Anda di halaman 1dari 29

Faktur Pajak

Pengertian
Pasal 1 angka 23 UU No. 42 Tahun 2009

• Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang


dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
Jenis Faktur Pajak
• Faktur Pajak
• Faktur Pajak Gabungan
• Dokumen tertentu dipersamakan dengan
faktur pajak
Kewajiban membuat faktur pajak
Pasal 13 ayat (1)
• Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk
setiap
– penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D;
• penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha
• ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
• Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan semula Tidak Untuk
Diperjualbelikan
– penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf c;
– ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; dan/atau
– ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf h.
• Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau menyerahkan Jasa
Kena Pajak itu wajib
– memungut Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan
– memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak.
• Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda
dengan faktur penjualan.
• Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen
tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur
Jenderal Pajak
Saat Pembuatan Faktur Pajak
Pasal 13 ayat 1 A UU No 42 Tahun 2009

• Faktur Pajak harus dibuat pada


– saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak;
– saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
– saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan; atau
– saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
• pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan
Pemerintah sebagai Pemungut PPN.
Faktur Pajak Gabungan
Pasal 13 ayat (2) UU No 42 Th 2009
• Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1
(satu) Faktur Pajak meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan
kalender.
• Faktur Pajak tsb harus dibuat paling lama pada
akhir bulan penyerahan
• Pengusaha Kena Pajak diperkenankan
membuat Faktur Pajak gabungan paling lama
pada akhir bulan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
meskipun di dalam bulan penyerahan telah
terjadi pembayaran baik sebagian maupun
seluruhnya
Contoh 1
• Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak kepada pengusaha B
pada tanggal 1, 5, 10, 11, 12, 20, 25, 28, dan 31 Juli
2010, tetapi sampai dengan tanggal 31 Juli 2010
sama sekali belum ada pembayaran atas penyerahan
tersebut, Pengusaha Kena Pajak A diperkenankan
membuat 1 (satu) Faktur Pajak gabungan meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan pada bulan Juli,
yaitu paling lama tanggal 31 Juli 2010
ROAD MAP PPN
Pembenahan Sistem Administrasi PPN

2014
2013

2012
• Memperluas basis eSPT
2011
• Kebijakan Pengukuhan • Validasi Faktur Pajak
PKP • Segmentasi PKP: normal • eTax Invoice
• Peningkatan dan deemed
• Evaluasi eSPT Penggunaan eSPT • eTax Invoice: Pilot Project
• Peraturan eSPT • Registrasi Ulang PKP
• Tim Kajian
Komprehensif

10
Sumber: Road Map Pembenahan Sistem Administrasi PPN Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI
Penyempurnaan Pengaturan FP
Pasal 13 (5) UU PPN

a Identitas Sesuai dengan alamat


Penjual/Pembeli
Alamat
b yg sebenarnya

Menggambarkan
c Jenis BKP/JKP BKP/ JKP
keadaan sebenarnya
Dalam hal diketahui jumlah unit atau satuan
tertentu lainnya, maka harus dicantumkan Keterangan
FP Lengkap
Meminta Tata cara ditentukan
f Nomor Seri FP
ke DJP oleh DJP

Identitas: Sesuai identitas yang


Nama -KTP sah & berlaku
g Penandatangan
-SIM (fotocopy dilampirkan pada saat
FP pemberitahuan pejabat
-Passport penandatangan FP)
Catatan: Selain 5 Butir Pengaturan di atas, masih terdapat butir lain, untuk lebih lengkapnya dapat Saudara lihat selengkapnya di
PER-24/PJ/2012
Perubahan Nomor Seri Faktur Pajak
. - .
Kode transaksi & status Kode cabang Kode tahun Nomor Seri

Jumlah Digit:
Penomoran FP
8 digit
Sesuai dengan
Ditentukan oleh PKP sendiri
Per-13/65

. - .
Kode transaksi & status Nomor Seri

Jumlah Digit:
Penomoran FP 13 digit
Sesuai dengan Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk kode tahun akan
Per-24 dicreate oleh sistem DJP dan kode cabang dihapus.
Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

• Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri


dari 16 (enam belas) digit, yaitu:
a. 2 (dua) digit pertama adalah KodeTransaksi;
b. 1 (satu) digit berikutnya adalah Kode Status; dan
c. 13 (tiga belas) digit berikutnya adalah Nomor Seri
Faktur Pajak.
KODE FAKTUR PAJAK
Kode Transaksi :
01-kepada Selain Pemungut PPN
02-kepada Pemungut Bendaharawan
03-kepada Pemungut PPN lainnya
04-yg mnggnkn DPP Nilai Lain kpd Selain Pemungut PPN
05-tidak digunakan sejak 1 April 2010
06-penyerahan Lainnya kpd Selain Pemungut PPN
07-yang PPN-nya TDP kpd Selain Pemungut PPN
08-yg dibbskan dr pengenaan PPN kpd Selain Pemungut
PPN
09-pnyrhn Aktiva pasal 16 D kpd Selain Pemungut PPN
Kode Status :
0 – Normal
1 - Penggantian
Contoh penulisan Kode dan Nomor
Seri Faktur Pajak
Tata Cara Penggunaan Nomor Seri
Faktur Pajak
a. Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 11 (sebelas) digit nomor urut
yang dipisahkan oleh 2 (dua) digit tahun penerbitan.
b. Nomor Seri Faktur Pajak diberikan dalam bentuk blok nomor
dengan jumlah sesuai permintaan PKP.
Contoh:
• PKP meminta 100 Nomor Seri Faktur Pajak, maka Nomor Seri
Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat
berupa:
- 900.13.00000001 s.d. 900.13.00000100;
- 900.13.99999901 s.d. 901.13.00000000;
- 900.13.99999999 s.d. 901.13.00000098, dan sebagainya.
c. Nomor Seri Faktur Pajak digunakan untuk penerbitan Faktur Pajak
dalam tahun yang sama dengan 2 (dua) digit tahun penerbitan
yang tertera dalam Nomor Seri Faktur Pajak.
Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya
Dipersamakan Dengan Faktur Pajak
• Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri Surat Setoran Pajak dan atau bukti
pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk impor Barang Kena Pajak;
• Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh pejabat yang
berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
• Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG
untuk penyaluran tepung terigu;
• Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan BBM dan atau bukan BBM;
• Tagihan untuk penyerahan jasa telekomunikasi.
• Ticket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Deliverry Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
• Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan
Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
• Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
• Tagihan listrik."
• Dokumen-dokumen tertentu yang diperlakukan
sebagai Faktur Pajak paling sedikit harus memuat :
– Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen;
– Nama dan alamat penerima dokumen;
– Nomor Pokok Wajib Pajak dalam hal penerima dokumen
adalah sebagai Wajib Pajak dalam negeri;
– Jumlah satuan barang apabila ada;
– Dasar Pengenaan Pajak;
– Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.
Sanksi Administrasi
Pasal 14 ayat (4) UU KUP
Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak, dikenakan kpd
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu;
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,
selain:
1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
Nota Retur dan Nota Pembatalan
Konsekuensi retur
• Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata dikembalikan (retur) oleh Pembeli,
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut dapat mengurangi Pajak
Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak
Penjual dan mengurangi:
– Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan;
– biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai
biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut;
atau
– biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas Barang Kena
– Pajak yang dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
Konsekuensi pembatalan
• Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkan ternyata dibatalkan, baik
sebagian maupun seluruhnya oleh Penerima Jasa, Pajak Pertambahan
Nilai dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut mengurangi Pajak
Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena
Pajak dan mengurangi:
– Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Penerima Jasa, dalam hal Pajak Masukan atas
Jasa Kena Pajak yang dibatalkan telah dikreditkan;
– biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Penerima Jasa, dalam hal Pajak
Pertambahan
– Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan telah
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut; atau
– biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut telah
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut.
• Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap
tidak terjadi dalam hal Barang Kena Pajak
yang dikembalikan diganti dengan Barang
Kena Pajak yang sama, baik dalam jumlah fisik,
jenis maupun harganya.
• Saat Pengembalian Barang Kena Pajak adalah
saat Barang Kena Pajak tersebut dikembalikan
oleh Pembeli.
• Saat Pembatalan Jasa Kena Pajak adalah saat
dilakukannya pembatalan seluruhnya atau
sebagian hak atau fasilitas atau kemudahan
oleh pihak Penerima Jasa.
• Nota retur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
harus mencantumkan:
– nomor urut nota retur;
– nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang
dikembalikan;
– nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
– nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;
– jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
– Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah yang dikembalikan;
– tanggal pembuatan nota retur; dan
– nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur.
• Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap
tidak terjadi dalam hal:
– nota retur tidak selengkapnya mencantumkan
keterangan minimal yg disyaratkan
– nota retur tidak dibuat pada saat Barang Kena
Pajak tersebut dikembalikan
– nota retur tidak disampaikan sebagaimana
dimaksud ayat (7).
• Nota pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
harus mencantumkan:
– nomor nota pembatalan;
– nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
– nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;
– nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena
Pajak;
– jenis jasa dan jumlah penggantian Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
– Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
– tanggal pembuatan nota pembatalan; dan
– nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan.
NOTA RETUR
Nomor:...........
(Atas Faktur Pajak Nomor: ....... Tanggal ........ )

Pembeli BKP

Nama :

Alamat :

NPWP :

Kepada Penjual

Nama :

Alamat :

NPWP :

Harga Satuan
No Macam dan jenis Kuantum* Menurut Faktur Harga Jual BKP
Urut BKP Pajak (Rp)
(Rp)

Jumlah Harga Jual BKP yang dikembalikan

PPN yang diminta kembali

PPnBM yang diminta kembali

.................................20.....

(.........................................)

Lembar ke-1: untuk PKP Penjual


Lembar ke-2: untuk Pembeli
Lembar ke-3: untuk KPP tempat Pembeli terdaftar (dalam hal Pembeli bukan PKP)
NOTA PEMBATALAN
Nomor: ....
(Atas Faktur Pajak Nomor: ....... Tanggal ........ )

Penerima JKP

Nama :

Alamat :

NPWP :

Kepada Pemberi JKP

Nama :

Alamat :

NPWP :

No Urut JKP yang dibatalkan Penggantian JKP (Rp)

Jumlah Penggantian JKP yang dibatalkan

PPN yang diminta kembali

.................................20.....

(.........................................)

Lembar ke-1: untuk PKP Pemberi JKP


Lembar ke-2: untuk Penerima JKP
Lembar ke-3: untuk KPP tempat Penerima JKP terdaftar (dalam hal Penerima JKP bukan PKP)

Anda mungkin juga menyukai