Anda di halaman 1dari 17

FOUNDATION OF

HYPOTHESES
Mikha Agus Widiyanto, M.Pd
 Setelah peneliti merumuskan permasalah dan
melakukan kajian teori yang relevan dengan
permasalahan secara mendalam terhadap berbagai
sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka
langkah selanjutnya ialah merumuskan hipotesis.
 Secara etimologi hipotesis berasal dari dua suku
kata, yaitu: yaitu ‘hypo” yang berarti tentatif atau
lemah dan “thesis” yang berarti pernyataan atau
kebenaran tentang solusi masalah.
 Secara sederhana hipotesis berarti pernyataan atau
kebenaran pernyataan tentang solusi dari masalah
yang sifatnya masih tentatif atau lemah atau belum
final, sehingga yang harus diverifikasi.
 Hipotesis sebagai pernyataan yang tentatif dikarenakan hanya
didasarkan pada teori saja.
 Sedangkan suatu pernyataan dikatakan memiliki nilai kebenaran yang
mutlak apabila memenuhi dua hukum atau teori kebenaran, yaitu 1)
teori koherensi dan 2) teori korespondensi.
 Jadi hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang harus dibuktikan secara empiris melalui pengumpulan
data.
 Dikatakan demikian, karena jawaban yang dikemukakan masih
didasarkan pada teori-teori yang relevan, belum diuji atau didasarkan
pada kenyataan empiris melalui pengumpulan data.
 Penyusunan hipotesis didasarkan pada berpikir deduktif. Berpikir deduktif
memberikan penjelasan secara rasional didasarkan pada kriteria kebenaran
koherensi. Di mana hipotesis sebagai suatu kebenaran atau pengetahuan
baru yang bersifat rasional dan konsisten dengan pengetahuan telah
dikumpulkan sebelumnya dan menjadi dasar penyusunannya. Hipotesis
pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis
dari pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.

 Oleh karena itu, hipotesis sebaiknya dibuat sebelum peneliti ke lapangan


untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
 Hipotesis berkenaan dengan penelitian kuantitatif
 Ada dua alasan yang mendasari hipotesis,
yaitu:
1.Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa
peneliti memiliki ilmu pengetahuan yang
cukup dalam kaitannya dengan
permasalahan.
2. Dengan hipotesis dapat memberikan arah
dan petunjuk tentang pengambilan data dan
proses interprestasinya.
SIFAT HIPOTESIS
1. Hipotesis merupakan konseptual yang
natur.
2. Hipotesis adalah pernyataan verbal dalam
bentuk deklaratif.
3. Hipotesis memiliki acuan empiris.
4. Hipotesis memiliki referensi ke depan atau
masa depan.
5. Ini adalah putaran dari penelitian ilmiah.
KARAKTERISTIK HIPOTESIS BAIK
1. Sebuah hipotesis yang baik adalah sesuai
dengan fakta yang teramati.
2. Hipotesis yang baik tidak bertentangan
dengan hukum alam yang diketahui benar.
3. Sebuah hipotesis yang baik dinyatakan
secara sederhana.
4. Sebuah hipotesis yang baik menerapkan
penalaran deduktif.
5. Sebuah hipotesis yang baik menunjukkan
verbalisasi yang sangat jelas.
6. Sebuah hipotesis yang baik memastikan bahwa
metode verifikasi berada di bawah kendali peneliti.
7. Sebuah hipotesis yang baik menjamin bahwa alat-alat
dan teknik yang tersedia akan efektif digunakan untuk
tujuan verifikasi.
8. Sebuah hipotesis yang baik memperhitungkan jenis
kontrol yang berbeda yang harus dilaksanakan
untuk tujuan verifikasi.
9. Sebuah hipotesis yang baik memastikan bahwa
tersedianya sampel dan yang dapat diambil sebagai
sumber data.
10. Sebuah hipotesis yang baik jelas menunjukkan peran
variabel yang berbeda yang terlibat dalam studi.
11. Sebuah hipotesis yang baik memelihara perbedaan
yang sangat jelas dengan apa yang disebut teori atau
hukum, fakta, asumsi dan postulat.
JENIS-JENIS HIPOTESIS
1.Pertanyaan
Hipotesis dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan.
2.Pernyataan deklaratif
Hipotesis dinyatakan dalam bentuk kalimat
deklaratif atau pernyataan verbal. Seperti:
terdapat hubungan antara religiulitas dengan
keharmonisan suami istri.
3. Direktional
Dinyatakan secara jelas dan tegas (terarah) dalam
bentuk hipotesis alternatif (Ha)
Contoh 1: Terdapat hubungan yang positif antara
kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.
Contoh 2: Minat belajar metpen kuantitatif
mahasiswa perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa laki-laki.
4. Non Direksional
Dinyatakan secara kurang jelas dan kurang tegas
(tidak terarah) dalam bentuk hipotesis alternatif (Ha)
Contoh 1: Ada hubungan antara iklim organisasi
dengan motivasi kerja.
Contoh 2: Terdapat perbedaan sikap kerja pegawai
ditinjau dari latar belakang pendidikan.
TWO TYPE OF ERROR
 Dalam suatu penyusunan hipotesis adanya
kemungkinan kesalahan dalam pengambilan
keputusan untuk menerima hipotesis nol (H0)
maupun hipotesis alternatif / kerja (Ha/H1)

H0 H1
Menerima Kesalahan Tipe I Benar
atau a
Menerima Benar Kesalahan Tipe II
atau a
 Kesalahan Tipe I
Menerima hipotesis nol (H0) padahal
sesungguhnya salah
 Kesalahan Tipe II
Menerima hipotesis alternatif (Ha) padahal
sesungguhnya salah
VARIABEL PENELITIAN
 Setiap penelitian tentunya memiliki
variabel.
 Pertanyaan tentang apa yang diteliti, maka
hal tersebut berhubungan dengan
variabel.
 Variabel merupakan suatu konsep yang
memiliki nilai bervariasi.
JENIS-JENIS VARIABEL
 Variabel independen
 Variabel dependen
 Variabel moderator
 Variabel intervening
 Variabel kontrol
 Variabel independen merupakan variabel
yang mempengaruhi variabel lain.
 Variabel yang dipengaruhi disebut variabel
dependen.
 Misalnya, Prestasi Belajar Statistika
sebagai pokok permasalahan atau
variabel dependen. Prestasi Belajar
Statistika dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dinamakan variabel
independen yang dapat berupa Motivasi
Belajar, Minat Belajar Sikap, Persepsi
terhadap Statistika dan sebagainya.
 Variabel moderator adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen tetapi
bukan sebagai pengaruh utama.
 Misalnya, variabel yang mempengaruhi
prestasi belajar Statistika (Y) adalah minat
belajar (X1), kreativitas (X2), dan iklim
lingkungan kelas (X3), variabel tersebut
sebagai variabel utama.
 Apabila jenis kelamin (X4) juga
mempengaruhi tetapi bukan sebagai
pengaruh utama, maka jenis kelamin
merupakan variabel moderator.
 Variabel intervening atau yang disebut juga sebagai
variabel antara adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen.
 Keberadan variabel antara tersebut dapat memperkuat
ataupun melemahkan hubungan antara variabel
dependen dan independen. Variabel intervening tidak
dapat diukur secara langsung.
 Misalnya, kreativitas menunjukakan hubungan yang
positif dengan prestasi belajar Statistika. Pada saat
dilakukan penelitian ternyata mahasiswa tersebut
sedang mengalami kecemasan atau keletihan.
Kecemasan atau keletihan sebagai variabel intervening
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar Statsitika
mahasiswa, tetapi kecemasan atau keletihan tersebut
sukar untuk dapat diukur.
 Variabel kontrol berhubungan dengan penelitian yang ingin
mengetahui hubungan antar variabel independen dan
dependen atau penelitian yang bersifat membandingkan
dengan mengontrol variabel di luar yang diteliti.
 Hal ini dilakukan agar variabel di luar yang diteliti tersebut
tidak mempengaruhi terhadap hubungan kedua variabel.
 Misalnya, peneliti melakukan penelitian Perbedaan prestasi
belajar Statistika mahasiswa ditinjau dari strategi
pembelajaran.
 Untuk dapat membandingkan prestasi belajar Statistika dari
kedua kelompok yang diberikan strategi pembelajaran yang
berbeda, maka peneliti harus menetapkan variabel kontrolnya.
 Dalam hal ini variabel kontrolnya adalah kelengkapan fasilitas,
kemampuan kedua dosen yang mengajar di kelas berbeda,
materi perkuliahannya harus sama, waktu yang tersedia harus
sama, inteligensi, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai