Anda di halaman 1dari 84

Kebijakan Fiskal : Suatu

Pengantar

Achmad Lutfi, S. Sos., M. Si.


Kebijakan fiskal adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengubah atau mempengaruhi pengeluaran
dan penerimaan pemerintah dengan menggunakan teknik-
teknik tertentu. Kebijakan fiskal sering juga disebut sebagai
politik fiskal.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang


pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki
keadaan ekonomi.

Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi untuk


mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dengan


menggunakan belanja negara dan perpajakan dalam rangka
menstabilkan perekonomian.
• Kebijakan fiskal mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah.
• Instrumen dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan
pajak.
• Kebijakan fiskal muncul dan berkembang karena instrumen
kebijakan moneter tidak mampu lagi mengatasi berbagai
masalah pengeluaran dan penerimaan negara yang
mengalami kontraksi tajam, yang ditimbulkan oleh deflasi
atau inflasi.
• Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Ekonomi Makro:
1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha.
2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustaianble,
kesempatan kerja yang tinggi.
3. Membebaskan dairi dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.
Tujuan Kebijakan Fiskal
(John F. Due)
1. Menjamin pertumbuhan perekonomian yang sebenar-benarnya
menyamai laju pertumbuhan potensial, dengan mempertahankan
kesempatan kerja yang penuh.
2. Mencapai suatu tingkat harga umum yang stabil dan wajar.
3. Sedapat mungkin meningkatkan laju pertumbuhan potensial tanpa
mengganggu pencapaian tujuan-tujuan lain dari masyarakat.

What share of national income should be taken in taxation and spent


by the government ?
Economics tells us that welfare is maximised if the government
spends until the marginal social benefit of the last pound spent
equals the marginal social cost of raising that pound. If the
government spent less, then the benefits from increasing public
spending would exceed the costs of raising more in taxes. If it
spent more, then cutting back taxation and spending would raise
social welfare.
• The government should only raise and spend money for
reasons of equity or efficiency.

• Equity: Interventions to increase equity range from transfer


payments to disadvantaged individuals or groups to
subsidising services such as education, health and housing.

• Efficiency: Public spending can improve efficiency if there are


externalities. An externality is a divergence between an
individual’s private marginal cost of, or benefit from, an
activity and the social marginal cost or benefit. The divergence
means that, in the absence of government intervention, the
amount of activity that the individual undertakes is not the
amount that would be optimal for society. If, for instance,
people who undertake training raise not only their own
productivity but also others’, then the marginal social benefit
of training exceeds the marginal private benefit.
• The government could raise social welfare by intervening to
lower the cost of training for individuals. There are certain
items, known as public goods, that are unlikely to be supplied
privately. These goods have two characteristics: (i) they are
non-rivalrous, which means that one person can consume
them without reducing the amount available for others to
consume; and (ii) they are non-excludable, ie, the buyer
cannot prevent others from using them without paying.
Because it is not possible to exclude non-payers, no one has
an incentive to purchase these items. Each person would
rather let someone else pay and ‘free ride’. So the state
intervenes to provide public goods, such as national defence
and street lighting.

• In practice, there may be trade-offs between equity and


efficiency: government interventions that improve one of
these may worsen the other.
• Fairness and efficiency are, once again, important concerns.

• Fairness: There are two aspects of fairness for the government to


consider:
– Inter-generational fairness: Different methods of financing
spending spread costs across generations in different ways. Paying
for something out of tax revenues puts the whole cost on today’s
taxpayers. Borrowing money instead means that debt can be
repaid by current and future generations.
– Intra-generational fairness: There are many ways of collecting
revenue. Governments can tax income, wealth or consumption, to
mention but a few options. The tax itself can be a fixed charge, a
flat rate, or a rate that varies with the amount being taxed. Each
tax has different implications for the distribution of resources.

Efficiency: Taxes also differ in their efficiencies. A tax on earnings, for


example, creates a gap between a worker’s marginal product and
her marginal benefit (the amount she is paid). This gap causes a
deadweight loss. Optimal tax theories provide guidance about
whom to tax, and how to tax them, to minimise deadweight losses
across the economy. Optimal tax theories generally incorporate a
social welfare function (which explains how a society’s welfare
depends on the wellbeing of its members), so they do not ignore
the effects that different taxes have on the distribution of
resources. But it is worth noting that, as in the previous section,
there are trade-offs. Maximising the efficiency of a taxation system
can conflict with other objectives, not least achieving certain
definitions of fairness.
Pada perkembangan lebih lanjut, kebijakan fiskal digunakan
secara bersamaan dengan kebijakan moneter oleh
pemerintah dalam mengatasi berbagai permasalahan
ekonomi yang dialami oleh suatu negara.

Revenue side of the government budget  not very easy to


introduce, but easier to implement.

Expenditure side of the budget  politically harder to cut.


Kaitan antara Kebijakan Fiskal dan Kebijakan
Moneter
Pada awalnya kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah
dalam mengurangi ketidakstabilan perekonomian adalah
dengan menjalankan kebijakan moneter. Namun, kebijakan
ini tidak cukup, sehingga perlu diikuti dengan kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal diharapkan dapat membantu mengatasi
permasalahan perekonomian nasional.

Keterkaitan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal


merupakan suatu langkah yang positif dan akan bermanfaat
ganda bagi pemerintah untuk mengatasi permasalahan
perekonomian.
Macam-macam Kebijakan Fiskal
1. Pembiayaan Fungsional.
Menurut A.P. Lerner, pengeluaran pemerintah ditentukan dengan
melihat akibat-akibat yang tidak langsung terhadap pendapatan
nasional, terutama untuk meningkatkan kesempatan kerja. Pajak
digunakan sebagai instrumen untuk mempengaruhi/mengatur
pengeluaran, pinjaman digunakan sebagai instrumen untuk
mengatur tingkat inflasi. Jika dua instrumen ini tidak berjalan
dengan baik, maka pemerintah melakukan pencetakan uang.
2. Pengelolaan Anggaran.
Pada pendekatan ini, pengeluaran pemerintah, pajak, dan pinjaman
ditujukan untuk mencapai stabilitas ekonomi yang mantap.
Menurut Alvin Havsen, pada masa depresi (terjadi banyak
pengangguran), perlu dilakukan peningkatan pengeluaran
pemerintah dan ini merupakan obat yang mujarab.
3. Stabilisasi Anggaran.
Pada akhir tahun 1940-an, kepercayaan lebih banyak diberikan
pada mekanisme otomatis dari politik/kebijakan fiskal. Penyesuaian
secara otomatis dalam penerimaan dan pengeluaran pemerintah
terjadi sedemikian rupa sehingga membawa perekonomian menjadi
stabil tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja.

4. Anggaran Belanja Seimbang.


Suatu modifikasi dari pengelolaan anggaran adalah anggaran
berimbang. Penggunaan anggaran belanja seimbang untuk jangka
panjang diperlukan dengan catatan bahwa dalam masa depresi
digunakan anggaran belanja defisit dan dalam masa inflasi digunakan
anggaran belanja surplus. Sehingga dalam masa depresi pengeluaran
pemerintah akan ditingkatkan dan penerimaan dari pajak pun
ditingkatkan. Sebaliknya, pada masa inflasi, pajak akan dimanfaatkan
sebaik-baiknya guna mencegah timbulnya akibat dari inflasi yang tidak
diinginkan.
Tujuan yang ingin dicapai dari Pelaksanaan
Kebijakan Fiskal
1. Mencegah pengagguran.
2. Stabilisasi harga.
3. Meningkatkan pendapatan.
4. Mengatasi inflasi dan deflasi.
Pinjaman Negara

Drs. Achmad Lutfi, M. Si.


Pengantar dan Pengertian
Hutang Negara
Permasalahan “klasik” di negara-negara berkembang adalah
perlunya dana yang sangat besar untuk melaksanakan program
pembangunan, sementara di lain pihak kemampuan mobilisasi
dana dari masyarakat relatif rendah.

Karena hal tersebut, maka pemerintah mengambil kebijakan


untuk melakukan pinjaman (berhutang). Hutang negara adalah
pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah guna membiayai
berbagai pengeluaran negara, terutama untuk mendukung
proses pembangunan.
Macam-macam hutang negara

• Reproductive debt merupakan jenis hutang yang jumlah


keseluruhannya dijamin oleh kekayaan yang dimiliki oleh
negara atas dasar nilai yang sama. Pembayaran cicilan hutang
dan bunga reproductive debt diambil dari kekayaan negara
atau hasil usaha negara sesuai dengan jangka waktu dan
kesepakatan yang ada.

• Dead weight debt merupakan hutang yang tidak disertai


dengan jaminnan kekayaan yang dimiliki oleh negara.
Pembayaran hutang dan bunga dead weight debt bersumber
pada penerimaan lainnya, misalnya pajak, serta masa
pengembaliannya tidak ada ketentuan pengaitan kekayaan
negara untuk melunasinya.
Pinjaman Paksa dan Pinjaman Sukarela

• Pinjaman paksa merupakan pinjaman yang dilakukan dengan


cara-cara paksaan sesuai dengan keinginan si peminjam, baik
dari segi jumlah, tata cara pembayaran dan bunganya.
• Sedangkan pinjaman sukarela merupakan pinjaman yang
disesuaikan dengan kemauan negara pemberi pinjaman dan
disepakati oleh negara penerima pinjaman.

Pinjaman Dalam Negeri dan Pinjaman Luar Negeri


Pinjaman dalam negeri merupakan pinjaman yang berasal
dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri.

Sedangkan pinjaman luar negeri merupakan pinjaman yang


diperoleh dari sumber-sumbert luar negeri.
Suku Bungan Pinjaman: Hutang negara selalu mempunyai
konsekuensi pembayaran bunga, yang disepakati antara pemberi dan
penerima pinjaman.

Sumber Pinjaman Negara


•Individu.
•Perusahaan dan Lembaga Keuangan Non-Bank.
•Lembaga Perbankan.
•Bank Sentral.

Beban Hutang Luar Negeri


•Dalam keadaan tertentu, pembiayaan pembangunan melalui
mekanisme hutang negara akan lebih baik dibandingkan dengan
melakukan penarikan pajak atau mencetak uang baru, karena
dikhawatirkan akan berdampak negatif bagi keadaan ekonomi
masyarakat.
•Pembiayaan pembangunan bertumpu pada hutang dalam jangka
pendek pertumbuhan ekonomi tidak akan berpengaruh, tetapi dalam
jangka panjang, negara dapat terjerumus pada debt trap.
Pengelolaan Hutang Negara
1.Penggunaan dan pengelolaan hutang negara yang cermat dan
sebaik mungkin.
2.Ditujukan untuk membiayai kegiatan/program yang dapat
menghasilkan pendapatan.
3.Mekanisme pengawasan yang efektif .

Masalah Pengelolaan Hutang


•Pencapaian keberhasilan proses pembangunan harus didukung
dengan ketersediaan sumber daya finansial yang cukup dan
berkelanjutan.
•Seringkali pembayaran hutang beserta bunganya memberikan
masalah yang signifikan dan menggerogoti penerimaan negara.
Badan Usaha Milik Negara
Achmad Lutfi, S. Sos., M. Si.

Badan Usaha Milik Negara adalah suatu usaha atau


kegiatan yang dikelola oleh pemerintah dimana
sahamnya bisa seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh
pemerintah dengan mengemban misi-misi tertentu.
Perbedaan BUMN dan BUMS
Kriteria BUMS BUMN
Pemilikan Pribadi, beberapa orang, Negara.
atau kelompok.
Tujuan 1. Maksimalisasi laba. 1. Pencapaian target-
2. Kenaikan nilai target pembangunan
saham. nasional.
2. Pelayanan umum.
3. Maksimalisasi
penjualan atau
produksi.
4. Laba yang
maksimal.
5. Kenaikan nilai asset.
Kriteria BUMS BUMN
Pengendalian Tidak langsung, melalui : Pengendalian langsung,
pemerintah  Kebijakan fiskal. melalui :
 Kebijakan moneter.  Corporate plan.
 Dll.  Anggaran belanja.
 Pengangkatan
pimpinan.
 Keputusan investasi.
 Kebijakan harga.
 Dll.
Kriteria BUMS BUMN
Proses pengambilan Manajemen sehari-hari bebas Keputusan sehari-hari
keputusan. mengambil keputusan dalam seringkali dicampuri oleh
batas wewenang yang ada berbagai instansi pemerintah
serta ketentuan yang berlaku. yang ikut mengendalikan
perusahaan.
Tingkah laku Inovatif dan responsif Tingkat inovasi &
manajemen. terhadap perkembangan yang responsibilitas yang rendah,
terjadi intern maupun banyak tergantung pada
ekstern. birokrasi pemerintahan.
Kriteria BUMS BUMN
Kerangka  Diukur dengan  Rumit.
pengukuran prestasi pencapaian tujuan  Triple standard,
kerja. perusahaan jangka pencapaian tujuan-
pendek, jangka tujuan ekonomi, sosial,
menengah, dan jangka dan politik.
panjang.
 Lebih mudah dan
sederhana karena
sasarannya bersifat
tunggal, hanya
keuntungan.
Kriteria BUMS BUMN
Kriteria investasi  Return of investment  Tidak punya ROI dan
(ROI). ROE.
 Return of Equity  Ekonomi makro.
(ROE).  Sosial – politik.
Kebijakan harga Pasar Tidak selalu pasar, tetapi
juga kemampuan produsen.
Alasan-alasan Mendirikan BUMN
1. Memacu pertumbuhan ekonomi.
2. Ada beberapa sektor yang tidak menarik untuk
dimasuki oleh pihak swasta.
3. Beberapa sektor yang sensitif untuk dijalankan oleh
pihak swasta.
4. Tanggung jawab sosial.
5. Amanat konstitusi.
6. Fungsi dan tanggung jawab pemerintah.
Misi BUMN
1. Misi komersial/ekonomis
– Mencari keuntungan.
– Menyediakan barang-jasa yang dibutuhkan publik.
2. Misi sosial-politik
– Membuka lapangan kerja.
– Memberikan pelayanan akibat kegagalan pasar.
– Mencegah monopoli.

Syarat Penilaian Suatu Sektor Layak untuk Dibuat Badan


Usaha (Bahl, Miller, dan Geytak)
– Barang atau layanan yang dihasilkan laku dijual.
– Ada jaminan biaya-biaya untuk mengelola dapat
dipenuhi.
– Tenaga pelaksana dan pembukuan harus terpisah.
Bentuk/jenis BUMN
• Perusahaan Jawatan (Perjan)
Saham/kepemilikan saham Perjan 100 % dimiliki oleh
pemerintah serta alokasi pembiayaannya diambil dari APBN.
Pegawai Perjan merupakan PNS yang pembinaannya dibawah
departemen teknis terkait. Misi yang dijalankan 100 % adalah
misi sosial, dengan memberikan pelayanan atau penyediaan
barang/jasa yang disubsidi oleh pemerintah.
• Perusahaan Umum (Perum)
Perum merupakan perusahaan yang bersifat/berstatus
campuran, karena modalnya dapat dimiliki seluruhnya atau
sebagian oleh pemerintah dan sisanya dapat dimiliki oleh
masyarakat. Status pegawainya dapat berstatus PNS atau
swasta. Misi yang diemban Perum merupakan perpaduan
antara misi ekonomis dan sosial.
3. Perusahaan Persero (Persero)
Persero merupakan perusahaan pemerintah yang berstatus
seperti swasta. Dimana modalnya dapat dimiliki oleh
pemerintah dengan memiliki saham melalui penyertaan
modal dan sisa sahamnya dapat dimiliki oleh masyarakat
yang menanamkan modalnya. Status kepegawaian Persero
layaknya swasta dengan misi, sepenuhnya, komersial.

Peran BUMN
• Memberikan pelayanan publik dengan tidak mencerminkan
harga pasar.
• Memberikan pendapatan bagi negara.
• Mencegah kegagalan pasar.
• Menangani sektor yang sensitif, menguasai hajat hidup
orang banyak, dan tidak stabil.
Kaitan antara BUMN dan Pemerintah
1. Kaitan antara BUMN dan Pemerintah
– Kontribusi deviden/hasil laba kepada pemerintah sebagai
pemegang saham/pemilik BUMN.
– Pembayaran pajak.
– Pembayaran pinjaman beserta bunganya.
– Asset BUMN merupakan asset negara (pemerintah)
sebagai konsekuensi kepemilikan saham.
2. Kaitan antara Pemerintah dan BUMN
– Pemberian transfer dari pemerintah kepada BUMN
dalam bentuk subsidi, PMP, (Penyertaan Modal
Pemerintah) dan gaji karyawan.
– Memberikan pinjaman
Masalah-masalah dalam BUMN
1. Share (partisipasi) pada GDP besar, sekaligus dapat pula
menjadi beban.
2. Performance (kinerja) BUMN menyulitkan keuangan
negara.
Beberapa sebab pengelolaan BUMN tidak efisien:
• Adanya kontrol yang ketat atau terlalu besar dari
pemerintah.
• Terlalu besarnya campur tangan pemerintah.
• Titipan-titipan dari departemen.
• Belum berjalannya budaya organisasi yang baik.
• Pembinaan disiplin yang masih kurang.
• Adanya bidang kegiatan/usaha yang monopolistik.
Beberapa usaha untuk meningkatkan efisiensi di
BUMN :
•Penggunaan Pricing policy.
•Pembatsan subsidi.
•Pengelolaan pinjaman yang baik.
•Perbaikan alokasi pengeluaran.

Alasan mengurangi BUMN


•Dinikmati oleh orang-orang kaya.
•Pengawasan pinjaman.
•Memperbaiki alokasi pengeluaran
Saran Bank Dunia terhadap BUMN di
Negara-negara Berkembang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia terhadap
badan-badan usaha milik negara di negara-negara berkembang, dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya BUMN memiliki potensi yang besar
dan signifikan untuk memberikan keuntungan bagi pemerintah di
negara-negara berkembang jika kinerjanya ditingkatkan.

Untuk meningkatkan Kinerja BUMN, Bank Dunia merekomendasikan :


•Liberalisasi BUMN
•Mengurangi proteksi.
•Mengadopsi manajemen swasta.
•Perlunya swastanisasi secara penuh.

Hal yang perlu dicermati adalah jangan sampai privatisasi hanya


merupakan pengalihan monopoli pemerintah kepada pihak swasta
yang justru akan merugikan masyarakat.
Privatisasi BUMN

Achmad Lutfi, S. Sos., M. Si.


Pengertian
• Privatisasi adalah pengurangan peran pemerintah atau
peningkatan peran sektor privat (swasta), baik dalam suatu
aktivitas maupun dalam pemilikan sejumlah aset (E. S. Savas).
• Batasan privatisasi menurut John Donahue adalah
penyusutan peran negara dalam kesejahteraan rakyat.
• Batasan privatisasi menurut Keith Hartley & David Parker :
– Privatisasi adalah denasionalisasi dengan penjualan
pemilikan saham ke swasta.
– Deregulasi dengan mengurangi prosedur birokrasi.
– Tendering.
– Liberalisasi.
Justifikasi Penerapan
Privatisasi BUMN
1. Konsep principal – agent.
Negara – swasta.
2. Share owning democracy.
Pemilikan untuk meningkatkan demokrasi partisipatoris.
3. Perbaikan kinerja layanan.
4. Pengurangan distorsi ekonomi.
Mengurangi campur tangan pemerintah yang berlebihan.
5. Keadilan dan pendapatan.
• Struktur harga.
• Kebijakan harga.
Kontra Justifikasi Penerapan Privatisasi BUMN
1.Ideologi Negara.
2.Kesiapan kondisi masyarakat.
3.Pengukuran efisiensi.
(rentabilitas, likuiditas, solvabilitas versus sosial,
ekonomis, politis).
4.Transfer monopoli (dari pemerintah ke swasta).

Four broad strategies to implement privatization


1.Load shedding.
2.Adopting arrangement that have minimal government
involvement.
3.Instituting user charges.
4.Introducing competition.
Model Inggris Model Amerika serikat

1. Tahap 1. Tahap 1.
• Memotong anggaran •Memotong anggaran untuk
untuk subsidi. subsidi.
• Rasionalisasi pegawai.
• Audit keuangan yang
•Rasionalisasi pegawai.
ketat. •Audit keuangan yang ketat.
2. Menjual sejumlah •Melakukan contracting out.
perusahaan negara.
Latar Belakang Pelalaksanaan Privatisasi BUMN di Indonesia
1.Untuk meningkatkan kinerja BUMN.
2.Peningkatan kualitas pelayanan agar dapat bersaing dengan
perusahaan swasta.
3.Berkurangnya kemampuan keuangan negara untuk membiayai
pengeluaran BUMN yang cukup besar.
4.Negara memerlukan sumber-sumber pembiayaan baru.

Alternatif Pelaksanaan Privatisasi di Indonesia


1.Pelimpahan hak kepemilikan.
• Public listed (bursa saham).
• Karyawan dan manajer.
2.Pelimpahan kendali manajemen.
• Sub contracting.
• Mengurangi intervensi.
• Joint venture.
Privatisasi BUMN :
Mengapa & Bagaimana ?
Achmad Lutfi, S. Sos., M. Si.
Karakteristik yang Mendorong Privatisasi
1. Inefisiensi, overstaff, dan rendahnya produktivitas.
2. Rendahnya kualitas barang dan jasa.
3. Kerugian yang terus menerus dan meningkatnya hutang
dibandingkan penambahan keuntungan perusahaan negara.
4. Minimnya keterampilan manajerial dan otoritas manajerial yang
tidak cukup.
5. Kurang responsif terhadap tuntutan masyarakat.
6. Fasilitas dan peralatan yang kurang terpelihara.
7. Integrasi vertikal yang berlebihan.
8. Pengggunaan teknik produksi yang usang dan kemampuan
pemasaran yang terbatas.
9. Beragamnya tujuan serta konflik diantaranya.
10. Misi perusahaan yang salah arah dan tidak relevan.
11. Asset perusahaan yang underutilized dan under performing.
12. Praktek-praktek illegal.
13. Pencurian dan korupsi.
Tujuan Pelaksanaan Privatisasi
1. Mengurangi pembiayaan pemerintah.
2. Meningkatkan pendapatan, baik dari penjualan aset
maupun pengenaan pajak terhadapnya.
3. Mengurangi beban hutang pemerintah.
4. Menyediakan infrastruktur maupun fasilitas lainnya yang
tidak mampu disediakan oleh pemerintah.
5. Mendatangkan tenaga ahli untuk mampu
mengoperasionalkan teknologi mutakhir.
6. Memberikan pelayanan yang lebih cepat.
7. Mengurangi intervensi pemerintah dan kehadirannya
secara langsung dalam perekonomian.
8. Mengurangi peran pemerintah dalam masyarakat.
9. Mempercepat pembangunan ekonomi.
10. Menunjukkan komitmen pemerintah dalam liberalisasi
ekonomi dan menyakinkan kalangan pengusaha.
11. Mendorong berkembangnya pasar modal.
12. Menarik investor dan pencegah pelarian modal.
13. Memuaskan pihak pemberi pinjaman.
14. Meningkatkan standar hidup masyarakat.
15. Meraih dukungan masyarakat.
16. Memberikan “imbalan” bagi partner politik.
17. Memperlemah lawan politik.
Beberapa Elemen yang
Mendukung Kompetisi
1. Harga pasar tanpa pengawasan harga dan subsidi.
2. Adanya jaminan atas hak kepemilikan dan untuk memberlakukan
hak kepemilikan.
3. Tidak ada halangan yang dibuat pemerintah bagi kompetitior
untuk masuk dan tidak ada proteksi.
4. Persamaan pelaksanaan dan penegakan hukum.
5. Tidak ada “anak emas” (favoritism) dari pemerintah dalam
pemberian kredit dan mata uang asing.
6. Besaran tingkat suku bunga berdasarkan mekanisme pasar.
7. Kebebasan bagi perusahaan yang baru diprivatisasi untuk
mengatur masalah kepegawaian.
8. Kebebasan bagi perusahaan yang baru diprivatisasi untuk
melakukan restrukturisasi dan merubah aktivitas usahanya.
9. Kestabilan politik.
10. Kestabilan nilai mata uang dan kontrol terhadap tingkat inflasi.
Beberapa Bentuk Privatisasi
Delegation Contract For part of service
For total management
Franchise By concession
By lease
Grant
Vouchers
Mandate

Divestment Sale To joint venture


To private buyers
To the public
To employee
To users or customers
Divestment Free transfer To joint venture
To the public

To employee
To users or customers
To original owners (restitution)

To selected recipients

Divestment Liquidation
Displacement Default
Withdrawal (load shedding
Deregulation
Keuntungan dan Kerugian Beberapa
Metode Privatisasi
Methods Advantages Disadvantages

Contracts Increases productivity; Probable worker


saves money; is opposition
transparent
Franchise by Brings expertise; Probable worker
concession technology; investment; opposition
cuts cost
Franchise by lease Brings expertise; Probable worker
technology; cuts cost opposition
Grant Less costly than direct Continued cost to
government provision government; not very
transparent
Methods Advantages Disadvantages
Voucher Gives recipients choices; saves Continued cost to government
money; corruption- free

Mandate Imposes full cost on private Imposes full cost on private


sector sector, masks government role

Sale to joint venture Brings expertise; technology; Not very transparent


investment; raises some cash;
government retains part
ownership

Methods Advantages Disadvantages


Sale to private buyers Brings expertise; technology; Possible workers opposition; may not
investment; raises cash attract buyers; not very transparent

Sale to the public Popular; transparent; raises Suitable only for low-risk situations;
cash no new investment in the enterprises

Sale to managers and Retains operating No new investment; expertise or


employee experience; popular with technology brought into the
employee enterprises
Methods Advantages Disadvantages
Sale to users or Popular; gets rid of
customers cooperative problem; eliminates
drain on fund; raises
cash; transparent
Free transfers to joint Brings expertise; Raises no revenue
venture technology; investment;
government retains part
ownership
Free transfers to the Popular with public Retains management;
public no revenue; no new
investment or expertise
Methods Advantages Disadvantages
Free transfers to Popular with employee No revenue; no new
employees investment or expertise;
unfair to public
Free transfers to users or Popular; eliminates Raises no revenue
customers cooperative problems and money
drain; transparent
Free transfers to original Fair Raises no revenue;
owners unpopular
Liquidation Gets rid of problems; Worker opposition
raises some cash
Methods Advantages Disadvantages
Default Subtle solution Temporary public complaint

Withdrawal Can do gradually Public complaint

Deregulation Good policy Complex; opposition from


vested interest
Beberapa Faktor Kritis dalam Pelaksanaan
Privatisasi

1. Keterbukaan para pimpinan birokrasi terhadap ide


pelaksanaan privatisasi pelayanan publik.
2. Adanya kalangan internal yang mendukung proses privatisasi.
3. Kegagalan pemerintah dan keinginan yang besar untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik bagi publik.
4. Adanya keinginan menuju perubahan.
5. Deregulasi yang mendukung.
6. Dukungan dari kalangan swasta.
7. Publikasi dan penyebarluasan konsep privatisasi bagi publik.
8. Adanya acuan yang jelas dalam pelaksanaan privatisasi.
Audit Sektor Publik

Achmad Lutfi, S. Sos., M. Si.


Mengapa Audit Sektor Publik ?
1. Kendali saat ini ada di tangan masyarakat.
2. Kompleksitas laporan keuangan.
3. Pihak manajemen memiliki kecenderungan ingin sukses dan
meminimalisir kesalahannya, sehingga perlu diversifikasi
kebenaran dari laporan keuangan yang disajikannya.
4. Kontrol dan kredibilitas.
5. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
6. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.
Definisi Audit: Audit merupakan suatu proses sistemik secara objektif
penyediaan dan evaluasi bukti-bukti yang berkenaan dengan asersi
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat
atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria yang
ada serta mengkomunikasikan hasil yang diperoleh tersebut
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Audit
• Proses sistemik.
• Objektivitas.
• Penyediaan dan evaluasi bukti-bukti.
• Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi.
• Derajat hubungan kriteria yang ada.
• Mengkomunikasikan hasil.

Tahap Audit Sektor Publik


• Perencanaan audit (planning).
• Pelaksanaan audit (executing).
• Pelaporan audit (reporting).
Perencanaan Audit

Deskripsi sistem akuntansi keuangan sektor publlik

Penyusunan tujuan dan lingkup audit

Menilai risiko

Rencana audit
Pelaksanaan Audit

Mengembangkan program audit

Buruk Baik
Sistem
pengendalian
internal
Melakukan pengujian : Melakukan pengujian :
•Prosedur analistik. •Bersandar pada
pengendalian internal.
•Pengujian substantif.
•Pengujian substantif.
Pelaporan Audit

Review kertas kerja dan kesimpulan

Analisis hasil audit

Laporan audit Laporan hasil


pemeriksaan
Audit Keuangan
• Tujuan pengujian atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah merupakan ekspresi suatu opini secara
jujur tentang posisi keuangan, hasil operasi atau aliran kas
yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Laporan auditor merupakan media ekspresi opini auditor
atau, dalam kondisi tertentu, menyangkal suatu opini.
• Audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan
audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan.
• Tujuan audit atas laporan keuangan memberikan keyakinan
apakah laporan keuangan dari entitas yang diaudit telah
menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil
operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Audit ini mencakup audit atas
laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar audit
yang berlaku.
Aspek-aspek Essensial dari
Audit Keuangan
1. Proses sistematik secara objektif penyediaan dan evaluasi bukti
merupakan suatu audit laporan keuangan menurut standar audit
berterima umum.
2. Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan
representasi laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
manajemen, suatu entitas yang melaporkan tentang posisi
keuangan, hasil operasi, dan aliran kas.
3. Derajat atau tingkat hubungan yang berkaitan dengan kriteria
yang ada dinilai dengan cara apakah laporan keuangan
diungkapkan secara jujur sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
4. Hasil audit atas laporan dikomunikasikan dalam suatu pelaporan
audit.
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan
mencakup :
1. Penentuan apakah informasi keuangan telah disajikan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Entitas yang diaudit telah mematuhi persyaratan kepatuhan
terhadap peraturan keuangan tertentu.
3. Sistem pengendalian internal instansi, baik terhadap laporan
keuangan mupun pengamanan asset.
Unsur yang Terkait dengan
Audit Keuangan
1. Segmen laporan keuangan, dokumen permintaan anggaran,
perbedaan antara realisasi kinerja keuangan dan yang
diperkirakan.
2. Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan
laporan keuangan dan atas pengamanan aktiva.
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dugaan kecurangan.
Audit Kinerja
Definisi: Audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan
sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat
melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas
atau program/kegiatan institusi yang diaudit.

Jenis Audit Kinerja


1. Audit ekonomi dan efisiensi.
Audit ekonomi dan efisiensi menentukan apakah :
• Entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya secara hemat dan efisien.
• Penyebab timbulnya ketidakhematan dan ketidakefisienan.
• Entitas tersebut telah mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan kehematan dan efisiensi.
2. Audit program.
Audit program menentukan apakah :
• Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan
atau manfaat yang telah ditetapkan oleh undang-
undang atau badan lain yang berwenang.
• Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program,
kegiatan, atau fungsi instansi yang bersangkutan.
• Apakah entitas yang diaudit telah menaati
peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program/kegiatannya.
Indikator Audit Ekonomi dan Efisiensi
1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
2. Melakukan pengadaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan
dan dengan biaya yang wajar.
3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya negara yang
ada secara memadai.
4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan
dan kurang jelas tujuannya.
5. Menghindari adanya pengangguran atau jumlah pegawai yang
berlebihan.
6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.
7. Menggunakan sumber daya secara optimum dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas
yang baik serta tepat waktu.
8. Mematuhi persyaratan-persyaratan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya negara.
9. Telah memiliki suatu sistem pengendalian manajemen yang
memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau
kehematan dan efisiensi pelaksanaan program.
10. Telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai penghematan dan efisiensi.
Indikator Audit Program
1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan,
apakah sudah memadai dan tepat atau relevan.
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan.
3. Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara sendiri-
sendiri.
4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang
baik dan memuaskan.
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif-
alternatif untuk melaksanakan program tersebut, yang mungkin dapat
memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya yang rendah.
6. Menentukan apakah program tersebut melengkapi, tumpang tindih,
atau bertentangan dengan program lain yang terkait.
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut
dengan lebih baik.
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk program tersebut.
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup
memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat
efektivitas program.
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah
dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Audit Investigasi
• Definisi: Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan
lingkup tertentu, periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada
area-area pertanggungjawaban yang diduga mengandung
inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil
audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada
derajat penyimpangan wewenang yang ditemukan.

• Tujuan audit investigasi adalah mengadakan temuan


lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta
melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran
berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat.

• Sumber audit investigasi adalah :


1. Pengembangan temuan audit sebelumnya.
2. Adanya pengaduan dari masyarakat.
3. Adanya permintaan dari stakeholder atau shareholder untuk
melakukan audit.
Kategorisasi Hasil Audit
1. Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti.
2. Apa yang diadukan terbukti, namun tidak merugikan
stakeholder atau shareholder.
3. Terjadi kerugian bagi institusi akibat perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan oleh karyawan.
4. Terjadi ketekoran/kekurangan kas atau persediaan
barang milik Negara, dan Bendaharawan tidak dapat
membuktikan bahwa kekurangan tersebut diakibatkan
bukan karena kesalahan atau kelalaian bendaharawan.
5. Terjadi kerugian negara akibat wanprestasi atau kerugian
dari perikatan yang lahir dari undang-undang.
6. Terjadi kerugian negara akibat perbuatan melawan
hukum dan tindak pidana lainnya.
Pendekatan-pendekatan dalam
Audit Sektor Publik
1. Audit transaksi (Vouching), pembuktian seluruh transaksi
yang terjadi setelah melihat dokumen-dokumen atau bukti-
bukti yang ada.
2. Audit neraca, verifikasi seluruh aktiva dan kewajiban yang
disajikan dalam neraca.
3. Audit sistem, auditor melakukan pengujian sistem
akuntansi dan sistem pengendalian klien lainnya untuk
melihat apakah terdapat dasar yang dapat diandalkan
sehingga sistem tersebut dapat digunakan.
Prosedur Audit
1. Perekaman atau pencatatan sistem akuntansi.
2. Review dan evaluasi pendahuluan.
3. Pengujian kepatuhan (compliance tests).
4. Mencocokkan laporan keuangan sebagai dasar pokok perekaman
transaksi.
5. Pengujian substantif.
6. Analisis menyeluruh.
7. Pengujian terperinci.
8. Memastikan kesesuaian kode rekening organisasi.
9. Memastikan kesesuaian dengan standar akuntansi.
10. Pengujian kebenaran dan kejujuran.
11. Pengujian analisis.
12. Audit peristiwa setelah tanggal neraca.
13. Pengujian laporan manajemen.
14. Surat representasi.
15. Review partner atau auditor atas kerja audit yang telah
dilakukan.
Isu-isu Utama Audit Sektor Publik
Isu utama dalam audit sektor publik adalah prosedur, bukti,
serta asersi keuangan dan kinerja. Standar audit biasanya
berbeda dengan prosedur. Prosedur merupakan pekerjaan
apa yang akan dilakukan, sedangkan standar merupakan
ukuran kinerja atas pekerjaan yang dilakukan.
Prosedur, Bukti, serta Asersi Keuangan dan
Kinerja
• Prosedur audit.
Empat tipe prosedur audit meliputi inspeksi, observasi, penyelidikan,
dan konfirmasi. Namun, keempat tipe tersebut hanyalah merupakan
contoh, dan perlu diingat bahwa tidak terdapat nama serta deskripsi
prosedur audit yang bersifat mutlak benar.
• Peristiwa kemudian dan kaitannya dengan prosedur audit.
Prosedur audit bukanlah suatu peristiwa, tetapi lebih sebagai alat
yang digunakan untuk mengidentifikasi peristiwa kemudian.
Peristiwa kemudian terdiri dari data akuntansi yang bersifat pokok
dan seluruh kolaborasi informasi yang tersedia untuk auditor.
• Asersi laporan keuangan dan tujuan audit.
Asersi merupakan representasi pihak manajemen yang terdapat
dalam laporan keuangan, yang meliputi pernyataan mengenai posisi
keuangan dan kegiatan operasional organisasi. Kategori-kategori
asersi adalah : Eksistensi. Kelengkapan. Hak dan kewajiban. Penilaian
atau alokasi. Penyajian dan pengungkapan.
Kode Etik Audit Sektor Publik
• Kode etik auditor adalah prinsip dasar atau nilai-nilai yang
menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan audit.
Mengingat bahwa budaya suatu bangsa biasanya berbeda
dengan bangsa-bangsa lainnya, maka sangat mungkin terjadi
bahwa budaya bangsa tersebut ikut mewarnai kode etik yang
dimaksud. Dengan mengacu pada kode etik tersebut,
diharapkan perilaku auditor dalam setiap situasi atau keadaan
atau pada setiap saat hendaklah merupakan perilaku yang
tidak tercela.
• Apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor atau
perilaku yang tidak benar dalam kehidupan pribadinya, akan
dapat menempatkan integritas auditor dan lembaga di mana
dia bekerja, kualitas dan validitas tugas pemeriksaannya pada
situasi yang tidak menguntungkan, dan dapat menimbulkan
keraguan terhadap keandalan dan kompetensi lembaga
pemeriksa tersebut.
Klasifikasi Audit Sektor Publik Berdasarkan
Tujuan Pengujian
1. Pengujian pengendalian – untuk menyediakan bukti-bukti
yang berkaitan dengan (1) keefektifan desain kebijakan
atau prosedur sistem akuntansi, prosedur pengendalian
atau lingkungan pengendalian, atau (2) keefektifan
pelaksanaan kebijakan atau prosedur tersebut.
2. Pengujian substantif – untuk menyediakan bukti-bukti
tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan
neraca, atau sebaliknya, tentang kesalahan atau
ketidakberesan yang terjadi.
Tipe-tipe Pengujian Pengendalian
1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan
keefektifan desain kebijakan atau prosedur dan apakah
benar-benar digunakan dalam kegiatan organisasi.
2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan
kebijakan dan prosedur dan bagaimana pengaplikasiannya,
konsistensinya dengan aplikasi sebelumnya, dan oleh siapa
aplikasi tersebut dilakukan selama periode audit.
Tipe-tipe Pengujian Substantif
1. Prosedur analitis, merupakan suatu prosedur dalam
menyediakan bukti-bukti tentang validitas perlakuan
akuntansi atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya
tentang kesalahan atau ketidakberesan yang terjadi.
2. Pengujian rinci atas transaksi atau neraca merupakan suatu
pengujian untuk menyediakan bukti-bukti tentang validitas
perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca, atau
sebaliknya, tentang kesalahan atau ketidakberesan yang
terjadi.
Hubungan Keuangan
Pusat – Daerah di Indonesia

Drs. Achmad Lutfi, M. Si.


Perspektif Hubungan Keuangan
Pusat - Daerah
• Pengertian yang didasari oleh pengalaman sejarah atau
ideologi yang melihat bahwa keberadaan daerah sudah ada
sejak negara didirikan. Negara merupakan kumpulan atau
terdiri dari daerah-daerah dan daerah dianggap sebagai
unit/unsur yang sangat penting. Maka hubungan pusat-
daerah dilihat sebagai bagian dari keuangan daerah secara
menyeluruh, karena lebih mementingkan daerah-daerah
(daerah otonom).
• Pengertian yang dilatarbelakangi oleh konsep negara
kesatuan. Sebuah negara dibagi-bagi menjadi beberapa
daerah yang lebih kecil. Kekuasaan terletak di pusat, jika
memungkinkan dapat dibagi ke daerah. Keuangan daerah
merupakan bagian hubungan keuangan pusat-daerah.
Konsep Hubungan Keuangan Pusat - Daerah dan
Perimbangan Keuangan Pusat - Daerah

Hubungan Keuangan Konsep Perimbangan Keuangan


Pusat-Daerah Pusat-Daerah
Ada multi-level Fungsi dan sumber
pemerintah. keuangan.
Peran daerah sebagai Peran daerah sebagai
perpanjangan pusat lembaga penyalur
untuk pelayanan aspirasi dan ungkapan
penduduk setempat identitas penduduk
(Wilayah Administrasi). setempat (Daerah
Otonom).
Konsep Hubungan Keuangan Pusat - Daerah dan
Perimbangan Keuangan Pusat - Daerah

Hubungan Keuangan Konsep Perimbangan Keuangan


Pusat-Daerah Pusat-Daerah
Dengan batas  Diberi keleluasaan
menentukan tarif. untuk menghimpun
pajak daerah dan
retribusi daerah sendiri
untuk memperoleh
penerimaan dan
keleluasaan dan untuk
menentukan tarifnya
sendiri.
Konsep Hubungan Keuangan Pusat - Daerah dan
Perimbangan Keuangan Pusat - Daerah

Hubungan Keuangan Konsep Perimbangan Keuangan


Pusat-Daerah Pusat-Daerah
Bantuan spesifik. Bagi hasil pajak.

Bantuan untuk Block grant tanpa


mengimbangi pengendalian.
kekurangan berdasarkan
perkiraan Pusat.
Justifikasi Campur Tangan Pemerintah Pusat
dalam Pemerintahan di Daerah
1. Kekhawatiran mengenai persatuan nasional dan kekuataan-
kekuatan yang dapat memecah belah.
2. Memelihara keseimbangan politik dan keadilan dalam
pembagian sumber daya antar daerah (Jawa - luar Jawa).
3. Pemerintah pusat ingin tetap memegang kendali yang erat
atas kebijaksanaan pembangunan ekonomi.
4. Penerimaan dari hasil minyak bumi yang melimpah di era
1970-an (Oil Boom).
Kontra Justifikasi Campur Tangan
Pemerintah Pusat di Daerah
1. Wilayah yang sangat luas melahirkan berbagai tantangan,
antara lain di sektor perhubungan, pengetahuan tentang
keadaan setempat, dan pengendalian yang efektif.
2. Hambatan budaya dan fisik terhadap pengendalian dari
pusat dan terutama sifat tidak suka pertentangan, yang
menghambat pelaksanaan instruksi dari pusat.
3. Kebijaksanaan pemerintah pusat sering membutuhkan pula
sumbangan sumber daya daerah yang tidak selalu
berbentuk uang.
Penerimaan Pokok Daerah

1. Psl. 2, UU No. 32/1956


Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Perusahaan Daerah;
Pendapatan Negara yang diserahkan ke daerah; Ganjaran;
Subsidi; Bantuan.
2. Psl. 3, UU No. 25/1999
PAD; Dana Perimbangan; Pinjaman; Lain-lain penerimaan yang
sah
• Psl. 5, UU No. 33/2004
Pendapatan Daerah (PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain
Pendaptan) dan Pembiayaan (sisa lebih perhitungan anggaran
daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah,
dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan).
Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah
1. Pendapatan Daerah (Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, lain-
lain pendapatan yang sah).
2. Pembiayaan (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, Penerimaan Pinjaman
Daerah, Dana Cadangan Daerah, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan).

Penerimaan Asli Daerah


1. UU No. 32/1956
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan daerah; Pendapatan
sah yang diatur undang-undang; (Pendapatan dinas)
2. UU No. 25/1999
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan milik daerah; Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; Lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
3. UU No. 33/2004
Pajak daerah; Retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan; lain-lain PAD yang sah (hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan
selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi,
potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah).
Pendapatan Asli Daerah
1.Pajak Daerah.
2.Retribusi Daerah.
3.Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4.Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah).

Pajak Daerah
1.Tax Assignment
2.Tax Sharing (by formula atau by origin)

Sudut Pandang Hubungan Keuangan Pusat - Daerah (berdasarkan


peranan Pemda)
1.Daerah mempunyai tujuan politik.
2.Tujuan pemda yang hanya bersifat tata usaha dan ekonomi.
3.Jalan tengah.
Penyerahan Pajak kepada daerah
UU No. 32/1956 (Psl. 3) dan PP No. 3/1967
• Daerah Tingkat I (Pajak Verponding Pajak Jalan Pajak Potong
Hewan).
• Daerah Tingkat II (Pajak Verponding Indonesia, Pajak Jalan, Pajak
Potong Hewan, Pajak Kopra, Pajak Pembangunan I ).
UU No. 16/1968
• Pajak Bangsa Asing
• Pajak Restoran
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Retribusi Daerah
1. Retribusi Jasa Umum.
2. Retribusi Jasa Usaha.
3. Retribusi Perizinan Tertentu.

Dana Perimbangan
1. Dana Bagi Hasil.
2. Dana Alokasi Umum.
3. Dana Alokasi Khusus.
Bagi hasil pajak dan bukan pajak
Bagi Hasil Pajak :
1. Pajak Bumi dan Bangunan
2. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
3. Pajak Penghasilan (PPh) Psl. 25 dan Psl. 29 Wajib Pajak Pribadi Dalam
Negeri dan PPh Psl. 21.
Bagi Hasil Sumber Daya Alam :
1. Kehutanan.
2. Pertambangan Umum.
3. Perikanan.
4. Pertambangan Minyak Bumi.
5. Pertambangan Gas Bumi.
6. Pertambangan Panas Bumi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dana Alokasi Umum


1. Jumlah Penduduk.
2. Luas Wilayah.
3. Indeks Kemahalan Konstruksi.
4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita.
5. Indeks Pembangunan Manusia.

Anda mungkin juga menyukai