Anda di halaman 1dari 25

SUPOSITORIA BISAKODIL

Anggota Kelompok
1. WIDIYASTUTI (211FF05019)
2. ZULFAN (211FF05020)
3. RINI ARSINI (211FF05021)
4. ADINDA KUMALA S. (211FF05022)
5. ANDRI ZAINUDDIN(211FF05023)
6. CHILDA (211FF05024)
7. DANIEL SAPUTRA (211FF05025)
8. DESY NATALIA (211FF05026)
9. GERI AHMAD R. (211FF05027)
10. HEDIANA SANDI (211FF05028)
11. KARTIKA SARI (211FF05029)
12. LINGGA ARDHANA R. (211FF05030)
13. LISMA HERMAWATI (211FF05031)
14. LISNA CINTAWATI (211FF05032)
15. MARIA LAURENTIA (211FF05033)
16. MARIA M TEROK (211FF05034)
17. MEGI ASTASIA S. (211FF05035)
18. MELANI FARADILA S. (211FF05036)
FA1_KELOMPOK 2_UBK26
PENDAHULUAN
Definisi

Suppositoria menurut Farmakope Indonesia edisi VI adalah sediaan padat


dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Bisakodil adalah turunan difenilmetana yang merupakan pencahar dan


digunakan untuk pengobatan sembelit yang bekerja langsung melawan dinding
usus besar dengan memperkuat kerja peristaltiknya yang membuat
tinja menjadi lunak. Selain digunakan sebagai pencahar biasa juga digunakan
untuk pembedahan atau pemeriksaan rontgen.
Macam-macam suppositoria
Berdasarkan Cara pemberian
• Suppositoria uretra :  memiliki bentuk silinder dengan diameter 3-6 mm, memiliki uku-
ran yang berbeda antara pria dan wanita, Untuk uretra pria panjangnya 100-150 mm
dan untuk wanita 60-75 mm. Diberikan melalui uretra.

• Suppositoria rektal : digunakan untuk dewasa, memiliki bentuk lonjong pada satu
atau kedua ujungnya dan memiliki berat kurang lebih 2 gram. Digunakan melalui rek-
tum.

• Suppositoria vaginal : memiliki bentuk bulat/bulat telur, berat kurang lebih 5 gram,
memiliki ukuran panjang 1,25-1,5 inchi dan diameter 5-8 inchi. Digunakan melalui
Berdasarkan
vagina Bahan dasar

 Supositoria Lemak Coklat


 Supositoria Gelatin Tergliserinasi
 Supositoria dengan Bahan Dasar Polietilen glikol
 Supositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan FI VI Hal 59-60
KEUNTUNGAN
SUPPOSITORIA
• Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung
• Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
• Obat dapat masuk langsung saluran darah dan berakibat obat dapat
memberikan efek lebih cepat daripada obat oral
• Baik bagi pasien yang mudah muntah
• Bentuknya seperti terpedo karena suppositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui obat penutup dubur

KERUGIAN
SUPPOSITORIA
a. Tidak nyaman digunakan
b. Absorbsi obat sering tidak teratur
c. Tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan
d. Tidak semua obat dapat dibuat suppositoria
(Anief 2005, Syamsuni, 2005)
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Sediaan
Supositoria

Faktor Fisiologis Faktor Fisika Kimia dari Obat


dan Basis Supositoria
Beberapa obat tidak dapat
Beberapa obat tidak dapat
diberikan secara oral,
diberikan secara oral, karena
karena obat-obat tersebut
obat-obat tersebut dipengaruhi
dipengaruhi oleh cairan
oleh cairan pencernaan atau
pencernaan atau aktivitas
aktivitas terapetisnya diubah
terapetisnya diubah oleh enzim
oleh enzim yang ada dihati.
yang ada dihati.
Mekanisme Kerja Suppositoria

 Bila suppositoria obat dimasukkan kedalam rektum akan timbul efek


repleks
 Selanjutnya suppositoria melebur atau melarut dalam cairan rektum
hingga zat aktif tersebar dipermukaan mukosa,
 Lalu akan memasuki sistem getah bening.
 Obat yang masuk ke peredaran darah akan berefek spesifik pada
organ tubuh tertentu sesuai dengan efek terapeutiknya.

(Yugatama, 2012)
PREFORMULASI

Nama Zat Aktif : Bisacodyl

Pemerian : Bubuk kristal putih atau hampir putih


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton,
sedikit larut dalam etanol (96 persen). Dia larut dalam asam
mineral encer
pH : 1,8 – 2,8
Stabilitas : Stabil di udara tetapi pada pemanasan terhadap cahaya
matahari yang kuat dalam udara lembab menjadi gelap.
Dalam larutan pH lebih kecil dari 2 potensi berkurang dan cepat rusak
dalam larutan alkali hidroksida
Sediaan di Pasaran : Dulcolax, Laxamex Melaxan

Dosis : Dewasa 10 mg, anak-anak dibawah 10 tahun 5 mg

Alasan pemilihan sediaan :


Bentuk sediaan yang dipilih suppositoria karena agar lebih mudah dan efektif dalam
pemakaian secara rektal.

Dosis Yang Ditentukan dan Penggunaan Terapi :


Dalam supositoria mengandung bisakodil 10 mg yang bekhasiat sebagai pencahar.

Aspek Farmakologi
Mekanisme Kerja :
Biaskodil bekerja dengan cara merangsang pleksus saraf mukosa kolon.

Efek Samping :
Keram perut, diare berlebihan, ketidak seimbangan elektrolit dan cairan,
pembengkakan dubur, vetigo, muntah.
Zat Tambahan

Nama Zat : Witepsol E 76


Pemerian : Massa putih atau hampir putih, praktis tidak berbau, seperti
lilin, rapuh.Ketika dipanaskan sampai 50C meleleh untuk memberikan warna atau
sedikit kekuningan cairan.

Kelarutan : larut dalam karbon tetraklorida, kloroform,eter, toluena, dan xilena;


sedikit larut dalam etanol hangat praktis tidak larut dalam air.

( British Pharmacopea, ed 2009, halaman 723-727 )

Titik Leleh : 30-40oC .


Penyimpanan : disimpan pada wadah kedap udara, terlindung cahaya.
Fungsi : Basis Suppositoria
Alasan : Basis lemak sangat cocok ditujukan untuk penggunaan
sistem
ik harus mencair tepat di bawah suhu tubuh.

( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 723-726 )


Zat Tambahan

Nama Zat : Witepsol W 45


Pemerian : Massa putih atau hampir putih, praktis tidak berbau, seperti lilin,
rapuh.Ketika dipanaskan sampai 50 C meleleh untuk memberikan warna atau sedikit
kekuningan cairan.

Kelarutan : larut dalam karbon tetraklorida, kloroform,eter, toluena, dan xilena; sedikit
larut dalam etanol hangat praktis tidak larut dalam air

Titik Leleh : 40-50 oC .


Penyimpanan : Disimpan pada wadah kedap udara, terlindung cahaya.
Fungsi : Basis Suppositoria
Alasan : Basis lemak sangat cocok ditujukan untuk penggunaan sistemik harus
mencair tepat di bawah suhu tubuh

( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 723-726 )


Kandungan Kolon
Faktor Fisiologis
Obat suppositoria diabsorbsi lebih besar
ketika rectum dalam keadaan kosong.

Jalur Sirkulasi
Obat yang diabsorpsi melalui rektum, tidak melewati sirkulasi
portal sewaktu perjalanan pertamanya, dengan demikian
obat dimungkinkan untuk dihancurkan dalam hati untuk mem-
peroleh efek sistemik.

pH Cairan Rektum
Obat suppositoria secara kimia tidak
berubah oleh lingkungan rectum.
Faktor Fisika Kelarutan lemak air
Kimia dari Obat bersifat lipofilik dengan konsentrasi rendah yang ter-

Obat dan dapat dalam basis supositoria berlemak, memiliki kecen-

Basis derungan yang rendah untuk melepaskan obat tersebut ke


dalam cairan rectum.

Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin
mudah melarut dan lebih besar
kemungkinannya untuk dapat diabsorbsi
lebih cepat.
Sifat Basis
Basis harus mampu mencair, melunak
atau melarut agar dapat melepaskan
kandungan obatnya untuk diabsorpsi.
BASIS SUPPOSITORIA
Basis berminyak atau berlemak
 Paling banyak dipakai adalah Oleum cacao

Bahan dasar yang larut atau bercampur dalam air


 Basis gelatin tergliserinasi : terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal sehingga
hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra
 Basis polietilen glikol. : Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika
terkena suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh.
Oleh karena itu basis ini tidak perlu diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh

Supositoria dengan bahan dasar gelatin


 Digunakan sebagai bahan dasar supositoria vaginal.
 Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam cairan sekresi tubuh.

Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan


 Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat
digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria.
Formulasi Suppositoria Bisacodyl

Tiap suppositoria mengandung :


Bisakodil 5 mg
Witepsol E 76 50%
Witepsol W 45 50%

Zat aktif Bisakodil


Basis suppositoria Witepsol E 76 dan Witepsol W 45

Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Semisolid Products. 2009.


PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN
1. Perhitungan Basis
Dihitung sebanyak 1000 suppo dengan berat masing-masing suppositoria 900mg maka basis
• Witepsol E 76 = 50% x 900 mg x 1000 suppositoria = 450.000 mg atau 450 gr
• Witespol W 45 = 50% x 900 mg x 1000 suppositoria = 450.000 mg atau 450 gr

2. Basis + 10% Zat aktif


Dihitung sebanyak 1000 suppositoria berat masing-masing 900 mg + 10% ZA

Zat aktif = 10% x 900 mg x 1000 suppositoria = 90.000 mg atau 90 gr


Basis = 90% x 900 mg x 1000 suppositoria = 810.000 mg atau 810 gr

Basis tediri dari 50% Witepsol E 76 dan 50% Witepsol W 45


• Witepsol E 76 = 50% x 810 gr = 405 gr
• Witepsol W 45 = 50% x 810 gr = 405 gr
3. Perhitungan bilangan pengganti
Bobot rata-rata basis = 900 mg
Bobot rata-rata basis + (10% zat aktif) = 905 mg
•Zat aktif 10% = 10% x 905 mg = 90, 5 mg
•Basis 90% = 90% x 905 mg = 814,5 mg
Jadi basis yang mengisi tempat zat aktif = 905 mg – 814,5 mg = 90,5 mg basis,
maka 90,5 mg zat aktif setara dengan 90,5 mg basis bilangan pengganti.

Dosis zat aktif untuk 1 suppositoria bisakodil 5 mg adalah 5 / 90,5 x 90,5 = 5 mg


Jadi jumlah basis yang digunakan untuk 1 cetakan 900 mg – 5 mg = 895 mg
Bila pada kali ini akan dibuat 1.000 suppositoria maka dapat dihitung :

1. Zat aktif = 1000 x 5mg = 5.000 mg = 5 gr


2. Basis = 1000 x 895 mg = 895.000 mg = 895 gr
• Witepsol E 76 = 50% x 895.000 mg = 447.500 mg = 447,5 gr
• Witepsol W 45 = 50% x 895.000 mg = 447.500 mg = 447,5 gr
Perhitungan Bahan

No Bahan 1 Suppositoria Skala Lab Skala Pilot Skala


(1.000) (10.000) Industri
(100.000)

1. Bisakodil 0,005 gr 5 gr 50 gr 500 gr


2. Witepsol E 76 0,4475 gr 447,5 gr 4.475 gr 44.750 gr
3. Witepsol W 45 0,4475 gr 447,5 gr 4.475 gr 44.750 gr

• Bobot 1 Suppositoria = 5 gram


• Skala Lab dibuat 1000 Suppositoria
• Skala Pilot dibuat 10.000 Suppositoria
• Skala Industri dibuat 100.000 Suppositoria
Alat Yang Digunakan

Melting vessel Mixer


Metode Pembuatan
Suppositoria

I. Cetak Tangan
(Penggulungan dan Pembentukan)

II. Cetak Tuang


(Molding from a melt/ Fusion)

III. Cetak Kempa


(Cold Compression)
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
Prosedur keadaan kering dan bersih
Kerja

Masukkan Witepsol E 76 dan witepsol W 45 ke melting vessel


(bejana pelelehan lemak) dan panaskan hingga 50◦C ± 3◦C

Pindahkan massa cair ke mixer melalui saringan.


Atur suhu pada 40◦C ± 2◦C.
Masukkan bisakodil ke mixer yang berisi massa cair.
Campur bubuk dengan hati-hati dengan massa cair.

Atur mixer pada suhu 40◦ C ± 2◦ C, kecepatan 10 rpm (mode manual),


dan aduk selama 20 menit.
Atur mixer pada suhu 40◦ C ± 2◦ C, kecepatan 10 rpm (mode manual),
vakum 0,6 bar.
Homogenkan dengan kecepatan rendah sambil diaduk selama 10
menit.
Homogenkan dengan kecepatan tinggi sambil diaduk selama 3 menit. Prosedur
Kerja

Lanjutkan pencampuran massa di bawah vakum dalam mixer.

Panaskan wadah penyimpanan, atur suhu pada 40◦ C ± 2◦ C.

Pindahkan massa cair dari mixer ke wadah penyimpanan.


Tahan massa pada suhu 40◦ C ± 2◦ C sambil terus diaduk
dengan kecepatan rendah.

Berat isi 900 mg/suppositoria, untuk supositoria 5 mg


Daftar Pustaka
Anief, M., 2005. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6.
Harrizul Rival, et al, 2017. Journal of Pharmaceutical Sciences and Medicine (IJPSM), Vol. 2 issue. Faculty of
pharmacy, Andalas University. College Of Pharmaceutical Science.
Sarfaraz K. Niazi. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Semisolid Products .
Volume Four. Second Edition. Informa Healthcare USA. Hal 208.
Yugatama Adi. 2012. Sistem Penghantaran Obat Melalui Rektal. Jurusan Fasmasi FKIK UNSOED.
Pertanyaan : 5menit) pada suhu tubuh (36.8◦ C)
1. Rida Dwi
Pertanyaan : Kriteria apa saja yang harus diper- 4. Prayoga
hatikan dalam menentukan basis suppo Pertanyaan : Pertimbangan untuk pembuatan suppo
jawab : Maria Moa. Basis suppo harus selalu padat adalah untuk efek local/sistemik, nantinya pada
dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur evaluasi sediaan apakah ada perbedaan, jika ada
atau melarut pada suhu tubuh sehingga obat yg apa perbedaanya, evaluasinya, dan mengapa?
dikandungnya dpt tersedia sepenuhnya, terserap Jawab: Danil saputra dan Herdiana Sandi. Sama
segera setelah pemakaian. saja untuk evaluasi sistemik dan local, yaitu kek-
erasan, waktu lebur, suhu lebur, keseragaman
2. Jonli Felix bobot.
Pertanyaan : Pada saat suhu tidak mencapai target
suhu/titik leleh, evaluasi apa saja yang harus di-
lakukan?
Jawab: Maria Moa. Untuk menaikan titik lebur digu-
nakan penambahan cera atau cetaceum (sper-
maseti)dan untuk menurunkan titik lebur digunakan
tambahan sedikit kloralhidrat atau fenol atau minyak
atsiri.

3. Muhhamad idam
Pertanyaan : Berapa waktu hancur suppo yang
sesuai baik untuk suppo bisakodyl
Jawab: Maria Moa, 4 menit 30 detik(kurang dari
D
D
Thank You 
Any questions ?

Anda mungkin juga menyukai