Churnia Datu
Ester Lilisda Rangan
Maryanne Sarah Limbong B.
Silvany Athira Kulla
Sri Wahyuni Tandirerung
Sumiati Torinding
Yemima Astin P.
KOMPETENSI DASAR 4.2
Naturalisasi Biasa
Syarat – syarat naturalisasi biasa :
1. Telah berusia 21 Tahun
2. Lahir di wilayah RI / bertempat tinggal yang paling akhir min. 5 thn berturut-
turut atau 10 tahun tidak berturut-turut
3. Apabila ia seorang laki-laki yg sdh kawin, ia perlu mendpt persetujuan istrinya
4. Dapat berbahasa Indonesia
5. Sehat jasmani & rohani
6. Bersedia membayar kepada kas negara uang sejumlah Rp.500 sampai
10.000 bergantung kepada penghasilan setiap bulan
7. Mempunyai mata pencaharian tetap
8. Tidak mempunyai kewarganegaraan lain apabila ia memperoleh
kewarganegaraan atau kehilangan kewarganegaraan RI .
Naturalisasi Istimewa
Naturalisasi istimewa di negara RI dapat diberikan kepada warga negara asing
yang status kewarganegaraannya dalam kondisi sebagai berikut :
1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun
atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing.
2.Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun telah secara sah sebagai
anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI
3. Perkawinan WNI dengan WNA, baik sah maupun tidak sah dan diakui orang
tuanya yang WNI, atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI
meskipun status kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak
berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
4. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan
disampaikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana
ditentukan di dalam perundang-undangan.
5. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan
dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah anak berusia 18
tahun atau sudah kawin.
6. Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan
pernyataan sendiri (permohonan) untuk menjadi warga negara
RI, atau dapat di minta oleh negara RI, kemudian mereka
mengucapkan janji setia dan sumpah (tidak perlu memenuhi
semua syarat sebagaimana dalam naturalisasi biasa). Cara ini
diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Menurut UU nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan RI menganut asas-asas berikut :
1. Asas ius soli (law of the soil)
penentuan status kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran. Negara yang
menganut asas ini akan mengakui status kewarganegaraan seseorang anak apabila anak tersebut
lahir di wilayah negarannya. Negara yang menganut asas ius soli antara lain Argentina, Barbados,
Bolivia, Brasil, Kosta, Rika, dan Cile.
2. Asas ius Sanguinias (law of the blood)
penetuan status kewarganegaraan seseorang berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Negara
yang menganut asas ini akan mengakui kewarganegaraan seorangg anak sebagai warga
negarannya apabila orang tua anak tersebut memiliki status kewarganegaraan negara setempat.
Jadi, seorang anak yang lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan berdasarkan ius
sanguinis berhak mendapat status kewarganegaraan ayah ibunya. Negara yang menganut asas ius
sanguinis antara lain Italia, Jepang, Jerman, Islandia, Tiongkok, Finlandia, dan India.
Berdasarkan ketentuan bahwa setiap orang berhak mendapat kewarganegaraan, negara Indonesia
juga mengakui mekanisme tata cara memperoleh kewarganegaraan melalui pewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.
Penerapan asas-asas kewarganegaraan tersebut dalam sebuah negara
akan menimbulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Apatride
yaitu seseorang tidak mendapat kewarganegaraan. Contohnya
seseorang yang dilahirkan oleh orang tua yang negarannya menganut
asas ius soli, sedangkan negara tempat seseorang tersebut dilahirkan
menganut asas ius sanguinis
2. Bipatride
yaitu seseorang yang memperoleh dua kewarganegaraan. Contohnya
seseorang yang dilahirkan oleh orang tua yang negarannya menganut
asa ius sanguinis, sedangkan negara tempat seseorang tersebut
dilahirkan menganut ius soli.
3. Menganalisis kemerdekaan beragama dan
berkepercayaan di Indonesia
Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan mengandung arti bahwa tiap-tiap manusia
bebas memilih, melaksanakan ajaran agama menurut keyakinan dan kepercayaaannya, dan
dalam hal ini tidak boleh dipaksa oleh siapapun, baik itu oleh pemerintah, pejabat agama,
masyarakat, maupun orang tua sendiri.
Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan muncul karena secara prinsip, tidak ada
tuntunan agama apa pun yang mengandung unsur paksaan atau menyuruh penganutnya
untuk memaksakan agamanya kepada orang lain, terutama kepada seseorang yang telah
menganut salah satu agama. Selain itu, kemerdekaan beragama bukan dimaknai sebagai
kebebasan untuk menarik orang yang telah beragama atau mengubah agama yang telah
dianut seseorang.
Kemerdekaan beragama bukan dimaknai sebagai kebebasan untuk beribadah yang tidak sesuai
dengan tuntunan dan ajaran agama masing-masing, dengan kata lain tidak boleh untuk menistakan
agama dengan melakukan peribadatan yang menyimpang dari ajaran agama yang dianutnya.
Di dalam UUD NRI Tahun 1945, kemerdekaan beragama dan kepercayaan telah dijamin dalam
pasal 28 E ayat (1) dan (2) :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
disebutkan juga dalam pasal 29 UUD NRI Tahun 1945 ayat (2) yang berbunyi,
bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.