Anda di halaman 1dari 74

Case Report Session

Partus Prematurus Imminens

Oleh :
Elza Efmy
1310070100035

Preseptor:
dr. Hovlanta Pidingan, Sp.OG
Partus Prematurus Imminens
Pendahuluan
Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas
neonatus pada bayi preterm/prematur masih
sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas
organ pada bayi lahir seperti paru, otak dan
gastrointestinal. Di negara Barat sampai 80% dari
kematian neonatus adalah akibat prematuritas
dan pada bayi yang selamat 10% mengalami
permasalahan dalam jangka panjang.
Penyebab persalinan preterm sering dapat
dikenali dengan jelas. Namun, pada banyak kasus
penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa
faktor mempunyai andil dalam terjadinya
persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor
janin dan plasenta ataupun faktor lain seperti
sosioekonomik.
Definisi
Persalinan prematur adalah persalinan dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat
bayi kurang dari 2.500 gram. Menurut World
Health Organization (WHO), bayi prematur adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu
atau kurang. Sedangkan menurut Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia (POGI) di Semarang
tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat
diketahui bahwa Partus Prematurus Imminens
(PPI) adalah suatu ancaman pada kehamilan
dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada
usia kehamilan yang belum aterm (20-37
minggu) dan badan bayi lahir kurang dari 2500
gr.
Epidemiologi
Sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh
prematuritas. Kelahiran prematur merupakan
masalah global. Lebih dari 60% dari kelahiran
prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan.
Di Indonesia angka kejadian berat badan lahir
rendah dan prematur sebesar 11,1% pada tahun
2010 menjadi 10,2% pada tahun 2013. Di Rumah
Sakit St. Elisabeth Medan pada tahun 2004-2008
kejadian kelahiran prematur sebesar 8,4% dari
seluruh persalinan.
Etiologi
Persalinan Prematur merupakan kelainan
proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan
obstetrik, sosiodemografi dan faktor medik
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
persalinan prematur.
Kondisi selama kehamilan yang berisiko
terjadinya persalinan preterm adalah:
• Janin dan Plasenta
– Perdarahan trimester awal
– Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa)
– Ketuban pecah dini (KPD)
– Pertumbuhan janin terhambat
– Cacat bawaan lahir
– Kehamilan ganda/gemeli
– Polihidramnion
• Ibu
– Penyakit berat pada ibu
– Diabetes mellitus
– Preeklampsia/hipertensi
– Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
– Penyakit infeksi dengan demam
– Stres psikologik
– Kelainan bentuk uterus/serviks
– Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
– Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
– Pemakaian obat narkotik
– Trauma
– Perokok berat
– Kelainan imunologi/kelainan rhesus
Patogenesis
1. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya
persalinan
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan
anxietas yang biasa terjadi pada primipara muda
yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya
stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi
prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-
Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan
timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan
mengakibatkan kondisi stres pada janin.
Stres pada ibu maupun janin akan
mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon
Corticotropin Releasing Hormone (CRH),
perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone
(ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase (MMP), interleukin-8,
cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate
(DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran
kelenjar adrenal.
2. Inflamasi/ infeksi
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-
amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar ke
uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan
penyebab potensial terjadinya persalinan
prematur. Infeksi intraamnion akan terjadi
pelepasan mediator inflamasi seperti pro-
inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ).
Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang
akan merangsang aksis HPA janin dan
menghasilkan kortisol dan dehidroepiandrosteron.
Hormon-hormon ini bertanggung jawab
untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan
endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi.
Sitokin juga berperan dalam meningkatkan
pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan
perubahan pada serviks dan pecahnya kulit
ketuban.
3. Perdarahan plasenta
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang
berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan
ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan
mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan
pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi
dari faktor pembekuan Xa (protombinase).
Protombinase akan mengubah protrombin
menjadi trombin dan pada beberapa penelitian
trombin mampu menstimulasi kontraksi
miometrium
4. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme keempat adalah peregangan
berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan oleh
kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi
berlebih yang disebabkan kelainan uterus atau
proses operasi pada serviks. Mekanisme ini
dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.
Diagnosis
Tidak jarang kontraksi yang timbul pada
kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman
proses persalinan.
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis
ancaman persalinan preterm, yaitu:
• Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8
menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
• Adanya nyeri pada punggung bawah (low back
pain)
• Perdarahan bercak
• Perasaan menekan daerah serviks
• Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi
pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-
80%
• Presentasi janin rendah sampai mencapai spina
ischiadica
• Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda
awal terjadinya persalinanan preterm
• Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah persalinan preterm antara lain sebagai
berikut.
• Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda
• Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
• Menggunakan kesempatan periksa hamil dan
memperoleh pelayanan antenatal yang baik
• Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi
obat terlarang
• Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
• Obati penyakit yang dapat menyebabkan
persalinan preterm
• Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing
• Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap
persalinan preterm
 
Penatalaksanaan
Ibu hamil yang mempunyai risiko terjadi
persalinan preterm dan/atau menunjukkan tanda-
tanda persalinan preterm perlu dilakukan
intervensi untuk meningkatkan neonatal
outcomes. Manajemen persalinan preterm
bergantung pada beberapa faktor:
• Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya
persalinan tidak dihambat bilamina selaput
ketuban sudah pecah
• Pertumbuhan seviks. Persalinan akan sulit
dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm
• Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan,
upaya mencegah persalinan makin perlu
dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan
berlangsung bila TBJ>2.000 gr atau kehamilan
>34minggu
• Penyebab/komplikasi persalinan preterm
• Kemampuan neonatal intensive care facilities
• Ada atau tidaknya gejala klinis dari infeksi
intrauterine
• Ada atau tidaknya pertanda-pertanda yang
meramalkan persalinan dalam waktu yang
singkat ini
Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur
adalah sebagai berikut:
• Menghambat atau mengurangi kekuatan dan
kontraksi uterus untuk menunda proses
persalinan.
• Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum
dilahirkan
• Menurunkan morbiditas dan mortalitas
perinatal
Pengelolaan persalinan prematur dapat
mencakup:
• Tirah Baring
• Hidrasi/sedasi
Alasan diberikannya hidrasi adalah karena
wanita dengan risiko persalinan prematur
memiliki volume plasma di bawah normal.
Namun, pemberian hidrasi ataupun sedasi masih
belum memilki data yang mendukung. Hidrasi
ataupun sedasi belum memperlihatkan efek
menurunkan kejadian persalinan prematur.
• Progesteron
Adanya hipotesis persalinan prematur karena
progesterone withdrawal, maka salah satu
pencegahan ataupun pengobatan persalinan
prematur adalah dengan pemberian
progesteron. Namun, penggunaan progersteron
ini belum berhasil menghentikan persalinan
prematur.
• Tokolisis
Pemberian tokolisis untuk menghambat
persalinan masih belum efektif. Namun,
pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan
bila dijumpai kontraksi uterus yang regular
dengan perubahan serviks. Alasan pemberian
tokolisis dalam pengelolaan persalinan prematur
adalah:
– Mencegah mortalitas dan morbiditas bayi
prematur
– Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid
untuk menstimulir surfaktan paru janin
• Memberi kesempatan transfer intrauterine pada
fasilitas yang lebih lengkap.
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan
sebagai tokolisis adalah:
- Obat β-mimetik
Contoh terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan
salbutamol
- Sulfas magnesikus
- Prostaglandin Synthetase Inhibitors
Contoh obatnya adalah indometasin
- Calcium Channel Blockers
Obat yang digunakan adalah nifedipin
• Kortikosteroid
Kortikosterid yang paling sering digunakan
adalah:
- Betametason : 2 x 12 mg intramuskular dengan
jarak pemberian 24 jam
- Deksametason : 4 x 6 mg intravena dengan
jarak pemberian 6 jam
• Antibiotika
Komplikasi
Permasalahan pada persalinan prematur bukan
saja pada kematian perinatal, melainkan bayi
prematur sering disertai kelainan, baik kelainan
jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan
jangka pendek yang sering terjadi adalah: RDS
(Respiratory Distress Syndrome), perdarahan
intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero
Cilitis), displasi bronko-pulmoner, sepsis, dan
paten duktus arteriosus.
Adapun kelainan jangka panjang sering berupa
serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga
dapat berupa disfungsi neurobehavioral dan
prestasi sekolah yang kurang baik.
Prognosis
Pada pusat pelayanan yang maju dengan
fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan berat
2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan
hidup lebih dari 97%. 1500 sampai 2.000 gram
lebih dari 90% dan 1.000 sampai 1.500 gram
sebesar 65-80%
LAPORAN KASUS
Identitas
• Nama : Ny. S
• Umur : 22 tahun
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Selayo
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• No MR : 157131
• Tanggal masuk : 14 Oktober 2017
Anamnesa
• Keluhan Utama
Seorang pasien wanita umur 22 tahun datang
ke IGD RSUD Solok pada tanggal 14 Oktober 2017
pada jam 02.30 WIB dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak 3 hari yang lalu.
• Riwayat Penyakit Sekarang
– Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 3 hari
yang lalu, nyeri hilang timbul, semakin meningkat
dalam 1 hari ini.
– Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
– Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
– Keluar bercak darah dari kemaluan 1 hari yang
lalu
– Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
– Tidak haid sejak ± 8 bulan yang lalu
– HPHT : 28 Februari 2017 TP : 5 Desember
2017
– Gerak anak dirasakan sejak usia kehamilan ± 5
bulan
– RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
– Riwayat demam (-), riwayat keputihan (+) sejak
awal bulan kehamilan, warna putih kekuningan,
berbau, gatal (-)
– Riwayat trauma (-)
– Riwayat perut diurut (-)
– Riwayat Menstruasi : Menarche umur 14 tahun,
siklus haid teratur 1 x 28 hari, lamanya 5-7 hari,
banyaknya 2-3x ganti duk/hari, nyeri (-)
– ANC : kontrol ke bidan 4 kali pada usia
kehamilan 3, 4, 5 dan 6 bulan
– Mual (+), muntah (+) > 5x
– Nyeri kepala (-)
– Penglihatan kabur (-)
– Nafsu makan berkurang sejak awal kehamilan
• Riwayat Penyakit Dahulu
– Riwayat gastritis (+)
– Tidak pernah menderita penyakit jantung,
paru, hati, ginjal, DM, hipertensi dan alergi.
• Riwayat Penyakit Keluarga
– Tidak ada keluarga yang menderita penyakit
keturunan, menular dan kejiwaan.
• Riwayat Perkawinan
– 1 x tahun 2016 - sekarang
• Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : 1/0/0
Sekarang
• Riwayat Kontrasepsi
(-)
• Riwayat Imunisasi
(-)
• Riwayat pendidikan
SMP
 
Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : Sedang
• Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
• Tinggi Badan : 146 cm
• Berat Badan sebelum hamil : 36 Kg
• Berat Badan sesudah hamil : 39 Kg
• BMI : 17,14 kg/ m2 (underweight)
• Status gizi : Kurang gizi
• Vital sign :
– Tekanan Darah : 130/80 mmHg
– Nadi : 86x/ menit
– Nafas : 20x/ menit
– Temperatur : 36,7 0C    
• Status Generalis
• Mata   
– Konjungtiva anemis (-/-)
– Sklera Ikterik (-/-)
• Leher     
– Inspeksi :
• JVP 5-2 cm
• Kelenjar tiroid tidak tampak membesar
– Palpasi :
Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Kelenjar Getah Bening tidak teraba
membesar
• Toraks
– Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial
LMCS RIC V
• Perkusi : Batas jantung dalam batas
normal
• Auskultasi : Reguler, bising (-), gallop (-)
– Pulmo
• Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris
kiri = kanan
• Palpasi : Fremitus sama kiri = kanan
• Perkusi : Sonor kiri = kanan
• Auskultasi : Vesikuler normal +/+, ronkhi
-/-, wheezing -/-
• Ekstremitas        
- Edema -/-, RF +/+, RP -/-
• Status Obstetrikus
– Muka
• Chloasma gravidarum (+)
– Mammae
• Membesar, areola dan papilla mammae
hiperpigmentasi (+), pembesaran kelenjar
montgomery (+), kolostrum (-)
– Abdomen
– Inspeksi :
• Tampak perut membuncit sesuai dengan
usia kehamilan preterm, Linea mediana
hiperpigmentasi (+), striae gravidarum (+),
sikatrik (-)
– Palpasi :
• FUT : ½ Pusat - Prosesus Xiphoideus
• His : (-)
• HIS (+)/ jarang/ lemah
• Ballotement (+)
– Perkusi :
• Timpani
– Auskultasi :
• DJJ : 135-145 x/menit
• Genitalia  
– Inspeksi
• V/U tenang
• PPV (-)
• Tampak lendir berwarna putih kekuningan
di vagina
– VT
•Pembukaan : (-)
• Portio : Tebal, kaku
• Kepala : Tidak teraba
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium :
• Hemoglobin : 12,4 gr/ dl
• Hematokrit : 37,8 %
• Leukosit : 9.400/ mm3
• Trombosit : 369.000/ mm3
• HbSAg : (-)
• HIV : Non reaktif
Faal hati :
• SGOT (AST) : 24 u/l
• SGPT ( ALT) : 18 u/l
• Albumin : 3,14 mg/dl
• LDH : 377 u/l

Faal ginjal
• Ureum : 20 mg/dl
• Creatinin : 0,55 mg/dl
Pemeriksaan urinalisa :
• Keton : ++
• Protein : ++
USG
• Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
• Aktivitas gerak janin baik
• FHR (+)
• Biometri:
BPD : 82,4 mm
AC: 269,3 mm
FL : 64,2 mm
EFW : 1.906 gr
AFI : 4,8 cm
• Placenta tertanam di corpus belakang grade II-III
• Kesan : Gravid 31-32 minggu
• Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
Diagnosa
– Diagnosa :
G1P0A0H0 Gravid preterm 32-33 minggu + Partus
prematurus imminens
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
– Sikap :
• Kontrol KU, VS, DJJ dan HIS
• Informed consent
– Terapi
• Pematangan paru:
- Inj. Dexametason 2x2 amp (2 hari)
•Pemberian tokolitik:
- Nifedipin 2x10 mg
- Asam mefenamat 2x500 mg
• Antiemetik:
- Inj. Metoclopramid 3x1 amp
- Inj. Ondansetron 3x1 amp
• Vit B6 3x1 tab
Follow up
16/10/17 (07.00 WIB)
 S : Demam (-)
•Nyeri pinggang (+) hilang timbul
•Gerak anak (+)
•Mual/muntah berkurang
O : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 120/80 96x/i 20x/i 36,7 0c
– Mata        :
• Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera ikterik (-/-)
– Abdomen :
• Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai
kehamilan preterm
• Palpasi : FUT ½ Pusat- processus
xyphoideus,
His (+)/ jarang/ lemah
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : BU (+) N, DJJ 145-150 x/ menit
– Genitalia :
• Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
– Ekstremitas
• RF (+), RP (-)
A : G1P0A0H0 gravid 32-33 minggu + Partus
prematurus imminens
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
S : Kontrol KU, VS, HIS, DJJ
Th :
• IVFD RL 500 cc 20 tpm
• Inj. Dexametasone 2x2 amp (2 hari)
• Inj. Metoclopramid 3x1 amp
• Inj. Ondansetron 3x1 amp
• Nifedipin 2x10 mg
• Asam mefenamat 3x500 mg
• Vit B6 3x1 tab
Follow up
16/10/17 (07.00 WIB)
 S : Demam (-)
•Nyeri pinggang (-)
•Gerak anak (+)
•Mual/muntah (-)
O : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 120/80 96x/i 20x/i 36,7 0c
– Mata        :
• Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera ikterik (-/-)
– Abdomen :
• Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai
kehamilan preterm
• Palpasi : FUT ½ Pusat- processus
xyphoideus,
His (-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : BU (+) N, DJJ 145-150 x/ menit
– Genitalia :
• Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
– Ekstremitas
• RF (+), RP (-)
A : G1P0A0H0 gravid 32-33 minggu + Partus
prematurus imminens
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
S : Kontrol KU, VS, HIS, DJJ
Th :
• Nifedipin 2x10 mg
• Asam mefenamat 3x500 mg
• Vit B6 3x1 tab
• Ranitidin 2x1 tab
P : Pasien boleh pulang
ANALISA KASUS
Laporan kasus ini membahas seorang pasien berusia 22
tahun masuk ke IGD RSUD Solok pada tanggal 14 Oktober
2017 pukul 02.30 WIB. Pasien didiagnosis G1P0A0H0 gravid
32-33 minggu + Partus prematurus imminens, janin hidup
tunggal intrauterin presentasi kepala. Sebagai panduan
untuk diskusi pada target akademis komprehensif ilmiah
maka kita akan membahas beberapa pertanyaan referensi
sebagai berikut:
1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar?
2. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?
3. Apa penyebab partus prematurus imminens pada pasien
ini?
 
1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar?
Dari anamnesa diketahui pasien primigravida, tidak
haid sejak ± 8 bulan yang lalu. HPHT 28 Februari 2017 (TP
5 Desember 2017). Dari pemeriksaan fisik, perut
membuncit sesuai usia kehamilan, fundus uteri teraba
pertengahan pusat dan processus xyphoideus, tinggi
fundus uteri 24 cm. Maka pasien dalam kehamilan
preterm 32-33 minggu.
Dari anamnesa, didapatkan keluhan pasien nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak 3 hari yang lalu,
nyeri hilang timbul, semakin meningkat dalam 1
hari ini. Keluar lendir campur darah dari kemaluan
(-). Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-).
Keluar bercak darah dari kemaluan 1 hari yang lalu.
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-).
Riwayat demam (-), riwayat keputihan (+) sejak
awal bulan kehamilan, warna putih kekuningan,
berbau, gatal (-). Mual (+), muntah (+) > 5x, nyeri
kepala (-), penglihatan kabur (-), nafsu makan
berkurang sejak awal kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan BMI 17,14
kg/ m2 (underweight). Ekstremitas: Edema (-/-),
refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-). Pada
pemeriksaan abdomen, inspeksi: perut tampak
membuncit sesuai dengan usia kehamilan
preterm, linea mediana hiperpigmentasi (+), striae
gravidarum (+), sikatrik (-). Palpasi: FUT ½ Pusat -
processus xyphoideus, HIS (+)/ jarang/ lemah,
ballotement (+). Perkusi : Timpani. Auskultasi :
Bising usus (+) N, DJJ : 135-145 x/menit.
Pada pemeriksaan genitalia tampak  V/U tenang,
PPV (-), tampak lendir berwarna putih kekuningan di
vagina. Pada pemeriksaan VT, pembukaan (-), portio:
tebal, kaku, bagian bawah janin tinggi.
Pada pemeriksaan Urinalisa didapatkan protein
dan keton +2. Pemeriksaan faal hepar, albumin: 3,14
mg/dl. Dari pemeriksaan USG diketahui janin hidup
tunggal intrauterin, aktivitas gerak janin baik, FHR (+),
BPD: 82,4 mm, AC : 269,3 mm, FL : 64,2 mm, EFW :
1.906 gr, AFI: 4,8 cm, plasenta tertanam di corpus
belakang grade II-III, kesan : gravid 31-32 minggu,
janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosa
pada pasien ini sudah benar yaitu G1P0A0H0
gravid 32-33 minggu + Partus prematurus
imminens, janin hidup tunggal intrauterin
presentasi kepala. Keadaaan ini dapat
mengancam janin.
2. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah
tepat?
• Dalam menghadapi kasus PPI ada 3
kemungkinan, yaitu :
• Mempertahankan kehamilan sehingga janin
dapat lahir se-aterm mungkin.
• Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat
memberikan obat pematangan paru janin
• Membiarkan terjadi persalinan
Pada pasien ini diambil penatalaksanaan untuk
mempertahankan kehamilan seaterm mungkin,
melalui cara batasi aktivitas/ tirah baring,
menghambat proses persalinan preterm dengan
tokolitik, pematangan surfaktan paru janin dengan
kortikosteroid, serta pemberian antibiotik bila perlu
untuk pencegahan terhadap infeksi. Pada pasien ini
diberikan pematangan paru: Inj. Dexametasone 2x2
amp (2 hari), tokolitik: Nifedipin 2x10 mg dan Asam
mefenamat 3x500 mg, Vit B6 3x1 tab. Untuk
menghilangkan gejala mual dan muntah, pasien
diberikan Inj. Metoclopramid 3x1 amp, Inj.
Ondansetron 3x1 amp.
3. Apa penyebab partus prematurus pada pasien
ini?
Persalinan prematur merupakan kelainan
proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan
obstetrik, sosiodemografi dan faktor medik
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
persalinan premature. Pada kasus ini faktor yang
mungkin menyebabkan persalinan prematur
adalah adanya riwayat keputihan sejak awal
kehamilan dan kurang gizi pada ibu.
KESIMPULAN

Persalinan prematur dapat diartikan sebagai


dimulainnya kontraksi uterus yang teratur yang
disertai pendataran dan/atau dilatasi serviks serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari
259 hari) atau dengan berat janin kurang dari
2.500 gram.
Pengelolaan persalinan prematur mencakup: Tirah
baring (bed rest), hidarasi, progesteron, pemberian
tokolisis, pemberian kortikosteroid dan pemberrian
antibiotik jika pada kehamilan ditemukan risiko
terjadinya infeksi.
Persalinan prematur tentunya akan mengakibatkan
lahirnya bayi prematur yakni bayi yang lahir pada masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (dihitung dari hari
pertama haid terakhir) tanpa memandang berat
lahirnya. Prematuritas merupakan masalah besar karena
dengan berat badan janin yang kurang dan belum cukup
umur maka organ-organ vital belum sempurna sehingga
mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai