Anda di halaman 1dari 29

LAB SKILL DAN

PEMERIKSAAN FISIK
BUDIYONO, S.Kep, Ns
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
Prodi Keperawatan Parepare
Pokok
Bahasan 01 Pemeriksaan Fisik (Inspeksi)

02 Pemeriksaan Fisik (Palpasi)

03 Pemeriksaan Fisik Tanda-Tanda Vital


(Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
Pernafasan)

04 Pemeriksaan Fisik pada Abdomen

05 Pencatatan dan Pelaporan


Proses Keperawatan
Proses Keperawatan adalah salah satu metoda efektif
pemecahan masalah yang dilakukan perawat terhadap klien
dengan pendekatan metodologi ilmiah, selama melaksanakan
proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan
yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
membuat penilaian yang bijaksana, mendiagnosa,
mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien, merencanakan,
menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat
guna mencapai hasil akhir (Dermawan, 2012).

Tahap Proses Keperawatan :


1. Pengakajian (Anamnesis, Observasi, Pemeriksaan Fisik,
Identifikasi Masalah/Data Fokus)
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan tindakan berkelanjutan
dalam mengidentifikasi klien yang bertujuan untuk
mendapatkan data dasar klien.

Sumber Data :
1. Data Primer (data dari klien itu sendiri)
2. Data Sekunder (sumbernya adalah keluarga, orang
terdekat, dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan
klien)

Data Fokus :
• Data subjektif adalah suatu pernyataan yang disampaikan
oleh klien atau keluarga yang kemudian dipersepsikan dan
ditulis ke lembaran pengkajian klien oleh perawat
• Data objektif adalah data yang diperoleh dari inspeksi
(pengamatan), palpasi (perabaan), perkusi (pengetukan) dan
auskultasi (pendengaran) (Setiawati & Dermawan, 2008).
Pemeriksaan Fisik
(Inspeksi)
Inspeksi Data didapatkan dari hasil
pengamatan dengan
melihat (Inspeksi):
Contoh :
Inspeksi adalah teknik pemeriksaan fisik
atau proses observasi yang Nona S, 20 tahun, dibawa ke
menggunakan kemampuan pengamatan  Kesimetrisan suatu area tubuh IGD dengan diagnosa Myocard
pemeriksa (mata) (Setiawati &  Perubahan warna Infacrt (MCI).
Dermawan, 2008 dan Priharjo, 1996).  Adanya lesi sampai luka
 Perubahan – perubahan yang Saat dilakukan pemeriksaan
Metode ini berupaya melihat kondisi bersifat patologis pada daerah fisik dengan teknik inspeksi:
klien dengan menggunakan ‘sense of tubuh yang diperiksa. Keadaan umum lemah,
sign’ baik melalui mata telanjang atau  Tanda- tanda fisik yang kesadaran compos mentis,
alat bantu penerangan (lampu). Inspeksi berhubungan dengan status pernafasan cepat, bibir
adalah kegiatan aktif, proses ketika fisik sianosis, vena jugularis +…., ,
perawat harus mengetahui apa yang  Tingkah laku klien kedua tungkai bawah odema.
dilihatnya dan dimana lokasinya. (Setiawati & Dermawan, 2008
dan Priharjo, 1996).
Pemeriksa kemudian akan
mengumpulkan dan menggolongkan
informasi yang diterima oleh semua
indera tersebut yang akan membantu
dalam membuat keputusan diagnosis
atau terapi.
Pemeriksaan Fisik
(Palpasi)
Palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense of touch’ Palpasi adalah
suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh
dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk
mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan
ukuran.

1. Palpasi Ringan adalah menggunakan ujung-ujung jari pada satu atau dua tangan dimana
jari-jari ditekankan ke bawah perlahan-lahan sampai ditemukan hasil.
2. Palpasi Dalam adalah menggunakan dua tangan (bimanual). Satu tangan digunakan
untuk merasakan bagian yang dipalpasi, tangan yang lain untuk menekan ke bawah
(Setiawati & Dermawan, 2008 dan Priharjo, 1996).
Langkah-Langkah Palpasi
Lihat area yang dipalpasi benar nampak (tidak
01 tertutup selimut atau baju).

02 Cuci tangan

03 Beritahu pasien tentang apa yang dikerjakan

Secara prinsip palpasi dilakukan dengan semua jari


04 tetapi untuk mengetahui bentuk dan struktur organ
gunakan jari 2,3,4 secara bersamaan. Untuk palpasi
abdomen (daerah perut) menggunakan telapak tangan
dan beri tekanan dengan jari-jari secara ringan.

05 Bila diperlukan lakukan palpasi bimanual.

Perhatikan wajah pasien selama palpasi kemudian ditulis di lembaran pengkajian


(Setiawati & Dermawan, 2008 dan Priharjo, 1996).
Pemeriksaan Fisik
(Tanda-Tanda Vital)
Pemeriksaan Tekanan Darah
Apa itu pemeriksaan tekanan darah ?
Pemeriksaan tekanan darah adalah pemeriksaan dengan alat khusus bernama sphygmomanometer, yang
bertujuan mengukur tekanan pada pembuluh darah arteri ketika jantung berdenyut. Tes ini biasanya dilakukan
sebagai bagian dari pemeriksaan dokter rutin guna mendeteksi adanya tekanan darah tinggi (hipertensi).

Kenapa pemeriksaan tekanan darah


diperlukan ?
Tes tekanan darah biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin
kesehatan. Pada pasien dengan kondisi medis tertentu, seperti tekanan darah yang
meningkat, hipertensi, hipotensi, atau gangguan jantung, tekanan darah akan
diperiksa secara khusus dan lebih sering.
Tekanan darah penting diperiksa karena kebanyakan pasien dengan tekanan darah
tinggi maupun rendah tidak mengalami gejala apapun. Hipertensi dapat
meningkatkan risiko penyakit serius, seperti serangan jantung dan stroke.
Sementara tekanan darah rendah dan menyebabkan pusing dan pingsan pada
beberapa pasien.
Apa saja persiapan untuk menjalani tes tekanan darah?

Sebelum melakukan tes tekanan darah, beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh pasien meliputi:
• Beristirahat setidaknya 5-10 menit sebelum tes
• Menghindari konsumsi kopi, merokok, dan beraktivitas berat (seperti olahraga) setidaknya 30 menit sebelum tes

Bagaimana prosedur tes tekanan darah dilakukan?


Petugas medis akan menggunakan alat pengukur tekanan darah
(sphygmomanometer), baik jenis elektronik maupun manual.

Secara umum, prosedur tes tekanan darah meliputi:


• Pasien diminta duduk dengan tangan diletakkan di atas meja.
• Petugas medis lalu memasang manset alat pengukur tensi di lengan pasien
• Petugas medis kemudian meletakkan stetoskop pada lipatan siku pasien.
• Setelah itu, petugas medis akan menekan balon karet sambil mengukur
tekanan darah pasien.
• Suara seperti dentuman akan terdengar di stetoskop dan menandakan tekanan
darah sistolik.
• Sesudah tekanan darah sistolik ditemukan, manset akan dikempeskan.
• Angka ketika suara dentuman hilang menandakan tekanan darah diastolik.
Contoh alat untuk mengukur tekanan darah
Seperti apa hasil tes tekanan darah?
Hasil tes tekanan darah akan ditunjukkan dalam satuan milimeter per satuan raksa (mmHg) dalam dua angka. Angka
ini disebut sistolik dan diastolik. Angka pertama dikenal dengan tekanan darah sistolik, yakni tekanan darah pada
pembuluh darah arteri ketika jantung berdenyut (kontrakasi). Sementara angka kedua dikenal dengan tekanan darah
diastolik, yaitu tekanan darah pada pembuluh darah arteri di antara denyut jantung (relaksasi).

Menurut American Heart Association (AHA), ukuran tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:


• Normal: Di bawah 120/80 mmHg
• Meningkat: Di antara 120-129 mmHg untuk tekanan sistolik dan di bawah 80 mmHg untuk tekanan diastolik
• Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg
• Hipertensi tingkat 2: 140/90 mmHg atau lebih

Apa yang harus dilakukan bila hasil tes tekanan darah tidak normal?
Apabila hasil tes tekanan darah meningkat, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah. Langkah-langkah modifikasi pola hidup ini bisa berupa:
• Menerapkan pola makan yang sehat (rendah garam) dan seimbang
• Berolahraga dengan teratur
• Mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok
• Menurunkan berat badan yang berlebih
Sementara itu, untuk pasien yang memiliki tekanan darah terlalu rendah, bisa melakukan usaha-usaha
untuk meningkatkan tekanan darah, seperti menambah konsumsi garam dalam jumlah yang cukup, berolahraga
secara teratur, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Pemeriksaan Denyut Nadi
Denyut nadi menggambarkan frekuensi arteri (pembuluh darah bersih) yang mengembang dan berkontraksi dalam
satu menit sebagai respons terhadap detak jantung. Melalui denyut nadi, kamu juga bisa mengetahui detak jantung,
irama jantung, hingga kekuatan jantung. Sehingga, memeriksa denyut nadi bisa menjadi tanda apakah jantung
bekerja dengan baik atau tidak.

Jumlah Denyut Nadi Normal per Menit


Denyut nadi setiap orang akan bervariasi. Ini tergantung pada beberapa faktor yang bisa memengaruhi, seperti usia,
aktivitas fisik, tingkat kebugaran, suhu udara, posisi tubuh, emosi, ukuran tubuh, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Secara umum, berikut adalah jumlah denyut nadi normal per menit sesuai usia:
• Bayi sampai usia 1 tahun: 100-160 kali per menit.
• Anak usia 1-10 tahun: 70-120 kali per menit.
• Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali per menit.
• Orang dewasa: 60-100 kali per menit.
Dibanding orang dewasa, denyut nadi bayi dan anak-anak cenderung lebih tinggi. Alasannya karena kebutuhan suplai
darah mereka lebih banyak, sehingga jantung harus bekerja lebih keras dan berdetak lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Namun, denyut jantung ini juga bisa berubah-ubah, bergantung pada aktivitas fisik dan kondisi
kesehatannya. Misalnya, saat anak sangat aktif, kesakitan, demam, atau dehidrasi, denyut nadinya bisa meningkat
tajam.
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi
Cara Mengukur Denyut Nadi
Denyut nadi bisa diukur pada beberapa titik dalam tubuh, seperti di pergelangan tangan, siku bagian dalam, dan sisi
leher bagian bawah. Di antara semua titik pengukuran, kamu bisa lebih mudah menemukan denyut nadi di
pergelangan tangan.
Berikut adalah cara pengukuran denyut nadi di pergelangan tangan:
• Putar pergelangan tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke atas.
• Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah di pergelangan tangan bagian dalam yang dilewati pembuluh darah arteri.
Tekan bagian tersebut sampai merasakan denyut nadi. Jika pengukuran dilakukan di siku bagian dalam atau leher,
tempatkan kedua jari dan tekan sampai menemukan denyut nadi.
• Hitung denyut nadi selama 60 detik. Atau, kamu bisa menghitung denyut nadi selama 15 detik dan dikalikan 4 kali
agar mendapatkan hasil denyut nadi per menit. Kamu bisa mengulang pengukuran denyut nadi jika belum yakin
dengan hasilnya.

Denyut Nadi dan Risiko Aritmia


Denyut nadi juga bisa menjadi gambaran denyut jantung. Oleh sebab itu, denyut nadi yang terlalu lambat atau terlalu
cepat perlu diwaspadai. Sebab, kondisi tersebut bisa menggambarkan adanya gangguan pada irama jantung, seperti
aritmia. Aritmia adalah masalah pada irama jantung ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau
tidak teratur.
Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekwensi, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah di kaji namun
paling sering diukur secara sembarangan. Perawat tidak boleh menafsir pernapasan. Pengukuran yang
akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.

Secara garis besar, berikut ini daftar frekuensi napas normal pada bayi baru lahir hingga lansia :
• Bayi (0-1 tahun): 30-60 napas per menit
• Balita (1-3 tahun): 24-40 napas per menit
• Preschooler (3-6 tahun): 22-34 napas per menit
• Anak usia sekolah (6-12 tahun): 18-30 napas per menit
• Remaja (12-18 tahun): 12-16 napas per menit
• Dewasa (19-59 tahun): 12-20 napas per menit
• Lansia (usia 60 tahun ke atas): 28 napas per menit

Frekuensi pernapasan normal berubah seiring dengan bertambahnya usia. Seperti pada penjelasan di atas,
laju pernapasan normal terus berkurang hingga seseorang mencapai usia dewasa.
Cara menghitung frekuensi pernapasan ?

• Duduk dan cobalah untuk santai.


• Perhitungan frekuensi napas paling baik dilakukan ketika
Anda duduk di kursi atau berbaring di tempat tidur.
• Hitung laju pernapasan Anda dengan menghitung berapa kali
dada atau perut Anda mengembang dalam satu menit.
• Catat perhitungan tersebut.

Apa artinya jika frekuensi pernapasan abnormal?

• Bradipnea : Ketika frekuensi napas lebih lambat dari


batas normal
• Takipnea : Ketika frekuensi napas lebih cepat dari batas
normal
Frekuensi pernapasan normal berubah seiring dengan
bertambahnya usia. Seperti pada penjelasan di atas, laju
pernapasan normal terus berkurang hingga seseorang mencapai
usia dewasa.
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah ukuran dari kemampuan tubuh dalam menghasilkan dan
menyingkirkan hawa panas. Suhu tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya
suhu lingkungan. Tinggi atau rendahnya suhu tubuh seseorang juga bisa menjadi indikator
kondisi kesehatannya.
Suhu tubuh normal seseorang bisa berubah-ubah tergantung aktivitas yang dilakukan atau
kondisi tubuh orang tersebut. Meski demikian, suhu tubuh normal umumnya berada di
rentang antara 36,5–37,2 derajat Celsius.

Jenis-Jenis Termometer
1. Termometer Air Raksa
2. Termometer Alkohol
3. Termometer Digita
4. Termometer Telinga
5. Termometer Dahi
6. Termometer Dot
Termometer Air Raksa
Termometer air raksa memberikan pembacaan suhu yang akurat dan dapat
digunakan secara oral, rektal, atau di bawah lengan. Termometer air raksa
kini mulai jarang ditemui. Selain tergeser dengan termometer digital, air raksa
pada termometer ini juga bisa menimbulkan masalah keamanan. Karena
terbuat dari kaca, termometer air raksa akan mudah pecah, sehingga raksa
beracun dapat keluar. Termometer raksa juga bisa sulit dibaca dan harus
tetap di tempatnya selama 3 menit.

Termometer Alkohol
Berbeda dengan termometer air raksa dalam gelas, isi termometer alkohol
kurang beracun dan akan cepat menguap. Kelebihan dari termometer ini
adalah dapat mengukur suhu yang sangat rendah. Namun, termometer
alkohol hanya bisa untuk mengukur suhu sampai 78° Celsius.

Termometer Digital
Termometer digital dianggap lebih praktis, cepat, dan terjangkau. Termometer
digital memberikan pembacaan yang akurat dalam waktu sekitar 1 menit atau
kurang. Termometer ini kini paling banyak digunakan untuk mengukur suhu.
Termometer digital bekerja dengan bantuan baterai. Baterai dalam
termometer harus diganti secara berkala.
Termometer Dahi / Thermo Gun
Termometer dahi adalah macam termometer yang kini banyak digunakan
untuk mengukur suhu, terutama di tempat umum. Termometer dahi
merupakan termometer jarak jauh yang tidak memerlukan kontak kulit dan
memungkinkan orang untuk tetap berjauhan. Termometer dahi menggunakan
sensor infra merah untuk mengukur suhu arteri temporal superfisial, yang
merupakan cabang dari arteri karotis.Termometer cukup didekatkan di dahi.
Termometer dahi memberikan pembacaan cepat, dalam beberapa detik.
Termometer Telinga
Termometer timpani memberikan pembacaan yang cepat dan akurat dan
mungkin lebih disukai daripada termometer oral atau rektal, terutama pada
anak-anak. Termometer telinga digital mengukur suhu membran timpani, atau
gendang telinga, melalui sensor inframerah.

Termometer Dot
Termometer dot adalah macam termometer yang digunakan untuk mengukur
suhu bayi. Termometer ini berbentuk dot atau empeng yang harus
dimasukkan ke mulut. Termometer dot memberi tahu kapan bayi demam
dengan mengubah warnanya secara bertahap dari biru, yang menunjukkan
suhu normal, menjadi merah, yang menunjukkan demam.
PEMERIKSAAN
FISIK PADA
ABDOMEN
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin dilakukan pada berbagai kondisi
dan keluhan yang terkait sistem gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun
trauma abdomen. Cavum abdomen dibagi menjadi 4 bagian dengan garis imajiner yang saling tegak
lurus melewati umbilikus. Keempat bagian ini adalah kuadran kanan atas dan bawah, serta kuadran kiri
atas dan bawah. Kuadran-kuadran ini merepresentasikan organ-organ yang terletak di dalamnya.
Selain itu, cavum abdomen juga bisa dibagi menjadi regio hipokondrium kiri dan kanan, epigastrik,
umbilikal, hipogastrik, lumbar kiri dan kanan, serta inguinal kiri dan kanan. Pemeriksaan fisik abdomen
kemudian dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan arah diagnosis.
INSPEKSI :

1. Permukaan dinding perut : datar, cekung, cembung ?, lihat juga daerah femoral dan inguinal.
2. Kulit dinding perut : ikterus, striae, pigmentasi, tumor, umbilicus cekung atau datar atau menonjol ?, hernia ?, gambaran dan gerakan
usus.
3. Bentuk perut : simetris/asimetris
4. Saat bernafas apakah ada organ perut yang membesar
5. Lihat apakah terlihat gambaran peristaltic? (pada kasus obstruksi dan pasien sangat kurus)

AUSKULTASI :

Diperiksa bunyi khusus (peristaltic) : normal, melemah sampai menghilang, mengeras sampai terdengar suara logam (metelic sound).
Peristaltic normal kirakira tiap 2-5 detik. Bising usus normal : 5-35 kali per menit.

PERKUSI :

1. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya distensi gas, cairan, atau massa padat.
2. Perkusi masing-masing kuadran untuk mengetahui distribusi udara
3. Timpani merupakan bunyi perkusi yang paling sering ditemukan pada abdomen. Bunyi timpani ini disebabkan adanya gas dalam
lambung, usus halus dan kolon.
4. Daerah supra pubis mungkin redup/pekak pada perkusi apabila kandung kemih penuh urine pada wanita yang uterusnya membesar.

PERKUSI :

Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan cara palpasi ringan dan palpasi dalam. Palpasi ringan digunakan untuk menentukan nyeri
tekan dan daerah spasme otot dan rigiditas. Palpasi dalam digunakan untuk menentukan ukuran organ dan adanya masa dalam
abdomen yang abnormal.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik abdomen :

1. Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisik umum yang harus dilakukan pada pasien
dengan atau tanpa keluhan pada bagian abdomen.
2. Pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi pada seluruh regio abdomen dengan
tujuan untuk memperoleh gambaran klinis pasien berdasarkan organ intraabdomen yang diperiksa
3. Pemeriksaan fisik abdomen dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan darah
lengkap, USG, CT scan, dan MRI
4. Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan fisik abdomen harus disampaikan kepada pasien dan ditulis di rekam
medis pasien sebagai bukti temuan yang didapatkan. Pasien perlu diinformasikan mengenai kemungkinan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan, prognosis, tata laksana yang akan diberikan, serta kemungkinan
untuk melakukan pemeriksaan penunjang dan rujukan ke dokter spesialis.

Link video Pemeriksaan Fisik Abdomen :


https://www.youtube.com/watch?v=zYSU66i_6ko
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan
dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan
catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan
klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

Contoh format pengkajian keperawatan :

https://drive.google.com/file/d/1zj-l9ZSq0qZMH_TVxsB
L-rvdQbl4TAb2/view?usp=sharing
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai