Anda di halaman 1dari 61

Dr. H.Chrisrianto Edy Nugroho SpP.

FISR
 TB dikenal sejak 900 th.yll. -> Hipokrates pernah
menyinggung peny.TB.
 WHO : th. 1992 mencanangkan TB sebagai Global
Emergency.
 Th. 2009 :
- Insidens kasus : 9,4 juta (8,9 – 9,9 juta)
- Prevalensi kasus : 14 juta (12 -16 juta)
- Kasus meinggal (HIV negatif) : 1,3 jt (1,2 -1,5 jt)
- Kasus meninggal (HIV positif) : 0,38 jt (0,32 -
0,45 jt).
 Jumlah kasus : Asia tenggara (35%), Afrika
(30%), Pasifik barat (20%).
 11 -13% kasus TB -> HIV positif, 80% TB-HIV
dari Afrika.
 Th.2009 insidens kasus terbesar :
- India : 1,6 – 2,4 juta.
- China : 1,1 -1,5 juta.
- Afrika Selatan : 0,4 – 0,59 juta.
- Nigeria : 0,37 – 0,55 juta.
- Indonesia : 0,35 – 0,52 juta.
 HIV positif -> resiko besar terkena TB.
 TB penyebab kematian utama pada penederita
HIV.
 Indonesia th. 2010 :
- CDR : 73,02% (target 73% -> 2014 : 90%).
- SR : 89,35% (target 88% -> 2014 : 88%).
 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex.
 Definisi Kasus :
Suspek TB -> sesorang dengan gejala /tanda
TB.
Gejala umum TB paru adalah batuk produktif >
2 minggu yg disertai gejala pernapasan (sesak
napas, nyeri dada, hemoptisis) dan atau gejala
tambahan (tdk nafsu makan, penurunan BB,
keringat malam & mudah lelah).
 Kasus TB :
- TB Pasti -> pasien TB ditemukan M.tubercu
losis complex yg diidentifikasi dari cairan klinik
(jar., cairan tubuh, usap tenggorok dll)dan
kultur.
- Seorang pasien stl dilakukan pemeriksaan
penunjang shg didiagnosis TB oleh dokter
/petugas kes. dan diobati sesuai regimen
lengkap.
1. Berdasar letak anatomi.
- TB Paru
- TB Ekstraparu : pleura, KGB, abdomen, trak.
Genitourinarius, kulit,sendi, tulang dan sela
put otak.
2. Berdasar pemeriksaan Bakteriologi.
a. TB Paru BTA positif :
-> minimal 1X dari 2X pemeriksaan sputum BTA
pagi hasil positif pd px. Lab.yg memenuhi EQA.
-> minimal 2X dari 3X Px. sputum BTA positif pd lab.non
EQA.
-> minimal 1X dari 3X Px.sputum BTA positf dan foto toraks
positif TB atau hasil biakan M.tb positif.
b. TB Paru BTA Negatif :
-> Pemeriksaan sputum negatif, tetapi biakan
/kultur positif.
- sedikitnya 2X sputum BTA negatif pd lab.
EQA.
- sedikitnya 3X sputum BTA negatif pd lab.
non EQA.
-> 2X sputum BTA negatif pd daerah yg be
lum punya lab.kultur ditambah :
- Foto toraks (+) gamb.TB disertai :
HIV (+) atau HI (-) tdk menunjukkan perbaikan
dengan pengobatan AB spektrum luas.
c. Bekas TB :
-> Sputum/dan biakan BTA (-) disertai :
- Foto toraks : lesi tdk aktif (fibrosis, kalsifi
kasi)/foto serial (2 bln) menetap.
- Riwayat OAT (+).
-> Foto toraks meragukan + pengobatan OAT
2 bln -> foto toraks ulang tak ada perubah
an gambaran Ro.
3. Berdasarkan Riwayat Pengobatan.
a. Pasien Baru :
- Belum pernah mendapat OAT/pernah mendapat
OAT<1 bln.
- Pemeriksaan sputum BTA (+)/(-).
- Lokasi penyakit di organ manapun.
b. Pasien dengan Riwayat OAT :
- Pernah mendapat OAT minimal 1 bln.
- Sputum BTA (+)/(-).
- Lokasi penyakit di organ manapun.
-> Kambuh : BTA(+)/(-), sembuh/pengobatan
lengkap.
-> Gagal : BTA (+), pengobatan gagal.
-> Lalai : BTA(+), lalai berobat.
 Sumber penularan adalah TB BTA positif.
 Penyebaran melalui udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak mengandung kuman)
yg dapat bertahan di udara dlm 1-2 jam.
 Droplet terhirup -> kuman TB mll pernafasan
-> paru -> pembuluh darah, sal.limfe/langsung
ke organ lain.
 Daya penularan tergantung banyaknya kuman,
derajat BTA tinggi -> makin menular.
 Resiko Penularan :
- Imunitas menurun/rendah : anak, penyakit
lain (influenza, khronis, HIV-AIDS).
- Gizi buruk.
- Kemiskinan.
- Pemukiman padat.
a. Tuberkulosis Primer.
- Kuman TB mll sal. Napas -> alveoli paru :
sarang/afek primer + peradangan kelenjar
dan sal.Limfe -> kompleks primer (4-6 minggu):
-> tanda : tes tuberkulin +.
-> sembuh sempurna : imunitas seluler bagus, ku
man TB dorman (tidur).
-> sembuh meninggalkan bekas : sarang
ghon, fibrotik, kalsifikasi.
-> Menyebar dengan cara :
1. Perkontinuitatum -> menyebar ke sekitar
: bronkus/lobus paru sekitar.
2. Bronkogen -> lobus lain pada satu/lain
paru.
3. Hematogen dan limfogen -> TB milier,
menigitis TB, peritonitis TB, ginjal, verte
bra dll.
b. Tuberkulosis Post Primer/Dewasa.
- Terjadi beberapa bulan/ tahun setelah post
primer pd usia 15-40 th.
- Akibat reaktiasi kuman TB atau penularan
dari orang lain.
- Bersifat mudah menular ke orang lain.
- Letak infeksi paru (sarang pneumonia) di
lobus segmen apikal lobus superior/inferior.
- Perjalanan infeksi :
1. Diresorpsi -> sembuh sempurna
2. Proses penyembuhan -> fibrosis dan kalsifi
kasi/pengapuran, dapat aktif lagi -> jar.per
kejuan -> kavitas.
3. Meluas -> jar.perkejuan luas/kaseosa -> pe
nebalan dinding (kavitas sklerotik) -> :
- Infeksi meluas -> sarang baru
- Tuberkuloma : memadat dan berkapsul
-> sembuh (kalsifkasi)/aktif lagi (kavitas)
- Kavitas mengecil (stellate shapes) -> sem
buh.
A. GAMBARAN KLINIK
Dapat ditegakkan berdasarkan :
GEJALA KLINIK
1. Gejala Respiratorik
- Batuk +/- 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
2. Gejala Sistemik
- Demam
- Malaise, keringat malam, anoreksia, berat
badan menurun
3. Gejala Tuberkulosis Ekstraparu.
- Limfadenitis TB -> pembesaran KGB, tdk nyeri.
- Meningitis TB -> gejala meninginitis.
- Pleuritis TB -> sesak/nyeri pada sisi dada yg
terkena.

B. PEMERIKSAAN FISIK
- Kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat.
- Lokasi segmen apek dan posterior (S1 & S2)
lob. superior/apeks lob.inferior.
- Px : suara bronkial, amforik, suara napas me
lemah, ronkhi basah, penarikan paru, dia
fragma dan mediastinum.
- Pleuritis TB : perkusi -> redup/pekak.
auskultasi -> melemah/hilang.
- Limfadenitis TB : KGB leher/ketiak membesar
-> cold abcess.
C. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
1. Bahan Pemeriksaan : dahak, cairan pleura,
cairan spinal (LCS), bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (BAL),
urin, feces, jar. biopsi (BJH).
2. Cara Pengumpulan.
- Dahak/sputum-> 2 X, minimal 1 X dahak
pagi dengan pot khusus.
- Dahak yg kental, kuning kehijauan (mukopuru
len), volume 3-5 ml.
- Biopsi (BJH) -> sedian apus kering di obyek
glass/dalam larutan NaCl 0,9% 3-5 ml -> lab.
3. Cara Pemeriksaan.
a. Mikroskopis.
- Biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen.
- Fluoresens : pewarnaan auramin-rodamin.
- Pembacaan dengan skala IUATLD ( Inter
national Union Against Tuberculosis and
Lung Disease) :
 Tidak ditemukan BTA dlm 100 LP -> negatif.
 Ditemukan 1-9 BTA dlm 100 LP -> jumlah kuman
ditemukan.
 Ditemukan 10-99 BTA dlm 100 LP -> + (+1).
 Ditemukan 1-10 BTA dlm 1 LP -> ++ (+2).
 Ditemukan > 10 BTA dlm 1 LP -> +++ (+3).
b. Pemeriksaan biakan kuman
1. Biakan :
- Egg base media : Lowenstein-Jensen,
Ogawa, Kudoh
- Agar base media : Middle brook
- Mycobacteria Growth Indicator Tube Test
(MGITT)
- BACTEC
2. Uji molekular :
- PCR – Based Methods of IS6110 Genotyping
- Spoligotyping
- Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
- MIRU / VNTR Analysis
- PGRS RFLP
- Genomic Deletion Analysis
Identifikasi M. Tuberculosis dan uji kepekaan :
- Hain test (uji kepekaan untuk R dan H)
- Molecular beacon testing (uji kepekaan untuk R)
- Gene X-pert (uji kepekaan untuk R)
c. Uji lainnya
1. Uji tuberkulin, IGRA, T-SPOT TB
-> Umumnya dipakai untuk mengetahui
seseorang telah terinfeksi kuman TB atau
menentukan TB laten.
2. Uji serologi yaitu ELISA, ICT, Mycodot dan
IgG/IgM TB
-> Saat ini uji serologi tidak bermakna untuk
diagnosis
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Pemeriksaan standar : Foto toraks PA
 Pemeriksaan lainnya : Foto lateral, Top Lordotic, oblik
atau CT- Scan.
 Gambaran Radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB
Aktif adalah :
- Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan
posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah
- Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh
bayangan opak berawan dan nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
(jarang)
 Gambaran Radiologi yang dicurigai Lesi TB Inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
 Luluh Paru (Destroyed Lung) :
- Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan
jaringan paru yang berat, terdiri dari atelektasis, ektasis
dan fibrosis parenkim paru.
- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk
memastikan aktivitas proses penyakit
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
1. Analisis cairan
Perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk
membantu menegakkan diagnosis.
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi
atau otopsi, yaitu :
- Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH)
kelenjar getah bening (KGB)
- Biopsi pleura melalui torakoskopi atau dengan
jarum abram, Cope dan Veen Silverman
- Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung
biopsy/ TBLB) dengan bronkoskopi, trans
thoracal needle aspiration (TTNA), biopsi
paru terbuka
- Biopsi atau aspirasi pada lesi organ di luar
paru yang dicurigai TB
- Otopsi
3. Pemeriksaan Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan
indikator yang spesifik untuk TB.
LED jam I & II -> dapat digunakan sebagai indikator
penyembuhan pasien.
LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED
yang normal tidak menyingkirkan TB.
Tujuan pengobatan TB adalah :
 Menyembuhkan pasien dan mengembalikan
kualitas hidup dan produktivitas
 Mencegah kematian karena penyakit TB aktif
atau efek lanjutannya
 Mencegah kekambuhan

 Mengurangi transmisi atau penularan kepada


yang lain
 Mencegah terjadinya resistensi obat serta
penularannya
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif
(2-3 bln)dan fase lanjutan (4-7 bln). Pada umumnya
lama pengobatan adalah 6 – 9 bulan.

A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)


Obat yang dipakai :
1. Jenis obat lini pertama adalah :
- INH : bakterisid, efektif pd metabolik aktif.
- Rifampisin : bakterisid, membunuh semi-dormat (per
sister)
- Pirazinamid : bakterisid, membunuh kuman dalam
sel
(asam)
- Etambutol : bakteriostatik.
- Streptomisin : bakterisid.
2. Jenis obat lini kedua adalah :
- Kapreomisin - Kanamisin
- Sikloserin - Amikasin
- Etionamid/ Protionamid - Kuinolon
- Para-Amino Salisilat (PAS)
- Obat-obatan yang efikasinya belum jelas
(Makrolid, Amoksisilin + Asam Klavulanat,
Linezolid, Clofazimin)

 OAT lini kedua hanya digunakan untuk kasus


resisten obat, terutama TB multidrug resistant
(MDR).
Kemasan.
 Obat tunggal : obat disajikan secara terpisah

-> INH, Rifampisin, pirazinamid dan etam


butol.
 Obat kombinasi dosis tetap/KDT ( Fixed Dose
Combination/FDC) : Kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari 2 – 4 obat dlm satu tablet -> R +H,
R+H+Z+E.
 Pasien Baru.
- 2HRZE/4HR -> setiap hari.
- OAT Program -> fase intensif : tiap hari.
-> fase lanjutan : 3 X/minggu
2HRZE/4H3R3.
 Riwayat Pengobatan TB lini pertama / kambuh/relaps.
- Sesuai hasil tes sensitifitas OAT -> 1,5 bln.
- Menunggu hasil tes -> 2HRZES/HRZE/5HRE.
 Pasien Multi-drug resisten (MDR).
- Resisten R dan H -> rujukan TB-MDR.
 Pasien X-DR (Extra Multidrug Resisten)
- Resisten R, H dan OAT lini pertama yg lain -> rujuk.
 Pasien gagal pengobatan -> rujuk ke dr.
Spesialis paru.
 TB ektra paru -> regimen OAT sama.
- Meningitis TB -> lama 9-12 bln, Etambutol
diganti streptomisin.
- TB tulang -> OAT 9 bln.
- Kortikosteroid diberikan pd Meningitis dan
pericarditis TB.
- Limfadenitis TB -> OAT 9 bln.
 Multivitamin dan obat meningkatkan imuni
tas.
 Diet : TKTP, buah-buahan dan sayuran.

 Pasien TB tak ada pantangan makanan.

 Analgetik, antitusiv, bronkodilator, anti per


darahan dan obat untuk keluhan lain.
E. Pembedahan.
Indikasi Operasi :
- Indikasi mutlak
-> Batuk darah masif
-> Fistula bronkopleura, empiema yg sulit.
- Indikasi Relatif.
-> Batuk darah berulang dan sputum BTA (-).
-> Kerusakan satu paru/lobus dng keluhan.
-> Sisa kavitas yg menetap.
Tindakan Minimal Invasif :
- Bronkoskopi.
- Punksi pleura
- Pemasangan WSD
 Evaluasi Klinis : keluhan, respons pengobatan,
efek sam ping obat, komplikasi, peningkatan BB.
 Evaluasi Bakteriologi : 0-2-6/8 bln pengobatan.
- Untuk mendeteksi konversi sputum BTA.
- Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan
uji kepekaan/sensitifitas OAT.
 Evaluasi Radiologi : 0-2-6/8 bln pengobatan.
 Evaluasi Pasien sembuh .
- 3 bln dan 2 th pasca sembuh.
- Pemeriksaan foto toraks dan sputum BTA.
 Prevalensi HIV tinggi, setiap pasien TB harus
konseling & periksa HIV -> koinfeksi TB-HIV.
 Prevalensi HIV rendah, konseling & periksa HIV
pasien TB :
- Keluhan dan gejala HIV : kurus, diare kronik,
muda dengan penyakit TB luas dan berat.
- Riwayat perilaku resiko tinggi tertular HIV :
pengguna narkoba, banyak bekas suntikan, PSK,
perilaku seksual menyimpang/tdk.sehat.
- Pengobatan TB gagal/tdk memuaskan.
- MDR TB/TB Kronik.
 Prinsip : penobatan sama dengan TB tanpa HIV/AIDS.
 Pada pasien yg tdk memberi respons pengo batan ->
resistensi OAT/malabsorbsi obat (imu nosupresi
berat).
 Pasien koifeksi TB-HIV -> OAT+ARV (anti retro viral)
selama 8 minggu tanpa mempertimbang kan kadar
CD4 -> angka kematian tinggi pd 2 bln tx.OAT.
 Pemberian OAT+ARV -> ketidakpatuhan, komplikasi,
efek samping, interaksi obat dan Immune Reconstitu tion
Inflamatory Syndrome (IRIS).
 TB-HIV -> profilaksis kotrimoksasol 960 mg/hr
(tunggal)
 Setiap Pasien HIV (TB -> inf.oportunistik &
penyebab kematian), WHO merekomendasikan
(sebelum tx.ARV) -> Three I’s strategy :
- Isoniazid preventif treatment (IPT).
- Intensified case finding (ICF) -> menemukan
TB aktif.
- Infection control (IC) -> pencegahan dan pengen
dalian infeksi TB.
 Efek Samping Obat
- efek samping obat sama dengan pemberian
obat-bat lain : mual, muntah, nyeri sendi,
kesemutan, diare, gatal dll.
- Pengobatan simtomatik sesuai keluhan
gejala.
TB MILIER
- TB yang telah meyebar melalui pembuluh darah.
- Pada foto toraks -> gamb.bintik-bintik merata
seperti jarum.
- Regimen OAT seperti TB paru
- Berat -> kortikosteroid.

PLEURITIS EKSUDATIVA TB(EFUSI PLEURA TB)


- Regimen 2RHZE/4RH
- Evakuasi(punksi) cairan pleura.
- Kortikosteroid secara tappering off.
TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS (DM)
- Regimen OAT sama dengan TB tanpa DM (gula
darah terkontrol).
- Bila gula darah tak terkontrol -> OAT 9 bulan.
- Penggunaan rifampicin -> dosis ditingkatkan.
etambutol -> hati-hati efek sam
ping pd mata.
INH -> hati-hati efek neuropati.

TB PARU PD KEHAMILAN DAN MENYUSUI


- Regimen yg aman RHZE, kecuali streptomisin
ototoksik pd fetus.
- Ibu menyusui aman mendapat OAT.
- Pada Bumil TB : bayi beri profilaksis INH -> vak
sinasi BCG.
- Pridoksin (vit B6) ditambahkan pada bumil yg diberi
INH.
- Ibu menyusui +TB -> OAT dan ASI tetap diberikan ->
tak akan toksik pd bayi.
- Rifampisin tdk boleh diberikan pada wanita pengguna
kontrasepsi hormonal -> menurunkan efektivitas obat.

TB PARU PADA GAGAL GINJAL


- Etambutol dan pyrazinamid perlu penyesuain dosis :
-> PRZ : 25 mg/kg BB.
-> Etambutol : 15 mg/kg BB.
TB PARU DENGAN KELAINAN HATI.
- Hepatitis akut dan/ikterik -> OAT tunda sampai
sembuh.
- Keadaan terpaksa -> beri S dan E maks. 3 bln.
-> hepatitis sembuh lanjut 6RH.

HEPATITIS IMBAS OBAT (Drug Induced


Hepatitis).
- Kelainan fungsi hati akibat penggunaan obat
hepatotoksik TB (RHZ).
- Klinis (+) : ikterik , mual, muntah -> OAT stop.
- Klinis (+), SGOT &/ SGPT ≥ 3x -> oat stop.
- Klinis (-), kelainan lab :
Bilirubin >2 -> OAT stop.
SGOT, SGPT ≥ 5X -> OAT stop.
SGOT, SGPT ≥ 3X -> teruskan pengobatan +
pengawasan.
- OAT diberikan lagi bila gejala klinik dan fungsi
hati normal -> mulai R : 3-7 hari -> H.
- Riwayat ikterik (+) -> Z tidak boleh diberikan.

KOMPLIKASI TB

- Batuk darah, Pneumotoraks, Gagal napas dan gagal


jantung,kolaps lobus, bronkiektasis dan infeksi ke
organ lain (otak, tulang, sendi, ginjal) dll.
 Strategi program penanggulangan TB secara menyeluruh
dari WHO.
 5 komponen DOTS :
- Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB
nasional
- Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA
mikroskopis
- Pemberian obat jangka pendek yang diawasi langsung,
dikenal dengan Directly Observed Therapy (DOT).
- Pengadaan OAT secara berkesinambungan
- Monitoring serta pencatatan & pelaporan yang baku /
standar
 Tujuan :
- Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
- Mencegah putus berobat
- Mengatasi efek samping obat jika timbul
- Mencegah resistensi

 Pengawasan untuk pasien TB :


- Pasien berobat jalan :
-> Pasien mampu datang -> paramedis / petugas sosial
sebagai PMO (Pengawas Menelan Obat).
-> Pasien tidak mampu datang teratur -> berkoordinasi
dengan puskesmas setempat.
- Pasien dirawat :
-> PMO adalah petugas rumah sakit.
 Langkah Pelaksanaan Dot
- Sebelum pengobatan, harus ada PMO dan di
jelaskan tentang DOT.
 Persyaratan PMO
- Sukarela membantu sampai sembuh dan men
jaga kerahasiaan pasien.
- Diutamakan petugas kesehatan,atau kader
dasawisma, PPTI,PKK atau anggota keluarga.
 Penyuluhan
- Perorangan/individu
- Kelompok.
 Pencatatan dan Pelaporan
- Formulir TB 01 – TB 10
Terima Kasih

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai