500.000 untuk biaya administrasi dan umum.
• Pada akhir 2020 diperkirakan nilai persediaan yang ada sebesar Rp 125.000.000 dan pada awal tahun 2020 nilai
persediaan diperkirakan sebesar Rp 73.500.000.
BUATLAH ANGGARAN LABA TAHUN 2020!!!!
JAWABAN METODE A POSTERIORI
ANGGARAN LABA TAHUN 2020

Dari penyusunan anggaran laba, terlihat bahwa biaya produksi yang dianggarkan untuk
tahun 2020 adalah sebesar Rp 1.076.500.000 yang merupakan gabungan dari biaya
bahan baku,biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang dianggarkan. Biaya
produksi tersebut ditambah dengan taksiran nilai persediaan barang jadi awal tahun dan
dikurangi dengan taksiran nilai persediaan pada akhir tahun menghasilkan HPP sebesar
Rp 1.025.000.000.
METODE A
PRIORI
Metode a priori adalah metode penyusunan anggaran
laba dimana jumlah laba ditentukan pada tahap awal
proses perencanaan secara keseluruhan.

Jadi, laba ditetapkan pada tahap awal proses


perencanaan, dan berdasarkan laba yang dianggarkan
tersebut, perusahaan membuat anggaran operasional.
CONTOH METODE A PRIORI
Jika perusahaan menganggarkan laba sebesar Rp 400.000.000 untuk tahun 2020, maka anggaran yang telah
disusun dengan menggunakan metode a posteriori tsb tidak dapat mencapai laba yang telah ditargetkan.
JAWABAN METODE A PRIORI
• Untuk memperoleh nilai penjualan baru dengan target laba sebesar Rp 400.000.000 maka nilai penjualan tsb adalah sebesar penjumlahan
dari HPP, biaya operasional dan laba usaha. Itu berarti, nilai penjualan yang dianggarkan adalah sebesar:
• Nilai penjualan = 1.025.000.000 + 268.500.000 + 400.000.000 = Rp 1.693.500.000
• Dengan nilai penjualan yang dianggarkan sebesar Rp 1.693.500.000 dan jumlah produk yang dijual sebesar 5.300 unit, maka harga jual
produk yang baru adalah sebesar Rp 319.528,3.
Harga jual yang baru tersebut dibulatkan menjadi 320.000 per unit.
• Dan perusahaan menganggap kenaikan harga jual sebesar Rp 20.000 Per unit dari harga jual sebelumnya, tidak akan berpengaruh negatif
terhadap permintaan konsumen akan produk tersebut.
• Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka nilai penjualan yang baru adalah sebesar :
Nilai penjualan = Rp 320.000 x 5.300 unit = Rp 1.696.000.000
JAWABAN METODE A PRIORI
Berdasarkan harga jual dan nilai penjualan yang baru, maka anggaran laba yang baru dapat disusun sebagai berikut :

ANGGARAN LABA TAHUN 2020

Dengan harga pokok penjualan sebesar


Rp 1.025.000.000 akan menghasilkan laba kotor yang
dianggarkan sebesar Rp 671.000.000. karena biaya operasional
dianggarkan sebesar Rp 268.500.000 maka akan menghasilkan
laba usaha sebesar Rp 402.500.000. ini berarti target laba yang
ditetapkan sebesar Rp
400.000.000 dapat dicapai.
METODE A PRIORI
Alternatif Lain
Jika perusahaan menyusun anggaran laba dengan metode a priori, dimana laba telah
ditentukan terlebih dulu dan anggaran operasional belum disusun. Maka metode untuk
menentukan volume penjualan dan nilaai penjualan, di mana jumlah laba yaang diinginkan
ditentukan terlebih dulu, adalah dengan serangkaian langkah berikut:
CONTOH KE-2 METODE A PRIORI
PT. Mejaku adalah sebuah perusahaan produsen meja kerja yang berlokasi di Semarang. Untuk periode tahun
2010, perusahaan memasang target laba sebesar Rp 1.000.000.000. kapasitas produksi perusahaan ini dalam satu
tahun sebesar 1.200 unit meja.
Untuk menghasilkan produk dengan volume tersebut, biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari:
• Biaya overhead tetap sebesar Rp 160.000.000.
• Biaya pemasaran tetap sebesar Rp 55.000.000
• Biaya administrasi & umum sebesar Rp145.000.000.
Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan oleh setiap unit produk terdiri dari:
• Biaya bahan baku sebesar Rp 550.000.
• Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 200.000.
• Biaya overhead variabel sebesar Rp 100.000.
• Biaya pemasaran variabel sebesar Rp 50.000.

Tahun 2009, perusahaan menjual produknya dengan harga sebesar Rp 2.500.000 per unit, dan tahun 2010
perusahaan tidak berencana menaikkan harga jual produknya.
JAWABAN CONTOH KE-2 METODE A PRIORI
JAWABAN CONTOH KE-2 METODE A PRIORI

Anggaran laba tersebut terdiri dari berbagai elemen yang saling terkait, mulai
anggaran penjualan sampai dengan anggaran biaya produksi dan anggaran
biaya operasional, dengan perincian sebagai berikut:
• Penjualan = Rp 2.500.000 x 850 unit
= Rp 2.125.000.000
• Biaya Bahan Baku = 550.000 x 850 unit = 467.500.000
• Biaya tenaga kerja = 200.000 x 850 unit = 170.000.000
• Biaya Overhead = Biaya OH Tetap + Biaya OH Variabel
= 60.000.000 + ( 850 unit x 100.000 )
= 245.000.000
• Biaya Pemasaran = Pemasaran Tetap + Pemasaran Variabel
= 55.000.000 + ( 850 x 50.000 )
= 97.500.000
• Biaya Administrasi = 145.000.000
METODE

PRAGMATIS
Metode pragmatis adalah metode penyusunan anggaran laba,dimana jumlah
laba yang direncanakan ditetapkan berdasarkan suatu standar tertentu yang
telah teruji secara empiris dan didukung oleh pengalaman.

• Dengan menggunakan suatu tingkat target laba yang diperoleh dari


pengalaman, pengharapan atau perbandingan, pihak manajemen menetapkan
standar laba relative yang dianggap memadai sebagai perusahaan

Jika metode a posteriori menggunakan anggaran penjualan sebagai titik


tolak penyusunan anggaran operasional dan metode a priori menggunakan
anggaran laba sebagai titik tolak penyusunan anggaran operasional, maka
metode pragmatis dapat menggunakan salah satu alternative tersebut
CONTOH METODE PRAGMATIS
PT Mejaku, dimana perusahaan tersebut memiliki kapasitas produksi dalam satu tahun sebesar 1.200 unit meja. Untuk menghasilkan
produk dengan volume tersebut, biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari :
• Biaya overhead tetap sebesar Rp160.000.000
• Biaya pemasaran tetap sebesar Rp 55.000.000
• Biaya administrasi dan umum Rp145.000.000
Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan oleh setiap unit produk terdiri dari :
• Biaya bahan baku sebesar Rp 550.000
• Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 200.000
• Biaya overhead variabel sebesar Rp 100.000
• Biaya pemasaran variabel sebesar Rp 50.000
Tahun 2009, perusahaan menjual produknya dengan harga sebesar Rp 2.500.000 per unit, dan tahun 2010 perusahaan tidak
merencanakan kenaikan harga jual produknya. Data volume penjualan dan perolehan laba usaha perusahaan pada tahun tahun
sebelumnya adalah sebagai berikut :
JAWABAN METODE PRAGMATIS
Seandainya perusahaan ingin menggunakan volume penjualan sebagai titik awal penyusunan anggaran, dan
menggunakan metode least square untuk menetapkan volume penjualan tahun 2010, maka akan menghasilkan
volume penjualan sebagai berikut :
JAWABAN METODE PRAGMATIS

ANGGARAN LABA TAHUN 2010

Dari tabel tersebut terlihat bahwa dengan bertitik tolak dari


volume penjualan yang ditetapkan perusahaan sebesar 847
unit meja untuk tahun 2010, perusahaan akan memperoleh
laba usaha sebesar
Rp 995.200.000.
MEYUSUN
ANGGARAN
LABA RUGI
CONTOH
PT Abadi Raya untuk menyusun anggaran laba rugi bulan Oktober 2021. Anggaran produksi bulan Oktober 2021 menyajikan informasi berikut:

1. Harga jual barang jadi per unit selama bulan Oktober 2021 diperkirakan sebesar Rp100.000.

2. Perusahaan menggunakan metode rata-rata (average) dalam menghitung biaya persediaan dan beban pokok penjualan.
3. Total biaya persediaan barang jadi per 1 Oktober sebesar Rp84.000.000.
4. Biaya produksi selama bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp391.800.000.
5. Pajak penghasilan diperkirakan sebesar 30%.
6. Beban penjualan untuk bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp40.000.000
7. Beban umum dan administrasi untuk bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp25.000.000.
8. Beban bunga bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp26.000.000.
JAWABAN

Anda mungkin juga menyukai