Anda di halaman 1dari 12

SUBJEK PPN

PENGUSAHA
PASAL 1 ANGKA 14

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk


apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang,
mengimpor barang,
mengekspor barang
melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean
PENGUSAHA KENA PAJAK
 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN.
KEWAJIBAN PKP
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena
Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
diwajibkan :
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
memungut pajak yang terutang;
menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal
Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan
melaporkan penghitungan pajak.

Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang


batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
PENGUSAHA KECIL
 Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu
tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto
dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp
4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta
rupiah).
 Berlaku sejak 2014

 Sebelumnya Rp 600.000.000,-
TERKAIT DENGAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN,
PERLU DIPERHATIKAN HAL-HAL SEBAGAI
BERIKUT :
1. Pengusaha Kecil wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku, jumlah peredaran
bruto dan atau penerimaan brutonya melebihi batas tersebut
2. Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam poin (1) wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lama akhir bulan berikutnya
setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi
batasan pengusaha kecil.
3. apabila diperolehdata dan/atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban
perpajakan tsb tidak dipenuhi, DJP dapat mengukuhkan PKP secara jabatan
4. DJP dapat menerbitkan SKP/STP untuk masa pajak sebelum pengusaha dikukuhkan
secara jabatan sebagai PKP terhitung sejak saat jumlah peredaran dan/atau
penerimaan brutonya melebihi batasan pengusaha kecil
CONTOH
 PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik sejak 2
Januari 2010 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Sunter. Peredaran
bruto selama tahun 2010 sbb
Bulan Peredaran Bruto Bulan Peredaran Bruto
Januari 100.000.000 Juli 75.000.000
Februari 175.000.000 Agustus 85.000.000
Maret 50.000.000 September 115.000.000
April 200.000.000 Oktober 105.000.000
Mei 150.000.000 Nopember 95.000.000
Juni 120.000.000 Desember 130.000.000
 Kapan paling lama PT ABC harus melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak?
 Jika PT ABC tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP dan pada tanggal 31 Desember 2010 KPP Pratama Sunter
mengukuhkan PT ABC sebagai PKP secara jabatan berapa nilai
SKP dan/STP yang harus dibayar?
MEMILIH DIKUKUHKAN
Pengusaha Kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak wajib
memungut pajak yang terutang;
menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar
dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang terutang; dan
melaporkan penghitungan pajak.
HUBUNGAN ISTIMEWA
 Hubungan istimewa antara Pengusaha Kena Pajak dengan
pihak yang menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau
keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan karena
 faktor kepemilikan atau penyertaan;
 adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi.
 Hubungan istimewa di antara orang pribadi dapat pula terjadi
karena adanya hubungan darah atau karena perkawinan
HUBUNGAN ISTIMEWA
FAKTOR KEPEMILIKAN ATAU
PENYERTAAN
 Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak
langsung sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada
Pengusaha lain, atau
 hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua
puluh lima persen) atau lebih pada dua pengusaha atau lebih,
demikian pula
 hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut
terakhir;
HUBUNGAN ISTIMEWA
FAKTOR PENGUASAAN
 Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua
atau lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan
Pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak
langsung
 dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen
atau penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat
hubungan kepemilikan.
 Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih
perusahaan berada di bawah penguasaan pengusaha yang
sama. Demikian juga hubungan antara beberapa
perusahaan yang berada dalam penguasaan pengusaha
yang sama tersebut.
HUBUNGAN ISTIMEWA
FAKTOR KELUARGA
 Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping
satu derajat.
 Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak,
sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke
samping satu derajat adalah kakak dan adik.
 Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan
hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping
satu derajat adalah ipar.
 Apabila antara suami istri mempunyai perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan, maka hubungan antara suami istri
tersebut termasuk dalam pengertian hubungan istimewa menurut
Undang-Undang ini.

Anda mungkin juga menyukai