Anda di halaman 1dari 72

ADMINISTRASI

KEUANGAN KOPERASI

Dr. H. Khaerul Saleh, SP.,M.Si


Analisa usaha koperasi

Laporan keuangan yang utama terdiri dari :


1. Laporan neraca;
2. Laporan rugi laba; dan
3. Perubahan modal.
Manfaat Laporan Keuangan

1. Mengetahui kemampuan perusahaan /


koperasi;
2. Mengetahui keadaan asset perusahaan /
koperasi;
3. Melihat besar kecilnya modal baik dari
dalam (sendiri) maupun dari luar (utang);
dan
4. Mengetahui besarnya laba – rugi yang wajar
dari suatu kegiatan usaha
Analisa laporan keuangan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. dengan mengadakan perbandingan
atas beberapa laporan keuangan
(Analisa perbandingan);
2. dengan mengadakan perbandingan
antara tiap-tiap perkiraan suatu
laporan keuangan (Analisa ratio).
Analisa perbandingan

1. Analisa perbandingan horizontal

1. Analisa perbandingan vertikal


Analisa perbandingan horizontal

Yaitu dengan memban-dingkan


perkiraan dalam neraca dan laporan
Rugi Laba tahun ini dengan tahun
yang lalu.

Turun naiknya dinyatakan dalam


jumlah uang dan prosentase.
Misal :

Aktiva lancar tahun ini Rp. 550.000 dan


tahun lalu Rp. 533.000 sehingga
perbandingan aktiva lancar tahun ini
dengan tahun lalu adalah Rp. 17.000 atau
3,2 %.
Untuk mempermudah analisa biasanya
dilakukan dengan mengelompokkan
perkiraan-perkiraan sesuai dengan
golongan perkiraannya
Analisa perbandingan vertikal

Dalam analisa ini prosentase tiap-tiap


kelompok perkiraan ditentukan terlebih
dahulu terhadap jumlah kelompok dalam
suatu laporan keuangan.
Pada analisa ini jumlah harta dinyatakan
100 % demikian pula utang dan modal 100
%. angka-angka ini kemudian
dibandingkan dengan tahun yang lalu.
KOPERASI HIDUP BARU
Neraca Perbandingan
31 Desember 2007 dan 2006

2007 2006
Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

AKTIVA
Aktiva Lancar 550,000.00 48.27 533,000.00 43.32
Aktiva Tetap 539,500.00 47.35 647,500.00 52.62
Aktiva Tak Berwujud 50,000.00 4.39 50,000.00 4.06
Jumlah Aktiva 1,139,500.00 100.00 1,230,500.00 100.00

Utang
Jangka Pendek 210,000.00 18.43 243,000.00 19.75
Jangka Panjang 100,000.00 8.78 200,000.00 16.25
Jumlah Utang 310,000.00 27.20 443,000.00 36.00

Modal
Saham Paritas 150,000.00 13.16 150,000.00 12.19
Saham Biasa 679,500.00 59.63 637,500.00 51.81
Jumlah Modal 829,500.00 72.80 787,500.00 64.00
Jumlah Usaha + Modal 1,139,500.00 100.00 1,230,500.00 100.00
Analisa Ratio

 Rasio Liquiditas,
 Rasio Leverege (Solvabilitas),
 Rasio Aktivitas,
 Rasio Rentabilitas,
 Rasio Coverage( Soliditas),
Rasio Liquiditas,
Rasio Liquiditas, yaitu ratio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk kewajiban jangka panjang yang
telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek)
Rasio Liquiditas dapat ditentukan
1.
melalui
Curren Rasio (rasio Lancar)
2. Cash rasio (rasio Kas)
3. Quic rasio ( Acid test rasio
Curren Rasio (rasio Lancar)

Current ratio, yaitu menunjukkan sejauhmana kewajiban lancar


(Curren Liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva
Lancar ( Current Asset)

AktivaLancar
CURRENT RATIO = x 1 kali
KewajibanLancar
Contoh
Aktiva Lancar = Rp. 7.327
Kewjiban Lancar = Rp. 4.948
Maka Current rationya adalah
7.327
CURRENT RATIO = x1 kali = 1,48 Kali
4.948

Angka 1,48 kali menunjukkan bahwa setiap


Rp. 1 kewajiban Lancar dijamin oleh Rp.
1,48 Aktiva Lancar. Sering dikatakan suatu
perusahan akan Likuid apabila Current ratio
lebih dari satu ( ini terjadi apabila harta lancar
lebih besar dari Kewajiban lancar)
Cash rasio (rasio Kas)
cash ratio yaitu untuk mengukur jaminan yang diberikan oleh pos tunai dan surat berharga
terhadap kewajiban lancar.

kas Suratberh
arga
x1kali
Cash ratio =
KewajibanL
ancar
Misal
Kas dan Bank = Rp. 19
Surat-surat berharga = Rp. 0
Kewajiban Lancar = Rp 4.948

19  0 x1kali  0,004kali


Cash ratio =
4.948
Dari kasus tersebut maka setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh 0.004 uang
tunai
Quic rasio ( Acid test rasio
Quic rasio ( Acid test rasio) yaitu kemampuan perusahaan untuk menjamin
kewajibannya dari semua harta lancar yang dimiliki tanpa adanya Surat berharga
( setelah dikurangi surat berharga

Quick ratio =  AktivaLancar  Persediaan  x1kali


KewajibanLancar
Misal
Aktiva lancar = Rp. 7.327 Persediaan =
Rp. 2.643
Kewajiban Lancar = Rp. 4.948

Quick ratio = Rp.7.327  Rp.2.643 x1kali  0,95Kali


Rp.4.948

Artinya setiap kewajiban lancar Rp. 1


dijamin oleh Aktiva lancar sebesar Rp.
0,95
Likuiditas aktiva tergantung dari :
1. Komposisi dari Pos Tunai (Cash) dan pos surat-surat
berharga (marcatable securities) dibanding dengan Total
Aktiva lancar,
2. Kualitas dari Piutang dagang (account Receivable) dan
komposisinya terhadap total aktiva lancar. Kualitas dan
umur piutang dagang sangat berpengaruh pada Asset
(cash) Conversion Cycle
3. Kualitas dan komposisi dari “ Persediaan barang
(Inventory).persediaan barang dalam perusahaan
terbagi dalam dua kelompok yaitu (a) pesediaan dengan
perputaran cepat (Fast moving item) dan (b) persediaan
barang berputar dengan lambat (slow moving item),
Rasio Leverege (Solvabilitas),

Rasio Leverege (Solvabilitas), yaitu rasio yang menunjukkan


sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (dana pihak luar).
Rasio ini juga menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para
pemberi pinjaman (kreditor), dalam hal ini adalah bank.
Rasio Leverege (Solvabilitas), dapat
ditentukan melalui

1. Debt to Equity ratio (DER)


2. Long term Debt dan Short term Debt
3. Exces Value
Debt to Equity ratio (DER)
Debt to Equity ratio (DER) yaitu perbandingan antara Kewajiban Total (total Liabilities)
dengan total Modal sendiri (Equity) atau perupakan perbandingan antara dana pihak luar
dengan dana pemilik perusahaan.

TotalKewaj iban
DER = x1kali
Modalsendiri
Misal
Total Kewajiban = Rp. 4.948
Modal Sendiri = Rp. 7.323

4.948
DER = x1kali  0,68kali
7.323
Dari DER menujukkan bahwa setiap
Rp. 1 modal yang dikeluarkan pemilik
perusahaan terdapat Rp. 0,68 dana
pihak kreditor.
Semakin tinggi ratio DER maka semakin
rendah tingkat keamanan dana yang
ditempatkan kreditor
Long term Debt dan Short term Debt
jika utang jangka pendek lebih besar maka resiko bisnis
juga besar dibanding dengan utang jangka panjang. Untuk
mengetahui perbandingan Lavarage antara utang jangka
panjang dengan utang jangka pendek dapat dipergunakan
rasio Long term Leverage

LONG TERM KEWAJIBANJANGKAPANJA NG


X 1Kali
LEVERAGE = MODALSENDIRI

SHORT TERM = DER - LONG TERM LEVERAGE


LEVERAGE
Bila Long Term Leverage lebih kecil dari pada Short term
Leverage, sebagian besar kewajiban adalah jangka
pendek , dalam menganalisis long Term Leverage yang
perlu diperhatikan adalah jangka waktu jatuh tempo, jika
jatuh tempo utang jangka panjang relatif sama maka akan
menjadi masalah potensial hal ini disebabkan pada
waktu tertentu utang jangka panjang akan berubah
menjadi utang jangka pendek. Kondisi ini akan
mengakibatkan perbandingan Long Trm Leverage
dengan Short Term Leverage berubah dimana Short
Term akan lebih besar.
Exces Value
Exces Value adalah kemampuan
perusahan untuk menjamin
kewajibannya didasarakan pada
selurauh aktiva berwujud yang
dimilikinya
ExcesValue= Jumlah Aktiva Berwujud – Jumlah Utang
X 100 %
JumlahUtang
Rasio Coverage( Soliditas),

Rasio Coverage( Soliditas), yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahan


dalam memenuhi kewajiban-kewajiban kreditnya dengan sumberdana yang
diperoleh dari bisnis.

1.Coverage ratio (Earning Before


Interst And Taxed Covarage ratio).
2.Devidend pay out ratio
Times Intrest Earned Ratio atau EBIT
EBIT LabaSebelumBungadanPajak
X 100%
COVERAGE = BebanBunga
Contoh.
Laba sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) = Rp. 2.458
Beban Bunga (biaya laian) = Rp. 691

EBIT Rp.2.458
COVERAGE = X 100%  356%
Rp.691
Angka Rp. 1 merupakan beban bunga pijaman dijamin
oleh 356 % pendapatan atau sebesar Rp. 3,56.
Kemampuan membayar beban bunga dihitung dari laba
bersih sebelum pajak (Net Income / Profit Before Tax)
Devidend pay out ratio
Devidend pay out ratio, yaitu berapa besar bagian dari laba bersih dibagi dalam bentuk
deviden tunai

DEVIDEND PAY-OUT DevidenTun aiyangDibayar


RATIO = X 100%
LabaBersihSetelahPajak

Contoh Laba Bersih Setelah Pajak = 120


Deviden Tunai yang dibagi = 50

DEVIDEND PAY-OUT 120


RATIO = X 100% = 41,66
50
Angka sebesar 41,66 % merupakan total laba bersih yang diperoleh , sebanyak 41,66
% dibagikan dalam bentuk Deviden tunai, semakin besar ratio ini maka semakin
kecil dana yang masuk ke Retained Earning, Ratio ini menujukkan komitmen
pemegang saham akan bisnisnya. Apakah pertumbuhan bisnis dari modal sendiri atau
mengndalkan dana dari pinjaman
Rasio Aktivitas,
Rasio Aktivitas, yaitu ratio yang menunjukkan
kemampuan dan efektifitas manajemen dalam
mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.
Ratio yang digunakan adalah Rasio

1.Ratio perputaran Aktiva


2.Perputaran Aktiva Tetap
3.Perputaran Piutang Dagang
4.Perputaran Persediaan
5.Perputaran Utang Dagang
Rasio perputaran Aktiva
(asset Turnover)

Rasio perputaran Aktiva (asset Turnover)


yaitu kemampuan manajemen mengelola
seluruh Investasi (Aktiva) guna
menghasilkan penjualan.

Asset PenjualanBersih
Turnover = X 1Kali
Aktiva
Contoh
Penjualan = Rp. 17.559
Total Aktiva = Rp. 12.271

Asset Rp.17.559
Turnover = X 1Kali = 1,43Kali
12.271
Perputaran Aktiva Tetap
(Fixed Asset Turnover)

Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover) yaitu aktivitas


yang menunjukkan optimalisasi penggunaan Aktiva tetap ,
untuk perusahaan Industri manufaktur merupakan Aktiva
Porduktif.

Fixed Asset PenjualanBersih


Turnover = X 1Kali
AktivaTeta p
Perputaran Piutang Dagang
( Account Receivable Turnover)
Perputaran Piutang Dagang ( Account
Receivable Turnover) yaitu ratio yang
menujukkan berapa kali Piutngan
Dagang Perusahaan berputar dalam satu
tahun, sebagai pembilang pada rumus
adalah Penjualan Kredit jika tidak
diperoleh rincian penjualan kredit maka
dapat digunakan total Penjualan.
Account PenjualanKredit
ReceivableTurnover = X 1Kali
Piu tan Dagang
Contoh
Penjualan = Rp. 17.559 (asumsi
sluruh penjulan Kredit)
Piutang Dagang = Rp. 4.586

Account Rp.17.559
ReceivableTurnover = X 1Kali  3,8kali
RP.4.586
Bahwa angka 3,8 menunjukkan bahwa Piutang
dagang akan tertagih kembali (menjadi tunia) dalam
waktu kurang dari 94 hari, yaitu 360/3,8.
Perputaran Piutang dagang dalam bentuk
jumlah hari dikenal dengan istilah
Account Receinable Collection period
360
Collection Period =
PerputaranPiu tan gDagang
atau
360
Collection Period =
PenjualanKredit / Piu tan gDagang
atau
Piu tan gDagang
Collection Period = x 360
PenjualanKredit
Contoh
Penjualan = Rp. 17.559
Piutang Dagang = Rp. 4.586

Rp.17.559
Collection Period = X 360hari  94hari
RP.4.586
Perputaran Piutang menunjukkan beberapa Indikasi:
1. Jumlah dana yang tertanam dalam bentuk Piutang Dagang sebelum
akhirnya menjadi bentuk tunai. Berhubungan dengan penyediaan
dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut karena setiap
aktiva harus dibiayai, semakin cepat piutang dagang maka dana
yang terikat didalamnya sedikit.
2. Sampai tingkat tertentu, ratio ini merupakan indikator kualitas
Kolektor (penagih hutang) dari perusahaan. Bila perputaran piutang
berjalan lamban maka ada indikasi kolektor perusahaan bekerja
kurang bagus atau para penangih kurang bisa mendesak untuk
membayar tagihan yang telah jatuh tempo.
3. Perputaran piutang juga merupakan indikator kualitas piutang
dagang yang dimiliki, Bila perusahaan memiliki kebijakan kredit tiga
bulan dan kolektor telah bekerja maksimum, tetapi perputaran piutang
menunjukkan angka 4 bulan mungkin masalahnya terletak pada
kualitas pelanggan yang tidak mampu atau tidak mau membayar
maka perlu segera melaksanakan evaluasi.
Koperasi serba ada
LAPORAN HASIL USAHA
PER 31 DESEMBER 2007

No PERKIRAAN TAHUN 2007 TAHUN 2006


I PENDAPAYAN USAHA    
  a. Pendapatan Kelapa Rp 31,257,200.00 Rp 22,652,930.00
  b. Pendapatan Kedelai Rp 11,250,000.00 Rp 11,575,000.00
  c. Pendapatan hortikultura Rp 17,810,433.00 Rp 11,302,559.00
  d. Pendapatan Tanaman Obat (Toga) Rp 6,225,000.00 Rp 4,000,000.00
  e. Pendapatan Sewa Rp 2,245,500.00 Rp 600,000.00
  f. Pendapatan Konsinyasi Pupuk Rp 3,728,000.00 -
  g. Pendapatan Bagi Hasil   Rp 459,200.00
  h. Pendapatan Bunga Rp 1,152,400.00 Rp 210,000.00
  Total Pendapatan Usaha Rp 73,668,533.00 Rp 50,799,689.00
       
       
II BEBAN ADMINISTRASI DAN UMUM    
       
  a. Beban perlengkapan Kantor Rp 2,205,000.00 Rp 1,050,000.00
  b. Biaya Operasional Rp 1,500,000.00 Rp 1,663,000.00
  c. Beban Penyusustan Alat Kantor Rp 771,290.00 Rp 771,290.00
  d. Beban Penyusutan Gedung Rp 1,053,160.28 Rp 1,256,325.93
  e. Beban Rapat Pemefang Saham Rp 13,190,000.00 Rp 8,075,000.00
  f. THR Rp 8,900,000.00 Rp 6,750,000.00
  g. Honor Pengurus Rp 3,600,000.00 Rp 3,600,000.00
  h. Pembayaran Pajak PPh    
  I. Beban Listrik dan Air Rp 5,400,000.00 Rp 4,221,400.00
  j. Biaya Rapat Rp 1,200,000.00 Rp 960,000.00
       
  Beban Administrasi dan Umum Rp 37,819,450.28 Rp 28,347,015.93
       
  Laba Usaha Sebelum Pajak Rp 35,849,082.72 Rp 22,452,673.07
       
Perputaran Persediaan
(Inventory Turnover)

Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) yaitu ratio yang


menunjukkan bera besar persedian barang berputar selama satu
tahun

H arg aPokokPenjualan
Inventory Turnover = X 1Kali
Persediaan
Contoh
Harga Pokok Penjualan = Rp. 14.284
Persediaan barang = Rp. 2.643

Rp.14.284
Inventory Turnover = X 1Kali  5,4kali
RP.2.643

Dari data diatas menunjukkan bahwa


Persediaan berputar 5,4 kali dalam
setahun
Dalam bentuk hari dapat ditulis

Inventory Turnover 360


(hari) = Perputaranpesediaan

Maka
H arg aPokokPenjualan
Inventory turnover =
Persediaan
360
Inventory turnover = H arg aPokokPenjulan / Persediaan
atau
persediaan
Inventory turnover = x 360
H arg aPokokPenj aulan
Contoh
Harga Pokok Penjualan = Rp. 14.284
Persediaan barang = Rp. 2.643

Rp.2.643
Inventory turnover = x 360hari  67hari
RP.14.284
Perputaran persediaan merupakan indikator
keberhasilan menajemen dalam mengelola
persediaan barang
keberhasilan tersebut dilihat dari
1. Sifat dari persediaan barang dagangan, apabila merupakan Slow Moving Item (seperti
mesin berat) atau Fast Moving Item (seperti consumer good)
2. Apabila Persedian barang lamban sedangkan barang yang dijual termasuk Fast moving
item, mungkin terdapat item yang telah tidak laku, misalnya out of date dan lain-lian,
atau pengendalian kurang bagus sehingga terjadi penumpukan barang.
Perputaran Utang Dagang
( Account Payable Turnover)

Perputaran Utang Dagang ( Account Payable Turnover) yaitu


ratio yang menunjukkan jumlah perputaran Utang Dagang
dalam satu tahun, dalam prakteknya kadang sulit untuk
mendapatkan data tentang jumlah pembelian .
PERPUTARAN PEMBELIANKREDIT
UTANG DAGANG = X 1Kali
UTANGDAGAN G

Menjadi

PERPUTARAN HARGAPOKOKPENJUALAN
UTANG DAGANG =
X 1Kali
UTANGDAGAN G
Contoh
Harga Pokok Penjualan = Rp. 14.284
Persediaan barang = Rp. 1.939

PERPUTARAN Rp.14.284
UTANG DAGANG = X 1Kali  7,37kali
RP.1.939

Dari data diatas menunjukkan bahwa


Persediaan berputar 7,37 kali dalam
setahun.
Dalam bentuk jumlah perhari dapat ditulis

Account Payable
360
Turnover (hari) = PerputaranU tan gDagang
priode pembayaran utang sebagai berikut

Priode Pembayaran 360


Utang Dagang = H arg aPokokPenjualan / U tan agDagang
atau
U tan gDagang
Priode Pembayaran x 360
Utang Dagang = H arg aPokokPenjualan
Contoh
Harga Pokok Penjualan = Rp. 14.284
Persediaan barang = Rp. 1.939

Priode Pembayaran Rp.1.939


Utang Dagang = x 360hari  49hari
RP.14.284
Ratio diatas menunjukkan bahwa perusahaan akan
membayar Utang dagangnya setiap 49 hari.
Dalam menganalisis ratio ini perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:

1. Bila terjadi penurunan yang signifikan pada rasio ini, ada


kemungkinan bahwa perusahaan mengambil
keuntungan potongan tunai ( dengan melakukan
pembelian tunai) dan mengambil pinjaman Bank. Tetapi
ada juga kemungkinan para pemasok telah tidak
mempercayai perusahaan sehingga harus melakukan
pembelian tunai.
2. Bila terjadi peningkatan yang signifikan, ada
kemungkinan para pemasok memperpanjang credit term
kepada perusahaan. Tetapi ada juga kemungkinan
perusahaan sedang berada pada kesulitan lukiditas dan
menunggak pembayaran kepada pemasok.
Rasio Rentabilitas,
Rasio Rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
mencetak laba untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan), rasio ini
menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam Investasi.
Analisis yang dapat digunakan :

1. Gross Profit Margin


2. Net Profit Margin
3. Return On Investment (ROI) atau Retrun On Asset (ROA)
4. Return On Equity (ROE)
Gross Profit Margin

LabaKotor
Gross Profit Margin =
x100%
Penjualan
Contoh Penjualan = Rp. 17.559
Laba Kotor = Rp. 3.275

3.275
Gross Profit Margin = x100%  18,65%
17.559
Dari contoh tersebut bahwa setiap Rp. 1 penjualan
yang dilakaukan perusahaan memperoleh laba Kotor
sebesar 18,65 % atau Rp. 0,1865
Dalam kondisi normal Gross Profit Margin, selalu bertanda positif hal ini
menunjukkan perusahaan dapat menjual barangnya diatas harga pokok, apa bila
bertanda Negatif maka perusahaan tersebut mengalami rugi pada bisnis utamanya.
Angka positif maupun negatif dalam Gross profit Margin
suatu perusahaan mungkin disebabkan oleh kejadian-kejadian
sebagai berikut

1. Perusahaan tersebut masih baru , produksi masih belum


mencaoai kapasitas Normal, sehingga biaya Tetap (Fixed
Cost) masih sangat tinggi. Komponen yang termasuk dalam
Biaya Tetap adalah Biaya penyusustan mesin, Biaya
Penyusutan Bangunan Pabrik Dll. Dengan semakin
meningkatnya jumlah unit produksi maka Gross Profit
Margin akan berubah positif.
2. Untuk perusahaan Baru tetapi Produksi telah berjalan
Normal masih mungkin perusahaan tersebut mengalami
Gross Profit margin Negatif karena mungkin “kebijkakan
harga Miring” untuk penetrasi pasar.
3. Di Indistri yang bersangkutan sedang terjadi perang harga yang luar biasa, bila
ini berlangsung terus maka yang menang adalah perusahaan yang Tahan rugi.
4. Yang paling berbahaya adalah bila memang perusahaan tidak mampu menjual
denga harga yang lebih tinggi dari harga Pokok sehingga dia harus menderita
kerugian,
Net Profit Margin

Net Profit Margin = Net Profit Margin yaitu tingkat keuntungan bersih yang
diperoleh dari bisnis (setelah dikurangi dengan seluruh biaya)

LabaBersih
Net Profit Margin = x100%
Penjualan
Contoh Penjualan = Rp. 17.559
Laba Bersih = Rp. 1.767

1.767
Net Profit Margin = x100%  10.06%
17.559

Angka Net Profit Margin dari data diats


menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 penjualan
bersih yang dilakukan perusahaan
memperoleh laba bersih sebesar 10,06 % atau
Rp. 0.1006.
Net Profit Margin menunjukkan sejauh mana perusahaan mengelola bisnisnya. Net Profit
margin menunjukkan dua Indikasi yaitu Pengendalian Biaya dan Volume Bisnis
Gross Profit margin perusahaan yang sehat selalu memilki Net Profit Margin Positif (artinya
bisnis tersebut mencetak laba bersih). Bila tidak Account Officier harus mnyelidiki
penyebabnya
Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi
perusahaan mengalami Gross dan Net
Profit Margin Negatif antara lain :
1. Perusahaan masih baru dan produksi belum berjalan
pada kapasitas Normal, sehingga walaupun Gross Profit
Margin Positif , volume penjualan belum cukup besar
untuk mencukupi biaya Operasional, dengan
meningkatnya Volume diharapkan Net Profit Margin
dapat berubah positif.
2. Perusahaan baru dengan program harga Khusus yang
mengakibatkan hal yang sama dengan nomor 1
sehingga laba kotor tidak cukup untuk menutupi biaya
operasi.
3. Perang harga sedang berlangsung di Industri tersebut
4. Bila ketiga hal tidak terjadi, ada kemungkinan biaya
operasional perusahaan memang cukup besar untuk
bisnisnya. Misal pemakain tenaga administrasi yang
terlalu banyak sehingga biaya Gaji tinggi,
Pemakaian ATK yang boros, situasi ini harus segera
diatasi jika tidak pasti akan habis.
5. Kemungkinan lain yang terjadi adalah Volume
penjualan perusahan memang tidak terlalu besar
untuk menutupi biaya Operasional. Sampai tingkat
tertentu biaya operasional merupakan biaya
tetap(gaji ADM, Biaya Penyusutan).
Ada dua penyebab umu yang
sering muncul :

1 Mungkin saja gross Profit margin adalah Negatif tetapi Net


Profit margin Positif, hal ini mungkin ada pendapatan lain
diluar bisnis utamanya.
Misal
 Penjualan bersih 12.000
 Harga Pokok Penjualan(15.000)
 Laba (rugi) Kotor(3.000)
 Biaya Operasional(500)
 Laba (Rugi) Operasional(3.500)
 Laba Penjualan Aktiva5.000
 Biaya lain-lain(500)
 Laba (Rugi) bersih1.000
Dari data diatas Gross Profit margin sebesar 125 %(negatif
25%) tetapi Net Profit margin sebesar 8,33%, secara
sederhana dikatakan bisnis ini laba sebesara 8,33 5 dan ini
adalah bagus, akan tetapi laba tersebut sebenarnya diperoleh
dari keuntungan penjualan Aktiva bukan dari bisnis utama,
dengan demikian tersebut ada karena suatu kejadian yang
secara kebetulan
2. Terjadi selisih yang besar anatara Gross Profit Margin dengan net Profit Margin,
penyebabnya mungkin karena :
a. Sifat bisnisnya memang demikian
b. Perlu meneliti tiap Pos kegiatan ( yang menimbulkan biaya)
Return On Investment (ROI) atau
Retrun On Asset (ROA)
Return On Investment (ROI) atau sering disebut juga dengan Retrun On Asset (ROA)
yaitu ratio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari seluruh Investasi yang
telah dilakukan, secara sederhan ROI menunjukkan laba yang diperoleh atas
setiap Rp 1 yang di Inverstasaikan.
Laba Bersih
Return On Investment = x100%
Total Aktiva
Contoh Laba bersih = Rp. 1.767
Total Aktiva = Rp. 12.271

Rp.1.767
Return On Investment = Rp.12.271
x100 %  14, 40 %
Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) atau Tingkat pengembalian Modal, ratio ini mengukur berapa
besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal
yang di setor untuk bisnis tersebut. REO merupakan Indikator untuk menguikur
keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang saham.
Laba Bersih
Return On Equity = x100%
Modalsendiri

Contoh Laba bersih = Rp. 1.767


Modal Sendiri = Rp. 7.323

Rp.1.767
Return On Equity = x100%  24,13%
Rp.7.323
Sisa Laba
Rentabilitas = X 100 %
Modal Sendiri

SL – LP + BP
Rentabilitas Ekonomi =

MS + MA – PM

Dimana :
SL = Sisa Laba
LP = Laba Penyertaan di perusahaan lain.
BP = Bunga Pinjaman Jangka Panjang
MS = Modal Sendiri
MA = Modal Asing
PM = Penyertaan Modal Perusahaan Asing
SL - LP
Rentabilitas Modal Sendiri = X 100 %
MS - PM

Jumlah Aktiva – Investasi Jangka Panjang


Ratio
Penjualan Bersih = X 100 %
Jumlah Penjualan

Anda mungkin juga menyukai